LAPORAN PRATIKUM AKHIR MATA KULIAH
LAPORAN PRATIKUM AKHIR MATA KULIAH INSTALASI FIBER OPTIKINSTALASI FIBER OPTIK
KELAS
KELAS / / GROUP GROUP : : 3A 3A JTDJTD NAMA KETUA
NAMA KETUA : : EL WILDATUL ULEL WILDATUL ULA A (1541160122))(1541160122 NAMA ANGGOTA
NAMA ANGGOTA : : 1. ANDROMEDA FORY 1. ANDROMEDA FORY NIRWANA NIRWANA (1541160016(1541160016)) 2.
2. DONNY DONNY FIRMANSYAH FIRMANSYAH (1541160051(1541160051)) 3.
3. NILAM NILAM HANIFA HANIFA NUR NUR R. R. (1541160087(1541160087)) NILAI
NILAI ::
DOSEN
DOSEN : : SEPTRIANDI SEPTRIANDI WIRA WIRA YOGA YOGA ST., ST., MT.MT.
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI JARINGAN
PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKATELEKOMUNIKASI DIGITALSI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2018
Daftar Isi
Daftar Isi
I.
I. TUJUANTUJUAN ... ... 33 II.
II. DASAR TEORIDASAR TEORI ... ... 33 2.1 Fiber Optik
2.1 Fiber Optik ... ... 33 2.2Rugi-rugi Fiber Optik
2.2Rugi-rugi Fiber Optik ... ... 33 2.3 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik
2.3 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik ... 4... 4 III.
III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKANALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN ... ... 55 IV.
IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAANPROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN ... 8... 8 4.1 Menggunakan Splicer
4.1 Menggunakan Splicer... ... 88 4.2 Memasang konektor
4.2 Memasang konektor... ... 1010 4.3 Menghitung rugi-rugi pada fiber optik
4.3 Menghitung rugi-rugi pada fiber optik terhadap bending dan tanpa bendingterhadap bending dan tanpa bending ... ... 1111 4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic
4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakamenggunakan OTDR n OTDR ... 15... 15 V.
V. HASIL PERCOBAAN PRATIKUMHASIL PERCOBAAN PRATIKUM ... 17... 17 5.1 Menggunakan Splicer
5.1 Menggunakan Splicer ... ... 1717 5.2 Memasang konektor
5.2 Memasang konektor ... ... 1818 5.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik
5.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bendingterhadap bending ... 18... 18 5.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
5.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic ... 23... 23 VI.
VI. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUMANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM ... 28... 28 6.1 Menggunakan Splicer
6.1 Menggunakan Splicer ... ... 2828 6.2 Memasang Konektor
6.2 Memasang Konektor ... ... 2828 6.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik
6.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending dan tanpaterhadap bending dan tanpa Bending
Bending... ... 2929 6.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic
6.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakamenggunakan OTDR n OTDR ... 32... 32 6.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
6.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic... 35... 35 VII. KESIMPULAN VII. KESIMPULAN ... 36... 36 7.1 Menggunakan Splicer 7.1 Menggunakan Splicer... ... 3636 7.2 Memasang Konektor 7.2 Memasang Konektor... ... 3636 7.3 Menghitung rugi rugi pada kabel fiber optik terhadap bending
7.3 Menghitung rugi rugi pada kabel fiber optik terhadap bending ... 36... 36 7.4 Mengukur kualitas kabel fiber optik
7.4 Mengukur kualitas kabel fiber optik menggunakan OTDR menggunakan OTDR ... 36 ... 36 7.5 Rugi rugi antar port fiber optik
Daftar Isi
Daftar Isi
I.
I. TUJUANTUJUAN ... ... 33 II.
II. DASAR TEORIDASAR TEORI ... ... 33 2.1 Fiber Optik
2.1 Fiber Optik ... ... 33 2.2Rugi-rugi Fiber Optik
2.2Rugi-rugi Fiber Optik ... ... 33 2.3 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik
2.3 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik ... 4... 4 III.
III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKANALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN ... ... 55 IV.
IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAANPROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN ... 8... 8 4.1 Menggunakan Splicer
4.1 Menggunakan Splicer... ... 88 4.2 Memasang konektor
4.2 Memasang konektor... ... 1010 4.3 Menghitung rugi-rugi pada fiber optik
4.3 Menghitung rugi-rugi pada fiber optik terhadap bending dan tanpa bendingterhadap bending dan tanpa bending ... ... 1111 4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic
4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakamenggunakan OTDR n OTDR ... 15... 15 V.
V. HASIL PERCOBAAN PRATIKUMHASIL PERCOBAAN PRATIKUM ... 17... 17 5.1 Menggunakan Splicer
5.1 Menggunakan Splicer ... ... 1717 5.2 Memasang konektor
5.2 Memasang konektor ... ... 1818 5.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik
5.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bendingterhadap bending ... 18... 18 5.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
5.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic ... 23... 23 VI.
VI. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUMANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM ... 28... 28 6.1 Menggunakan Splicer
6.1 Menggunakan Splicer ... ... 2828 6.2 Memasang Konektor
6.2 Memasang Konektor ... ... 2828 6.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik
6.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending dan tanpaterhadap bending dan tanpa Bending
Bending... ... 2929 6.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic
6.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakamenggunakan OTDR n OTDR ... 32... 32 6.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
6.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic... 35... 35 VII. KESIMPULAN VII. KESIMPULAN ... 36... 36 7.1 Menggunakan Splicer 7.1 Menggunakan Splicer... ... 3636 7.2 Memasang Konektor 7.2 Memasang Konektor... ... 3636 7.3 Menghitung rugi rugi pada kabel fiber optik terhadap bending
7.3 Menghitung rugi rugi pada kabel fiber optik terhadap bending ... 36... 36 7.4 Mengukur kualitas kabel fiber optik
7.4 Mengukur kualitas kabel fiber optik menggunakan OTDR menggunakan OTDR ... 36 ... 36 7.5 Rugi rugi antar port fiber optik
FIBER OPTIK SINYAL ANALOG FIBER OPTIK SINYAL ANALOG I.
I. TUJUANTUJUAN 1.
1. Mengamati dan menguji pengiriman sinyal analog melalui fiber optik.Mengamati dan menguji pengiriman sinyal analog melalui fiber optik. 2.
2. Mengukur pengaruh panjang saluran terhadap redaman pada transmisi fiber optik.Mengukur pengaruh panjang saluran terhadap redaman pada transmisi fiber optik. 3.
3. Membandingkan input dan output sinyal analog melalui Membandingkan input dan output sinyal analog melalui fiber optik.fiber optik. 4.
4. Menguji fiber optik dengan OTDRMenguji fiber optik dengan OTDR
II.
II. DASAR TEORIDASAR TEORI
2.1 Fiber Optik 2.1 Fiber Optik
Fiber optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau Fiber optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik
plastik yang yang sangat sangat halus halus dan dan lebih lebih kecil kecil dari dari sehelai sehelai rambut rambut dan dan dapat dapat digunakandigunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
2.2Rugi-rugi Fiber Optik 2.2Rugi-rugi Fiber Optik
Dalam pentransmisian sinyal pada teknologi komunikasi, fiber optik makin Dalam pentransmisian sinyal pada teknologi komunikasi, fiber optik makin banyak menggantikan sal
banyak menggantikan saluran transmisi uran transmisi kawat. Hal kawat. Hal ini disebabkan ini disebabkan saluran saluran fiber optikfiber optik memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan saluran kawat. Pertama, memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan saluran kawat. Pertama, dikarenakan cahaya secara efektif adalah sama seperti radiasi radio frekuensi yang dikarenakan cahaya secara efektif adalah sama seperti radiasi radio frekuensi yang jauh
jauh lebih lebih tinggi, tinggi, maka maka dalam dalam teori teori kapasitas kapasitas pembawaan pembawaan informasi informasi dari dari suatu suatu fiberfiber adalah jauh lebih besar dari pada sistem-sistem radio gelombang mikro. Berikutnya, adalah jauh lebih besar dari pada sistem-sistem radio gelombang mikro. Berikutnya, bahan
bahan yang yang digunakan digunakan dalam dalam fiber fiber adalah adalah gelas gelas silika silika atau atau dioksida dioksida silikon, silikon, yangyang merupakan salah satu dari bahan-bahan yang paling banyak terdapat di bumi kita, merupakan salah satu dari bahan-bahan yang paling banyak terdapat di bumi kita, sehingga nantinya biaya saluran-saluran semacam ini pasti akan jauh lebih rendah, sehingga nantinya biaya saluran-saluran semacam ini pasti akan jauh lebih rendah, baik dari saluran-saluran kawat maupun sistem-sistem gelombang mikro.
baik dari saluran-saluran kawat maupun sistem-sistem gelombang mikro.
Fiber optik tidak bersifat menghantarkan listrik, sehingga dapat digunakan di Fiber optik tidak bersifat menghantarkan listrik, sehingga dapat digunakan di daerah-daerah dimana isolasi listrik dan interferensi merupakan masalah berat. Dan daerah-daerah dimana isolasi listrik dan interferensi merupakan masalah berat. Dan karena kapasitas informasinya yang tinggi, rute-rute saluran majemuk dapat diringkas karena kapasitas informasinya yang tinggi, rute-rute saluran majemuk dapat diringkas menjadi kabel-kabel yang jauh lebih kecil, sehingga dapat mengurangi kemacetan menjadi kabel-kabel yang jauh lebih kecil, sehingga dapat mengurangi kemacetan pada channel yang sudah sangat padat.
pada channel yang sudah sangat padat. Dengan teknologi yang telah dikuasi Dengan teknologi yang telah dikuasi pada saatpada saat ini, sistem komunikasi fiber optik masih sedikit lebih mahal daripada sistem kawat ini, sistem komunikasi fiber optik masih sedikit lebih mahal daripada sistem kawat atau radio yang setara, tetapi keadaan ini dapat berubah dengan cepat. Sistem fiber atau radio yang setara, tetapi keadaan ini dapat berubah dengan cepat. Sistem fiber optik dengan cepat akan mampu bersaing dengan sistem-sistem lain dalam harga, dan optik dengan cepat akan mampu bersaing dengan sistem-sistem lain dalam harga, dan
dengan kelebihan-kelebihannya yang lain, makin lama akan makin banyak sistem lain yang menggantikannya.
Rugi-rugi dalam fiber optic adalah sebagai berikut: a. Rugi-rugi penyebaran Rayleigh
Gelas dalam fiber optik adalah suatu benda pada amorphous (tidak berbentuk kristal atau noncrystalline), yang dibentuk dengan cara membiarkan gelas itu mendingin dari keadaan cairnya pada suhu tinggi hingga dia membeku, sementara masih dalam keadaan plastik, gelas itu ditarik dengan menggunakan tegangan kedalam bentuk fiber yang panjang. Selama dalam proses pembentukan ini, variasi-variasi sub mikroskopis dalam kerapatan gelas dan dalam campuran-campuran di dalamnya ikut dibekukan di dalam gelas, dan kemudian menjadi facet-facet yang memantulkan dan membiaskan serta menyebarkan sebagian kecil cahaya yang lewat melalui gelas tersebut. Meskipun teknik pembuatan yang teliti dapat mengurangi anomali-anomali ini hingga minimum, hal tersebut tidak dapat sepenuhnya dihilangkan.
b. Rugi-rugi penyerapan
Terdapat tiga macam, yaitu penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah, dan penyerapan resonansi ion.
c. Rugi-rugi penggandengan
Cacat-cacat kecil pada inti atau pada interface inti pelapis, seperti misalnya variasi kecil pada diameter inti, bentuk penampang atau gelembung-gelembung dalam gelas dapat menyebabkan penggandengan yang tidak sempurna.
d. Rugi-rugi pembengkokan
Terdapat dua macam, yaitu pembengkokan mikro dan pembengkokan radius konstan.
2.3 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik
Gambar 1 adalah contoh pengaplikasian fiber optik dalam sistem komunikasi.
Gambar 1 Blok Diagram Komunikasi data menggunakan Fiber Optik
Prinsip-prinsip dasar dari komunikasi fiber optic ialah sinyal itu lewat dari fase seperti pada bentuk gelombang analog. Kemudian, melalui pengubah analog menjadi digital
yang mngubah gelombang analog menjadi rangkaian pulsa digital. Lalu, sinyal digital itu melewati sumber sinyal yang mungkin laser atau LED, yang mengubah pulsa digital elektronik menjadi pulsa sinar yang ekuivalen. Pada akhir penerimaan suatu detector menangkap pulsa sinar dan menerjemahkannya dalam pulsa digital, yang kemudian terus melalui pengubah analog menghubungkan dengan kabel fiber optik yang mengeluarkan sinar digital, seperti misal komputer, konversi anaog menjadi digital tidak diperlukan. Dalam banyak sirkuit fiber optik teresterial, repeater yang untuk membuat sinyal ditempati kira-kira setiap 40 km. Supaya dibuat, pulsa sinar itu pertama tama harus diubah lagi menjadi pulsa elektrik. Kemudian, sinyal itu dibuat
dan diubah lagi dalam pulsa sinar.
Berlainan dengan telekomunikasi yang mempergunakan gelombang electromagnet, maka pada fiber optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian, sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui fiber optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari fiber. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung fiber optik.
III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Optical Power Meter JW-109
Cleaver Cutter FC – 6S
Fusion Splicer TCW-605S
Alkohol 96%
Konekor FC
Konektor SC
Modul 12 Port
Optical Time Domain Reflectometer FHO5000
Plastik Penyambung Fiber optik
Laser
IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN 4.1 Menggunakan Splicer
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti splicer, tang, clever cutter, serat optik berjumlah dua biji , dan alkohol
2. Mengambil serat optik, dan akan melihat setiap serat optik terdiri dari tiga serat optik yang lebih tipis lagi, maka tiga serat optik tadi dibuka lagi menjadi tiga, dan akan bekas lem pada serat optik
3. Mengelupas salah satu serat optik minimal 4 cm pada ujung kabel fiber optic menggunakan tang pada ukuran yang paling kecil dengan cara memposisikan tang agak miring, tahan lalu tarik ke sehingga cladding terkelupas hingga terlihat core pada fiber.
4. Untuk meratakan panjang core, maka di ratakan dalam cleaver fiber, dimana kita menempatkan ujung jaket pada skala antara 15 sampai 20, lalu potong. Pada saat memotong, pisan harus dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dan konstan
5. Membersihkan core serat optik dengan tisu/ kapas yang telah diberi alkohol 95%
6. Setelah bersih dan tidak cacat, maka serat optik siap disambungkan dengan serat optik lainnya dengan splicer yang steril
7. Memaasukkan ke dalam splicer yang berfungsi menyambung core dengan teknik fusion. Jangan sampai core menyentuh sesuatu benda sebab akan menambah redaman
8. Menekan tombol set, maka secara otomatis splicer akan meleburkan kedua core dan menyambungnya. Menunggu hingga layar menunjukkan estimasi redaman maksmial 0,01dB lalu menekan reset, maka layar akan kembali ke tampilan awal
Figure 2 memotong kabel
Figure 3 membersihkan serat optik
Figure 4 menyambung core
9. Mengeluarkan core tersebut dari splicer.dan memberi selubung plasitk lalu dipanaskan kembali
4.2 Memasang konektor
1. Menyiapkan konektor dan kabel fiber optik yang akan di beri konektor
2. Membuka selongsong konektor dan penjepit konektor (tempat bagian memasukkan ujung fiber optik)
3. Memasukkan selongsong ujung konektor SC terlebih dahulu ke kabel. Hal ini dilakukan di awal karena mengantisipasi konektor telah di jepit rapi di konektor SC, namun selongsong konektor lupa untuk di pasng
4. Mengelupas kulit terluar dari kabel FO kurang lebih 3 cm, lalu meratakan ujung kabel FO dengan pemotong clever, setelah itu membersihkan ujung core dengan alkohol 96%
5. Memasukkan core ke dalam konektor hingga ujung buntu konektor, lalu menjepit core tersebut dengan penjepit dan selongsong bagian bawah
6. Melakukan pengujian dengan laser khusus, jika hasilnya tampak seperti bulat sempurna/ menggumpal maka dapat dipastikan terminasi berjalan dengan baik, namun jika hasilnya tampang seperti lingkaran yang tidak sempurna (separuh, atau cui, atau ada lingkaran putih dalam lingkaran/ gumpalan) maka harus menterminasi ulang
Figure 6 pemasangan selubung plastik
7. Langkah terakhir adalah menutup konektor dengan rumah konektor, langkah ini adalah mengunci kabel fiber optik dengan konektor secara permanen
4.3 Menghitung rugi-rugi pada fiber optik terhadap bending dan tanpa bending
1. Menyiapkan modul bending, kabel fiber optik, dan optical Power Meter 2. Memasukkan konektor fiber optik pada OPM dan sisi lainnya di lilitkan pada
modul bending.
3. Modul bending yang digunakan adalah pada diameter 2 cm ; 2,5 cm ; 3 cm ; 3,5 cm ; 4 cm ; 4,5 cm ; 5 cm
4. Pertama tama melilitkan kabel pada diameter 2 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
5. Kedua adalah melilitkan kabel pada diameter 2,5 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Figure 8 mengunci konektor dengan core
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
6. Ketiga adalah melilitkan kabel pada diameter 3 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
7. Keempat adalah melilitkan kabel pada diameter 3,5 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
8. Kelima adalah pengaturan kabel pada diameter 4 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
9. Keenam adalah pengaturan kabel pada diameter 4,5 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
10.Ketujuh adalah pengaturan kabel pada diameter 5 cm dengan pengaturan pada Optical power meter adalah :
Panjang gelombang sebesar 1310 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
Panjang gelombang sebesar 1550 nm pada frekuensi (0 ; 270 ; 1000 ; 2000) Hz
11.Mencatat hasil prosedur nomor 4-10 dan membuat perhitungan dari hasil yang telah diperoleh
12. Kemudian menyiapkan modul non bending, kabel fiber optik, dan optical Power Meter
13.Memasang kabel fiber optik dengan salah satu ujung di tancapkan pada OPM dan ujung lainnya pada modul OPM satunya
14. Pertama tama mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1310nm dengan frekuensi sebesar 0 Hz
15.Kedua mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1310nm dengan frekuensi sebesar 270 Hz
16.Ketiga mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1310nm dengan frekuensi sebesar 1000Hz
Figure 10 panjang gelombang=1310nm ; F=0Hz
Figure 11 panjang gelombang=1310nm ; F=270Hz
17.Keempat mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1310nm dengan frekuensi sebesar 2000Hz
18.Kelima mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1550nm dengan frekuensi sebesar 0Hz
19. Keenam mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1550nm dengan frekuensi sebesar 270Hz
20.Ketujuh mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1550nm dengan frekuensi sebesar 1000Hz
Figure 13 panjang gelombang=1310nm ; F=2000Hz
Figure 14 panjang gelombang=1550nm ; F=0Hz
Figure 16 panjang gelombang=1550nm ; F=1000Hz Figure 15 panjang gelombang=1550nm ; F=270Hz
21. Kedelapan mengatur panjang gelombang pada OPM sebesar 1550nm dengan frekuensi sebesar 2000Hz
22. Mencatat hasil prosedur nomor 14-21 dan membuat perhitungan dari hasil yang telah diperoleh
4.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR
1. Menyiapkan kabel fiber optik, Optical Time Domain Reflectometer (OTDR), dan ,modul port
2. Memasang kabel fiber optik dengan salah satu ujung di tancapkan pada OTDR menggunakan perantara konektor female dan ujung lainnya pada modul port
3. Pertama tama menyiapkan OTDR terlebih dahulu dengan cara menyalakan OTDR tersebut dan memastikan bahwa baterai penuh
4. Lalu mengklik mode OTDR dan akan masuk kedalam tabel opsi pengukuran, dan memilih opsi sebagai berikut :
Panjang gelombang : 1310 nm
Figure 18 modul port
Figure 19 OTDR
Test range adalah panjang kabel yang akan diukur : Auto
Pulse width adalah lebar pulsa yang dihasilkan : 50ns
5. Lalu mengklik Quit dan mulai mengukur kualitas kabel fiber optic
6. Dalam modul port terdapat 12 port dimana mengukur kabel fiber optik dengan cara menancapkan konektor fiber optik (yang pada modul port) ke port 1 – 12 secara bergantian. Dan mendokumentasikan hasil tersebut
7. Setelah itu melakukan pengukuran yang kedua yaitu sama seperti pada langkah 4-6, namun yang membedakan adalah panjang gelombang pada pengukuran tersebut sebesar 1550nm
4.2 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic
1. Menyiapkan 2 kabel fiber optik, Optical Time Domain Reflectometer FHO5000, Optical Power meter (OPM), dan modul port
2. Memisahkan antara kabel fiber optik satu dan kabel fiber optik dua.
3. Memasang kabel fiber optik satu dengan salah satu ujung di tancapkan pada OTDR menggunakan perantara konektor female dan ujung lainnya pada modul port
Figure 20 panjang gelombang 1310nm
4. Sedangkan kabel fiber optik dua dipasang dengan salah satu ujung di tancapkan pada OPM menggunakan perantara konektor female dan ujung lainnya pada modul port
5. Lalu mengklik mode OTDR dan akan masuk kedalam tabel opsi pengukuran, dan memilih opsi sebagai berikut :
Panjang gelombang : 1310 nm
Test range adalah panjang kabel yang akan diukur : Auto Pulse width adalah lebar pulsa yang dihasilkan : 50ns
Memilih panjang gelombang yang sama pada saat mengatur OPM
6. Dalam modul port terdapat 12 port dimana mengukur kabel fiber optik dengan cara menancapkan konektor fiber optik (yang pada modul port) ke port 1 – 12 secara bergantian. Dan mendokumentasikan hasil tersebut
1. Setelah itu melakukan pengukuran yang kedua yaitu sama seperti pada langkah 4-6, namun yang membedakan adalah panjang gelombang pada pengukuran tersebut sebesar 1550nm
V. HASIL PERCOBAAN PRATIKUM 5.1 Menggunakan Splicer
a. Redaman pada fiber optik 1 : 0,01dB
b. Redaman pada fiber optik 2: 0,01dB
5.2 Memasang konektor
5.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending Tanpa Bending Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai (dB) 0 Hz -13.60 -15.57 270Hz -16.72 -18.64 1000Hz -17.05 -18.32 2000Hz -17.25 -18.15 Dengan bending a. Diameter bending 2 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -31, 47 -30,79
270 Hz -34,47 -33,93 1000 Hz -36,64 -33,89 2000 Hz -40,08 -33,75 b. Diameter bending 2,5 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -29,57 -30,49 270 Hz -32,49 -33,57 1000 Hz -32,87 -33,68 2000 Hz -33,12 -33,59 c. Diameter bending 3 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -30,23 -30,89 270 Hz -34,81 -32,54 1000 Hz -33,52 -32,14 2000 Hz -33,70 -32,29 d. Diameter bending 3,5 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -28,84 -28,67 270 Hz -31,96 -33,04 1000 Hz -32,14 -32,72 2000 Hz -32,40 -33,57
e. Diameter bending 4 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz - 28,80 -30,17 270 Hz -31,99 -32,98 1000 Hz -32,17 -33,34 2000 Hz -32,16 -33,24 f. Diameter bending 4,5 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -27,29 -30,13 270 Hz -30,21 -31,90 1000 Hz -31,17 -32,18 2000 Hz -30,94 -32,06 g. Diameter bending 5 cm Frekuensi Panjang gelombang 1550nm Panjang Gelombang 1310nm Nilai (dB) Nilai(dB) 0 Hz -27,02 -28,60 270 Hz -30,28 -31,89 1000 Hz -30,92 -31,83 2000 Hz -31,31 -31,90
5.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR
Port Panjang gelombang 1330 nm Panjang Gelombnag 1550nm
1
2
3
4
6
7
8
9
11
12
5.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic a) Panjang Gelombang 1310 nm
Port Fiber Optik 1 Fiber Optik 2
1
3
4
5
6
8
9
10
11
b) Panjang Gelombang 1550 nm
Port Fiber Optik 1 Fiber optik 2
1
2
3
4
6
7
8
9
11
12
VI. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM 6.1 Menggunakan Splicer
Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan, nilai pada pemasangan antar kabel di dua fiber optik menghasilkan nilai redaman yang sama yaitu 0,01 dB karena dimungkinkan sebagai berikut :
a) Perbedaan struktur antara serat optik satu dengan yang lainnya yaitu diameter core yang tidak sama dan letak core yang tidak berada ditengah
b) Kualitas penyambungan yaitu permukaan serat tidak rata, sumbu serat tidak sejajar, terjadi penyimpangan sudut, serat masih basah, atau ujung serat tertabrak sesuatu sehingga terjadi kecacatan pada serat optik
Maka dari itu, untuk mendapatkan kualitas penyambungan yang baik maka harus : a) Berhati hati saat mengupas
b) Alat sambung yang baik c) Jointer harus berpengalaman 6.2 Memasang Konektor
Setelah melakukan pemasangan konektor maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kelayakan dengan menggunakan laser khusus. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kedua core yang terpasang pada masing-masing konektor cukup baik dibuktikan dengan tampilan cahaya dari laser khusus tampak seperti bulat sempurna/ menggumpal maka dapat dipastikan terminasi berjalan dengan baik, namun apabila hasilnya tampak seperti lingkaran yang tidak sempurna
(separuh, atau cui, atau ada lingkaran putih dalam lingkaran/ gumpalan) maka harus menterminasi ulang.
6.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending dan tanpa Bending
Hasil pengukuran rugi-rugi antara bending dan sebelum bending Bending (cm) Panjang gelombang (nm) Frekuensi (Hz) Hasil (dBm) 2 1310 0 15.22 270 15.29 1000 15.57 2000 15.25 1550 0 14.87 270 17.74 1000 19.14 2000 22.83 2.5 1310 0 14.92 270 14.93 1000 15.36 2000 15.44 1550 0 15.97 270 15.77 1000 15.82 2000 15.87 3 1310 0 15.32 270 13.9 1000 13.82 2000 14.14 1550 0 16.63 270 18.09 1000 16.47 2000 16.45
3.5 1310 0 13.1 270 14.4 1000 14.4 2000 15.42 1550 0 15.24 270 15.24 1000 15.09 2000 15.15 4 1310 0 14.6 270 14.34 1000 15.02 2000 15.09 1550 0 15.2 270 15.27 1000 15.12 2000 14.91 4.5 1310 0 14.56 270 13.26 1000 13.86 2000 13.91 1550 0 13.69 270 13.49 1000 14.12 2000 13.69 5 1310 0 13.03 270 13.25 1000 13.51 2000 13.75 1550 0 13.42 270 13.56 1000 13.87 2000 14.06
Pengukuran Rugi-rugi
Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran rugi-rugi memperlihatkan pada bending dengan diameter 2cm dengan 3 lilitan dan nilai λ=1310 nm, diperoleh nilai pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz,2000Hz masing-masing nilai rugi ruginya 15.22dBm ,15.29dBm ,15.57dBm ,15.25 dBm. Pada pengukuran bending dengan diameter 2.5cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz,2000Hz menghasilkan nilai yang semakin meningkat tiap kenaikan frekuensi dengan nilai masing masing 14.92dBm, 14.93dBm ,15.36dBm ,15.44dBm. Pada bending dengan diameter 3cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memdapatkan masing masing nilai 15.32dBm ,13.9dBm ,13.82dBm ,14.14dBm. Pada bending dengan diameter 3.5cm pada frekuensi 0Hz, 270Hz, 1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 13.1dBm ,14.4dBm, 15.42dBm ,15.24dBm. Pada bending dengan diameter 4cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 14.6dBm,14.34dBm, 15.02dBm, 15.09dBm. Pada bending dengan diameter 4.5cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 14.56dBm,13.26dBm, 13.86dBm, 13.91dBm. Pada bending dengan diameter 5 pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 13.03dBm, 13.25dBm, 13.51dBm, 13.75dBm. dapat kita ketahui dari data pengukuran bnding dari 2cm, 2.5cm ,3cm ,3.5cm ,4cm ,4.5cm dan 5cm dapat kita ketahui bahwa semakin besar diameter bending maka semakin kecil rugi rugi yang dihasilkan.
Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran rugi-rugi memperlihatkan pada bending dengan diameter 2cm dengan 3 lilitan dan nilai λ=1550 nm, diperoleh nilai pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz,2000Hz masing-masing nilai rugi ruginya 14.92dBm ,17.74dBm ,19.14dBm ,22.83 dBm. Pada pengukuran bending dengan diameter 2.5cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz,2000Hz
menghasilkan nilai yang semakin meningkat tiap kenaikan frekuensi dengan nilai masing masing 15.97dBm, 15.77dBm ,15.82dBm ,15.87dBm. Pada bending dengan diameter 3cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memdapatkan masing masing nilai 16.63dBm ,18.09dBm ,16.47dBm ,16.45dBm. Pada bending dengan diameter 3.5 pada frekuensi 0Hz, 270Hz, 1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 15.24dBm ,15.24dBm, 15.09dBm ,15.15dBm. Pada bending dengan diameter 4cm pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz
memperoleh hasil pengukuran masing-masing 15.2dBm,15.27dBm, 15.12dBm, 14.91dBm. Pada bending dengan diameter 5 pada frekuensi 0Hz,270Hz,1000Hz, 2000Hz memperoleh hasil pengukuran masing-masing 13.42dBm, 13.56dBm, 13.87dBm, 14.06dBm. dapat kita ketahui dari data pengukuran bnding dari 2cm, 2.5cm ,3cm ,3.5cm ,4cm ,4.5cm dan 5cm dapat kita ketahui bahwa semakin besar diameter bending maka semakin kecil rugi rugi yang dihasilkan. Dari hasil rugi-rugi pada percobaan nilai λ=1550 nm lebih besar nilai bending dibanding dengan λ=1310nm.
6.4 Mengukur kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR Panjang Gelombang 1330nm
Port Penjelasan
1 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0,11229 km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 3,434 dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum. Dan hal itu juga terjadi pada kilometer selajutnya (2-6) yaitu 0.28496km; 0.43025km; 0,43025km; 0.48013km; dan 0.54612km yang terdapat loss masing masing.
2 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0,11153km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 3.373dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum. Dan hal itu juga terjadi pada kilometer selajutnya yaitu 0.38676km ; 0.45557km yang
terdapat loss masing masing.
3 Tidak terjadi pemantulan dalam pengiriman cahaya pada hasil ini
4 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.10769km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 3.538dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
5 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19926 km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 1.184dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
6 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.20259km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 1.272dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum. Dan hal itu juga terjadi pada kilometer selajutnya yaitu 0.32128km; 0.53871km yang
terdapat loss masing masing.
7 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.10590km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 3.641dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum. Dan hal itu juga terjadi pada kilometer selajutnya yaitu 0.22305km; 0.48524km yang
terdapat loss masing masing.
8 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.20796km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 1.080dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
9 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19364km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 7.023dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
10 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.10539 km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 3.675dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
11 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.21103km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 0.412dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum. Dan hal itu juga terjadi pada kilometer selajutnya yaitu 0.23329km; 0.31514km; dan
0.55815km yang terdapat loss masing masing.
12 Tidak terjadi pemantulan dalam pengiriman cahaya pada hasil ini Panjang Gelombang 1550nm
Port Penjelasan
1 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.18712 km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 5.510dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
2 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0,22643km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 5.494dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
3 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0,20269km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 0.057dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
terdapat Loss atau rugi rugitotal pada pengiriman sebesar 5.511dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
5 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19273km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 5.497dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
6 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.20116km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 5.518dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
7 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.18584km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 1.303dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
8 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19656km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 5.458dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
9 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.31625km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 0.891dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
10 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19145km terdapat Loss atau rugi rugi pada pengiriman sebesar 1.251dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
11 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.19375km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 5.482dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
12 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.20203km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 1.120dB. Hal ini dapat dikarenakan oleh pembengkokan kabel saat praktikum.
1. Pada OTDR terdapat Segment Km yang menunjukkan jarak antara kilometer ke kilometer setelahnya
2. Dan pada hasil praktikum panjang gelombang ini tidak terdapat reflect/ return loss sehingga tidak terjadi pemantulan pada fiber optik dan menyebabkan hilangnya energi pada cahaya. Hal ini dimungkinkan karena masalah pada port atau kesalahan saat praktikum
3. Namun semakin tinggi panjang gelombangnya maka semakin sedikit jarak yang di ukur dan berkurangnya loss.
4. Pada OTDR ini juga dapat dilihat kualitas dari pemasangan kabel pada konektor, menurut hasil yang diperoleh, pemasangan pada konektor kurang bersih.
6.5 Mengukur rugi rugi antar port fiber optic Tabel pengukuran rugi-rugi fiber optik
Port Hasil (dBm) λ =1310 nm Hasil (dBm) λ =1550 nm 1 -50.00 -50.00 2 -35.30 -34.92 3 -35,65 -35.94 4 -35.06 -35.10 5 -50.00 -50.00 6 -35.72 -35.94 7 -35.28 -35.33 8 -35.47 -35.39 9 -38.65 -39.03 10 -50.00 -50.00 11 -49.59 -50.00 12 -50.00 -50.00
Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran mulai dari port 1-12 dengan menggunakan OPM menunjukan bahwa nilai rugi-rugi tiap port memiliki nilai yang berbeda-beda namun perbedaan tersbut tidak terlalu jauh antara λ=1310 nm dan λ=1550nm. Pada data diatas diperoleh bahwa nilai rugi-rugi tertinggi pada λ=1310nm sebesar -50dBm terdapat pada port 1,5 dan 10. Sedangkan untuk rugi rugi tertinggi pada λ=1550nm terdapat pada port 1,5,9 dan 10. Untuk nilai rugi rugi terendah pada λ=1550nm berada pada port 2 dengan nilai rugirugi -34.93dBm. sedangkan untuk nilai rugi-rugi terendah λ=1310 nm mempunyai nilai -35.06dBm pada port 4. Dapat dikatakan jika milai rugi rugi yang didapat besar dengan nilai lebih dari -50 dBm maka dapat dikatakan dua kemungkinan ada kerusakan pada kabel fiber optik atau terdapat kerusakan pada port tersebut.