• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

3322

Pengaruh Kualitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based

Learning dan Discovery Learning Berbantuan Aplikasi Canvas terhadap

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Desain Grafis Percetakan di SMKN 5

Malang

Alma Syahara Nur Cholidhea1, Admaja Dwi Herlambang2, Satrio Hadi Wijoyo3

Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstrak

Kegiatan belajar Desain Grafis Percetakan kelas XI MM di SMKN 5 Malang masih sering bersifat teacher centered sehingga menyebabkan siswa kurang aktif, mandiri, kerjasama dan prestasi belajar yang maksimal. Kurikulum 2013 tetap mempertahankan pembelajaran berlandaskan konstruktivisme yang lebih melibatkan siswa daripada guru, dengan model pembelajaran yang disarankan diantaranya Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning (DL) dapat meningkatkan keaktifan, kemandirian, kerjasama serta prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara penerapan PBL dan DL pada siswa kelas XI Multimedia SMKN 5 Malang. Jenis penelitian ini eksperimen menggunakan Pretest-Postest Group Design, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi siswa kelas XI Multimedia SMKN 5 Malang. Pengambilan sampel secara Random Sampling mendapatkan sampel siswa kelas XI MM 3 (30 siswa) sebagai kelas eksperimen 1 dan XI MM 4 (30 siswa) sebagai kelas eksperimen 2. Uji statistika terdiri dari uji normalitas dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk, uji homogenitas menggunakan metode Lavene’s, dan uji hipotesis beda rata-rata dengan menggunakan Independent Sample T Test, yang dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Uji hipotesis menghasilkan nilai signifikansi 0,000 dengan rata-rata nilai siswa pada kelas PBL lebih tinggi daripada DL sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL dan DL berpengaruh pada keaktifan, kerjasama, kemandirian dan menghasilkan prestasi belajar PBL lebih tinggi daripada model DL.

Kata kunci: problem based learning, discovery learning, desain grafis percetakan, canvas.

Abstract

The learning activities of Printing Graphic Design class XI MM at SMKN 5 Malang are often teacher centered, causing students to be less active, independent, cooperating and having maximum learning achievement. The 2013 curriculum still maintains constructivism-based learning that involves more students than teachers, with suggested learning models including Problem Based Learning (PBL) and Discovery Learning (DL) which can increase activeness, independence, cooperation and learning achievement. This study aims to determine differences in learning achievement between the application of PBL and DL in class XI Multimedia SMKN 5 Malang. This type of research is an experiment using a Pretest-Postest Group Design, using a quantitative approach with a population of class XI Multimedia students of SMKN 5 Malang. Sampling by random sampling obtained a sample of students class XI MM 3 (30 students) as the experimental class 1 and XI MM 4 (30 students) as the experimental class 2. The statistical test consists of normality test using the Shapiro-Wilk method, homogeneity test using the method Lavene's, and the average difference hypothesis test using the Independent Sample T Test, which was carried out at a significance level of 0.05. Hypothesis testing resulted in a significance value of 0.000 with the average value of students in the PBL class being higher than the DL, so it can be concluded that the application of the PBL and DL models affects activeness, cooperation, independence and produces higher PBL learning achievement than the DL model.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang telah mengalami revisi beberapa kali tetapi tidak merubah bahwa pembelajaran didalam kelas ditekankan pada siswa, pembelajaran berlandaskan konstruktivisme yang menekankan pada belajar secara kooperatif. Berdasarkan penelitian oleh beberapa ahli seperti Fatmawati dan Sessi Rewetty Rivilla kurikulum 2013 menekankan pada model belajar yang berpusat pada siswa seperti observasi, asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran yang disarankan oleh kurikulum 2013 dan telah dituliskan didalam permendikbud No. 103 Tahun 2014 yaitu model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning dan DL atau Discovery Learning.

Data hasil observasi nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran DGP pada KD 3.8 yakni kompetensi dasar sebelum 3.9 yang akan diteliti dihasilkan bahwa tidak seluruhnya mencapai atau bahkan diatas KKM 75. Observasi pada KD. 3.8 yaitu kompetensi dasar yang dilakukan implementasi dan terdapat beberapa nilai yang belum tuntas, oleh karena itu diberikan implementasi model belajar sebagai solusi dalam meningkatkan model pembelajaran. Observasi keaktifan pada kelas yang juga memberikan indikator yang kurang aktif, siswa yang aktif tidak mencapai 50% dari jumlah siswa. Hasil wawancara dengan guru matapelajaran menunjukkan beberapa simpulan yaitu diantaranya metode ceramah masih sering dilakukan, diskusi kurang optimal, dan masih sering teacher oriented jika ada materi yang sulit, siswa tidak ada kemandirian untuk survived materi sehingga guru masih sering menjadi pemeran utama.

Seperti yang telah disarankan oleh kurikulum 2013, model pembelajaran yang dilakukan perlakuan pada objek adalah PBL dan DL. Permasalahan yang telah dialami oleh siswa XI MM tersebut sangat ada kaitannya dengan implementasi model belajar yang kurang optimal atau bahkan kesalahan penggunaan model belajar sehingga dapat memicu kurang maksimalnya prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti melakukan eksperimen pada siswa XI MM untuk diberikan perlakuan PBL dan DL, setiap variasi model belajar memiliki dampak yang berbeda kepada peserta didik, maka dari itu peneliti ingin mengetahui perbedaan dampak dari kedua model belajar tersebut agar dapat

diketahui model belajar yang paling baik untuk digunakan.

Mata pelajaran yang diberi perlakuan adalah Desain Grafis Percetakan. Desain grafis adalah penggabungan dua hal yang berkaitan yaitu seni dan bisnis, keterkaitan yang dimaksud adalah bahwa dapat dijadikan bisnis saat seseorang mebutuhkan suatu pemecahan masalah mengenai desain visual (Kusbiantoro, 2010). Dapat dikatakan bahwa mata pelajaran ini dapat membantu siswa menguasai permasalahan visual yang dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu PBL dapat diimplementasikan pada mata pelajaran ini. Selain itu, Yasraf menjelaskan desain grafis adalah sebuah inovasi atau perbaruan produk yang diciptakan dari mental kreatif seseorang (Pilliang, 2012). Produk yang dimaksud adalah hasil produk dari siswa yang digali sendiri, ditemukan sendiri dengan beberapa kegiatan salah satunya diskusi kelompok, hal tersebut berbanding lurus dengan model DL yang menitikberatkan pada konsep penemuan, jadi model DL dikatakan sangat cocok jika diimplementasikan pada mata pelajaran DGP.

Latarbelakang yang telah dijelaskan memicu peneliti untuk memberikan solusi atau keputusan terbaik untuk menerapkan model pembelajaran yang paling cocok digunakan untuk hasil prestasi belajar tinggi pada mata pelajaran DGP. Sehingga diperoleh sebuah rumusan masalah yaitu bagaimana hasil perbandingan model discovery learning dengan model problem based leaning terhadap meningkatnya prestasi belajar pada mata pelajaran desain grafis percetakan di SMKN 5 Malang ?

Penelitian terkait yang membahas dan membuktikan keberhasilan dari model pembelajaran PBL dan DL adalah sebagai berikut, penelitian Soraya Mir’atun (2019) pada mata pelajaran dasar desain grafis kelas X, penelitian tersebut memiliki untuk mengetahui pengingkatan hasil belajar pada implementasi model PBL dengan menggunakan test, dengan variabel yang berbeda, Soraya juga menggunakan jenis tes pretest-postest tetapi dilaksanakan setiap akhir siklus. Penelitian Soraya menunjukkan hasil bahwa PBL memberikan efek yang positif untuk hasil belajar siswa. Penelitian Yandria Elmasari (2016) pada mata pelajaran desain grafis XII SMAN 1 Gondang Tulungagung. Penelitian tersebut bertujuan untuk menerapkan variasi model belajar, karena pada dasarnya cukup sering menggunakan metode ceramah, dari hasil

(3)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya implementasi variasi model PBL diharapkan membuahkan dampak positif untuk siswa dikelas. Penelitian tersebut menghasilan bahwa ada perbedaan niali hasil belajar dengan implementasi PBL yang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi, Oleh karena itu penerapan PBL pada penelitian ini ditunjukkan telah berhasil memberikan dampak yang positif kepada peserta didik. Penelitian yang menerapkan DL juga dilakukan oleh Abdul Aziz (2016), penerlitian tersebut dimaksudkan untuk mencari tahu perbedaan rata-rata prestasi belajar materi macromedia flash dengan model pembelajaran DL. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model DL berdampak positif. Terdapat pula penelitian Utia Fauziah (2016) pada materi simulasi digital multimedia kelas X SMK Palebon Semarang, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan antara dua model belajar yaitu PBL dan Dl mengalami perbedaan saat hasil belajar telah dicapai. Elsa Dwi Rochmah (2015) juga melakukan penelitian dengan membandingkan 3 model belajar yaitu PBL, PjBL, dan DL. Elsa memiliki beberapa jenis dan pendeketan penelitian untuk mengetahui tingkat perbedaan dari pengaruh ketiga model belajar terhadap kemandirian siswa. Hasil dari penelitian Elsa disimpulkan bahwa perbedaan tidak ditunjukkan.

Dari beberapa studi literature yang ada, perbedaan dan ciri khas masing-masing literature memberikan daya tarik untuk meneliti beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang sudah ada. Beberapa perbedaan dengan peneliti sebelumnya yang dikarenakan berbeda faktor dari jumlah sampel, objek, sekolah, media dan pelaksanaan penelitian yang berbasis online dengan menggunakan platform.

Menurut Bruner dalam (Winataputra , 2008) discovery melahirkan makna yang kuat karena menghasil sebuah belajar pada saat siswa melakukan penemuan. Salah satu kelebihan dari model ini adalah siswa melakukan penemuan konsep belajar sendiri sehingga “how to learn” yang dipelajari siswa membuat mereka mandiri dan respect terhadap diri sendiri, kemampuan lebih terasah dan lebih kreatif. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah tidak semua topik dapat dikembangkan dengan model pembelajaran ini dan beberapa materi banyak tersita cukup lama atau kurang efisien saat menggunakan model ini. Menurut (Syah, 2004) langkah-langkah dalam penerapan model belajar discovery learning adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Sintaks model DL

Torp dan Sage dalam (Abidin , 2014) mengungkapkan pendapatnya mengenai model PBL adalah model belajar yang beusaha untuk memberikan fokus siswa dalam produksi mindset atau pola pikir yang berbeda yaitu mindset dalam mampu memecahkan masalah dengan mandiri dan berhasil paham bahkan long term memory. Model pembelajaran PBL memiliki kelebihan dalam memberikan dampak baik untuk jiwa sosialisasi yang tinggi di kehidupan nyata seperti mudah bergaul, komunikatif dan berani mengungkapkan pendapat serta mampu memberkan interaksi aktif antara guru dan siswa. Kelebihan tersebut juga tidak meninggalkan kelemahan, kelemahan dari model ini adalah tidak semua siswa bisa dikenalikan dengan baik saat guru mencoba transfer materi, memerlukan waktu yang cukup tidak efisien karena harus melakui tahapan-tahapan tertentu, dan sulit memantau saat ingin melakukan model pembelajaran ini secara online. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan sintask model PBL menurut (Abidin , 2014)):

Gambar 2.2 Sintaks Model PBL

Stimulasi Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Pengolahan

Data Pembuktian Kesimpulan

Prapembelajaran Fase 1: Menemukan Masalah Fase 2: Membangun Struktur Kerja Fase 3: Memetakan Masalah Fase 4: Mengumpulkan dan Membagi Informasi Fase 5: Merumuskan Soal Fase 6: Menentukan Solusi Terbaik Fase 7:

(4)

2. MODEL PENELITIAN

Gambar 2. Alur Penelitian

Model penelitian yang dilakukan adalah eskperimen atau percobaan, tahapan yang dilakukan peneliti adalah menentukan rumusan masalah, melakukan desain terhadap model penelitiannya, mengumpulkan data, menganalisis dan mengolah data, kemudian mendesain laporan dengan tabel, grafik, diagram untuk memudahkan laporan penelitian. Dengan melakukan penelitian eksperimen, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian pretest posttest control group design seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pretest-Postest Control Group Design.

Kelompok Pretest X Postest

Eksperimen 1 R O1 DL O2

Eksperimen 2 R O3 PBL O4

Pada Tabel 1. Menunjukkan desain penelitian pada kelompok eksperimen siswa SMKN 5 Malang, data diperoleh dan diambil secara random sampling.

Beberapa langkah yang dilakukan peneliti untuk melakukan rangkaian penelitian ini, hal pertama yang dilakukan yakni identifikasi masalah, saat peneliti sudah melakukan observasi pertama kali dan memperoleh fenomena untuk diteliti maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasinya.

Kemudian studi literatur untuk menentukan topik penelitian dan penetapan rumusan masalah, peneliti melakukan studi literatur yang berdasarkan teori dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya.

Langkah selanjutnya adalah analisis kebutuhan, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan objek, beberapa kegiatan dapat dilakukan untuk menggali kebutuhan objek yakni seperti wawancara, survey, observasi sehingga akan ditemukan solusi dari beberapa masalah atau kebutuhan objek yang diteliti.

Uji Validitas instrument sangat penting dilakukan, instrument yang valid akan memberikan hasil penelitian yang valid juga. Pada penelitian ini, uji validitas pada RPP menunjukkan bahwa instrument penelitian telah valid, di validasi oleh validator dosen pembimbing dan guru mata pelajaran DGP SMKN 5 Malang. Uji valid pada soal dilakukan oleh peneliti berbantuan Microsoft Excel yang dirumuskan dengan rumus korelasi.

Memberikan soal pretest kepada siswa agar dapat memperoleh nilai murni siswa sebelum di implementasikan variasi model. Saat sudah mengetahui beberapa hasil nilai siswa yang kurang maksimal dari hasil pretest, penelti bisa memberikan implementasi variasi model, keberhasilan penerapan variasi model bisa dilihat saat sudah dilakukan posttest.

Data posttest yang telah diperoleh dianalisis secara statitistik dengan beberapa pengujian yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji independent sample t-test. Dari proses pengujian

(5)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya tersebut akan diperoleh hasil penelitian beserta kesimpulan.

3. HASIL PENELITIAN

Prestasi belajar yang dihasilkan dari proses implementasi model belajar DL pada kelas XI MM3 memberikan dampak positif. Penerapan model belajar dilakukan secara online atau daring dengan menggunakan bantuan aplikasi canvas. Nilai peserta didik mengalami peningkatan, siswa juga mengalami peningkatan pada keaktifan, kerjasama dan kemandirian.

Berikut adalah daftar nilai hasil belajar siswa saat diimplementasikan model belajar Discovery Learning.

Tabel 2. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada

Discovery Learning

X N Min Max Mean

Pretest 30 45 80 62.67

Postest 30 60 90 73.83

Pada Tabel 2. Ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai saat pretest dan posttest, perbedaan tersebut dilihat dari nilai terendah dan tertinggi siswa, hingga nilai rata-rata dalam satu kelas. Hasil belajar tersebut dapat dikatakan telah mengalami keberhasilan implementasi model belajar.

Untuk membuktikan bahwa data hasil penelitian dari nilai prestasi belajar berdistribusi normal, maka harus melakukan uji normalitas. Berikut hasil uji normalitas yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Discovery Learning Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Sig. Sig. Pre Test 0.168 0.199 Post Test 0.020 0.124

Pada hasil perhitungan uji normalitas implementasi model DL ditunjukkan bahwa nilai signifikansi (Sig.) pada uji shapiro wilk adalah > 0,05, menurut Sugiyono, apabila taraf signifikansi > 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal (Sugiyono, 2012). Jadi, data penelitian ini berdistribusi normal, sehingga dapat dilajutkan untuk melakukan pengujian hipotesis selanjutnya. Selanjutnya adalah prestasi belajar pada PBL. Penelitian yang dilakukan pada siswa XI MM 4

mengalami peningkatan dari pretest ke posttest yang artinya, penerapan model pembelajaran ini berpengaruh positif dan telah berhasil diterapkan dalam menumbuhkan peningkatan prestasi belajar siswa.

Keaktifan, kemandirian dan kerjasama juga mengalami peningkatan saat penerapan model belajar ini berlangsung. Siswa banyak yang aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama dengan baik, ada beberapa materi yang sulit tetapi siswa mampu menjelajah secara mandiri dan tidak bergantung dengan guru mata pelajaran, sehingga proses belajar semakin student oriented.

Prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan dari pretest ke posttest dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada

Problem Based Learning

X N Min Max Mean

PreTest 30 45 80 60.50

PostTest 30 60 90 84.67

Langkah uji selanjutnya dari penerapan PBL adalah melalukan uji normalitas data-data nilai siswa, tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui data-data yang berdistribusi normal Berikut ini dapat dtunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Problem Based Learning

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Sig. Sig. Pre Test .033 .195 Post Test .008 .077

Hasil dari output pengujian normalitas tersebut diperoleh bahwa data berdistribusi normal yang dibuktikan pada uji shapiro-wilk yang taraf signifikansinya > 0.05.

Uji normalitas pada kedua eksperimen sudah dilakukan dan berhasil karena data normal. Sehingga peneliti sudah dapat melanjutkan uji yaitu uji homogenitas yang dilakukan untuk mempeoleh data variansi data pada eksperimen PBL dan DL. Dasar pengambilan keputusan hasil homogen atau tidaknya diutarakan oleh Yamin bahwa jika nilai sig. > 0.05 maka data kedua kelompok eksperimen variansinya homogeny, jika nilai sig < 0.05 maka data kedua kelompok tidak memiliki variansi yang homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilhat pada Tabel 6.

(6)

Tabel 6. Uji Homogenitas Varians PBL dan Discovery Learning

Test of Homogeneity of Variance

Levene Sig.

Based on Mean 1.662 0.202

Based on Median 1.590 0.212

Based on Median and with adjusted df

1.590 0.213

Based on trimmed mean

1.777 0.188

Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Sig.) Based on Mean adalah sebesar 0.202 > 0.05, yang artinya lebih dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data Post-Test kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 adalah data yang bervariansi homogen. Pengujian dapat dilanjutkan karena hasil uji homogenitas berhasil mendapatkan data yang beragam atau homogen. Uji selanjutnya yang dilakukan yaitu independent sample t test.

Uji independent sample t test digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata. Data yang digunakan pada penelitian ini berbeda kelas dan variabel, maka dari itu peneliti menggunakan pengujian independent. Pada dasarnya uji independent ini dilakukan untuk memperoleh jawaban rumusan masalah pada penelitian ini. Ada 2 hipotesis yang dirumuskan dari pengujian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ho diterima artinya tidak terdapat beda yang signifikan diantara hasil rata-rata nilai atau prestasi belajar saat sudah diterapkan variasi model belajar.

2. H1 diterima artinya terdapat beda rata-rata hasil belajar saat sudah diterapkan model belajar.

Berikut dapat dilihat hasil uji hipotesis eksperimen kedua kelompok setelah dilakukan implementasi variasi model belajar pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji Independent Sample T Test

Independent Samples Test

Levene's

t-test for Equality of Means F t Sig. (2-tailed) Equal variances assumed 1.662 5.853 0.000

Uji independent sample t test adalah pengujian akhir dari proses penelitian ini yang menyimpulkan berdasarkan teknik pengujian taraf signifikansi alfa = 0.05, output dari SPSS 22 menghasilkan nilai Lavenes pada F hitung sebesar 0.000 yang artinya kurang dari 0.05 yakni bersifat homogen. Nilai sig. sebesar 0.000 yang kurang dari 0.05 juga sehingga disimpulkan bahwa data kedua kelompok menolak Ho dan menerima H1. Jadi terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model belajar PBL dan DL. Berikut adalah diagram hasil rata-rata posttest pada kedua kelompok eksperimen.

Gambar 4. Grafik Perbandingan

Grafik tersebut menunjukkan data yang dihasilkan saat posttest memiliki perbedaan, model belajar PBL memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan model DL. Perbedaan hasil pada grafik cukup signifikan. Hasil penerapan DL dan PBL dapat memberikan dampak positif pada siswa, hal tersebut dibuktikan dari meningkatnya keaktifan, kerjasama dan kemandirian siswa saat proses pembelajaran serta nilai atau prestasi belajar siswa yang meningkat dari pretest ke posttest bahkan dari KD sebelumnya.

4. PEMBAHASAN

Prestasi belajar merupakan faktor utama dalam keberhasilan penelitian ini, disamping prestasi belajar memang sangat penting bagi guru maupun siswa. hasil interaksi, keaktifan, kerjasama, diskusi dan penjelajahan siswa secara mandiri akan dilihat pada prestasi belajar, tetapi prestasi dari siswa terpengaruh oleh beberapa faktor yakni Faktor internal, (Ahmadi dan

65 70 75 80 85 Hasil Belajar Discovery Learning Problem Based Learning Column1

(7)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Supriyono, 1991) seperti jasmani, psikologi atau psikis merupakan faktor interal, sedangkan faktor eksternal , Menurut (Ahmadi dan Supriyono, 1991) seperti gaya belajar, lingkungan atau suasana belajar, keadaan keluarga, dan stimulus belajar seseorang.

Ekperimen pertama dilakukan dengan penerapan model DL. Model belajar ini mermberikan suasana belajar online yang berbeda, guru memacu pembelajaran siswa dengan sebuah masalah yang membingungkan kepada siswa, masalah yang telah dipahami oleh siswa dicari solusi dengan kegiatan diskusi dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Kegiatan belajar ini dilakukan dengan bantuan aplikasi canvas dan zoom karena pembelajaran dilakukan secara semi face to face secara online. Dampak dari implementasi model belajar ini adalah siswa mengalami beberapa perubahan daripada KD sebelumnya seperti pada sikap dan prestasi belajar. Sikap siswa jauh lebih antusias, aktif, mandiri dan melakukan diskusi dengan baik. Sedangkan prestasi belajar juga mengalami peningkatan hasil dari nilai prestest ke posttest.

Beberapa ahli mengungkapkan mengenai pengertian dari DL, salah satunya adalah (Roestiyah, 2001) mengemukakan model discovery learning adalah model mengajar mempergunakan teknik penemuan. Guru bimbingan kepada siswa, sedangkan siswa mengalami penjelajahan sendiri sehingga rasa ingin tahu dan mental kemandiriannya terasah. Proses pembelajaran discovery learning dimulai dengan langkah-langkah yang diberikan oleh guru pada aplikasi canvas. Peserta didik memiliki account pribadi untuk gabung dengan kegiatan belajar pembelajaran, alur pembelajaran seperti yang telah disampiakan oleh guru, tidak boleh membuat aturan sendiri dan harus sesuai dengan tenggang waktu telah diberikan pada aplikasi. Tenggang waktu yang diberikan untuk menjaga keterlaksnaan langkah-langkah model belajar terlaksana dengan baik dan sesuai.

Kegiatan belajar berjalan dengan lancar hanya ada satu hambatan seperti siswa yang join kelas terlambat dan koneksi internet siswa yang tidak stabil. Guru selalu memberikan arahan dengan baik sehingga siswa mampu melaksanakan proses belajar yang nyaman dan terinstruksi.

Proses olah data yang dilakuka secara diskusi dengan kelompok membuahkan hasil yang maksimal, siswa yang awalnya tidak berani mengungkapkan pendapat secara lisan akhirnya

berani mengungkapkan pendapat secara tertulis di aplikasi canvas. Saat ada siswa yang kurang aktif, guru segera menegur ketua kelompok atau bahkan tertuju kepada siswa langsung agar tetap fokus dan kembali untuk mengikuti kegiatan dengan aktif. Setelah siswa menyelesaiakn diskusi dengan kelompok, guru memberikan satu kesempatan untuk beberapa kelompok agar melakukan presentasi secara singkat. Presentasi dilakukan di zoom dan diperjelas pada canvas, saat salah satu kelompok melakukan presentasi, seluruh siswa wajib mendengarkan dan diperkenanan untuk memberi tanggapan, kemudian guru memberikan generalisasi kepada kelompok tersebut agar solusi yang ditawarkan tetap pada jalur yang benar. Generalisasi tersebut ditekankan pada materi yang siswa perlu paham lebih dahulu, hal ini dianalisis oleh guru berdasarkan hasil pretest siswa. Kesimpulan dari pembahasan implementasi DL pada kelas MM3 memberikan dampak yang positif kepada siswa dan hasil dari penerapannya pun telah terbukti dari nilai rata-rata nilai dikelas yang semakin meningkat, tidak hanya itu, sikap siswa juga mengalami perubahan saat di implementasikan model belajar ini.

Selanjutnya adalah hasil prestasi belalajar pada model pembelajaran Problem Based Learning. Jerome Bruner mengemukakan bahwa PBL berasal dari model DL yang dikembangkan. Menurut Tan PBL merupakan belajar dengan berbagai macam pemahaman atau mental kecerdasan seseorang yang di konfrontasi untuk kehidupan nyata sehari-hari, kemampuan yang dimaksud adalah untuk menghadapi segala sesuatu yang kompleksitas atau bersifat baru sekalipum. Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur dalam (Rusman, 2010) bahwa PBL adalah belajar yang merangsang pola berpikir seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia nyata. Kelebihan PBL antara lain

a) Siswa menjadi terbiasa dengan mental menyelesaikan masalah dan masalah yang ada di kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari bahkan dunia pekerjaan, sosial dan bisnis;

b) Kebiasaan diskusi dengan teman sejawat memberikan dampak positif pada nilai solidaritas siswa yang tinggi;

c) Mengakrabkan peserta didik dan guru didalam kelas ataupun diskusi diluar mata pelajaran;

d) Memberikan kebiasaan kepada siswa untuk melakukan eksperimen.

(8)

Impementasi model pembelajaran PBL telah memberikan perubahan besar terhadap prestasi belajar siswa, hal ini dibuktikan pada meningkatnya hasil belajar pretest ke potest bahkan KD 3.8 ke 3.9. Proses belajar juga seperti eksperimen pertama yaitu secara online dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sesuai dengan model PBL. Peningkatan tersebut dapat terwujud karena peserta didik aktif saat suasana belajar sedang berlangsung didalam platform media belajar canvas dan zoom, aktif dalam menggali informasi melalui diskusi secara tertulis maupun lisan dengan teman satu kelompok dan memberikan beberapa pertanyaan kepada guru. Skenario model belajar atau langkah-langkah yang telah dibuat oleh guru juga dilaksanakan dengan baik dan secara runtut. Hasil model PBL lebih tinggi dari model DL. Untuk mengetahui buktinya bisa dilihat pada hasil uji independent sample t test. Hal terbut dapat dibuktikan dari hasil uji independent atau uji hipotesis akhir yang sudah dilakukan. Selain itu, model PBL memiliki nilai yang lebih tinggi karena saat implementasi model PBL, suasana belajar memang sedikit berbeda dengan penerapan model DL. Siswa jauh lebih tenang dan mentaati peraturan, sikap kerjasama, mengemukakan pedapat dan kemandirian dalam berpikir siswa juga terlihat jelas dibandingkan saat penerapan model DL. Ada beberapa kelebihan PBL dan kelemahan DL yang dapat disoroti dari penelitian ini, seperti DL tidak bisa dipahami secara cepat oleh siswa saat guru memberikan sebuah masalah yang membingungkan dan siswa berusaha menemukan solusi yang sebelumnya belum pernah dipelajari sama sekali, sedangkan model PBL langsung memberikan impact karena siswa hanya bekerja sesuai dengan arahan guru yang dkembangkan oleh siswa sendiri secara bekerjasama dengan teman sekelompok. Selain faktor tersebut, faktor guru model dan pengaruh belajar secara online dengan faktor internal-eksternal juga berpengaruh pada pemahaman bahkan hasil belajar siswa.

Pada beberapa poin penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah hasil penelitian XI SMKN 5 Malang menunjukkan implementasi PBL dan DL memberikan dampak positif, tetapi model PBL memiliki hasil prestasi belajar lebih tinggi daripada model belajar DL.

5. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh

simpulan bahawa terdapat perbedaan dengan PBL yang lebih tinggi daripada DL. Hal ini telah dibuktikan dari hasil uji sample t-test yang diketahui terjadi perbedaan diantara kedua eksperimen, dengan selisih 10.84 lebih tinggi pada penerapan Problem based learning.

Peneliti lain disarankan untuk mengembangkan penelitian ini dan guru mata pelajaran Desain Grafis dapat memberikan variasi model belajar terutama menggunakan model PBL. Mengenai media pembelajaran, diharapkan kepada peneliti lain untuk memberikan media pembalajaran online yang sesuai dengan kompetensi dasar atau materi yang diberikan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Abidin.2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Arikunto, S., 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics in Scondary School. New York: Wm C Brown Company Publiser. Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia. Surabaya: Karya Agung Briggs, Leslie J. 1977. Instructional

Design,Educational Technology Publications Inc. New Jersey : Englewood Cliffs.

C. Asri, Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dr. Sugiyono, 2012. Model Peneltian kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fogarty, R. 1997. Problem Based Leraning and

Multiple Intelligences Classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Yogyakarta: Ghalia Indonesia

Kurniawan, Aris. 2015. Pengertian prestasi menurut para ahli beserta macamnya.

(9)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Tersedia di:

www.gurupendidikan.co.id/pengertian-

prestasi-menurut-para-ahlibeserta-macamnya/. [Diakses pada tanggal 30 Juni 2020]

M Fathurohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Teras National Education Association .1969.

Audiovisual Instruction Department, New Media and College Teaching. Washington, D.C. : NEA.

Nana Sudjana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosadakarya

Oemar Hamalik. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Rachman, M. 1999. Manajemen Kelas. Semarang: Depdikbud. Dirjen dikti. Proyek PGSD.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Maulana.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rusman, 2010. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Kemampuan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: CV Bina Media Informasi Sanjaya, Wina. 2010, Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group Siti Pratini. 2005. Psikologi Pendidikan.

Yogyakarta: Studing

Suharsimi Arikunto. 1996.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sukmadinata, N. S. 2005. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumadi Suryabrata. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suyanto, dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru

Profesional, Strategi meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Esensi Erlangga Group

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambar 2.2 Sintaks Model PBL
Gambar 2. Alur Penelitian
Grafik  tersebut  menunjukkan  data  yang  dihasilkan  saat  posttest  memiliki  perbedaan,  model  belajar  PBL  memiliki  rata-rata  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  model  DL

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga menemukan bahwa baik pada akses air bersih yang kurang maupun baik, lebih dari 60% anggota rumah tangga di rumah tangga yang mempunyai balita di perkotaan

Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Dan Kompetensi Sosial Tenaga Akunan

Oleh karena itu untuk optimalisasi antara resolusi sinyal dan sensitivitas solar cell serta proses pembuatan maka umumnya grating pitch dipertahankan pada 20 mikrometer dan

Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840 ribu orang (6,13 persen)

[4.9] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 12, pasal 36 ayat (2) pasal 37 UU KIP juncto Pasal 1 angka 6, pasal 5 huruf b, pasal 11 ayat (1) huruf a, PERKI tentang

Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar..

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahNya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Perancangan Sistem Informasi Rumah Sakit

Buku dengan teknologi AR ini secara garis besar berisikan tentang peta atau gambar dari bangunan pura yang difungsikan sebagai penanda (marker) dan penjelasan