• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Dunia bisnis telah mengadopsi teknologi dan/atau sistem informasi secara konsisten dan menjadikannya bagian dari bisnis itu sendiri. Penggunaan teknologi dan/atau sistem informasi yang diterapkan merupakan usaha perusahaan untuk dapat bersaing lebih kompetitif pada dunia bisnis yang semakin berkembang. Inovasi telah diidentifikasi sebagai keuntungan bagi organisasi pada masa persaingan yang sangat pesat di pasar dunia. Organisasi dalam hal ini perusahaan menggunakan sistem informasi dalam segala aspek bisnis mereka mulai dari mengontrol pekerjaan sampai pada pengambilan keputusan dan juga untuk berkomunikasi.

Wilmar adalah organisasi bisnis (perusahaan) yang bergerak dalam bidang agribisnis dengan kelapa sawit sebagai bahan dasar utama untuk beberapa produk Wilmar. Wilmar memiliki kawasan perkebunan kelapa sawit yang sering disebut dengan Wilmar Plantation di beberapa lokasi unit Wilmar. Masing-masing unit sehari-harinya (daily) memberikan laporan berupa data survei kebun, data posisi yang berasal dari GPS, dan laporan kerja lainnya kepada kantor pusat (head

office), yang berada di Medan-Sumatera Utara, secara manual – tanpa adanya

suatu sistem tertentu yang dapat meng-cover proses bisnis dari plantation Wilmar. Sistem Informasi Geografis Wilmar atau lebih sering disebut dengan GIS singkatan dari Geographical Information System, merupakan sistem informasi

(2)

berbasis Web yang dibangun dari ide, gagasan dan konsep seorang praktisi Geografis yang sehari-harinya bekerja di bidang lahan dan kawasan perkebunan kelapa sawit. Berawal dari daily work tersebut, Beliau kemudian mengembangkan ide, gagasan dan konsep untuk membangun sebuah sistem informasi yang dapat meng-cover pekerjaan sehari-hari subordinatnya dan juga pihak yang terkait dengan pekerjaan Geografikal dan proses bisnis plantation pada kawasan perkebunan Wilmar Group.

Adapun objektivitas dari Sistem Informasi Geografis Wilmar ini adalah: 1) Untuk menjadi platform utama bagi departemen yang terkait dengan pekerjaan Geografis dalam berbagi informasi dan data geo-spasial; 2) Untuk menyediakan hasil survei, pemetaan dan sistem geografis yang dikoordinasikan dengan baik dalam mendukung semua fase pada siklus pengembangan perkebunan minyak sawit; 3) Untuk menyediakan data geografis yang up to date (muktahir) dan tersedia secara real time bagi semua tingkatan manajemen.

Demi mencapai objektif tersebut, dibentuklah sebuah organisasi yang dinamakan dengan departemen GIS. Dari objektif tersebut, ruang lingkup dan fungsi dari Departemen GIS adalah: 1) Mengkoordinasikan semua kegiatan survei lahan perkebunan yang ada dalam Wilmar Group; 2) Memroses dan menjaga data geografis untuk tetap ter-update pada database; 3) Pemusatan tempat penyimpanan data untuk semua data peta dan hasil survei yang kemudian dapat diakses oleh personil yang memiliki akses untuk mengambilnya kembali secara

online; 4) Sebagai pusat Research & Development (R&D) untuk semua teknologi

(3)

bisnis) perkebunan kelapa sawit (plantation) Wilmar Group; 5) Secara fungsional, mendukung beberapa departemen ataupun operasional unit yaitu departemen agronomi dan R&D (Research & Development), Bina Mitra, Land Clearing

Estate, Production Estate, Business Development dan Head Office.

Adapun tujuan dari Sistem Informasi Geografis Wilmar adalah:

1. Memberikan efisiensi bagi pekerjaan teknisi Geografis di lapangan dalam memberikan laporan.

2. Sebagai bahan masukan (input) bagi top management dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pembelian lahan, ganti rugi, dan lain sebagainya.

3. Sebagai sistem pelaporan (reporting) bagi manajemen.

4. Sebagai tool untuk mengontrol pelaksanaan kerja di lapangan (as control

tool).

Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Geografis Wilmar, yang dimulai pada tahun 2007 ini, merupakan wujud dari ide, konsep dan gagasan yang tercanang dalam inovasi teknologi. Sistem Informasi ini memberikan keuntungan bagi personil-personil dari tiap departemen yang pekerjaannya berkaitan dengan proses bisnis plantation dalam melakukan pekerjaan mereka. Hal tersebut karena Sistem Informasi ini memiliki kemampuan yang antara lain adalah mengefiesiensi waktu pekerjaan, memberikan data yang ter-update dengan memfasilitasi pemusatan data (centralized database) untuk semua unit bisnis

plantation, memfasilitasi proses pelaporan dari unit bisnis plantation kepada

kantor pusat, men-generate report yang dibutuhkan manajemen dalam pengambilan keputusan dan juga sebagai media komunikasi yang real time untuk personil yang memiliki keterkaitan pekerjaan.

Adanya inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar ini memberi dampak perubahan pada proses bisnis dan cara pihak yang terkait dengan proses bisnis

(4)

tersebut dalam melakukan pekerjaannya. Perubahan (change) selalu diiringi dengan adanya ketidakpastian (uncertainty), hal tersebut terjadi karena kebiasaan yang dilakukan sehari-hari menjadi tidak sama lagi. Butuh waktu dan proses untuk menerima perubahan tersebut dan tidak sedikit juga penolakan terjadi pada saat perubahan tersebut diaplikasikan.

Inovasi perlu dikomunikasikan dengan baik kepada target inovasi tersebut. Usaha pengkomunikasian atau penyebaran inovasi disebut dengan difusi inovasi; seperti yang didefinisikan oleh Everett M. Rogers, “diffusion is the process in which an innovation is communicated …” (Rogers, 2003:5). Inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar ini perlu dikomunikasikan dengan baik kepada pengguna (users) dari Sistem Informasi tersebut yaitu semua personil yang merupakan anggota dari organisasi (departemen) di bawah naungan Wilmar dan pekerjaannya terlibat dalam proses bisnis plantation.

Pelopor sekaligus penggagas dari inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar ini sudah melakukan usaha untuk menyebarkan inovasi tersebut kepada penggunanya mulai dari tahun 2008, saat Sistem Informasi tersebut di release. Bersama dengan pengembang (developer) Sistem Informasi tersebut, penggagas mengenalkan dan menyebarkan inovasi dengan menggunakan cara-cara komunikasi dan metode tertentu sehingga inovasi tersebut dapat diimplementasikan dan digunakan oleh penggunanya.

Proses pengambilan keputusan dalam hal pengadopsian suatu inovasi dalam organisasi berbeda dengan proses pengambilan keputusan pengadopsion inovasi secara individu. Individu yang menjadi anggota suatu organisasi tidak serta-merta

(5)

dapat menerima ataupun menolak inovasi yang diperhadapkan kepadanya. Ada hal-hal yang terjadi selama proses penyebaran dan juga penyerapan inovasi dalam organisasi. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dan mendeskripsikan proses alami yang terjadi dalam upaya penyebaran inovasi oleh penggagas dan developer dalam menyebarkan inovasinya dan bagaimana penerimaan (adopsi) pengguna (users) terhadap inovasi Sistem Informasi Geografis tersebut dengan upaya yang sudah dilakukan oleh penggagas dan

developer inovasi tersebut.

1.2.

Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan permasalahan yang diangkat dan diteliti dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana upaya penyebaran inovasi dan penerimaan/penyerapan pengguna terhadap inovasi teknologi Sistem Informasi Geografis Wilmar pada Intra-Organisasi Wilmar?”

1.3.

Pembatasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menjabarkan secara sistematis mengenai proses komunikasi dalam penyebaran (difusi) ide, gagasan dan konsep baru yang tercanang dalam inovasi di dalam organisasi. Peneliti membatasi permasalahan yang diteliti dan yang dijabarkan yaitu pada proses penyebaran inovasi yang diterapkan oleh penggagas dan developer inovasi dalam upayanya untuk mengkomunikasikan ide, konsep dan gagasannya yang tercanang dalam inovasi teknologi Sistem Informasi Geografis Wilmar.

(6)

2. Peneliti juga menjabarkan bagaimana penerimaan pengguna (users) terhadap Sistem Informasi tersebut dalam jangka waktu mulai di-release-nya Sistem Informasi tersebut (2008) sampai saat sekarang ini (2011).

3. Inovasi yang diteliti pada organisasi Wilmar Group ini adalah Sistem Informasi Geografis berbasis web (Web based Geographical Information

System).

4. Target inovasi dari Sistem Informasi Geografis Wilmar adalah beberapa organisasi (departemen) yang berada di bawah naungan Wilmar, sehingga pengguna (users) Sistem Informasi Geografis Wilmar adalah anggota organisasi (departemen) yang berada di unit-unit plantation Wilmar di berbagai lokasi dan juga pengguna yang berada di Kantor Pusat (Head Office) yang berlokasi di Medan. Karena keterbatasan waktu peneliti, subjek penelitian yang diteliti adalah organisasi (departemen) GIS yang berlokasi di kantor pusat, Medan.

5. Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu bulan Maret s/d Mei 2011.

1.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi yang terjadi dalam upaya penyebaran (difusi) inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar di organisasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan/penyerapan (adopsi) user terhadap inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar.

(7)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Peneliti sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak yang terlibat dalam proses difusi inovasi Sistem Informasi Geografis Wilmar dan juga bagi pihak akademis. Manfaat yang diberikan melalui penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini memberi manfaat bagi peneliti sebagai proses untuk mendalami dan memperluas pengetahuan peneliti mengenai pentingnya komunikasi dan terutama pada kaitannya dalam proses penyebaran (difusi) ide-ide baru yang tertuang dalam inovasi pada organisasi.

2. Secara praktis, penelitian bermanfaat sebagai umpan balik (feedback) bagi

innovator (penggagas) dan juga developer (pengembang) inovasi Sistem

Informasi Geografis Wilmar untuk mengetahui bagaimana penerimaan (adopsi) pengguna (user) terhadap inovasi sistem informasi ini dan juga menjadi informasi bagi mereka untuk menetapkan strategi dalam upaya penyebaran (difusi) inovasi kedepannya.

3. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang komunikasi.

1.5.

Kerangka Teori

Teori di dalam penelitian dibutuhkan sebagai pegangan pokok (kerangka berpikir) secara umum (Suyanto, 2008:43). Mengingat masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah upaya difusi inovasi dan adopsi terhadap inovasi tersebut

(8)

pada intra-organisasi Wilmar, maka teori yang menjadi dasar kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah teori kualitatif dan “Difusi dan Adopsi” Inovasi.

1.5.1. Metode Kualitatif

Metode kualitatif, oleh Creswell sebagai suatu gambaran yang “kompleks dan holistik”, suatu rujukan pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca ke dalam dimensi jamak dari sebuah masalah atau isu dan menyajikannya dalam semua kompleksitasnya. Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut (Emzir, 2010: 2):

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explores a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants and conducts the study in a natural setting.

Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu, menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada observasi terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya (Zuriah, 2007:92).

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2008: 21) adalah seperti berikut:

a) Qualitative research has the natural settings as the direct source of data and

researcher is the key instrument.

b) Qualitative research is descriptive. The data is collected ini the form of words

(9)

c) Qualitative research is concerned with process rather than simple with

outcomes or products.

d) Qualitative research tends to analyze their data inductively. e) “Meaning” is of essential to the qualitative approach.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah: (a) penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; (b) lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; (c) lebih menekankan pada proses daripada produk atau hasil (outcome); (d) penelitian yang melakukan analisis data secara induktif; dan (e) lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Dalam penelitian kualitatif, masalah masih bersifat sementara, tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2008:283). Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2008: 285).

Pembatasan masalah dalam penelitian kualitatif lebih berdasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibility (kemungkinan dikerjakan) masalah yang diteliti, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu (Sugiyono, 2008: 286). Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of

(10)

explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan

masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif (Sugiyono, 2008: 288).

Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun

instrument dan sebagai panduan untuk wawancara dan observasi. Peneliti

kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspective emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan difikirkan oleh partisipan/sumber data (Sugiyono, 2008: 295-296).

(11)

1.5.2. Difusi dan Adopsi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Sesuai dengan pengertian difusi dari Rogers (2003), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system”.

Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (2003) difusi menyangkut kepada “… the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters”.

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok (Nasution, 2007:124), yaitu: (1) Suatu inovasi; (2) yang

dikomunikasikan melalui saluran tertentu; (3) dalam suatu jangka waktu; (4) di

antara para anggota suatu sistem sosial.

1.5.2.1. Proses Difusi Inovasi

Proses penyebaran (difusi) inovasi melibatkan elemen-elemen berikut: 1. Inovasi

Inovasi adalah segala sesuatu: baik ide, gagasan, konsep, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan seseorang sebagai sesuatu yang baru. Baru disini

(12)

tidak semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut.

Inovasi terdiri dari dua komponen yaitu 1) komponen ide dan 2) komponen obyek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap inovasi yang memiliki kedua komponen tersebut memerlukan adopsi yang berupa tindakan (action), sedangkan untuk inovasi dengan komponen ide, adopsi yang dilakukan hanya berupa penerimaan simbolik (Nasution, 2007:124-125).

2. Saluran komunikasi (communication channels)

Saluran komunikasi adalah media untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber perlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran komunikasi interpersonal.

3. Sistem sosial (social system)

Sistem sosial adalah kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

(13)

4. Jangka waktu

Proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

1.5.2.2. Proses Adopsi Inovasi

Dalam penerimaan sesuatu inovasi, biasanya seseorang atau target inovasi melalui sejumlah tahapan yang disebut tahapan putusan inovasi yaitu (Nasution, 2007: 126):

1) Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge), yaitu tahapan dimana seseorang sadar dan tahu bahwa ada sesuatu inovasi.

2) Tahap Persuasi (Persuasion), yaitu tahapan ketika seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.

3) Tahap Keputusan (Decisions), yaitu tahapan dimana seseorang membuat keputusan apakah menerima atau menolah inovasi yang dimaksud.

4) Tahapan Implementasi (Implementation), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai suatu inovasi.

5) Tahapan Konfirmasi (Confirmation), yaitu tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.

(14)

Ada lima atribut inovasi (perceived attribute of innovation) yang mempengaruhi pandangan pengguna terhadap inovasi (Nasution, 2007: 125). Kelima atribut inovasi tersebut mempengaruhi keputusan pengguna dalam mengadopsi inovasi yang dikenalkan kepadanya. Atribut-atribut inovasi tersebut adalah:

a. Keuntungan relatif (relative advantages), yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru dalam inovasi yang dikenalkan kepada pengguna memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka atau tidak.

b. Keserasian (compatibility), yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan.

c. Kerumitan (complexity), yaitu apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya users (adopter) tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan tambahan beban yang baru.

d. Dapat dicobakan (trialability): yaitu bahwa suatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum users terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin menghindari suatu risiko yang besar dari perbuatannya.

(15)

e. Dapat dilihat (observability): jika suatu inovasi dapat disaksikan oleh mata, dapat terlihat dan dirasakan langsung hasilnya, maka akan lebih mudah untuk

users dalam mempertimbangkan untuk menerima inovasi tersebut.

Tujuan dari proses komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru berupa inovasi) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi tidak hanya berhenti jika komunikator telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran (komunikan) telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan komunikator. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi baru berhenti jika sasaran atau target adopsi telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki komunikator yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut.

Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”. Sehingga apabila yang sedang dikomunikasikan bukan merupakan produk inovasi, maka tidak lazim untuk disebut sebagai difusi.

1.6.

Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

(16)

keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Hal yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana penggagas dan developer menyebarkan dan mengkomunikasikan inovasinya kepada penggunanya. Keberhasilan penggagas dalam menuangkan ide dan konsepnya kedalam satu produk inovasi teknologi yang digunakan di perusahaan Wilmar adalah hal yang menarik untuk diteliti. Dengan kekompleksan proses bisnis yang ada di organisasi (perusahaan) perkebunan (plantation), penggagas dapat merintis dan sampai pada mengimplementasikan inovasi tersebut di proses bisnis plantation Wilmar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana peneliti lebih tertarik mengeksplor proses komunikasi yang terjadi pada upaya penggagas dan developer dalam menyebarkan inovasinya kepada pengguna inovasi tersebut mulai dari (1) bagaimana inisiasi dari munculnya ide dan konsep inovasi, (2) berapa lama waktu yang diperlukan untuk memantapkan ide/konsep tersebut, (3) apa saja yang dilakukan oleh penggagas dalam mengupayakan ide dan konsepnya tertuang dalam produk inovasi (4) upaya komunikasi apa yang diterapkan penggagas dan developer dalam menyebarkan inovasi hingga inovasi tersebut dapat diterima dengan baik di organisasi (perusahaan), dan (5) peneliti juga ingin mengetahui apa saja kendala yang dihadapi penggagas dan developer inovasi tersebut dalam proses penyebaran inovasi kepada pengguna.

Peneliti juga ingin meninjau bagaimana penerimaan pengguna terhadap inovasi yang disodorkan kepada mereka. Penerima adalah adopter atau pengguna

(17)

(user) Sistem Informasi Geografi Wilmar. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan user terhadap inovasi tersebut: (1) apakah pengguna merasakan manfaat dari inovasi tersebut, (2) apakah ada kesulitan dalam menggunakan inovasi tersebut, (3) apakah pengguna menggunakan inovasi atas kesadaran pengguna sendiri akan kebutuhan terhadap fungsi yang diberikan inovasi tersebut ataukah atas perintah untuk menggunakannya, dan (4) apakah pengguna sudah merasa cukup puas dengan fungsi-fungsi yang disediakan di Sistem Informasi Geografis Wilmar (apakah Sistem Informasi Geografis Wilmar sudah meng-cover fungsi-fungsi yang mereka butuhkan untuk mengerjakan tugas/pekerjaan harian

mereka atau tidak). Inovasi Sistem Informasi Geografi Wilmar yang mulai dibangun sejak tahun

2007 dan kemudian di-release untuk digunakan oleh pengguna pada tahun 2008 sudah disebarkan ke beberapa departemen yang berkaitan dengan proses bisnis

plantation baik yang ada di Kantor Pusat (head office) maupun di unit-unit plantation Wilmar. Departemen-departemen tersebut adalah departemen GIS,

Bina Mitra, Surveior, TBS POM, Land Clearing Estate, Production Estate, dan

Business Development.

Situasi sosial yang menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah organisasi (departemen) GIS yang berada di kantor pusat Medan. Departemen GIS ini dipilih oleh peneliti karena lokasi dari subjek penelitian terjangkau bagi peneliti dan peneliti juga sudah familiar dengan situasi sosial tersebut sehingga peneliti dapat dengan mudah melakukan observasi serta wawancara mendalam untuk mengumpulkan data yang diperlukan pada penelitian ini.

(18)

Penggagas dari inovasi ini adalah pimpinan (manager) dari departemen GIS. Penggagas bekerjasama dengan tim developer dalam mewujudnyatakan inovasinya dalam bentuk ide/konsep menjadi inovasi dalam bentuk produk. Penggagas sendiri berperan aktif dalam menyebarkan dan mengkomunikasikan inovasinya. Tim developer yang membangun Sistem Informasi Geografis berbasis Web ini juga turut berperan serta dalam menyebarkan dan mengkomunikasikan inovasi tersebut kepada pengguna. Mereka secara langsung memperkenalkan Sistem Informasi Geografis kepada pengguna dengan memberikan pelatihan kepada pengguna bagaimana cara menggunakan Sistem Informasi tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diberikan penyuluhan tentang makna prosesi kegiatan panggih pengantin, didapatkan bahwa diantara dua puluh peserta yang hadir dalam acara PKK pada Minggu, 17 Desember 2017

Skripsi dengan judul “Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Kesejahteraan Petambak Udang (Studi Kasus di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Provinsi

Namun kemudahan strategi penjualan ini ternyata masih belum dimanfaatkan oleh banyak pedagang kecil dan menengah, sehingga dibutuhkan pelatihan singkat untuk memahami strategi

Analisis situasi disini dilakukan dengan memperhatikan faktor SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threads) yang ada pada situasi sebelum menentukan strategi

Metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mengungkapkan gejala-gejala atau keadaan yang terjadi pada subjek

Kaedah pembuatan emas yang ditatah dalam atau ‘gold inlay’ ini dijelaskan oleh Winstedt (1925) iaitu “where the base is a black oxydized metal, in which a pattern is chiselled

Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak, ataulempengan yang

Dari perhitungan Daya dukung kawasan tersebut, maka jumlah pengunjung yang sesuai dengan DDP pada Perairan Pulau Biawak adalah sebanyak ± 7 orang/hari. Pada konsep