• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ABDIMAS UBJ Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ABDIMAS UBJ Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Hal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengukuran dan Penyuluhan Kelelahan Kerja pada Guru SD

Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

Gurdani Yogisutanti

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung, gurdani@yahoo.com

Abstrak

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Desa Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung adalah kegiatan pengabdian masyarakat yang menjadi agenda tahunan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Pada tahun ini, Program studi S1 Kesehatan Masyarakat memusatkan kegiatan pengabdian masyarakat pada Sekolah Dasar Sukawening. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pada guru. Tujuan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan guru SD Sukawening tentang kelelahan kerja, serta mengetahui tingkat kelelahan kerjanya. Pengukuran kelelahan kerja menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L77 dilakukan sebelum penyuluhan dan menggunakan kuesioner G-Fatigue, yang digunakan untuk mengukur kelelahan fisik dan psikologis pada dosen/tenaga pendidik. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dilakukan pretest sebelum penyuluhan dan posttest setelah penyuluhan. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalahn seluruh guru SD, sebanyak 10 orang. Akan tetapi pada saat pelaksanaan kegiatan, hanya 8 orang guru yang dapat mengikutinya (80%). Hasil pengukuran kelelahan kerja pada guru SD Sukawening didapakan data bahwa ada 12,5% yang mengalami kelelahan berat, dan 25,0% yang dalam kondisi normal. Sebagian besar dalam kondisi lelah ringan (62,5%). Rerata waktu reaksi adalah 260,4 milidetik standar deviasi 400 milidetik, termasuk dalam kondisi lelah ringan. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang pencegahan kelelahan kerja pada guru, dengan skor rerata pretest sebesar 4 standar deviasi 1 mengalami peningkatan dengan hasil posttest sebesar 6 standar deviasi 1,5. Pencegahan kelelahan kerja pada guru diperlukan karena dari hasil kegiatan pengmas didapatkan bahwa guru mengalami kelelahan kerja dan pengetahuan tentang pencegahan kelelahan kerja masih rendah sebelum dilakukan penyuluhan. Kegiatan yang sama dapat dilakukan di Sekolah Dasar lain yang belum pernah mendapatkan kegiatan serupa.

Kata Kunci: guru, kelelahan kerja, penyuluhan, G-Fatigue, Sekolah Dasar Abstract

Community service activities conducted in the Village District Sukawening Ciwidey Bandung regency is a community service activities that become the annual agenda of the College of Health Sciences Immanuel Bandung. This year, the Public Health Study Program focuses on community service activities at Sukawening Elementary School. The target of this community service activity is the teacher. The purpose of community service to improve the knowledge of Sukawening elementary school teachers about work fatigue, and to know the level of work fatigue. Measurement of work fatigue using the Lakassidaya L77 was done before counseling and using the G-Fatigue questionnaire, which was used to measure physical

(2)

and psychological fatigue in lecturers/educators. To know the increase of knowledge done pretest before counseling and posttest after counseling. The target of community service activity is all elementary school teachers, 10 people. However, at the time of the activity, only 8 teachers could follow it (80%). The result of the measurement of work fatigue in Sukawening elementary school teacher showed that 12,5% had severe fatigue, and 25,0% were in normal condition. Most are in mild tired conditions (62,5%). The average of reaction time is 260.4 milisecond.There is an increased knowledge of prevention of teacher fatigue, with a pretest average of 4 having an increase with posttest results of 6. Prevention of work fatigue in teachers is necessary because of the results of the activities of the community found that teachers experience fatigue and knowledge about prevention of fatigue work is still low before the health promotion. The same activity can be done in other elementary schools who have never received similar activities.

Keywords: elementary school, work fatigue, counseling, G-Fatigue, teacher Pendahuluan

Desa Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung merupakan salah satu desa yang menjadi sasaran dalam kegiatan pengabdian masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Wilayah Desa berada jauh dari perkotaan, namun sarana transportasi sudah bukan merupakan masalah di desa tersebut. Desa Sukawening mempunyai luaswilayah 700,19Ha. Berada di ketinggian 1200 s/d 1500 dpl. Suhu berkisar 18 s/d 20oC. Curah hujan pertahun rata 2150 mm. Kontur tanah

terdiri dari dataran ,landai dan berbukit. Kemiringan maksimal bukit sekitar 80o.

Ketinggian bukit berkisar 150 s/d 200 meter. Jenis tanah subur dan dapat ditanami sepanjang tahun. Letak wilayah berada 7 km dari pusat pemerintah kecamatan, 11 km dari pusat pemerintah kabupaten dan 45 km dari pusat pemerintahan provinsi, dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 dan roda 2. Desa Sukawening dilewati oleh jalan kabupaten sepanjang 3 km. Dilalui oleh sebuah sungai yang mengalir mulai dari RW 8 Pasirhonje dan berakhir di RW 18 Neglasari sepanjang kurang lebih 1 km. Dialiri oleh 2 saluran air dan irigasi yaitu Irigasi Sodong dan Sadakelir dengan debit air yang cukup besar dan dapat mengairi 80% areal pesawahan di Desa Sukawening. Batas desa sebagai berikut sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cikoneng Kecamatan Pasir Jambu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mekar Maju Kecamatan Pasir Jambu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.

Sekolah Dasar Sukawening merupakan salah satu sekolah dasar yang berlokasi di dekat Balai Desa Sukawening. Di desa tersebut terdapat 2 sekolah dasar, yaitu SD Sukawening dan SD Nenon. Sekolah Dasar Nenon dan Sukawening berjarang kurang dari 1 km. Jumlah siswa di SD Sukawening sebanyak 141 siswa dengan jumlah guru sebanyak 10 orang. Sebagian besar guru telah berpendidikan Sarjana (S1).

Kelelahan kerja merupakan masalah dalam dunia industri di negara berkembang termasuk Indonesia. Kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian (Suma'mur, P.K., 1997). Kelelahan kerja dapat berakibat pada menurunnya perhatian guru, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan

(3)

sukar berpikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatan fisik serta mental yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja pada guru (Budiono, 2003). Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat (Tarwaka & HAS, 2004). Pengetahuan tentang kelelahan kerja, baik upaya pencegahan, gejala, maupun akibat dari kelelahan kerja hendaknya dimiliki oleh guru. Guru adalah suatu pekerjaan yang banyak menimbulkan kelelahan kerja psikologis dibandingkan dengan kelelahan fisik. Apabila guru telah mengerti gejala kelelahan kerja, serta upaya pencegahan kelelahan kerja, maka penurunan produktivitas, angka absen kerja dan kejadian sakit yang disebabkan kelelahan kerja dapat dicegah dan dihindari.

Informasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah Dasar Sukawening disebutkan bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan maupun sosialisasi tentang pencegahan kelelahan kerja pada guru sekolah dasar. Pengetahuan guru tentang kelelahan kerja masih rendah, sehigga membutuhkan informasi tentang kelelahan kerja. Kelelahan kerja merupakan informasi yang baru bagi guru-guru di SD Sukawening, sehingga menjadi hal yang menarik untuk diikuti. Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh program studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung adalah dengan melakukan pengukuran kelelahan kerja menggunakan indikator waktu reaksi dan gejala kelelahan subjektif menggunakan skala kelelahan kerja fisik dan psikologis pada tenaga pendidik dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru sekolah dasar.

Masalah kesehatan masyarakat di Desa Sukawening berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dan berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SD Sukawening, bidan desa dan ketua PKK Desa Sukawening didapatkan data bahwa: pengetahuan guru sekolah dasar masih kurang terutama tentang keselamatan dan kesehatan kerja, kegiatan penyuluhan hanya ditujukan pada siswa, sedangkan guru tidak menjadi prioritas. Prioritas masalah yang akan ditindaklanjuti berdasarkan data dan informasi yang didapatkan yaitu tentang peningkatan pengetahuan pencegahan kelelahan kerja pada guru, dengan pertimbangan: 1) guru tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan, karena selama ini fokus pendidikan kesehatan hanya kepada siswa; 2) pengetahuan guru tentang kejadian kelelahan kerja masih kurang, dan mereka tidak tahu tentang adanya kelelahan yang dapat terjadi selama bekerja; 3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung mempunyai program studi S1 Kesehatan Masyarakat, dengan dosen yang mempunyai keahlian dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja; 4) tersedianya alat untuk mengukur kelelahan kerja pada guru, yaitu reaction timer Lakassidaya L77 portable yang dapat digunakan dan dibawa dengan mudah ke berbagai tempat. Selain itu untuk mengukur kelelahan kerja tidak membutuhkan waktu lama; 5) tersedianya instrumen berupa skala kelelahan G-Fatigue yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan kerja fisik dan psikologis pada tenaga dosen (Yogisutanti, 2016), dan pada kesempatan ini digunakan untuk mengukur kelelahan kerja pada guru sekolah dasar; serta 6) kesediaan guru SD Sukawening untuk mengikut kegiatan pengukuran kelelahan kerja dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru.

(4)

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan pada guru di SD Sukawening adalah: Pengetahuan guru sekolah dasar tentang pencegahan kelelahan kerja masih relatif rendah. Selain itu guru-guru Sekolah Dasar Sukawening tidak mengetahui kondisi kelelahan kerja yang dialami selama bekerja. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di antaranya adalah: 1) melakukan pengukuran kelelahan kerja pada guru Sekolah Dasar Sukawening untuk mengetahui tingkat kelelahan kerjanya menggunakan kuesioner G-Fatigue dan menggunakan reaction timer Lakassidaya L77; 2) mengidentifikasi pengetahuan guru SD Sukawening tentang pencegahan kelelehan kerja sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan. Pengabdian masyarakat yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya: 1) guru SD Sukawening mengetahui tingkat kelelahan kerja dengan pengukuran waktu reaksi menggunakan reaction timer Lakassidaya L77, sehingga dapat mewaspadai apabila terjadi kelelahan kerja; 2) meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan kelelahan kerja pada guru, sehingga dapat diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari untuk mengurangi kelelahan kerja yang terjadi; 3) bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel (STIKI) Bandung merupakan kesempatan bagi dosen STIK Immanuel Bandung untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan keahlian, yaitu tentang keselamatan dan kesehatan kerja; 4) meningkatkan kinerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) melalui kegiatan pengabdian masyarakat institusi yang dilakukan oleh seluruh dosen; dan 5) meningkatkan publikasi ilmiah dosen dalam bidang pengabdian masyarakat untuk mendukung meningkatnya jabatan fungsional dosen dan pencapaian Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Metode

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengukuran kelelahan kerja dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru dilaksanakan dengan sasaran kegiatan pengukuran kelelahan kerja dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru adalah seluruh guru di SD Sukawening, yaitu sebanyak 8 orang. Materi penyuluhan yang diberikan pada guru (terlampir dalam laporan), di antaranya adalah: a) permasalahan kelelahan kerja di Indonesia; b) domain keselamatan dan kesehatan kerja; c) lingkungan kerja (fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi); d) kelelahan kerja pada guru sekolah dasar; e) penyebab kelelahan kerja pada guru sekolah dasar; f) peraturan dan undang-undang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja; g) hasil-hasil penelitian terkait dengan kelelahan kerja pada tenaga pendidikan (dosen dan guru); h) pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan waktu reaksi dan menggunakan kuesioner G-Fatigue; dan i) pencegahan kelelahan kerja pada guru sekolah dasar.

Metode pendidikan kesehatan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat di SD Sukawening pada guru adalah: a) ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan media power point; b) pengukuran kelelahan kerja pada guru sekolah dasar menggunakan kuesioner G-Fatigue; c) pengukuran waktu reaksi sebagai indikator dari kelelahan kerja pada guru dengan menggunakan reaction timer Lakassidaya L77; dan d) diskusi tentang permasalahan yang pernah dialami oleh

(5)

guru sekolah dasar untuk mengetahui penyebabnya dan menentukan solusi atau pemecahan masalah tersebut;

Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat diukur berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan yaitu dengan menggunakan instrumen kuesioner pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum penyuluhan dan posttest dilakukan setelah penyuluhan selesai dilaksanakan. Keberhasilan penyuluhan adalah dengan peningkatan pengetahuan guru sebelum dan setelah penyuluhan mengenai pencegahan kelelahan kerja pada guru. Selisih antara skor posttest dan pretest merupakan indikator keberhasilan kegiatan. Semakin tinggi gain score atau selisih antara pretest dan postest, semakin tinggi keberhasilan penyuluhan yang dilaksanakan.

Prosedur kegiatan pengabdian masyarakat oleh dosen program studi S1 Kesehatan masyarakat dalam melakukan pengukuran kelelahan kerja dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru di SD Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu: 1) Persiapan. Persiapan kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan agar pelaksanaan sesuai dengan yang telah direncanakan bersama khalayak sasaran. Adapun kegiatan persiapan yang dilakukan meliputi: a) survei pendahuluan atau dengan wawancara kepada tokoh masyarakat tentang permasalahan yang banyak terjadi. Dalam hal ini adalah melakukan advokasi pada kelapa sekolah SD Sukawening tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru; b) Menyiapkan materi yang akan disampaikan pada penyuluhan dan menyusun dalam bentuk power point agar mudah dalam penyampaiannya; c) menyiapkan alat ukur dan personal yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat; serta d) menentukan waktu dan lokasi kegiatan pengabdian masyarakat bersama dengan kepala sekolah SD Sukawening. 2) Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat di SD Sukawening dikemas dalam bentuk ceramah, tanya jawab dan diskusi dengan peserta, yaitu semua guru SD Sukawening. Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut: a) pengukuran kelelahan kerja guru dengan menggunakan reaction timer Lakassidaya L77; b) pengukuran kelelahan kerja guru dengan menggunakan instrumen G-Fatigue untuk mengukur kelelahan kerja fisik dan psikologis pada tenaga pendidik; c) memberikan pretest kepada guru sebelum penyampaian materi tentang pencegahan kelelehan kerja pada guru; d) penyampaian materi pencegahan kelelahan kerja pada guru dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi dengan peserta; e) memberikan postest kepada guru setelah selesai penyampaian materi tentang pencegahan kelelehan kerja pada guru; f) menganalisis hasil pengukuran kelelahan kerja guru; g) menganalisis hasil pretest dan postest pengetahuan guru tentang pencegahan kelelahan kerja; h) penyampaian hasil pengukuran kelelahan kerja dan hasil skor peningkatan pengetahuan pencegahan kelelahan kerja pada guru; i) membuat kesimpulan dan Saran untuk upaya yang harus dilaksanakan oleh guru SD Sukawening yang menjadi peserta penyuluhan; j) pemberian doorprize pada 3 orang peserta dengan skor pengetahuan tertinggi untuk memberikan semangat, motivasi dan pengingat, supaya kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan tidak segera dilupakan oleh peserta; dan k) membagikan materi penyuluhan kepada

(6)

seluruh peserta supaya dapat dibaca kembali apabila membutuhkan informasi terkait dengan pencegahan kelelahan kerja pada guru sekolah dasar. 3) Evaluasi. Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat merujuk pada tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi yang dapat dilakukan di antaranya adalah: a) evaluasi jumlah peserta, dari target 100% hadir, ternyata hanya 80% yang hadir. Sebanyak 20% tidak hadir karena ada kegiatan di luar sekolah yang tidak dapat ditinggalkan; b) evaluasi proses untuk mengetahui peningkatan pengetahuan berdasarkan selisih skor pretest dan postet (gain scores); c) pretest dan postes dapat diikuti oleh 100% peserta yang hadir.

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengukuran kelelahan kerja pada guru sekolah dasar Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung telah dilaksanakan dan dihadiri 8 orang guru (100%). Peserta penyuluhan antusias dengan materi yang diberikan karena merupakan materi yang baru dan selama ini tidak pernah terpikirkan oleh peserta. Peserta penyuluhan sebanyak 8 orang, dengan rerata usia 52 tahun standar deviasi 2, dengan pendidikan sebagian besar adalah Sarjana dan hanya 1 orang yang berpendidikan Magister Pendidikan. Sebanyak 3 orang (37,5%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya adalah perempuan (62,5%). Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan sebelum dan setelah bekerja. Pengukuran kelelahan kerja subjektif pada guru menggunakan skala kelelahan kerja fisik dan psikologis G-Fatigue (Yogisutanti, 2016). Kelelahan kerja dikategorikan normal apabila skor kurang dari 50, lelah ringan apabila skor antara 51-80, lelah sedang apabila skor 81-110, dan lelah berat apabila skor lebih dari 110. Pengukuran kelelahan fisik menggunakan indikator waktu reaksi dikategorikan menjadai normal apabila waktu reaksi antara 150,0-240,0 milidetik, lelah ringan apabila waktu reaksi antara 240,0-410,0 milidetik, lelah sedang apabila waktu reaksi antara 410,0-580,0 milidetik dan lelah berat apabila waktu reaksi lebih dari 580,0 milidetik (Setyawati, 2010).

Pengukuran dengan menggunakan reaction timer Lakassidaya L77 didapatkan hasil pengukuran kelelahan kerja yang diukur menggunakan skala G-Fatigue, sebanyak 1 orang (12,5%) mengalami kelelahan berat, sebanyak 25,0% dalam kondisi normal, dan sebagian besar berada dalam kondisi lelah ringan (62,5%). Rerata hasil pengukuran kelelahan kerja menggunakan Lakssidaya L77 didapatkan bahwa waktu reaksi guru SD Sukawening adalah 260,4 milidetik degnan standar deviasi 400 milidetik.

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan pengukuran kelelahan kerja pada guru sekolah dasar dan penyuluhan pencegahan kelelahan kerja pada guru yang dilaksanakan di SD Sukawening Kecamatan Ciwidey terbukti dapat meningkatkan pengetahuan guru tentang kelelahan kerja. Dari hasil pretest dan postest didapatkan perbedaan skor, dengan rerata skor posttest lebih tinggi daripada pretest. Rerata skor pengetahuan sebelum penyuluhan adalah 4 dengan standar deviasi 1 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 5, yaitu menjawanb 50% dari seluruh soal yang diberikan. Setelah penyuluhan, skor pengetahuan guru meningkat

(7)

menjadi 6 dengan standar deviasi 1,5. Nilai tertinggi pada saat posttest adalah 8, yaitu menjawab dengan benar 80% dari soal yang diberikan.

Hasil penelitian yang dilakukan pada guru sekolah dasar se-Kecamatan Semarang Barat didapatkan hasil bahwa: sebanyak 18,2% dari 100 guru tidak mengalami kelelahan atau dalam kondisi normal, dan sebanyak 81,8% guru mengalami lelah ringan, dan tidak ada yang mengalami lelah sedang atau berat sebelum bekerja. Pengukuran kelelahan kerja setelah bekerja didapatkan bahwa sebanyak 85,5% guru mengalami lelah ringan dan 14,4% guru mengalami lelah sedang. Terdapat peningkatan kelelahan kerja guru sekolah dasar sebelum dan setelah bekerja (Koesyanto, 2008). Hal tersebut dapat terjadi pada guru sekolah dasar secara umum, demikian juga pada SD Sukawening. Dengan adanya penyuluhan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang pencegahan kelelahan kerja.

Selain penyuluhan, perlu juga dilakukan pelatihan pada guru untuk melakukan manajemen kelelahan kerja supaya mereka dapat mengurangi dan mencegah kelelahan kerja yang terjadi. Pelatihan pencegahan kelelahan kerja pada dosen telah dilakukan sebelumnya pada dosen di sekolah tinggi ilmu kesehatan di Bandung (Yogisutanti, Kusnanto, Setyawai, & Yasumasa, 2013). Pelatihan adalah sebuah upaya yang sistematis serta terencana untuk mengubah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap baru yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pelatihan memungkinkan pegawai memperoleh kemampuan tambahan sehingga ia dapat mengemban tugas atau pekerjaan aktual yang dihadapi secara lebih baik, lebih cepat, lebih mudah, dengan kualitas pekerjaan yang lebih tinggi dan menghasilkan kinerja dan produktivitas kerja yang lebih baik (Saing, 2017). Setelah dilakukan penyuluhan, perlu dilakukan pelatihan bagi guru SD untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja menjadi tingkat yang lebih berat yang dapat berakibat pada penurunan kinerja guru SD tersebut.

Beratnya tuntutan tugas seorang guru menyebabkan guru mengalami kelelahan, rasa bosan, jenuh. Kelelahan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan stres. Guru akan cenderung mengalami stres apabila kurang mampu beradaptasi keinginan dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun kenyataan yang ada di luar dirinya (Hidayat, 2016). Stres akan diperparah dengan kondisi kelelahan kerja.

Simpulan dan Rekomendasi

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengukuran kelelahan kerja pada guru sekolah dasar dan penyuluhan tentang pencegahan kelelahan kerja pada guru di Sekolah Dasar Sukawening berjalan dengan lancar, dan diikuti oleh hampir seluruh guru SD tersebut. Berdasarkan hasil pengumpulan data pengabdian masyarakat, dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah guru SD mengalami kelelahan ringan dan sisanya dalam kondisi normal. Pengetahuan guru mengalami peningkatan setelah mengikuti penyuluhan pencegahan kelelahan kerja. Terdapat peningkatan skor pengetahuan yang didapatkan dari hasil evaluasi menggunakan kuesioner pengetahuan. Guru sekolah dasar masih kurang terpapar informasi mengenai kelelahan kerja sehingga perlu dilakukan tindak lanjut dan upaya untuk memberikan pendidikan kesehatan terutama kesehatan dan keselamatan kerja.

(8)

Untuk mengetahui secara umum kondisi guru sekolah dasar, diperlukan skrining kelelahan kerja dan penelitian tentang penyebab kelelahan kerja pada guru sekolah dasar supaya dapat ditentukan upaya pencegahan dan mengurangi kelelahan kerja yang terjadi, supaya dapat meningkatkan kinerja guru.

Acknowledgment

Penulis mengucapkan terima kasih kepada guru-guru Sekolah Dasar Sukawening, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LP2M) yang telah memberikan dana untuk terlaksananya kegiatan pengabdian masyarakat pada guru. Terima kasih juga kepada seluruh dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat yang telah membantu kelancaran kegiatan pengabdian masyarakat.

Daftar Pustaka

Budiono, S. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Hidayat, Z. (2016). Pengaruh Stre dan Kelelahan Kerja terhadap Kinerja Guru SMPN 2 Sukodono di Kabupaten Lumajang. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA

Volume 6 (1), 36-44.

Koesyanto, H. (2008). Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Mengajar pada Guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Semarang Barat Tahun Ajaran 2006/2007. Kemas Volume 3 (2), 115-125.

Saing, B. (2017). Pengaruh Mutasi dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perhubungan Kota Bekasi. Jurnal Kajian Ilmiah Volume 17 (3), 151-158.

Setyawati, L. (2010). Selintas tentang Kelelahan Kerja, Manajemen Kelelahan Kerja adalah

Jawabannya. Yogyakarta: Amara Books.

Suma'mur, P.K. (1997). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Tarwaka, B., & HAS, S. (2004). Ergonomi untuk Kesehatan Kerja dan Produktivitas . Nika Press: Surakarta.

Yogisutanti, G. (2016). Pengembangan Instrumen Kelelahan Kerja Fisik dan Psikologis pada Dosen. Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel Volume 10 (1), 683-698. Yogisutanti, G., Kusnanto, H., Setyawai, L., & Yasumasa, O. (2013). Pengaruh

Pelatihan Pengendalian Kelelahan Kerja terhadap Peningkatan Pengetahuan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan ini akan diselenggarakan di SD Yasporbi III, jalan AUP No. 2C, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tempat ini dipilih sebagai tempat pelatihan berdasarkan hasil wawancara

Ashiru (dalam Rahardjo, 1981) yang mempelajari pengaruh aerasi selama penyimpanan terhadap daya hidup benih kakao menyimpulkan bahwa benih yang disimpan dalam

struktur kristal senyawa ion mengandung ion-ion positif dan negatif yang terikat oleh gaya elekstrostatis yang sangat le- mah. Padahal struktur kristal senyawa ion

Dari segi konteks, tujuan diterapkan model pembelajaran BCCT di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga adalah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang

Para remaja yang seringkali mudah untuk terkena dampak perkembangan teknologi dan mereka juga cepat menyerap informasi serta belajar maka perlu juga memahami

Pengabdian ini berfokus pada upaya untuk (1) Memberikan pengetahuan kepada aparatur desa atau lurah mengenai karakter anti korupsi melalui materi tertulis dan lisan;

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan melalui pelatihan soft skill, para pelaku UMKM yang ada di Desa Lengkong mendapatkan pengetahuan

Berdasarkan hasil pengabdian tentang “Pengembangan Model Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Wanita Tani Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Desa