• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEBAB TAMATAN SMP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SMA/SEDERAJAT (Studi Kasus: di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEBAB TAMATAN SMP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE SMA/SEDERAJAT (Studi Kasus: di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENYEBAB TAMATAN SMP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN

KE SMA/SEDERAJAT

(Studi Kasus: di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto Baru Kabupaten

Dharmasraya)

ARTIKEL

HOKI WAHYU PRIMO ARI PUTRI

NPM: 11070076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)
(3)

3 PENYEBAB TAMATAN SMP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE

SMA/SEDERAJAT

(Studi Kasus: di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto baru Kabupaten Dharmasraya)

Hoki Wahyu Primo Ari Putri 1 Yenni Melia2 Marleni3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Education is one of the areas that should be prioritized in national

development. To achieve the goal of education is one of the factors that must be

considered is the causative factor SMP graduates do not continue their education.

But we can see there are many children who do not continue their education (such

as data on page 4). This study aimed to determine the cause of the graduates do

not continue their education to junior high school and junior high school

graduates how the impact of not continuing education to high school.

This research uses Functional Structural theory of Robert K. Merton, with a

qualitative approach and descriptive. The technique of taking informants by

purposive sampling. With informants criteria, ie children who do not continue

their education to high school / equivalent, parents of children who do not

continue their education to high school / equivalent and community leaders. The

type of data in this study, there are two primary data and secondary data. Data

collection techniques in this research is interview, observation and document

study, by using tools such as interview guides, books, pens, and cell phones. After

the data were analyzed by means of data reduction, data display and data

verification (Conclusion). The results showed that the background of the child's

family who do not continue their education can be seen from the parents

'education, parents' work, parental income, and number of family members,

internal factors causing the child does not continue education is the lack of

interest of children to school, their past experiences make children do not

continue their education, the lack of willingness of children to school and learn.

External factors that cause children do not continue their education that family

factors, school factors, and community factors. Impact graduates do not continue

their education to junior high school is the impact of positive and negative

impacts.

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

4 PENYEBAB TAMATAN SMP TIDAK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE

SMA/SEDERAJAT

(Studi Kasus: di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto baru Kabupaten Dharmasraya)

Hoki Wahyu Primo Ari Putri 1 Yenni Melia2 Marleni3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang harus diprioritaskan dalam

pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan salah satu faktor yang

harus diperhatikan adalah faktor penyebab tamatan SMP tidak melanjutkan

pendidikan. Namun dapat dilihat masih banyak anak yang tidak melanjutkan

pendidikan (seperti data pada halaman 4). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor penyebab tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA

dan bagaimana dampak tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA.

Penelitian ini menggunakan teori Struktural Fungsional dari Robert K. Merton,

dengan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengambilan

informan dilakukan dengan cara

purposive sampling.

Dengan kriteria informan,

yaitu anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/ sederajat, orang tua anak

yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/Sederajat dan tokoh masyarakat.

Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara,

observasi dan studi dokumen, dengan menggunkan alat berupa pedoman

wawancara, buku, pena, dan

handphone

. Setelah data diperoleh dianalisis dengan

cara reduksi data, display data dan verifikasi data (penarikan kesimpulan).Hasil

penelitian menunjukkan bahwa latar keluarga anak yang tidak melanjutkan

pendidikan dapat dilihat dari pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

pendapatan orang tua, dan jumlah anggota keluarga, faktor internal menyebabkan

anak tidak melanjutkan pendidikan yaitu kurangnya minat anak untuk sekolah,

adanya pengalaman masa lalu yang membuat anak tidak melanjutkan pendidikan,

kurangnya kemauan anak untuk sekolah dan belajar. Faktor eksternal yang

menyebabkan anak tidak melanjutkan pendidikan yaitu faktor keluarga, faktor

sekolah, dan faktor masyarakat. Dampak tamatan SMP tidak melanjutkan

pendidikan ke SMA adalah dampak positif dan dampak negatif.

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(5)

5 PENDAHULUAN

Pendidikan berperan dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta akhlak yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potesi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa pada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri dan

bertanggung jawab terhadap keluarga,

masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan merupakan suatu usaha

bersama untuk membina dan

mengembangkan potensi sumber daya

manusia melalui kegiatan belajar dan mengajar yang diselenggarakan untuk semua jenjang pendidikan. Pendidikan bertujuan

untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan tingkahlaku sehingga mampu menerapkan potensi yang ada pada dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses dirinya untuk melakukan kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Jadi pendidikan itu berfungsi

sebagai wadah untuk mencetak manusia yang cerdas, kreatif, mandiri sebagai sendi dalam pembangunan Negara. Jika suatu bangsa ingin maju maka sumber daya manusia harus ditingkatkan. Untuk itu semua anak usia sekolah harus dapat mengenyam dunia pendidikan dan wajib belajar 12 tahun yaitu sampai tingkat SMA. Namun itu tidak sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Masalah pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah masih rendahnya persentase siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Kondisi ini tidak hanya dipengaruhi oleh ekonomi saja melainkan pergaulan yang tidak sesuai dengan usia anak sekolah. Pada

umumnya pergaulan anak usia sekolah seharusnya dilakukan dengan anak usia sekolah.

Tetapi disini pergaulan anak

sekolah dengan yang tidak sekolah

berkumpul bersama dalam satu keramaian, hal ini juga mempengaruhi tingkat kemauan anak untuk melanjutkan pendidikan ke SMA/ sederajat. Pergaulan antara anak usia sekolah dengan orang dewasa seharusnya dilakukan sewajarnya dan tidak akan mempengaruhi tingkat kemauan anak untuk sekolah yang lebih tinggi. Anak yang sudah mengenal dunia malam pasti kemauannya untuk bersekolah tidak akan ada lagi. Karena pengaruh pergaulan tersebut maka anak akan mulai mengenal dunia yang seharusnya belum dikenalnya. Dengan mengenal rokok dan minuman keras maka itu akan menjadi bumerang bagi kehidupan selanjutnya. Dengan pulang larut malam dan tidur malam pun akan mempengaruhi konsetrasi pada belajar disekolah, hal ini merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi tingkat kemauan anak untuk melanjukan pendidikan yang lebih tinggi.

Permasalahan putus sekolah sangat berpengaruh terhadap pembangunan di pedesaan. Tuntutan penyediaan sumber daya manusia untuk pembangunan tidak hanya berkisar pada sumber daya yang “melek huruf” saja, tetapi perlu adanya sumber daya

yang memiliki ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan teknologi yang tinggi. Namun pada kenyataanya di Blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya banyak terdapat tamatan SMP yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/sederajat. Berikut ini tabel tentang jumlah tamatan SMP yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.

Adapun jumlah siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/sederajat di jorong 1 sebanyak 29 orang, jorong 2 sebanyak 28 orang, jorong 3 sebanyak 44 orang, jorong 4 sebanyak 37 orang, jorong 5 sebanyak 27 orang dan di jorong 6 sebanyak 35 orang. Jadi jumlah keseluruhan siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/sederajat dari semua jorong dari kurun

(6)

6 waktu tahun 2011-2014 sebanyak 200

orang. Dari semua jorong yang ada di Blok D sitiung 1 di jorong 3 yang lebih banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/ sederajat, yaitu sebanyak 44 orang dari kurun waktu tahun 2011-2014. Dari 200 orang yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA, sebagian laki-laki bekerja serabutan seperti kuli bangunan, pencari rumput, merantau dan bertani sedangkan untuk wanita bekerja sebagai pelayan toko atau menikah muda.

Blok D Sitiung 1 merupakan desa

kecil yang mayoritas masyarakatnya

berprofesi sebagai guru, petani, dan sebagian lainnya mengelola kebun . Hampir semua masyarakat di Blok D Sitiung 1 bisa di golongkan dalam kondisi mampu dari segi perekonomian. Hal ini terlihat dari mayoritas masyarakatnya mempunyai ladang karet, sawit, sawah dan memelihara binatang peliharaan minimal satu rumah 2 ekor sapi dan maksimal satu rumah memelihara 10 ekor sapi, dengan pendapatan perbulan sebesar 2.000.000 (dua juta) keatas. Selain itu dilihat dari kondisi rumah banyak yang sudah berdindingkan dengan semen dan hampir tidak ada yang berumah papan, jika ada pun bisa dihitung.

Begitu pula kondisi di jorong 3 yang masyarakatnya sangat membaur dan

saling membantu bila ada yang

membutuhkan. Sikap kebersamaanya sangat terlihat baik dan rukun antara yang satu dengan yang lainnya. Kondisi ekonomi masyarakatnya pun juga sudah tergolong menegah ke atas dan bisa dikatakan mampu untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Dengan mempunyai banyak ladang karet dan sawitpun perekenomian masyarakat jorong 3 sudah lebih dari cukup. Hal ini juga dapat terlihat pada kondisi rumah dan lingkungan yang sudah bagus dan rukun. Pendidikan orang tua juga merupakan faktor yang mempengaruhi anak tidak melanjutkan

pendidikan ke SMA/sederajat, karena

mereka beranggapan jika sekolah tinggi pun tidak berarti akan mendapatkan kerja dan pendapatan tinggi, sehingga keinginan anak untuk berpendidikan tinggi pun juga tidak ada. Di Blok D jorong 3 rata-rata pendidikan terakhir orang tua SD sampai SMA, jika pun ada yang masuk sekolah hingga ke SMA tidak sampai lulus atau putus sekolah.

Namun di jorong 3 masih banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA, adapun yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA adalah anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki yang tidak melanjutkan sekolah karena malas, adanya pengaruh teman bermain yang kurang baik atau tidak adanya perhatian orang tua, sedangkan anak perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA karena hamil diluar nikah atau tidak ada niat untuk melanjutkan sekolah. Kesadaran anak dalam berpendidikan tinggi pun tidak terlalu diperhatikan sehingga angka anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke SMA/sederajat pun banyak.

METODE DAN JENIS DATA

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah tipe deskritif. Metode pemilihan informan dalam penelitian ini

dilakukan secara purposive sampling.

purposive sampling yaitu dengan tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih

dahulu dengan demikian pengambilan

sampel didasarkan pada maksud, tujuan atau kegunaan(Yusuf,2005:205).

Dalam penelitian ini, penelitian

menggunakan data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumen. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

A. Faktor Internal Yang Menyebabkan Tamatan SMP Tidak Melanjutkan Pendidikan

1). Kurangnya Minat Untuk Sekolah

Menurut Slameto (2003:180)

minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Seseorang memiliki minat pada suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dari pernyataan diatas dapat diketahui

(7)

7 bahwa minat anak akan menimbulkan

kecenderungan jiwa seseorang yang

selanjutnya dapat menimbulkan perasaan senang atau tidak senang dalam merespon objek tertentu. Minat itu datang dari dirinya sendiri bukan dari orang lain.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 19 November 2015 bahwa yang mempengaruhi minat anak untuk tidak melanjutkan sekolah adalah teman sepermainan, dengan bermain bersama orang yang sudah tidak memiliki

keinginan untuk sekolah juga dapat

mempengaruhi anak yang masih bersekolah. Sehingga minat anak untuk sekolah pun sudah tidak ada lagi. Dalam hal ini angka anak yang tidak melanjutkan pendidikan di jorong 3 sangat banyak dari jorong lainnya. Pegawasan orang tua terhadap pergaulan anak juga harus lebih diperhatikan, karena usia anak yang masih dalam golongan remaja awal memiliki keinginan yang lebih tinggi sehingga anak akan mencari tahu apa yang didinginkannya. Anak akan mencari apa yang didinginkanya dengan cara bertanya dan berkumpul dengan orang yang lebih dewasa, sehingga lama kelamaan anak akan terpengaruh oleh tindakan dan prilaku seseorang dan apabila telah berkumpul dengan orang yang sudah dewasa anak akan lupa dengan sekolahnya dan minat untuk sekolah sudah tidak ada lagi.

2). Adanya Pengalaman Masa Lalu Masa lalu dapat menjadi sesuatu pelajaran yang dianggap berharga bagi anak dalam proses pendidikan. Dengan adanya pengalaman masa lalu bisa meningkatkan motivasi anak dalam belajar, dan bahkan menurunkan motivasi anak dalam belajar. Dalam kegiatan belajar anak harus belajar se

efektif mungkin, tanpa adanya rasa

kebosanan dan kebencian terhadap suatu hal yang dipelajari. Jika anak merasa bosan untuk belajar maka anak tidak akan berhasil dalam pendidikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian oleh peneliti pengalaman masa lalu yang pernah anak/individu alami adalah selama ia sekolah adalah pernah tidak naik kelas dan orang tuanya marah-marah, karena tidak ingin mendengarkan orang tuanya marah maka anak tersebut tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai orang

tua apabila anaknya mendapatkan nilai yang rendah hingga tidak naik kelas sehatusnya orang tua tidak boleh membentak atau memarahinya. Karena kondisi mental anak akan terganggu karena omongan yang tidak seharusnya didengar. Cukup anak diberi nasihat dan didikan yang lebih baik lagi didalam rumah.

B. Faktor Eksternal yang Menyebabkan Tamatan SMP Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SMA

1. Aspek Keluarga

.

Keluarga merupakan sebuah

group yang berbentuk dari hubungan laki-laki dan wanita, dalam hubungan itu sedikit

banyak berlangsung lama untuk

menciptakan dan membesarkan anak-anak (Ahmadi, 1990:239). Dalam hal ini keluarga juga memiliki pengaruh besar terhadap motivasi anak dalam menempuh jenjang pendidikan. Seperti kurangnya perhatian terhadap anak karena orang tua sibuk dengan pekerjaanya, hubungan antara anak dan orang tua tidak harmonis dan suasana rumah yang tidak nyaman. Keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan serius

dan hambatan dalam pendidikannya

sehingga mengalami anak tidak ingin melanjutkan pendidikan. Pernyataan yang menunjukkan kondisi dimana orang tua tidak memperhatikan anak untuk sekolah.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah diartikan

sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya keadaan, makhluk hidup termasuk manusia

dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan hidup dan kesejahteraan

manusia serta makhluk lainnya. Sekolah

merupakan wahana kegiatan proses

pendidikan berlangsung, dalam penelitian ini lingkungan sekolah juga merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap rendahnya

tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan, mulai dari anaknya yang malas untuk sekolah, teman bermain yang memberikan efek negatif dengan mengajak cabut pada saat jam sekolah, guru yang tidak disukai kemudian metode yang digunakan guru membosankan, fasilitas sekolah yang kurang memadai dan juga sudah tidak adanya niat untuk sekolah.

(8)

8 3. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah tempat terjadinya sebuah interaksi suatu

sistem dalam menghasilkan setelah

kebudayaan yang terikat oleh norma-norma dan adat istiadat yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Lingkungan adalah sekeliling tempat organisasi, beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, serta hubungan diantaranya. Jadi lingkungan atau tempat tinggal adalah suatu sistem kompleks yang

berada diluar individu yang

mempengaruhinya pertumbuhan dan

perkembangan organisme(Anies, 2006:2) Lingkungan merupakan bagian dari anak-anak, dalam lingkungan anak berinteraksi dalam mata rantai kehidupa yang disebut dengan ekosistem. Faktor lingkungan berkaitan dengan masyarakat yang berupa persepsi atau pandangan, adat

istiadat, dan kebiasaan. Anak selalu

melakukan kontak dengan masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turutberpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak-anak yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak

sekolah atau putus sekolah akan

berpengaruh terhadap mereka.

Berdasarkan hasil wawancara

peneliti bahwa penyebab tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan salah satunya disebabkan karena faktor lingkungan yang

ada di masyarakat tersebut, dimana

dilingkungan anak tersebut banyak teman-temanya yang tidak sekolah, bebas merokok, begadang, dan keluyuran pada malam hari dan selain itu anak-anak tersebut sudah bisa mencari uang dengan cara bekerja tanpa meminta izin kepada orang tua mereka, sehingga anak yang sedang masa sekolah juga terpengaruh melihat teman-temannya yang tidak sekolah. Karena menurut mereka menurut mereka yang tidak sekolah uang dapat dicari tanpa memiliki pendidikan yang tinggi,

C. Dampak Penyebab Tamatan SMP Tidak Melanjutkan Pendidikan ke SMA.

1. Dampak Positif

a. Membantu Ekonomi Keluarga Secara umum kehadiran anak dalam

suatu keluarga merupakan suatu

kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Dengan hadirnya anak orang tua lebih memiliki tujuan hidup yang lebih matang bersama anaknya. Anak juga memiliki nilai ekonomis bagi kehidupan orang tuanya, karena pada masyarakat jawa anak dapat membantu orang tua pada usia yang masih terbilang muda. Pada umumnya anak yang sudah bisa membantu orang tuanya berkisar dari umur 7-9 tahun, mereka membantu

orang tua untuk memlihara ternak,

mengumpulkan rumput, menjaga adik dan dengan bertambahnya usia seorang anak maka pekerjaan anak akan semakin berat (Irohmi, 107:2004)

Adapun anak yang sudah tidak sekolah akan lebih membantu orang tua dengan cara bekerja serabutan. Dengan cara ini mereka akan lebih meringankan beban orang tua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun tidak sepenuhnya hasil kerja untuk orang tua setidaknya mereka bisa mencari uang sendiri dengan hasil keringat mereka sendiri.

b. Mandiri

Menurut Kartini Kartono

(1985:21) kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui

berbagai pertimbangan maka hal ini

menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri. Kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

Anak yang tidak sekolah pun juga

bisa mandiri tanpa menggantungkan

kehidupannya lagi dengan orang tua, mereka bisa bekerja sendiri mencari uang sendiri

(9)

9 dan bahkan bisa memenuhi kebutuhan orang

tuanya, membantu perekonomian keluarga. 2. Dampak Negatif

a. Perilaku dan Sifat Yang Berubah Dalam suatu keluarga seharusnya orang tua memberikan dampak yang baik bagi anaknya. Orang tua yang di anggap

ideal adalah orang tua yang bisa

memberikan perhatian setiap anak

membutuhkan kasih sayang dari seorang orang tua. Kondisi yang masih labil dalam memilih teman sebaya memungkinkan anak untuk terjerumus dalam pergaulan yang belum sepantasnya dia rasakan. Dimana

apabila anak yang terjerumus dalam

pergaulan bebas tanpa memikirkan

kedepannya dan hanya merasakan

kesenangan yang sesaat dan akan

terpengaruh akan oleh lingkungan yang akan menyebabkan anak meninggalkan kehidupan akademiknya atau meninggalkan kegiatan sekolahnya, karena dia merasakan bahwa memiliki kesenangan diluar rumah tanpa

memikirkan sekolah akan merasakan

kebagiaan dan memiliki teman-teman yang banyak.

b.Cara Berbicara Yang Kurang Sopan Kepada Orangtua

Keluarga adalah media yang paling berperan dalam menentukan sikap seseorang dalam bertingkahlaku apakah itu sikap baik atau sikap buruk. Keluarga merupakan suatu sistem dalam masyarakat yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Jika satu fungsi maka yang lain akan terganggu kesemimbangannya. Seperti yang terjadi antara orang tua yang sibuk dan anak yang terpengaruh dari lingkungan bemain. Orang tua yang sibuk

bekerja pada dasarny tidak dapat

memperhatikan anaknya bermain atau

bergaul dengan siapa saja, sebaliknya dengan anak tanpa adanya control dari orang tua anak akan merasakan bebas untuk bermain dengan siapa saja.

Dampak yang dihasilkan dari tidak adanya kontrol dari orang tua adalah dengan berbicara yang mulai kurang sopan

kepada orangtuanya. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 desember 2015 bahwa anak yang

tidak melanjutkan pendidikan tidak lagi mempunyai keinginan untuk sekolah karena pengaruh mereka berteman dengan orang yang tidak bersekolah, peneliti melihat mereka berkumpul pada saat malam hari sekitar pukul 19.20 WIB mereka berkumpul pada pesta pernikahan, anak-anak tersebut sudah biasa dengan menghisap rokok dan bercanda sengan menggunakan bahsa yang kurang baik bila didengar.

c. Susah di Atur

perilaku anak yang tidak

melanjutkan pendidikan tidak mau

mendengarkan nasihat orang tuanya, suka pulang larut malam.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah

dilakukan di blok D Sitiung 1 Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya tentang penyebab tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA, dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor penyebab tamatan SMP

tidak melajutkan pendidikan ke SMA/Sederajat.

a. Faktor internal yang

menyebabkan tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA antara lain: a) kurangnya minat anak untuk

sekolah karena kemauan

untuk sekolah lagi sudah tidak

ada lagi, b) adanya

pengalaman masa lalu yang menyebabkan tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA di blok D sitiung .

b. Faktor eksternal yang

menyebabkan tamatan SMP tidak melanjutkan pendidikan ke SMA antara lain a) faktor

keluraga, b) faktor

lingkungan masyarakat.

2. Dampak tamatan SMP tidak

melanjutkan pendidikan ke SMA yaitu dampak positif dan dampak

negative. Dampak positif

diantaranya 1) membantu

perekonomian orang tua, dan 2)

mandiri. Sedangkan dampak

negatifnya adalah 1) prilaku dan sifat yang berubah, 2) cara

(10)

10 berbicara yang kurang sopan

kepada orang tua, dan 3) susah di atur.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A, Muri. 2005. Metode Penelitian

Dasar-Dasar Ilmiah. Unp Press: Padang

Slameto.2003. Belajar dan Faktor yang

Mempegaruhinya.Rineka Cipta:Jakarta

Ahmadi, Abu. 1990. Psikologi Sosial.

Jakarta: Rineka Cipta

Anies.2006.Seri Lingkungan dan Penyakit

Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. PT.Elex Media: Jakarta

Irohmi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi

Keluarga. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Kartono,Kartini.1985.Kepribadian:Siapakah

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat lima produk wakaf yang disalurkan oleh Global Wakaf melalui lima kantor cabang di seluruh Indonesia, dengan adanya variasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung dari proses pengeringan dengan menggunakan oven terhadap rendemen

Pola data pada penelitian ini ada kecenderungan berubah-ubah pada sub-sub interval tertentu, maka untuk memo- delkan hubungan antara PDRB, pengeluaran daerah, jumlah

Integrasi tersebut dapat memperbaiki kualitas air tambak dari polusi bahan organik yang berasal dari pakan dan hasil metabolisme yang terakumulasi pada kolom air tambak yang

Menurut Gujarati dan Porter (2010:149), uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan dari hasil hipotesis nol dari

Pada uji keterandalan panelis kali ini, secara keseluruhan setengah dari panelis dapat membedakan konsentrasi manis dan asin dengan benar sehingga dinyatakan diterima

No No Peserta Nama Mapel Tempat Tugas Kota/Kab.. ALFAN AFANDI GK MI MIS NURUL

Distrik State-Anchored memiliki ciri seperti didominasi satu atau beberapa perusahaan besar, skala ekonomi relatif tinggi pada sektor publik, investasi dilakukan secara