• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci Aset Tanah, Pemprov Bali, Sistem Informasi Geografis (SIG), Analitycal Hierarchy Process (AHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci Aset Tanah, Pemprov Bali, Sistem Informasi Geografis (SIG), Analitycal Hierarchy Process (AHP)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

Aset tanah bagi pemerintah sangatlah penting. Aset tanah yang dikelola dengan baik memberikan nilai tambah kekayaan pada pemerintah. Sama halnya dengan aset tanah Pemprov Bali. Aset tanah yang tersebar di seluruh Bali akan memerlukan penanganan yang dibantu dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). SIG mempermudah pengguna, dalam hal ini Biro Aset, dalam menentukan dan pengalamatan lokasi aset tanah. Sedangkan AHP adalah salah satu metode multi-criteria decision making (MCDM) yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam hal pengambilan keputusan. Data uji adalah nomor hak P.16 yang terletak di Desa Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, didapatkan angka bobot tertinggi pada tanaman padi dengan nilai bobot 25,26%, dan nomor hak HP.129 di Renon, Denpasar, dengan nilai bobot tertinggi pada fasilitas umum (fasum), dengan nilai bobot sebesar 57,04%. Nilai bobot yang dihasilkan tersebut sesuai dengan pemanfaatan pada aset tanah tersebut saat ini.

Kata Kunci – Aset Tanah, Pemprov Bali, Sistem Informasi Geografis (SIG), Analitycal Hierarchy Process (AHP)

(2)

vii ABSTRACT

Land’s asset is very important for the community. A good management of asset will be able to add our resources both money and immovable assets. As well as for the asset of Bali Provincial Government. Its own asset that spread throughout Bali will need a proper handling which is supported with Geographic Information System (GIS) and Analytical Hierarchy Process (AHP) system as well, and finally will provide the benefit for the community. Land’s asset which used as test data and numbered P.16 is located in Blahbatuh village, Gianyar Regency and other one which has number HP. 129 is located in Renon, Denpasar. Through AHP method, for the P.16 obtained the highest weight on the rice field sector with 25,26% of weight. Meanwhile for HP.129 got a highest weight in public facility, with 57,04% of weight. That number of weight is accordance with recent land asset’s utilization.

Key words – Land’s asset, Bali Provincial Government, Geographic Information System (GIS), Analitycal Hierarchy Process (AHP)

(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Batasan Masalah ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 8 1.4.1 Tujuan Umum ... 8 1.4.2 Tujuan Khusus ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.5.1 Manfaat Akademis ... 9 1.5.2 Manfaat Praktis ... 9 1.6 Keaslian Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 State of The Art Review ... 13

2.2 Definisi Aset ... 15

2.3 Pemerintah Provinsi Bali ... 17

2.4 Biro Pengelolaan Aset Provinsi Bali ... 18

2.5 Aset Tanah Pemerintah Provinsi Bali ... 20

2.6 Pengelolaan Barang Milik Daerah ... 21

2.6.1 Pemanfaatan ... 22

2.6.2 Sewa ... 23

2.6.3 Pinjam Pakai ... 23

2.6.4 Kerjasama Pemanfaatan ... 23

2.6.5 Bangun Guna Serah ... 23

2.6.6 Bangun Serah Guna ... 24

2.7 Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Pemerintah Provinsi Bali ... 24

2.8 Pengambilan Keputusan ... 25

(4)

ix 2.10 Kuesioner ... 27 2.11 Jenis Data ... 27 2.11.1 Kualitatif ... 28 2.11.2 Kuantitatif ... 28 2.12 Matrik... 28 2.12.1 Pengertian ... 29

2.12.2 Operasi pada Matrik... 29

2.13 Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 30

2.13.1 Pengertian SIG ... 30

2.13.2 Manfaat SIG ... 31

2.13.3 Pemasukan dan Sumber Data SIG ... 32

2.13.4 Struktur Data SIG ... 34

2.13.5 Membuat Peta Digital ... 37

2.14 ArcGIS ... 39

2.15 Analitycal Hierarchy Process (AHP) ... 40

2.15.1 Prinsip Aksiomatik pada Metode AHP ... 42

2.15.2 Prinsip Dasar AHP ... 42

2.15.3 Urutan Tahapan Penyelesaian AHP ... 47

2.16 Pemrograman Java ... 49

2.16.1 Apa yang dimaksud dengan Java ... 50

2.16.2 Konsep dan Karakteristik Bahasa Pemrograman Java ... 51

2.17 Database MySQL ... 54

BAB III METODE PENELITIAN... 56

3.1 Data Penelitian ... 56

3.2 Gambaran Umum Sistem ... 57

3.3 Rancangan Alur Penelitian ... 58

3.3.1 Penjelasan Alur Penelitian ... 59

3.3.2 Proses Kerja Digitasi ... 60

3.3.3 Proses Menghitung Nilai Bobot AHP ... 61

3.3.4 Metode Pengujian ... 63

3.4 Alat Penelitian... 67

3.5 Rancangan Database ... 68

3.5.1 Tabel Data Tanah ... 68

3.5.2 Tabel Keberadaan Lokasi ... 68

3.5.3 Tabel Kriteria ... 69

3.5.4 Tabel Alternatif ... 69

3.5.5 Tabel Kolom Alternatif ... 70

3.5.6 Tabel Hasil Bobot ... 70

3.5.7 Tabel User ... 71

3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73

(5)

x

4.3 Menentukan Kriteria dan Alternatif Aset Tanah P.16 ... 75

4.4 Menghitung Prioritas Kriteria ... 77

4.5 Menghitung Nilai Prioritas Alternatif ... 80

4.5.1 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 80

4.5.2 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 83

4.5.3 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 86

4.5.4 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 88

4.5.5 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 91

4.5.6 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 93

4.5.7 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 95

4.5.8 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 Akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 97

4.5.9 Perhitungan Pembobotan ... 99

4.6 Digitasi Data Citra Aset Tanah Nomor HP.129... 100

4.7 Menentukan Kriteria dan Alternatif Aset Tanah HP. 129 ... 100

4.8 Menghitung Prioritas Kriteria ... 101

4.9 Menghitung Prioritas Alternatif ... 104

4.9.1 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 104

4.9.2 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 106

4.9.3 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 108

4.9.4 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 109

4.9.5 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 111

4.9.6 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 113

(6)

xi

4.9.7 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah

HP. 129 Akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 115

4.9.8 Menghitung Prioritas Alternatif Aset Tanah HP. 129 Akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 116

4.9.9 Perhitungan Pembobotan ... 118

4.10 Pengujian Hasil Pembobotan ... 119

4.10.1 Metode White Box... 120

4.11 Pembobotan Aset Tanah P.16 pada Aplikasi Komputer... 138

4.11.1 Input Data di Aplikasi ArcGIS ... 138

4.11.2 Menginput Data Uji Aset Tanah P.16... 139

4.11.3 Memilih Data Uji Lokasi untuk Pembobotan ... 140

4.11.4 Angka Matrik Berpasangan Kriteria Aset Tanah P.16 ... 142

4.11.5 Nilai Rasio Konsistensi Matrik Kriteria Aset Tanah P.16 ... 142

4.11.6 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 ... 143

4.11.7 Hasil Pembobotan Pemanfaatan Aset Tanah P.16 ... 151

4.12 Pembobotan Aset Tanah HP.129 pada Aplikasi Komputer ... 152

4.12.1 Input Data di Aplikasi ArcGIS ... 152

4.12.2 Menginput data Uji Aset Tanah HP.129... 153

4.12.3 Memilih Data Uji Lokasi untuk Pembobotan ... 154

4.12.4 Angka Matrik Berpasangan Kriteria Aset Tanah HP.129 ... 155

4.12.5 Nilai Rasio Konsistensi Matrik Kriteria Aset Tanah HP.129 ... 156

4.12.6 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 ... 156

4.12.7 Hasil Pembobotan Pemanfaatan Aset Tanah HP.129 ... 165

4.13 Metode Highest and Best Use ... 166

4.13.1 HBU Aset Tanah P.16 ... 167

4.13.2 HBU Aset Tanah HP.129 ... 168

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 170

5.1 Simpulan ... 170

5.2 Saran ... 171

DAFTAR PUSTAKA ... 172 LAMPIRAN

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Pemetaan Penelitian Terdahulu ... 15

2.2 Penjumlahan Kolom Matrik ... 30

2.3 Perkalian Baris Matrik ... 30

2.4 Contoh Tabel Atribut ... 39

2.5 Tabel Kuesioner ... 43

2.6 Skala Perbandingan Numerik Berpasangan... 44

2.7 Matrik Berpasangan ... 45

2.8 Matrik Perbandingan Berpasangan ... 46

2.9 Nilai Rasio Indeks ... 47

2.10 Menjumlahkan Kolom Matrik ... 48

2.11 Mencari Nilai dari setiap Elemen Kolom Matrik ... 48

2.12 Mencari Nilai Prioritas Setiap Kriteria ... 49

2.13 Menguji Konsistensi ... 49

3.1 Kaitan Cyclomatix complexity dengan Resiko ... 64

3.2 Diagram alur pada White Box ... 65

3.3 Struktur Tabel Data Tanah... 68

3.4 Struktur Tabel Keberadaan Lokasi ... 68

3.5 Struktur Tabel Kriteria ... 69

3.6 Struktur Tabel Alternatif... 69

3.7 Struktur Tabel Kolom Alternatif ... 70

3.8 Struktur Tabel Hasil Bobot ... 71

3.9 Struktur Tabel User ... 71

3.10 Jadwal Penelitian ... 72

4.1 Keberadaan Posisi Aset Tanah Nomor Hak P.16 ... 76

4.2 Komponen AHP Aset Tanah Nomor Hak P.16 ... 76

4.3 Angka Matrik Kriteria Aset Tanah Nomor Hak P.16 ... 77

4.4 Matrik Berpasangan Kriteria Aset Tanah Nomor Hak P16 ... 78

4.5 Normalisasi Tabel Kriteria Aset Tanah Nomor Hak P.16 ... 78

4.6 Nilai Prioritas Aset dan Eigen Value Aset Nomor Hak P.16 ... 79

4.7 Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 80

4.8 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 81

4.9 Tabel Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 81

4.10 Tabel Prioritas Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 81

4.11 Tabel Eigen value Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 82

4.12 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 83

(8)

xiii

4.13 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 83 4.14 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 84 4.15 Tabel Prioritas Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari

Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 84 4.16 Tabel Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh

dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 85 4.17 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Bentuk Medan ... 86 4.18 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Bentuk Medan ... 86 4.19 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Bentuk Medan ... 87 4.20 Tabel Prioritas Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari

Bentuk Medan ... 87 4.21 Tabel Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Bentuk Medan ... 87 4.22 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Ketinggian ... 89 4.23 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Ketinggian ... 89 4.24 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Ketinggian ... 89 4.25 Tabel Prioritas Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh

dari Ketinggian ... 90 4.26 Tabel Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh

dari Ketinggian ... 90 4.27 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 91 4.28 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 91 4.29 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 92 4.30 Tabel Prioritas dan Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 92 4.31 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 93 4.32 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 93 4.33 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 94 4.34 Tabel Prioritas dan Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 94 4.35 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

(9)

xiv

4.36 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat

Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 95

4.37 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 96

4.38 Tabel Prioritas dan Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 96

4.39 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 97

4.40 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 97

4.41 Tabel Normalisasi Matrik Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 98

4.42 Tabel Prioritas dan Eigen Value Aset Tanah Nomor Hak P.16 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 98

4.43 Tabel Perhitungan Pembobotan Aset Tanah P.16 ... 99

4.44 Tabel Penilaian Semua Kriteria Aset Tanah Nomor HP.129 ... 101

4.45 Tabel Resiprokal Kriteria Aset Tanah Nomor HP.129 ... 102

4.46 Tabel Normalisasi Kriteria Aset Tanah Nomor Hak P.129 ... 102

4.47 Nilai Prioritas dan Eigen Value Aset Tanah Nomor HP.129 ... 103

4.48 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 104

4.49 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 104

4.50 Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 105

4.51 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 105

4.52 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 106

4.53 Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 106

4.54 Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 107

4.55 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 107

4.56 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 108

4.57 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Bentuk Medan... 108

4.58 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 108

4.59 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 109

4.60 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 110

(10)

xv

4.61 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129

akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 110

4.62 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 110

4.63 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 111

4.64 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 111

4.65 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 112

4.66 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 112

4.67 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 112

4.68 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 113

4.69 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 113

4.70 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 114

4.71 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 114

4.72 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 115

4.73 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 115

4.74 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 115

4.75 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 116

4.76 Tabel Matrik Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 Akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 117

4.77 Tabel Matrik Resiprokal Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 117

4.78 Tabel Matrik Normalisasi Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 117

4.79 Tabel Matrik Prioritas dan Eigen Value Alternatif Aset Tanah Nomor HP.129 akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 118

4.80 Tabel Perhitungan Pembobotan Aset Tanah Nomor HP.129 ... 118

4.81 Kode Program Menghitung Jumlah Kolom Matrik Berpasangan ... 120

4.82 Kode Program Menghitung Nilai CR ... 121

(11)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Diagram Fishbone Penelitian ... 12

2.1 Contoh Peta dalam bentuk Vektor ... 35

2.2 Vektor Titik, Vektor Garis, Vektor Polygon ... 36

2.3 Contoh Peta dalam bentuk Raster ... 37

2.4 Contoh Overshoot dan Undershoot ... 38

2.5 Bagan Keuntungan AHP ... 41

2.6 Diagram Hirarki ... 43

3.1 Gambaran Umum Sistem ... 57

3.2 Rancangan Alur Penelitian ... 58

3.3 Proses Digitasi ... 60

3.4 Diagram Alir Perhitungan AHP ... 62

4.1 Data Lokasi Uji ... 73

4.2 Format Koordinat TM3 ... 74

4.3 Digitasi Lokasi Aset Tanah P.16 ... 75

4.4 Model Hirarki Pengambilan Keputusan Aset Tanah P.16 ... 77

4.5 Digitasi Lokasi Aset Tanah HP.129 ... 100

4.6 Model Hirarki Pengambilan Keputusan Aset Tanah HP.129 ... 101

4.7 Uji Branch Coverage pada Angka Matrik Berpasangan ... 123

4.8 Uji Branch Coverage pada Nilai CR ... 124

4.9 Grafik Alur Menjumlahkan Setiap Kolom Matrik ... 126

4.10 Grafik Alur Normalisasi Matrik ... 128

4.11 Grafik Alur Menghitung Nilai Total Baris ... 130

4.12 Grafik Alur Menghitung Nilai Prioritas ... 131

4.13 Grafik Alur Menghitung Nilai λmak ... 132

4.14 Grafik Alur Menghitung Nilai Konsistensi Rasio ... 134

4.15 Grafik Alur Menghitung Nilai Bobot ... 136

4.16 Tabel Attribut Lokasi Aset Tanah P.16 ... 138

4.17 Import Data Tabel Attribut Aset Tanah P.16... 139

4.18 Input Data Keadaan Fisik dan Aksesibilitas Aset Tanah P.16 ... 140

4.19 Memilih Lokasi Uji ... 141

4.20 Memilih Lokasi Uji aset Tanah P.16 di aplikasi... 141

4.21 Angka Perbandingan Matrik Kriteria Aset Tanah P.16 ... 142

4.22 Nilai Ratio Konsistensi (CR) Aset Tanah P.16 ... 142

4.23 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 143

4.24 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 144

4.25 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 akibat pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 144

4.26 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 145

(12)

xvii

4.27 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16

akibat Pengaruh dari Bentuk Medan... 145

4.28 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 146

4.29 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 146

4.30 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Ketinggian .... 147

4.31 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 147

4.32 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 148

4.33 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 148

4.34 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 149

4.35 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 149

4.36 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat pengaruh dari Tekstur Tanah ... 150

4.37 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 150

4.38 Nilai CR Alternatif Aset Tanah P.16 Akibat Pengaruh dari Jenis Tanah ... 151

4.39 Hasil Pembobot Semua Matrik Aset Tanah P.16 ... 151

4.40 Grafik Pie Pembobot Matrik Aset Tanah P.16 ... 152

4.41 Tabel Attribut Aset Tanah HP.129 ... 153

4.42 Export Tabel Attribut Aset Tanah HP.129 ... 153

4.43 Input Data Keadaan Fisik dan Aksesibilitas Aset Tanah HP.129 ... 154

4.44 Memilih Aset Tanah HP.129 untuk Pembobotan ... 155

4.45 Angka Matrik Berpasangan Kriteria Aset Tanah HP.129 ... 155

4.46 Nilai CR Matrik Kriteria Aset Tanah HP.129 ... 156

4.47 Angka Matrik Berpasanga Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 157

4.48 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lingkungan Pemukiman Sekitar ... 157

4.49 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 158

4.50 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari Kualitas Lalu Lintas Sekitar ... 158

4.51 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 159

4.52 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari Bentuk Medan ... 159

4.53 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat Pengaruh dari Ketinggian ... 160

(13)

xviii

4.54 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh

dari Ketinggian ... 160 4.55 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129

Akibat Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 161 4.56 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat

Pengaruh dari Kemiringan Tanah ... 161 4.57 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat

Pengaruh dari Kedalaman Efektif Tanah ... 162 4.58 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat Pengaruh

dari Kedalaman Efektif Tanah ... 163 4.59 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat

Pengaruh dari Tekstur Tanah ... 163 4.60 Nilai CR Matrik Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat Pengaruh

dari Tekstur Tanah ... 164 4.61 Angka Matrik Berpasangan Alternatif Aset Tanah HP.129 akibat

Pengaruh dari Jenis Tanah ... 164 4.62 Nilai CR Alternatif Aset Tanah HP.129 Akibat Pengaruh dari

Jenis Tanah ... 165 4.63 Hasil Pembobot Semua Matrik Aset Tanah HP.129 ... 165 4.64 Grafik Pie Pembobot Matrik Aset Tanah HP.129 ... 166

(14)

xix

DAFTAR SINGKATAN

AHP : Analytical Hierarchy Process API : Application Programming Interface BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BPN : Badan Pertanahan Nasional

CC : Cyclomatix Complexity CI : Consistency Index CR : Consistency Ratio

DKBMD : Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah

DKPBMD : Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah ESRI : Environmental Systems Research Intitute

GPS : Global Positioning System HBU : Highest and Best Use

IASC : International Accounting Standard Committee MCDM : Multi-criteria Decision Making

MySQL : My Structured Query Language ODBC : Open Database Connectivity OOP : Object-oriented Programming P2BD : Panitia Pemeriksa Barang Daerah PERDA : Peraturan Daerah

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah SIG : Sistem Informasi Geografis SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SPK : Sistem Pendukung Keputusan TM3 : Transverse Mercator 3

UMT : Universal Transverse Mercator

UU : Undang Undang

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap penyelenggara pemerintahan di Indonesia mempunyi keinginan agar masyarakat yang berada di wilayahnya merasakan kehidupan yang makmur, cukup pangan, sandang dan merasa aman dan tenang. Salah satu kekayaan pemerintah yang berupa aset tanah dan bangunan memiliki konstribusi penting, yang jika dikelola dengan tepat dan dibantu dengan sebuah sistem informasi dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Tanah mempunyai makna yang penting pada kehidupan manusia sebagai individu yaitu sebagai sumber kehidupan, juga memiliki arti penting bagi pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan daerah dalam hal penyediaan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat dan juga bermanfaat sebagai pusat-pusat kegiatan masyarakat, sarana dan prasarana dasar, jaringan infrastruktur, dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan aktivitas yang baru. Namun jumlah dan ketersediaan lahan yang semakin berkurang, menyebabkan tidak mampu untuk mengimbangi laju pembangunan, sehingga terjadi intensifikasi penggunaan lahan dikawasan pusat kota, dan perluasan lahan terbangun yang tidak terkendali di daerah pinggiran kota. Di sisi lain, pemerintah daerah yang memiliki aset dapat dijadikan pendukung untuk berjalannya kegiatan pembangunan. Aset dapat diartikan sebagai barang atau sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, badan usaha, atau instansi, yang memiliki nilai ekonomi, nilai komersial dan nilai tukar. Sehingga didapatkan manfaat bagi masyarakat demi kemajuan dan kesejahteraan dapat terwujud sesuai tujuan utama dari pembangunan.

(16)

2

Sejak diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa pengaruh yang besar terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan. Yang sebelumnya lebih mengutamakan sentralistik kemudian berubah menjadi desentralistik. UU Nomor 32 ini merupakan perwujudan dari amanat yang disampaikan oleh UU Dasar 1945 pasal pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan pemberlakuan UU Nomor 32 ini, yang menjadi aspek penting bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah.

Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan keuangannya. Namun jika tidak dikelola dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi beban. Sebagian aset membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga mengalami depresiasi seiring waktu. Tantangan bagi pengelolaan setiap jenis aset akan berbeda, tergantung kepada karakter dari aset tersebut. Sehingga sistem pengelolaan yang diterapkan haruslah merupakan prosedur yang disepakati bersama, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta pihak-pihak tekait lainnya.

Pada saat ini fungsi pengelolaan aset Pemerintah Provinsi Bali dilaksanakan oleh Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi Bali. Biro Pengelolaan Aset sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 adalah sebagai salah satu Biro di lingkungan Setda Provinsi Bali mempunyai tugas pokok berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 pasal 84 sampai dengan

(17)

3

pasal 92 tentang rincian tugas pokok Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi Bali. Tugas pokok dan fungsi dari Biro Aset meliputi; menyusun bahan pembinaan dan petunjuk teknis pengelolaan barang, memeriksa Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD) untuk satu tahun anggaran, melaksanakan tindakan pengendalian dan penertiban dalam upaya pengurusan barang milik daerah secara fisik, administratif dan tindakan hukum.

Visi Biro Pengelolaan Aset dalam pengelolaan aset yakni “Terwujudnya pengelolaan barang daerah yang efektif, efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel dalam rangka mewujudkan Bali Mandara”. Kemudian dijabarkan kedalam misi Biro Pengelolaan Aset yaitu; mewujudkan peran dan fungsi Biro Pengelolaan Aset dalam pengelolaan daerah yang profesional, mewujudkan tertib administrasi pengelolaan barang, mewujudkan pelayanan yang prima bagi unit kerja dan masyarakat.

Kondisi saat ini menyangkut aset tanah yang terjadi dilapangan, masih terdapat aset Pemerintah Provinsi Bali yang tidak diketahui posisinya dilapangan. Karena data yang dimasukkan dalam daftar inventaris tidak menyebutkan letak titik geografis secara tepat. Selain itu, proses pengendalian dan pemanfaatan aset pun belum dilaksanakan secara tepat dimana masih ada aset yang tidak terkontrol penggunaannya. Hal ini menyebabkan aset-aset pemerintah tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Sementara itu, informasi yang dikumpulkan dari berbagai media cetak, banyak yang menuliskan permasalahan aset masih belum terselesaikan dengan baik. Seperti pemberitaan yang ditulis oleh Media Bali Post, “Pengelolaan aset Pemprov Bali terus mendapat sorotan publik. Bahkan permasalahan aset pemprov kerap menjadi temuan

(18)

4

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Bali” (Media Bali Post, Rabu, 1 Oktober 2014, “Aset Pemprov Jangan dibiarkan liar”, hal. 9). Selanjutnya Harian NusaBali menuliskan “Pansus Aset DPRD Bali diharapkan sudah bekerja awal 2015. Pansus ini akan menangani persoalan yang sama dengan Pansus Aset DPRD Bali Peroide 2009-20014” (NusaBali, Selasa, 4 November 2014, “Dewan Bali Segera Bentuk Pansus Aset”, hal. 3) . Di media yang sama pula kembali menuliskan “Penertiban dan pendataan aset berupa tanah milik Provinsi Bali yang sudah mencapai 90 persen belum membuat pihak Biro Aset ‘tidur nyenyak’. Pasalnya sekarang masih ada 109 bidang tanah aset Pemprov Bali yang belum diusut. Termasuk yang diluar Bali. Biro Aset di tahun 2015 mendatang masih mengejar 109 bidang aset yang tercecer” (Nusa Bali, Minggu, 16 November 2014, “Aset Tak Tertib Ancam WTP Bali”, hal. 1). Permasalahan aset kembali disampaikan oleh Media Bali Post dengan menulis “Banyaknya permasalahan dan kasus menyangkut aset Pemprov Bali selama ini dinilai tidak terlepas dari lemahnya pengamanan aset baik secara fisik, administrasi, maupun hukum. Akibat kelemahan pengamanan aset ini, kata anggota DPRD Bali, Made Sumiati, banyak muncul permasalahan aset seperti penyerobot aset pemprov oleh pihak tertentu yang berujung ke meja hijau atau pengadilan. Untuk itu, dia mendorong pengamanan aset agar jelas dan mesti ditingkatkan termasuk inventaris dan pengelolaan aset agar jelas dan transparan” (Media Bali Post,Rabu, 19 November 2014, “Banyak Aset Pemprov Diserobot”, hal. 9). Permasalahan aset juga dituliskan oleh media cetak BaliTribune, “Gubernur Made Mangku Pastika, mengaku belum berani mengambil keputusan untuk melakukan pengelolaan atas aset-aset milik Pemprov Bali. Pasalnya DPRD Provinsi Bali, dalam hal ini Panitia Khusus (Pansus)

(19)

5

Aset, belum mengeluarkan rekomendasi terkait pengelolaan aset. Padahal rekomendasi ini sangat penting, sebagai landasan bagi Pemprov Bali dalam mengambil keputusan” (BaliTribune, Rabu, 19 November 2014, “Kelola Aset, Gubernur Tunggu Rekomendasi Dewan”, hal. 1). Di lain pihak, media cetak Radar Bali, menuliskan “Untuk kesinambungan kerja, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, meminta Pansus Aset dari periode sebelumnya di DPRD Bali dilanjutkan. Bahkan rekomendasi yang dihasilkan pada periode 2009-2014 supaya ditindaklanjuti. Sebab, ini dilakukan untuk menjaga aset-aset Penprov Bali yang jumlahnya mencapai 4000 bidang tanah tidaklah mudah menjaganya. Dan, pemprov sendiri tidak mau aset-aset pemprov disewa pihak ketiga dihitung dengan nilai murah” (Radar Bali, Kamis, 20 November 2014, “Pansus Aset, Gubernur Minta Kinerja Dilanjutkan” hal. 19).

Berdasarkan informasi media cetak tersebut di atas, permasalahan aset tanah di Pemprov Bali yang terjadi saat ini harus mendapat perhatian serius. Berdasarkan argumen yang menyebutkan bahwa pengelolaan barang/aset milik daerah merupakan salah satu elemen penting terhadap penilaian kinerja keuangan secara efektif dan efisien, maka hal ini menjadi pertimbangan utama perlunya dilakukan penelitian terhadap penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan dapat menampilkan letak geografis aset tanah atau peta digital. SIG mempermudah pengguna, dalam hal ini Biro Aset, dalam menentukan dan pengalamatan lokasi aset tanah. Pemeringkatan terhadap pemanfaatan aset tanah dapat menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP adalah salah satu metode multi-criteria decision making (MCDM) yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam hal pengambilan keputusan.

(20)

6

Sekitar tahun 1970-an, Thomas L. Saaty mengembangkan metode AHP. Metode ini merupakan salah satu metode pengambil keputusan multi kriteria dimana tidak mengabaikan faktor logika, pengetahuan dan pengalaman, serta emosi ke dalam sebuah sistem. AHP menggunakan nilai angka atau numerik untuk mengganti persepsi manusia saat melakukan perbandingan relatif. Dengan perhitungan matematika dapat ditentukan elemen yang memiliki prioritas tertinggi. AHP memugkinkan pengambilan keputusan yang menyajikan hubungan hirarki antar faktor, atribut, karakteristik atau alternatif dalam lingkungan pengambilan keputusan multi faktor (Badiru, 1995)

Menurut Suryadi (2000), metode ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan motode lain, yaitu :

a. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria yang paling dalam,

b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan,

c. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian untuk menentukan pemanfaatan aset tanah Pemprov Bali dengan tujuan agar pengambil keputusan dapat dengan mudah dalam menentukan pilihan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(21)

7

Bagaimanakah menentukan pemanfaatan aset tanah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terintegrasi dengan metode AHP sehingga membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan pemanfaatan aset tanah.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian rumusan masalah di atas, dapat ditentukan batasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Jenis aset tanah yang pilih menjadi objek penelitian adalah aset tanah Pemprov Bali yang sampai saat sekarang masih dalam bentuk tanah tegalan atau lahan kosong.

2. Lokasi aset tanah yang dipilih adalah yang terletak di Subak Tegal Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dan di Banjar/Dusun Mandala Sari, Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan kemudahan transportasi dan akomodasi penulis saat penelitian dan penulis dapat melakukan perbandingan hasil di lokasi yang berbeda.

3. Pemanfaatan aset berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH yaitu dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan. Alternatif-alternatif pemanfaatan yang dipilih ditentukan oleh keberadaan dari posisi di bagian utara, timur, selatan dan barat dari letak aset tanah.

(22)

8

4. Kriteria yang mempengaruhi penelitian meliputi kualitas lingkungan pemukiman sekitar, kualitas lalu lintas sekitar, bentuk medan, ketinggian, kemiringan tanah, kedalaman efektif tanah, tektur tanah dan jenis tanah. Kriteria ini ini bersumber pada data Badan Pertanahan Nasional di kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan yang dibedakan ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

1.4.1 Tujuan Umum

Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan penyelesaian masalah dengan menerapkan sistem pendukung keputusan melalui penentuan pemanfaatan aset tanah Pemprov Bali.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini sesuai permasalahan yang dibahas adalah: a. Membantu Biro Aset Setda Provinsi Bali dalam hal menghasilkan kajian

mengenai pemanfaatan aset tanah Pemprov Bali.

b. Memberikan hasil kajian kepada Bapak Gubernur Bali sebagai data dalam mengambil keputusan jika harus dilakukan alih fungsi lahan terhadap aset tanah Pemprov Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini membawa manfaat bagi semua orang, baik dilihat dari manfaat akademis maupun manfaat praktis. Adapun yang dimaksud adalah:

(23)

9

1.5.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal pemanfaatan metode SIG dan AHP pada proses pengambilan keputusan untuk menentukan pemanfaatan aset tanah.

1.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini akan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pemerintah, masyarakat maupun kepada penulis secara pribadi. Manfaat praktis yang dimaksud adalah :

a. Menambah informasi kepada pemerintah dalam hal ini pejabat pengelola aset Pemprov Bali, bahwa dari segi keilmuan dapat memberikan masukan atau kajian mengenai penentuan pemanfaatan aset tanah.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini akan dapat dijadikan pengetahuan baru bahwa jika aset tanah dikelola dengan baik yang juga dibantu dengan sistem informasi akan memberikan pilihan terbaik.

c. Bagi penulis, hasil penelitian merupakan syarat untuk menamatkan perkuliahan dan juga akan menambah pengetahuan dan wawasan dalam keilmuan mengenai sistem pendukung keputusan yang diterapkan dalam proses penentuan pemanfaatan aset tanah.

1.6 Keaslian Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan lebih lanjut, penulis telah mengumpulkan beberapa tulisan para peneliti terdahulu sebagai bahan pembanding keaslian penelitian penulis, sebagai berikut :

(24)

10

1. Analytical Hierarchy Process and Goal Programming Approach for Asset Allocation, Komlan Sedzro, Arif Marouane, Tov Assogbavi, 2011. Kelebihan metode AHP untuk menyelesaikan pilihan dengan data yang beraneka ragam dapat dikombinasikan dengan algoritma optimasi mean-varian dan model goal programming, untuk membuat laporan yang lengkap terhadap pengalokasian asset dengan mempertimbangkan nilai aset di pasaran dan sebagai bahan masukan bagi investor. Penelitian ini memberikan saran sebuah prosedur yang memungkinkan pengolahan aset yang terintegrasi, antara AHP dengan model goal programming dan mean-varian.

2. Combination of Fuzzy and AHP methods to assess land suitability for barley: Case Study of semi arid lands in the southwest of Iran, S. Hamzeh, M. Mokarram, S. K. Alavipanah, 2014. Dengan kemampuan metode AHP untuk memberikan taksiran konsistensi logis terhadap pilihan, maka dalam penelitian ini metode AHP diterapakan pada pencarian lahan yang baik untuk ditanamai pohon gandum. Lokasi penelitian dilakukan di daerah barat daya negara Iran. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil kombinasi metode Fuzzy dan AHP dalam pencarian lahan untuk penanaman pohon gandum dengan metode standar yang dikeluarkan dari FAO. Membandingkan hasil AHP dengan standar dari FAO berdasarkan penilaian dari ahli menunjukkan bahwa metode fuzzy AHP memiliki ketepatan yang tinggi dibandingkan standar yang dikeluarkan oleh FAO. Kedepan, pengembangan lebih jauh terhadap metode fuzzy AHP akan memberikan keuntungan dalam meningkatkan ketepatan analisa dalam menilai lahan.

(25)

11

3. Identification of Critical Level of Assets by Using Analytic Hierarchy Process for Water Assets Management, 2014. Permasalah dibidang aset air juga dapat dibantu dengan metode AHP. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa informasi industri air secara kuantitatif dan mengembangkan framework mandiri untuk aset yang berupa air. Hal ini akan menguntungkan dalam memanajemen aset air dan ditujukan untuk transparansi, efektif dan efisien dalam mengatur aset air ke depan. 4. Location of Prehospital Care Basis Through Combined Fuzzy AHP and GIS Method, Marco Tizna, Lorena Pradenas, 2014. Penerapan AHP dapat juga untuk membantu permasalahan pada bidang infrastruktur. Pada penelitian ini bertujuan mencari lokasi untuk dibangun gedung Emergency Medical Service (EMS). Kecepatan respon adalah suatu yang bersifat kritis dan dapat menggambarkan sebuah pelayanan yang baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, metode AHP akan digunakan untuk mendapatkan pusat lokasi EMS di kota Chile dengan pendekatan yang fleksibel.

Dengan membaca hasil penelitian di atas, penulis berpendapat bahwa SIG yang digabungkan dengan metode AHP sangat membantu penelitian penulis. Rumusan masalah yang telah diuraikan di atas semakin yakin dapat diselesaikan. Terhadap keaslian penelitian, yang membedakan penelitian ini dengan yang lain adalah mengenai waktu, tempat, data. Selain itu pemilihan alternatif dan kriteria yang diolah untuk mendapatkan nilai prioritas, seperti yang telah disebut pada batasan masalah di atas.

(26)

12

Berikut digambarkan diagram fishbone penelitian.

Gambar 1.1 Diagram Fishbone Penelitian

peralatan dan mesin FAHP Metode

Penentuan Pemanfaatan Aset Tanah Pemprov Bali dengan Metode SIG dan AHP

Sumber Data

Manajemen Aset Aset Tetap Pemerintah

Kuesioner (kualitatif)

Kuantitatif

Data tidak tersedia sebagai bahan kajian awal AHP Goal Programming Sistem Informasi Pencatatan Manual

Gedung dan bangunan

Tanah SIG

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Fishbone Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Perkulihan Seminar Pendidikan Fisika di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI bertujuan memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan mengorganisasikan

Semoga Alloh Ta'ala menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang menerima dan mengikuti da'wah Tauhid yang diserukan oleh Nabi kita Muhammad Shollallohu 'Alaihi

mengerti perumpamaan Tuhan Yesus alkitabiah, atau anda membayar harga Namun dalam perumpamaan mutiara tentang Ladang Yang Ada Harta Terpen- untuk memindahkan gereja

Metode penelitian ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan laporan dimana pada akhirnya akan melahirkan sebuah program ruang mengenai

Konsumen yang ingin membeli produk jamu masuk angin kemasan akan berusaha mencari informasi mengenai jamu tersebut karena ini akan mempengaruhi keputusan pembelian

Kemahiran menyunting teks eksposisi siswa kelas X Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017 berada pada rentang nilai 40-54

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah potensi-potensi tersebut belum dapat dikelolah (managed) dan dikemas dengan baik oleh pemerintah daerah Kabupaten