• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran narkotika semakin marak terjadi di Indonesia yang membuat

masyarakat resah terutama para orang tua karena narkotika tidak mengenal sama

sekali usia dari korbannya. Kasus penyalahgunaan narkotika ini tidak hanya

terjadi pada orang dewasa saja. Tetapi anak-anak dan remaja pun sudah

menyalahgunakan narkoba. Tentu ini membuat para orang tua resah dengan

melebarnya peredaran narkotika yang terjadi di Indonesia. Sehingga para aparat

kepolisian harus lebih serius lagi dalam penanganan penyebaran narkotika ini.

Pada dasarnya narkotika adalah obat penghilang rasa sakit dan juga

mengubah perasaan dan pikiran. Pada tahun 2000 SM, dikenal sebuah tanaman

berupa Papavor somniveritum (candu), dan tumbuhan tersebut juga tumbuh di

berbagai wilayah seperti China, India dan beberapa negara lainnya. Kemudian

pada tahun 330 SM seseorang bernama Alexander the great mulai mengenalkan

candu di India dan Persia, pada saat itu orang India dan Persia menggunakan

candu tersebut saat jamuan makan dan santai1. Ini merupakan awalnya masyarakat

eropa mengenal candu yang dapat memberikan efek ketagihan pada penggunanya

namun namun ini merupakan penyalahgunaan narkotika. Setelah beberapa waktu

kemudian diketahuilah bahwa candu mempunyai manfaat untuk kepentingan

pengobatan.

1

(2)

Penyalahgunaan narkotika ini semakin merajalela karena kurangnya

pengawasan yang ketat dalam penyebarannya. Seperti yang kita ketahui

penyebaran narkotika di Indonesia sudah sangat luas dan mudah untuk di dapat

kan. Ditambah lagi perkembangan teknologi dan informasi pada zaman sekarang

ini, semakin memudahkan para bandar narkotika untuk menjalankan peredaran

narkotikanya. Dengan mudahnya akses untuk mendapatkan barang haram ini

membuat orang dewasa, remaja bahkan anak-anak menjadi pecandu narkotika

yang sangat ketergantungan dan susah untuk disembuhkan.

Pecandu narkotika pada dasarkan adalah korban penyalahgunaan tindak

pidana narkotika. Maka dalam hal ini perlu ada suatu kebijakan dalam hukum

pidana untuk memposisikan pecandu narkotika sebagai seorang korban bukan

pelaku kejahatan khususnya.

Dan pecandu narkoba adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah

mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika dan

bahan adiktif lain, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan terhadap

narkoba ini mendorong pecandunya untuk menggunakan narkoba terus-menerus,

dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat atau. Berat ringannya gejala

putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis, serta lama pemakaian. Semakin

tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala

sakitnya2.

Hal yang berbeda dalam undang-undang tentang narkotika adalah

kewenangan yang diberikan kepada hakim untuk memvonis seseorang yang telah

2

(3)

terbukti sebagai pecandu narkotika untuk dilakukannya rehabilitasi. Dalam hal ini

dapat ditarik kesimpulan bahwa kewenangan ini mengakui bahwa pecandu

narkotika selain sebagai pelaku tindak pidana juga sekaligus korban dari kejahatan

itu sendiri. Namun dalam praktek di lapangan kenyataan ini tidak berlaku.

Peradilan terhadap pecandu narkotika sebagian besar berakhir dengan vonis

pemenjaraan dan bukan vonis rehabilitasi.

Sampai saat ini masalah penyalahgunaan narkotika terhadap kawula muda

di Indonesia masih menjadi ancaman yang mencemaskan bagi para orang tua.

Penyalahgunaan narkotika sangat memberikan akibat yang buruk kepada pecandu

baik dari segi kesehatan pribadinya maupun kepada lingkungan sekitarnya.

Para kawula muda menjadi sasaran empuk bagi para bandar narkotika

karena dalam masa anak sampai remaja dan menuju dewasa seseorang mengalami

perubahan dalam segala bidang, baik secara biologis, perasaan, cara berpikir, dan

kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan mereka mudah untuk dipengaruhi

karena jiwa mereka masih belum stabil.

Oleh karena itu solusi yang perlu dilakukan adalah dengan cara

mengetahui tempat rehabilitasi guna menyediakan suatu sarana untuk membantu

pemulihan bagi para pecandu narkotika.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul dalam

penelitian ini adalah “ Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal

Sibolangit dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu

(4)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas timbul beberapa masalah yang perlu dikaji dalam

penulisan ini antara lain :

1. Bagaimana pengaturan terhadap perlindungan hukum terhadap pecandu

narkotika?

2. Bagaimana prosedur penetapan rehabilitasi bagi pecandu dan syarat-syarat

seseorang untuk direhabilitasi?

3. Bagaimana peranan lembaga rehabilitasi narkoba Al-Kamal Sibolangit dalam

pembinaan dan upaya penyembuhan terhadap pecandu narkotika?

C. Tujuan Dan Maamfaat Penulisan

Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa saja pengaturan terhadaap perlindungan hukum

terhadap pecandu narkotika

2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penetapan rehabilitasi bagi

pecandu dan apa saja syarat-syarat seseorang untuk direhabilitasi

3. Untuk mengetahui peranan lembaga rehabilitasi narkoba Al-Kamal

Sibolangit dalam pembinaan dan upaya penyembuhan terhadap pecandu

(5)

Manfaat Penulisan

a. ManfaatTeoritis

Mengharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat menyumbangkan pemikiran

bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum khususnya

mengenai peranan lembaga rehabilitasi narkoba

b. ManfaatPraktis

Mengharapkan bahwa hasil penulisan ini dapat dimamfaatkan atau diterapkan

dalam pengambilan penetapan oleh aparat penegak hukum dalam tindak pidana

narkotika dengan menerapkan konsep-konsep kebijakan hukum pidana di

Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

PembahasanskripsiinidenganjudulPerananLembagaRehabilitasiNarkobaAl

KamalSibolangitdalamPembinaandanUpayaPenyembuhanTerhadapPecanduNarko

tika(Studi diPantiRehabilitasiNarkoba Al-Kamal Sibolangit Centre) permasalahan

yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni dari hasil pemikiran penulis dalam

rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana

hukum di Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara dan apabila ternyata di

kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama maka penulis akan

(6)

E. Tinjauan Pustaka

1. Narkotika

a. Pengertian Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sistesis

maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan3.

Berdasarkan bahan asalnya narkotika terbagi dalam(tiga) golongan yaitu4 :

a) Alami

Yakni jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi,

isolasi atau proses produksi lainnya. Contohnya: ganja, kopium, daun koka dan

lain-lain. Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,

Narkotika yang berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah

golongan I terdiri dari :

a. TanamanPapaverSoniferum L

b. Opium mentah, opium masak (candu, jicing,jicingko)

c. Opium obat

d. Tanamankoka, daunkoka, kokain mentah, kokaina, ekgonim (kerja alkoid koka

berbeda dengan alkoid opium)

e. Heroin, Morfin (Halkoid,opium yang telah diisolasi)

f. Ganja, damar ganja

b) Semi Sintesis

3

(7)

Yakni zat yang doproses sedemikian rupa melalui proses ekstraksi dan

isolasi. Contohnya : morfin, heroin, kodein dan lain-lain.

Jenis Obat ini menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

termasuk dalam narkotika golongan I.

c) Sintesis

Jenis obat atau zat yang doproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan

penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti

penekan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk kategori sintesis antara lain

Amfetamin, Dekssanfetamin, Penthidin, Mepiridin, Methadon, Dipipanon,

Dekstropakasifen, LSD (Lisergik, Dietilamid).

Berdasarkan egek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika terdapat

3(tiga) jenis yaitu5 :

a. Depressan (downer)

Adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas, membuat pengguna

menjadi tertidur atau tidak sadar diri.

b. Stimulan (upper)

Adalah jenis-jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan kerja (segar dan bersemangat) secara berlebih-lebihan.

c. Halusinogen

Adalah zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat

merubah perasaan dan fikiran.

b. Asal mula Narkoba

(8)

Berdasarkan defenisi psiko farmakologi, zat psiko aktif adalah zat kimia

yang mampu merubah dan mempengaruhi perasaan fikiran dan perilaku seseorang

yang populer disebut NARKOBA (Narkotika, Psikiotropika, dan Bahan Adiktif).

Sesungguhnya sudah sejak zaman pra sejarah orang mengenal zat psiko

aktif baik berupa tanaman/tumbuhan maupun berupa semi sintesis. Ada yang

berupa dedaunan, buah, bunga maupun akar, telah dikenal manusia purba akan

efek farmakalogi yang ditimbulkannya. Sejarah mencatat bahwa ganja (Cannabis

Sativa) sudah digunakan orang sejak 2700 tahun sebelum masehi. Orang-orang

kuno telah menggunakan opium untuk menenangkan balita-balita mereka bila

menangis misalnya6.

Pada hakikatnya zat-zat itu digunakan untuk pengobatan atau mengurangi

sakit akan tetapi kemudian telah diracik untuk mendapatkan kenikmatan jangka

pendek. Sejalan dengan kemajuan teknologi moderen yang semakin pesat hingga

manusia dapat mengolah zat-zat psiko aktif dengan cara yang amat canggih.

Contoh-contoh berikut ini antara lain 7:

1. Proses penyulingan ditemukan tahun 800-an yang memproduksi alkohol berkadar

kurang dari 15% saja oleh karena pembuatannya merupakan peragian atau

fermentasi alamiah belaka.

2. 5000 tahun sebelum masehi opium diolah secara tradisional dengan perangkat

sederhana dengan kadar narkotik relatif rendah. Baru pada tahun 1805 para

ilmuan menemukan morfin yang merupakan kadar murni dalam opium itu. Tiga

6H. Mastar‟Ain Tanjung,

(9)

puluh tahun kemudian sekitar tahun 1834 jarum suntik ditemukan dan merupakan

cara paling baru untuk memasukkan morfin kedalam tubuh.

3. Akhirnya ditemukan pula tumbuhan bernama Kokain yang dapat menimbulkan

euforia lebih tinggi dibandingkan daun koka yang pada waktu itu dikunyah begitu

saja seperti orang makan sirih.

Ada pertanyaan dari kalangan orang-orang tertentu; Kenapa orang

menggunakan zat-zat psiko aktif dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan cultur masyarakat itu sendiri8.

Beberapa zat tertentu dibenarkan dipakai atau dikonsumsi oleh masyarakat

tertentu. Ada kalangan terlarang bagi masyarakat lainnya. Kebiasaan yang

menjadikan kultur (membudaya) berhubungan erat dengan adat dan religi.

Kadang-kadang zat tertetu dipakai karena sudah kebiasaan dengan tidak

memandang baik atau buruk oleh masyarakat tersebut. Kalau dulunya dianggap

biasa sekarang jadi terlarang atau sebaliknya. Pergerakan waktu ke zamanpun

turut mempengaruhi perkembangan instansial dari zat-zat9.

Maklum saja semakin canggih peralatan yang mengolah zat-zat itu

semakin sempurna kwalitas dan kwantitasnya. Jangan lupa bahwa potensi dari zat

itupun semakin erat.

Historis dan kronologis singkat berikut ini diharapkan dapat menjadi

referensi atau acuan untuk lebih mengenal masalah penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba, yang dirasakan pada saat ini sungguh sangat meresahkan.

Meskipun merupakan catatan-catatan ringan dan sederhana, diharapkan dapat

8

(10)

diperhatikan bahwa pemakaian penyalahgunaan maupun pencegahan,

pemberantasan zat-zat psiko aktif (Narkoba) akan banyak berkaitan dengan aspek

sosial, budaya, ekonomi, hankam dan agama10.

- Tahun 5000 SM : Bangsa Sumeria di Timur Tengah paling pertama

kali menggunakan opium

- Tahun 3500 SM : Bangsa Mesir merupakan biangnya alkohol dalam

sejarah

- Tahun 2737 SM : Shen Nung seorang Kaisar China dalam catatannya

menuliskan bahan (Cannabis Sativa) atau ganja.

- Tahun 2400 SM : Untuk mengisi kas negara Raja Kreta memungut

pajak bagi pengusaha pembotolan anggur.

- Tahun 113- 256 SM : Dinasty Chou didaratkan China merancang

Undang-Undang sampai puluhan kali atas produksi Alkohol

- Tahun 624 SM-256 SM : Alkohol digunakan sebagai senjata oleh Cyakares

menaklukkan bangsa Persia Scythia.

- Tahun 300 SM : Erasistratus seorang Thabib Yunani yang

menjelaskan bahaya ketagihan opium

- Tahun 200 SM : Orang-orang Indian di Amazone mulai mengenal

tembakau untuk diisap

- Tahun 550-579 : anjuran Kong Hucu agar orang tidak minum

berlebih-lebihan

(11)

- Tahun 646-770 : Sejak Budhisme menjadi agama yang dianut bangsa

Jepang beberapa kaisar melarang minum alkohol

Barat yang tidak begitu ketentuan adat dan agama

sekuler bertambah kental bagi kehidupan modern

yang memicu pemakaian alkohol dan zat-zat psiko

aktif tidak mulai terkontrol.

- Tahun 689 : Sriwijaya membuat Undang-Undang mengenai candu

berdasarkan ajaran Tibet dan China.

- Tahun 700-800 : Bangsa Arab yang mula-mula memperkenalkan bunga

poppy kenegeri India dan China. Pada mulanya sebagai

bahan pengobatan lama kelamaan menjadi resep minuman.

- Tahun 1000 : Penggunaan Opium mulai merebak secara luas dinegeri

China.

- Tahun 1000 : Rakyat Yunani mengolah Opium guna dimakan diminum

sebagai kebutuhan sehari-hari

- Tahun 1500 : Pada zaman ini penggunaan zat-zat psiko aktif mulai marah

dibelahan Eropa, seperti kopi, tumbuhan koka, coklat dan

teh. Pada masa ini pulalah t erjadi penggeseran nilai di

dunia Barat yang tidak begitu patuh lagi kepada ketentuan

Adat dan Agama. Sekuler bertambah kental bagi kehidupan

modern yang memicu pemakaian alkohol dan zat-zat

(12)

- Tahun 1500 : Di China opium dipergunakan selain untuk pengobatan tapi

juga kurang banyaknya yang mempergunakan untuk

bersenang-senang kenikmatan semata.

- Tahun 1510 : Kedai minuman seperti teh dan kopi mulai bermunculan di

Kairo.

- Tahun 1511 : Silang pendapat tentang minuman kopi di negeri

Arab/Mesir, sebahagian melarang dan dinyatakan mahruh

sebahagian lagi menyatakan boleh.

- Tahun 1600 : Rusia memberlakukan hukuman mati bagi orang-orang

yang memiliki tembakau dalam jumlah tertentu. Pertama

kali dilakukan pada masa Mikkail Federatives berkuasa. Di

lanjutkan dengan peraturan hukuman siksa pada masa

pemerintahan Tsar Alex Miklailovich bagi orang-orang

yang kedapatan mengisap rokok.

- Tahun 1600 : Peredaran berbagai macam rokok mulai memasuki daratan

China.

- Tahun 1611 : Virgina terkenal dengan tembakaunya dan ladang ganja

yang pertama kali diolah di negara bagian Amerika Serikat

ini.

- Tahun 1638 : Kaisar Ming dari China melarang menjual dan

mengedarkan ganja dan sejenisnya.

- Tahun 1641 : Tsar Michael dari Rusia menghukum penjual dan perokok

(13)

- Tahun 1642 : paus urban VII mengeluarkan peraturan yang mencela

pemakaian tembakau.

- Tahun 1644 : Kaisar Manchur melarang mengisap tembakau “Snuf”

yakni menyedot melalui hidung.

- Tahun 1650 : Bavaria dan Zurich juga terlarang mengkonsumsu

tembakau dan sejenisnya.

- Tahun 1677 : Sultan Amangkurat II dari Mataram dan VOC mengikat

perjanjian tentang penjualan opium (candu) yang menjadi

monopoli VOC (Belanda).

- Tahun 1678 : Belanda selain menjarah kekayaan bangsa Indonesia tapi

juga memerkosa hak hidup anak negeri dengan cara

meracuninya dengan candu. Pada tahun ini saja VOC

memassukkan candu Benggala ke Indonesia sebanyak

667.444 pon yang merupakan jumlah lima kali lipat dari

tahun sebelumnnya yaitu 113.000 pon candu pemakaiannya

rata-rata pertahun untuk pulau Jawa

- Tahun 1681 : Setelah membuat perjanjian tentang monopoli candu

dengan Sultan AmangKurat II kini VOC membuat

kesepakatan pula dengan Sultan Cirebon.

- Tahun 1682 : VOC menyeret pula Sultan Banten untuk membuat

perjanjian monopoli candu.

- Tahun 1691 : Hukuman mati dijatuhkan kepada penjual tembakau di

(14)

- Tahun 1705 : VOC dan Sunan Paku Buwono I memperbaharui perjanjian

monopoli candu.

- Tahun 1721 : Seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Engelbert

Keempler menjelajahi Timur Tengah India dan Sri Langka,

menyebutkan jenis-jenis zat psiko aktif yang digemari

masyarakat antara lain pinang, tembakau, opium.

- Tahun 1712 : Jawa mulai memasarkan komoditinya “kopi” keluar negeri.

- Tahun 1729 : Dibawah kekuasaan Kaisar YungCheng dari China

melarang pemakaian dan penjualan candu. Satu-satunya

negara yang gigih melarang pemakaian candu adalah

China.

- Tahun 1742 : Setelah Sunan Paku Buwono II mengalami kalah melawan

Belanda melarang seluruh keturunannya menggunakan

candu. Padahal sebelumnya juga penggemar candu yang

kemudian melarangn dan memberhentikan pemakaiannya.

- Tahun 1753 : Linnaeus memberikan nama Cannabis Sativa untuk

tanaman perdu “Ganja”

- Tahun 1762 : Virgina negara bagian Amerika Serikat menjatuhkan

hukuman berat bagi masyarakat petani yang tidak mau

menanam ganja (Cannabis Sativa)

- Tahun 1762 : Selama 12 kali setahun terjadi perdagangan (Barter) antara

Aceh dan Inggris, di India yakni tukar barang pinang, lada,

(15)

- Tahun 1773 : British east India Company Kongsi Pengiriman opium ke

China.

- Tahun 1779 : John Marsden penguasa VOC di Bengkulu mengawasi

penjualan dan pemakaian candu.

- Tahun 1800 : Inggris menyelundupkan candu ke China

- Tahun 1803 : PADRI di Minangkabau merupakan gerakan pemurnian

ajaran Islam yang mengharamkan dan melarang

penggunaan candu, alkohol, tembakau dan pinang.

- Tahun 1805 : Friedrich Sertumer dari Jerman adalah penemu cara

pemisahan Morfin dari heroin.

- Tahun 1809 : Distribusi candu di Jawa diawasi opium pacht (perkebunan

candu, sistem ini diperkenalkan oleh Daendels Gubernur

India Timur.

- Tahun 1817 : Sir Thomas Stamford Raffles pejabat pemerintah Inggris,

mengamati pemakaian zat psiko aktif (chin, arak, api bren,

candu) ditengah masayakat Jawa.

- Tahun 1824 : Pada masa ini seluruh keresidenan di Jawa memiliki

perkebunan candu, kecuali Banten dan Priagan yang bebas

dari tanaman yang membahayakan itu

- Tahun 1825 : Bangsa Thai dibawah Raja Rama II melarang rakyat Thai

mengisap candu hanya bangsa China yang diperbolehkan.

- Tahun 1834 : Inggris kehilangan monopoli candu di China setelah adanya

(16)

- Tahun 1839 : Seorang dokter berkebangsaan Inggris di India

O‟Shanghnessy menuliskan dalam bukunya tentang

Cannabis Sativa (ganja) sebagai pengobatan alternatif

dibenggala sehingga ganja mulai dikenal luas didunia barat.

- Tahun 1839-1842 : Terjadinya Perang Candu antara China dan Inggris

sejak lama Inggris menghendaki agar Cina

membuka pelabuhan untuk perdagangan luar negeri,

Inggris menjalankan siasat candu yang sangat

menguntungkan bagi Inggris sebaliknya menjadikan

korban bagi rakyat Cina.

- Tahun 1841 : Morean menggunakan Therapy haskin untuk

mengobati pasien yang mengalami penyakit jiwa.

- Tahun 1850 : Ladang ganja terbesar didunia Yamaica buruhnya

didatangkan dari India

- Tahun 1852 : Raja Mong dari Muang Thai Mengorga nisir candu

kerjaanu dengan kongsi.

- Tahun 1853 : Inggris untuk memenuhi kebutuhan perdagangan

candunya mengimpor dari India- Birma

- Tahun 1853 : Jean Band dalam catatannya memperkirakan antara

tahun 1619-1799 setuao tahunnya pulau Jawa

mengimpor candu sebesar 100.000 pond lebih untuk

(17)

- Tahun 1855 : Inggris dan Muangthai mengikat suatu perjanjian

tentang masuknya opium

- Tahun 1855 : Pecah perang candu ke II yang menimbulkan

banyak korban. Politik siasat candu Inggris

menyengsarakan rakyat Cina oleh merebaknya

peredaran Candu diseluruh negeri.

- Tahun 1858 : Negara Vietnam mengambil langkah monopoli

opium guna meningkatkan pendapatan negara

membangun pertukaran militer.

- Tahun 1860 : Pada tahun inilah seorang peneliti bernama Albert

Nierma berhasil menemukan kokain yang berasal

dari daun koka.

- Tahun 1861- 1865 : 5.000 serdadu Amerika Serikat menjadi teler akibat

ketagihan mempergunakan Morfin, ketika terjadi

perang saudara di negeri itu.

- Tahun 1862 : Opium Farm (perkebunan candu) di Asahan

Sumatera Utara di tangani oleh saudagar China dari

Penang yang di backing oleh Inggris. Yang

dipertuan Asahan Sultan Ahmadsyah meminta

pembelaan ini agar Belanda yang melindungi

pangeran Langkat tidak datang menguasai daerah

(18)

- Tahun 1863 : Kesultanan Siah (Riau) perdagangan candunya di

monopoli oleh pemerintah Hindia Belanda guna

membangun negeri Belanda.

- Tahun 1863 : Asam Barbiturat yang ditemukan pertama kali oleh

Adolfon Baeyer berkebangsaan Jerman.

- Tahun 1872 : 5100 unit memenuhi kebutuhan pelayaran dagang

untuk mengangkut bahan rempah-rempah antara

Aceh barter Penang, Perdagangan sistem barter lada

dari Aceh tukar candu.

- Tahun 1874 : Heroin, diasetil morfin yang dihasilkan dari reaksi

kimia antara morfin dan asam asfat anhidrat sebagai

desivat morfin mempunyai efek lebih cepat bereaksi

menimbulkan ketagihan. Zat ini ditemukan oleh

seorang ahli kimia Alder Wright di London.

- Tahun 1875 : Kalangan buruh di Jakarta mulai ketagihan

mengisap ganja yang amat gampang dijumpai

disetiap pedagang rokok.

- Tahun 1876 : Aceh juga tidak mau ketinggalan sehingga

perkebunan candu pertama kali dibuka

- Tahun 1877 : Pemerintah Haidi Belanda mengawasi perairan

Lombok-Bali karena didaerah ini sangat rawan

(19)

- Tahun 1878 : Inggris mengeluarkan Undang-Undang membatasi

perdagangan candu.

- Tahun 1879 : Chang Chen Hsun seorang pedagang China yang

kemudia diangkat menjadi konsul Jendral China di

Singapura, berperan memonopoli candu di Aceh.

- Tahun 1880 : Hukuman mati diterapkan di China bagi

pemasok/penyelundup opium. Dikarenakan opium

mencapai 5 ton/tahun yang menyengsarakan rakyat

China.

- Tahun 1880 : Madiun merupakan penghasil opium terbesar di

Indonesia, kala itu.

- Tahun 1881 : Prancis pun berperan mengambil monopoli candu di

Cochin China.

- Tahun 1886 : Babol delima sebuah novel yang isinya menentang

peredaran opium di Hindia Belanda.

- Tahun 1887 : Amfetamine (psikotropika golongan II) ditemukan.

- Tahun 1889 : Raden Adjeng Kartini menulis surat kepada Stella

Zeehandelaer, mengenai kebiasaan buruk mengisap

candu pada bangsanya.

- Tahun 1890 : Dikalangan bumi putra Jawa candu dipakai untuk

pengobatan kolera, beri-beri, TBC dan rematik.

- Tahun 1893 : Perancis memperluas monopoli candunya hingga ke

(20)

- Tahun 1894 : “Opium Regie” sengaja diciptakan pemerintah

Hindia Belanda agar perdagangan penuh ditangani

pemerintah.

- Tahun 1896 : Madura adalah daerah yang pertama dibuka Opium

Rege.

- Tahun 1897 : Kemudian opium Rege bermunculan diseluruh

pulau Jawa, menjual opium secara ketengan.

- Tahun 1899 : Berdiri satu perkumpulan anti Opium bernama Ikata

Anti Opium. Perkumpulan ini menentang

kebedaraan opium di negeri Belanda. Didirikan oleh

tokoh masyarakat para pejabat, tokoh rohaniawan,

wartawan, ilmuan serta pengacara, dan lain-lain.

- Tahun 1903 : Filipina membentuk komisi candu guna mengatur

kelancaran masuknya opium kenegeri itu.

- Tahun 1903 : Pil candu yang diselundupkan ke Pulau Jawa di

gunakan sebagai therapy anti candu.

- Tahun 1906 : China mengolah lebih 35.000 ton candu untuk

diekspor keluar negeri sebagai komoditi eksport

China.

- Tahun 1907 : Adanya perubahan kultur didalam masyarakat

Hindia Belanda yang oleh para Priyayi peranakan

China Mengadakan kampanye anti candu. Di

(21)

ketergantungan opium dikelola oleh dukun (thabib)

setempat.

- Tahun 1908 : Budi Utomo Pendiri Perhimpunan Nasional

Indonesia menganjurkan kepada selurut rakyat

Indonesia tidak mengisap candu atau madat.

- Tahun 1909 : Shanghai merupakan kota di China yang pertama di

langsungkan konfrensi opium.

- Tahun 1910 : Pemerintah Hindia Belanda menolak permohonan

Budi Utomo yang menginginkan adanya kampanye

pendidikan anti opium. Barbitural sebagai trend

dalam kehidupan gaul di Indonesia.

- Tahun 1973 : Dinas Kesehatan DKI pelopor penyelenggara

kampanye anti Narkoba berbasis sekolah di Jakarta.

- Tahun 1975 : Menurut prakiraan korban ketergantungan obat

diseluruh Indonesia berjumlah sekitar 5.000-10.000

orang.

- Tahun 1976- 1979 : Kawula muda pemuda pelajar dan mahasiswa

konsumen utama menggunakan ganja sedatifa dan

barbiturat. Dikarenakan barang ini mudap didapat

dan pengawasan untuk inipun sangat lemah.

- Tahun 1978 : NEO bersama salah satu lembaga non pemerintahan

yang bergerak dalam penanggulangan

(22)

(putaw) kokain, ganja, ekstasy, shabu (Narkotika

dan Psikotropika).

- Tahun 1979 : Jakarta menyelenggarakan konferensi Internasional

I antara organisasi Non Pemerintah (NGO) tentang

penyalahgunaan obat.

- Tahun 1979 : Bulan Sabit Emas julukan bagi penghasil opium ilegal

terbesar didunia (Iran, Pakistan, Afganistan)

- Tahun 1980 : Keluar peraturan pemerintah Indonesia tentang penanaman

tanaman papaver, koka, ganja.

- Tahun 1984 : Menteri Sosial Republik Indonesia mensinyalir adanya

lebih 80.000 orang penyalahgunaan Narkotika di Indonesia.

- Tahun 1990 : United Nations Office on Drugs Crime (UNODC)

memperkirakan sejak 1990 terdapat puluhan juta pecandu

heroin dan opium di seluruh dunia.

- Tahun 1993 : Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan

keputusan bahwa ekstasi merupakan golongan obat keras

(Permenkes RI No.124/Menkes/ Per 1993)

- Tahun 1997 : Pengesahan United Nation Convention Againt Illicit Traffic

in Narcotic Drugs and Psikotropik Substance 1988

(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang

Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkotika dan

(23)

- Tahun 1997 : Keluar Undang-Undang RI No.22 tahun 1997 tentang

Narkotika sebagai pengganti UU RI No.9 tahun 1976,

dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur

hidup.

- Tahun 1997 : Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

- Tahun 2000 : Pembentukan Satgas luhpen Narkoba Markas Polri (Sprin)

647/11/2000.

- Tahun 2002 : Afganistan telah memproduksi 4.503 ton candu, jika di

proses menjadi heroin akan menghasilkan tidak kurang

450.300 Kg setara 450.300.000.000 mg Heroin (putaw)

karena pemaikaannya dengan cara disuntikkannya beberapa

mg saja.

- Tahun 2002 : Instruksi Presiden No.3 tahun 2002 tentang

penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkotika

psikotropika dan zat adiktif.

- Tahun 2003 : Menurut Internasional Narcotic Control Board (INBC) pada

sidang ke-46 dari United Nations Commision on Narcotic

Drug (UNCND) di Wina tanggal 8-17 April 2003,

menyatakan bahwa pada sidang Afganistan merupakan

Produsen candu gelap terbesar di dunia.

- Tahun 2003 : Pemerintah Presiden RI Mega Wati Soekarno Putri hukum

(24)

-Tahun 2004 : Fakta membuktikan tiga orang terpidana mati yang

memassukan Narkotika golongan I Heroin telah dieksekusi

mati di Medan Sumatera Utara, yakni :

1. Ayodya Prasad Chaubey (India)

2. Namsong Sirilak

3. Saelo Prasaert

c. Jenis-jenis Narkotika

1. Ganja

Dikenal dengan nama : Cannabis, Mariyuanan, Hasish, Gelek, Budha

Stick, Cimeng, Grass, Rumput, Sayur11.

a) Bentuk

Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang,

pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang di tengah

pangkal hingga ujung bila diraba bagian muka halus dan bagian belakang agak

kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5, 7, atau 9 helai.

b) Warna

Ganja hijau tua segar dan berubah coklat bila sudah lama dibiarkan karena

udara dan panas

c) Penggunaan

Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan

menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC yaitu suatu zat

(25)

penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut Hasish. Apabila

dicairkan akan mendapat minyak yang dikenal minyak Kanabis

d) Efek

1. Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan menurun, mata merah

2. Nafsu makan bertambah

3. Santai, tenang dan melayang-layang

4. Fikiran selalu rindu pada ganja

5. Daya tahan menghadapi problema jadi lemah

6. Malas, apatis

7. Tidak peduli dengan kehilangan semangat untuk belajar maupun bekerja

8. Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu

Efek paling buruk dari pemakaian ganja secara kronis dapat menyebabkan

kanker paru-paru karena pengaruh kadartar pada ganja jauh lebih tinggi dari

pada kadar tar pada tembakau. Dan penggunaan ganja dalanm jangka waktu

panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan. Hampir setiap orang yang

menjadi pecandu narkoba yang lebih berat seperti heroin pada awalnya

mengkomsumsi ganja.

2. Cocain

Berasal dari tanaman coca Columbia di Amerika Latin12.

a) Bentuk

Berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain kristal

b) Warna

(26)

- Cairan berwarna putih/tidak berwarna

- Kristal berwarna putih

- Tablet berwarna putih

- Bubuk/serbuk seperti tepung

c) Penggunaan

Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat penyedot

(sedotan) atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau (rokok), ditelan

bersama minuman, atau disuntikkan pada pembuluh darah

d) Efek

1. Tidak bergairah bekerja

2. Tidak bisa tidur

3. Halusinasi

4. Tidak nafsu makan

5. Berbuat dan berfikir tanpa tujuan

6. Merasa gelisah dan cemas berlebihan

3. Morfin dan Herion

Nama lain : Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep, Bedak, Putih13

Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dan tanaman

Papaver Somniferum. Dengan melalui proses pengolahan dapat menghasilkan

Morfin. Kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan Heroin yang

mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

(27)

a) Bentuk

Berupa serbuk

b) Warna

Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua

c) Penggunaan

Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar kertas timah

pembungkus rokok (sniffing) atau dengan menyuntikkannya langsung ke

pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

d) Efek

1. Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan “dungu” jalan mengembang.

2. Rasa sakit seluruh badan

3. Badan gemetar, jantung berdebar-debar

4. Susah tidur dan nafsu makan berkurang

5. Matanya berarir dan hidungnya selalu ingusan

6. Problem pada kesehatan : bengkak pada daerah menyuntuk, tetanus,

HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru, serta

sulit buang air besar. Pada wanita mengganggu sirkulasi menstruasi.

Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang

bersangkutan akan berusaha untuk mengkonsumsi heroin. Oleh karena itu

pecandu heroin akan berusaha dengan cara apapun dan resiko aapun guna

memperoleh heroin. Mereka tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan

kekerasan atau kejahatan, misalnya mencuri, menodong, merampok dan

(28)

hanya sekedar untuk mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin

sangat sulit untuk menghentikan pemakain heroin dan cenderung untuk

mengkonsumsi dalam jumlah/dosis semakin bertambah dan sesering mungkin.

Akibatnya over dosis.

4. Katinone

Merupakan tanaman Khat (Chata Edulis) yang bukan aski tanaman

Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh Turis Luar Negeri. Tanaman ini

pada hakekatnya berasal dari Timur Tengat yaitu negara Yaman yang dibawa

pada 1997. Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis

yaitu Khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan

antara lain, tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf

manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Tanaman Khat mengandung

zat narkotika “Chatinone” yang termasuk Narkotika Golongan I pada nomor urut

35 lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 200914.

5. Barbiturat

Biasa digunakan sebagai obat tidur. Cara kerjanya mempengaruhi sistem

syaraf15.

a) Efek

1. Sering sembrono

14

http://halosehat.com/farmasi/aditif/20-jenis-jenis-narkoba-gambar-efek-dampak-dan-pengertiannya

15

(29)

http://halosehat.com/farmasi/aditif/20-jenis-jenis-narkoba-gambar-efek-dampak-dan-2. Euforia

3. Sering merasa kebingungan

4. Mengalami pingsan

5. Mengalami masalah pernafasan

6. Kodein

Adalah sejenis obat batuk yang biasa digunakan dalam resep dokter,

namun obat ini memiliki efek ketergantungan kepada si pengguna. Cara

penggunaan : Kodein merupakan hasil proses dari metilasi morfin. Cara

penggunaannya dengan dihisap16.

a) Efek

1. Mengalami euforia

2. Mengalami gatal-gatal

3. Mulut terasa kering

4. Merasa kantuk

5. Mengalami depresi

6. Sering sembelit

2. Pecandu Narkotika

a. Pengertian Pecandu Narkotika

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan

memiliki dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan, jiwa,

(30)

maupun psikososial yang dapat menyebabkan kecanduan dan ketergantungan

pada pemakainya. Berikut beberapa pengertian mengenai pecandu17

Dalam hal penyalahgunaan narkotika dibedakan pengertian antara pemakai

dan pecandu. Menurut Gordon pengguna adalah seseorang yang menggunakan

narkoba hanya sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi,

dan hidup mereka tidak berputar di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini disebut

juga sebagai pengguna sosial rekreasional. Sedangkan pecandu adalah seseorang

yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional serta fisik. Bagi

pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba, sehingga

jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala putus obat dan

kesakitan18.

Menurut pasal 1 angka 13 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

disebutkan bahwa Pecandu Narkotika adalah Orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika,

baik secara fisik atau psikis. Sehingga dari pengertian tersebut, maka dapat

dikualifikasikan 2 (dua) tipe Pecandu Narkotika19 :

1. Orang yang menggunakan Narkotika dalam keadaan ketergantungan secara

fisik maupun psikis

2. Orang yang menyalahgunakan narkotika dalam keadaan ketergantungan

secara fisik dan psikis.

b. Ciri-ciri Pecandu Narkotika

17

Tina Afiatin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2008, hlm 12

18

Ibid, hlm 13. 19

(31)

http://www.kompasiana.com/subhan.hamonangan/pecandu-narkotika-itu-seperti-apa-Seiring Perkembangan zaman yang semakin modern sekarang ini orang

tua harus bekerja ekstra ketat mengawasi perjalanan hidup anaknya, kalau ingin

anaknya menjadi manusia berguna. Kalau tidak, ia akan kecewa seumur hidupnya,

sebab anak itu akan diasuh oleh Bandar Narkoba yang akan meracuni hidupnya.

Untuk mengawasi anak orang tua harus mengetahui ciri-ciri pecandu narkotika

agar tidak terlambat untuk melarang dan merehabilitasi anak tersebut. Berikut

merupakan ciri-ciri seorang remaja atau anak yang mempunyai kemungkinan

besar mengalami kecanduan narkotika :

1) Sifat mundah kecewa dan kecendrungan menjadi agresif dan destruktif

2) Perasaan rendah diri (low self-esteem)

3) Tidak bisa menunggu atau bersabar berlebihan

4) Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko bahaya

yang berlebihan

5) Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup

berfungsi dalam kehidupannya sehari-hari

6) Hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan atau tidak

terjadinya identifikasi seksual yan memadai

7) Keterbelakangan mental (retardasi mental) terutama yang tergolong pada taraf

perbatasan

8) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam

pendidikan atau pekerjaan atau dalam lapangan kegiatan lainnya

9) Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung rendah

(32)

11) Cenderung memiliki gangguan jiwa, seperti kecemasan, obsesi, apatis,

menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stres atau

sebaliknya yaitu hiperaktif

12) Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan

13) Adanya perilaku yang menyimpang, seperti hubungan seksual yang tidak

terlindung, putus sekolah, perilaku antisosial pada usia dini seperti tindak

kekerasan atau mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya

14) Kurang suka olah raga

15) Suka melancarkan protes sosial

16) Mempunyai persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang dekat,

walalupun seringkali kenyataannya tidak demikian

17) Adanya anggota keluarga lain yang tergolong peminum alkohol yang berat

atau pemakai obat secara berlebihan

18) Sudah mulai merokok pada usia yang sangat dini

19) Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius

3. Lembaga Rehabilitasi Narkotika

a. Pengertian Lembaga Rehabilitasi Narkotika

Lembaga rehabilitasi adalah tempat pemulihan yang berlandaskan hidup

berkomunitas, yang mempunyai fokus pelayanan bagi Adiksi Narkotika, Alkohol,

(33)

pecandu dan adiksi. Komunitas membantu mereka untuk kembali sehat demi

hidup yang lebih bermakna baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual20.

Pemulihan gangguan penggunaan narkoba perlu dilakukan hingga tingkat

rehabilitasi. Alasannya, selain menimbulkan gangguan fisik dan kesehatan jiwa,

gangguan penggunaan narkoba juga memberi dampak sosial bagi pasien,

lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Rehabilitasi hakekatnya

bertujuan agar penderita bisa melakukan perbuatan secara normal, bisa

melanjutkan pendidikan sesuai dengan bakat dan minatnya, dan yang terpenting

bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat

sekitarnya. Satu hal lagi yang banyak diharapkann setelah mengikuti rehabilitasi,

pasien dapat menghayati agamanya secara baik. Itulah sebabnya banyak lembaga

rehabilitasi yang didirikan berdasarkan kepercayaan/agama. Dan nyatanya, pasien

akibat narkoba ini umumnya menang hidup jauh dari kepercayaannya

masing-masing21.

b. Bentuk-Bentuk Rehabilitasi Narkotika

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba)

menunjukkan tren yang semakin meningkat di Indonesia. Rehabilitasi narkoba

merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan para pengguna dari belenggu

narkoba. Untuk itu ada beberapa tahapan rehabilitasi narkoba yang perlu

dilakukan22.

20

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt560211ea73636/tata-cara-pengajuan-permohonan-rehabilitasi-narkotika , diakses pada tanggal 29 Mei 2017 pada jam 12.15 WIB

21

(34)

Data yang diperoleh dari survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan

Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2008 mengungkap, angka prevalensi

pengguna narkoba sekitar 1,9 % dari seluruh penduduk Indonesia, dengan kisaran

usia 10 sampai 60 tahun. Hanya dalam tiga tahun kemudian, angka prevalensi

meningkat menjadi 2,2 %. Yang berarti sekitar 4 juta penduduk Indonesia tercatat

sebagai penyalahguna narkoba. Penyalahgunaan narkoba sebagian besar diawali

dengan upaya coba-coba dalam lingkungan sosial. Semakin lama pemakaian terus

dilanjutkan, maka dosis narkoba yang digunakan juga akan semakin besar untuk

mencapai kondisi yang diinginkan (teler). Hingga pada titik mampu melewatkan

satu hari tanpa narkoba23.

Sebagai pecandu lain, pecandu narkoba seringkali menyangkal kondisinya

dan sulit meminta untuk melakukan rehabilitasi. Biasanya dibutuhkan intervensi

dari keluarga atau teman untuk memotivasi ataupun membuat pengguna narkoba

mau menjalankan rehabilitasi. Oleh karena hal ini maka bentuk rehabilitasi

narkotika terbagi atas beberapa bentuk.

Bentuk-bentuk rehabilitasi24 :

1. Konseling

Salah satu proses yang harus dilakukan konselor pertama kali yaitu

meyakinkan penyalahguna narkoba bahwa ia mengalami kecanduan.

Sebab seorang penyalahguna narkoba yang masih dalam tahap

penyangkalan akan sulit diajak bergabung dalam rehabilitasi untuk

meningkatkan kualitas hidup mereka.

23

(35)

Konseling yang dilakukan konselor terhadap pengguna narkoba dalam

rehabilitasi akan membantu si pengguna mengenai masalah atau perilaku

yang memicu ketergantungan tersebut. Konseling biasanya dilakukan

secara individu. Meski demikian, tak tertutup kemungkinan untuk

melakukan konseling secara berkelompok.

Konseling bertujuan untuk membantu program pemulihan, seperti

membantuk program pemulihan, seperti memulai kembali perilaku hidup

sehat ataupun strategi menghadapi situasi yang berisiko penggunaan

narkoba kembali terulang. Konselor bertanggung jawab untuk mengenali

bagaimana kecanduan narkoba pada seseorang secara keseluruhan,

sekaligus memahami lingkungan sosial yang ada di sekitarnya untuk

mencegah terulangnya penyalahgunaan narkoba.

2. Pengobatan medis

Penanganan melalui obat-obatan akan dilakukan melalui pengawasan

dokter, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan. Pengguna narkoba

jenis heroin atau morfin, akan diberikan terapi obat seperti methadone dan

buprenorfin. Obat ini membantu mengurangi keinginan memakai narkoba,

yang diharapkan dapat mencegah penyakit seperti hepatitis C dan HIV

hingga kematian. Obat jenis lain yang dapat digunakan untuk membantu

rehabilitasi narkoba yaitu naltrexone. Hanya saja obat ini memiliki

(36)

setelah pengobatan detoksifikasi dilakukan di lokasi rehabilitasi.

Naltrexone akan menghalangi efek narkoba berupa euforia dan ketagihan.

Tahap-tahap rehabilitasi narkotika meliputi25 :

1) Rehabilitasi sosial

Segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing dan meningkatkan

rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat.

2) Rehabilitasi edukasional

Bertujuan memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan mengusahakan

agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin memberikan

bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan

intelegensi dan bakatnya.

3) Rehabilitasi vokasional

Bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara mengatasi

penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang

sesuai. Juga memberikan keterampilan yang belum dimiliki pasien agar

dapat bermamfaat bagi pasien untuk mencari nafkah.

4) Rehabilitasi kehidupan beragama

Bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan kedudukan manusia di

tengah-tengah mahkluk ciptaan Tuhan; menyadarkan kelemahan yang

dimiliki manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme

(37)

berdasarkan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Tahu, Maha

Pengasih, dan Maha Pengampun.

c. Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkotika

Lembaga rehabilitasi mempunyai peranan penting dalam membebaskan

para adiksi narkotika dari kecanduan akan narkotika tersebut. Berikut merupakan

peranan yang dilakukan oleh lembaga rehabilitasi narkotika26 :

1. Pencegahan terhadap relase

Pencegahan relase biasanya dilakukan dengan pemberian naltrexon yang

bisa dikatakan sebagai pencegahan relase secara biologi, juga

direkomendasikan untuk menekan craving yang biasanya sebagai hal tersulit

diatasi oleh penderita selesai menjalani program detoksifikasi. Biasanya

diperlukan waktu lebih kurang satu tahun untuk mengkonsumsinya.

2. Terapi pelaku

Terapi pelaku ini sebenarnya sudah dimulai sejak pertemuan awal. Terapi

perilaku ini bermacam-macam antara lain seperti individu, terapi kelompok dan

terapi keluarga. Supaya lebih efektif, maka terapi harus terdiri dari ketiga jenis

tersebut. Terapi individu ditujukan terhadap konflik intrapsikis dari individu

yang bersangkutan, terapi kelompok ditujukan agar terjadi perubahan akiat

interaksi dalam kelompok, dan terapi keluarga bertujuan untuk memperbaiki

fungsi kelurga sehingga tercapai keadaan yang kondusif untuk pemulihan

penderita.

(38)

3. Terapi komplikasi medis

Bisa dilakukan secara bersamaan, mungkin sejak program detoksifikasi

dijalankan, misalnya ditentukan adanya status gizi buruk (malnutrisi), infeksi

paru, gangguan saluran cerna, hepatitis, infeksi endokkarditis, HIV-AIDS, dll.

4. Terapi sosial jangka panjang

Program rehabilitasi biasanya bersifat sosial dan biasanya dilakukan oleh

tenaga sosial, ulama, ataupun tenaga nonmedis lain. Dalam hal ini ulama

melakukan pembinaan spiritual, artinya membimbing penderita untuk

memerkuat iman dan takwa dalam rangka memberikan “benteng” dalam

jiwanya agar tidak mudah lagi terjerumus pada perilaku yang negatif.

Pembinaan spritual ini lebih dititikberatkan pada aspek kehidupan beragama

yang diterapkan langsung pada kehidupan sehari-hari, bukan pada aspek dosa

dan hukuman yang akan diterima kelak karena hal tersebut akan membuat

penderita merasa takut dan bersalah yang berdampak pada kecendrungan lari

kepada zat adiktif lagi.

Peran dokter di dalam di dalam panti rehabilitasi lebih banyak

melanjutkan program terapi komplikasi medis atau pemantauan kesehatan

fisik. Jadi pada dasarnya disini dilakukan pemantauan perbaikan perilaku,

pemantauan gejala “sakau” pemantauan gejala craving (sugesti),

pemantauan efek naltrexon, pemantauan komplikasi medis. Perawatan dan

pemulihan penderita ketergantungan narkoba memerlukan waktu yang

(39)

kompeten, dan tentunya biaya yang sangat besar. Biaya perawatan inap

termurah, sekitar Rp 5 juta rupiah perbulan.

Perawatan dan pemulihan penderita ketergantungan narkoba melibatkan

beragai profesi dan keahlian : dokter, psikiater, psikolog dan pekerja sosial.

Keberhasilan perawatan dan pemulihan pecandu narkoba di tentukan oleh

kemauan keras penderita untuk sembuh. Pengobatan dan rehabilitasi penderita

ketergantungan narkoba juga memerlukan dukungan, perhatian serta

keterlibatan orangtua penderita. Efektifitas program dan proses perawatan dan

rehabilitasi penderita ketergantungan narkoba ditentukan oleh banyak faktor :

a) Kemauan kuat serta kerjasama penderita sendiri

b) Profesionalisme, kompetensi serta komitmen para pelaksananya

c) Sistem rujukan antara lembaga yang baik

d) Prasarana, sarana dan fasilitas yang memadai

e) Perhatian dan keterlibatan orang tua dan keluarga

f) Dukungan dana yang memadai

g) Kerjasama dan koordinasi lintas profesi yang baik

Sampai sekarang tidak ada satupun modalitas perawatan dan pemulihan

yang terbukti paling efektif. Bila ada adik, kakak, saudara, teman atau orang lain

yang menjadi pelaku penyalahgunaan dan penderita ketergantungan narkoba,

segera ditolong, bantu dan dorong untuk ke Pusat Perawatan dan Pemulihan

(40)

F. Metode Penelitian

Pengertian Metode Penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian

akan dilaksanakan. Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur

penelitian atau teknik penelitian. Hal ini disebabkan karena ketiganya saling

berhubungan dan sulit untuk dibedakan.

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan

penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan

dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode

penelitian melingkupi prosedur penelitian atau teknik penelitian.

Menurut Nazir, seorang peneliti sebelum melaksanakan penelitian,

sebaiknya menjawab terlebih dahulu tiga pertanyaan yaitu :

3. Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian?

4. Alat-alat apakah yang digunakan dalam mengumpulkan dan mengukur data?

5. Bagaimana melakukan penelitian tersebut?

Dalam pembahasan skripsi ini, metodologi penelitian hukum yang digunakan

penulis adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian hukum empiris yaitu dilakukan

dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek dilapangan yang penulis

(41)

ini dikenal pula dengan pendekatan secara sosiologis yang dilakukan secara

langsung ke lapangan.

2. Metode Pendekatan

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis mengingat permasalah-permasalahan yang diangkat

adalah bagaimana peranan pusat lembaga rehabilitasi narkotika Al-Kamal

Sibolangit Center memberikan rehabilitasi kepada pecandu narkotika sebagai

korban penyalahgunaan narkotika dengan melakukann wawancara terhadap

pecandu narkotika dan pengurus Pusat Rehabilitasi Narkotika Al-Kamal

Sibolangit Center.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian untuk skripsi ini, penulis mengambil lokasi di Pusat

Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Center di Jalan Medan-Brastagi Km. 45 Desa

Suka Makmur, Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.

4. Alat Pengumpul Data

Sumber data di dalam skripsi ini, sumber utamanya adalah bahan hukum yang

dikaitkan dengan fakta sosial karena dalam penelitian ilmu hukum empiris yang

dikaji adalah bukan hanya badan hukum saja akan tetapi di tambah dengan

pendapat para ahli. Penulisan skripsi ini menggunakan data primer, yaitu data

yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi

maupun laporan yang berbentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh

penulis, dan data sekunder, yaitu data yang di abmil dari bahan pustaka melalui

(42)

penelitian terhadap literatur-literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang

dapat digunakan sebagai dasar terhadap substansi pembahasan dalam penulisan

skripsi ini. Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data-data

sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah, surat

kabar, situs internet, maupun bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan akan dianalisis secara

deskriptif dengan menggunakan metode induktif dan deduktif yang berpedoman

kepada bagaimana proses menjalankan rehabiltasi yang dilakukan oleh pusat

rehabilitasi terhadap anak sebagai korban penyalahgunaan narkotika. Analisis

deskriptif artinya penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memaparkan

data-data yang sebenarnya.

Metode deduktif artinya berdasarkan peraturan hukum yang berlaku di

Indonesia bagaimana hukum di Indonesia memandang tentang penyalahgunaan

narkotika yang dilakukan pecandu narkotika. Pengaturan mengenai rehabilitasi

kepada pecandu narkotika yang di ambil oleh pemerintah untuk menghilangkan

sifat dari dalam diri pecandu narkotika yang telah bertentangan dengan peraturan

dan kaidah-kaidah yang dianggap baik di masyarakat.

Metode induktif artinya dari data-data khusus mengenai peranan pusat

rehabilitasi terhadap pecandu sebagai korban penyalahgunaan narkotika melalui

wawancara dan hasil observasi akan ditarik kesimpulan umur yang akan

(43)

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik maka pembahasan harus

diuraikan secara sistematis. Oleh karena itu, untuk memudahkan pembahasan

skripsi ini makan diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang

terbagi dalam bab perbab yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan,

Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PECANDU

NARKOTIKA

Bab ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap pecandu

narkotika.

BAB III : PROSEDUR PENETAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU

DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN

REHABILTASI NARKOTIKA

Bab ini membahas tentang tata cara dan syarat-syarat yang harus

(44)

BAB IV : PERANAN LEMBAGA REHABILITASI NARKOBA

AL-KAMAL SIBOLANGIT DALAM PEMBINAAN DAN UPAYA

PENYEMBUHAN TERHADAP PECANDU NARKOTIKA

Bab ini membahas bagaimana peranan lembaga rehabilitasi narkoba

al-kamal sibolangit dalam upaya menyembuhkan pecandu narkotika.

BAB V : A. KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

On January 24, 2017, OAA Rome paid a visit to the Padano Science and Technology Park (PTP) to learn about the latest innovative agricultural research being conducted in Italy and

CMC signi®cantly lowered the apparent lipid digestibility coef®cient by more than 0.1, this effect being independent of the type of carbohydrate in the diet.. Lipid digestibility

Anda berdua bermaksud untuk menetap di sana selama beberapa hari, menjernihkan pikiran agar kemudian bisa siap untuk mengatasi masalah dan kembali menjalani rutinitas..

[r]

KESATU : Mengubah atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 311 Tahun 2016 tentang Lokasi dan Alokasi Penerima Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa Tahun Anggaran 2016,

[r]

Sementara yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah strategi pengembangan kebudayaan sebagai modal agar dapat bersaing di dunia

[r]