• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI KEGIATAN KHITĀBAH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA DESA PANDANSARI KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS KONTRIBUSI KEGIATAN KHITĀBAH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA DESA PANDANSARI KECAMATAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS KONTRIBUSI KEGIATAN KHITĀBAH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA DESA PANDANSARI KECAMATAN

WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari Warungasem Batang, penulis akan menganalisis mengenai Kegiatan Khitābah di Pondok Pesatren Nurul Huda, Rasa Percaya Diri Santri Pondok Pesatren Nurul Huda dan Kontribusi Kegiatan Khitābah dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Santri Pondok Pesantren Nurul Huda.

A. Analisis Kegiatan Khitābah Pondok Pesatren Nurul Huda Desa Pandansari Kec. Warungasem Kab. Batang

Pondok merupakan simbol untuk mengekspresikan dan menciptakan konteks atau suasana kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Islami.1 Pondok pesantren sangat berperan besar dalam pengembangan akhlak dan mental masyarakat, untuk mengasilkan manusia yang berbudi tinggi, tahu nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, alam, dan Tuhan yang merupakan tujuan akhir hidup dan kehidupan.2

Pondok pesantren Nurul Huda Pandansari tidak hanya menjadi wahana dan sarana dalam menuntut ilmu agama dan berupaya untuk mencetak

1

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta: Erlangga), hlm. 124.

2Adi Sasono, Didin Hanifudin, Saefudin dkk, Solusi Islam Atas Problematika Umat

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 118.

(2)

santrinya menjadi baik, namun ia juga memainkan peran sebagai lembaga pelatihan dan salah satunya pelatihan cara berdakwah melalui kegiatan khitābah.

Pondok Pesantren Nurul Huda mempunyai beberapa kegiatan ekstrakurikuler dan salah satunya kegiatan khitābah yang mana dilaksanakan setiap 2 minggu sekali setiap malam jum‟at, kegiatan khitābah ini diperuntukkan bahkan diwajibkan bagi para santri putra maupun putri guna melatih mereka untuk berani tampil di depan halayak ramai. Zaman sekarang manusia membutuhkan sosok manusia yang berani tampil didepan umum menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam dan saling mengingatkan dalam hal amar ma’ruf nahi munkar. Maka dari itu keberadaan para santri diharapkan untuk dapat meneruskan dakwah Islam dengan ilmu mereka, yaitu dengan mengamalkan ilmu yang pernah mereka pelajari selama di pondok. Dan kegiatan khitābah ini bisa menjadi sarana penyampaian informasi ajaran Islam.

Proses kegiatan khitābah sendiri dimulai dengan mengundi siapa yang akan maju, kemudian santri yang terpilih akan menentukan sendiri tema khitābah yang akan disampaikan, mereka membuat sendiri bahan pidato yang akan mereka khitābahkan. Dalam prosesnya, kegiatan khitābah ini dilakukan layaknya acara-acara formal lainnya (pengajian atau ceramah), meliputi: pembukaan, pembacaan ayat suci alqur‟an, sholawat badar, sambutan-sambutan, kegiatan inti (khitābah), lain-lain yang biasanya diisi pengumuman-pengumuman dan penutup.

(3)

Khitābah itu sendiri sesuai dengan hasil wawancara Musrifah:

“Ya... proses kegiatan khitābah itu ya latihan berpidato mbak, menurut saya ya latihan bagaimana cara berbicara terhadap orang banyak dalam menyampaikan ilmu yang sudah kita dapat selama di pondok ini mbak”.3

Demikian pula dalam teori, mengatakan bahwa khitābah adalah latihan berpidato yang dilaksanakan dengan tujuan melatih mental, keberanian dan kemampuan para siswa untuk bisa berda‟wah/berpidato di depan orang banyak.4

Jadi khitābah merupakan latihan berpidato atau berda‟wah guna melatih mental, keberanian dan kemampuan berbicara di depan orang banyak. Dalam pelaksanaannya khitābah yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Huda itu adalah khitābah bentuk ta’tsîriyyah, dimana khitabah bentuk ta’tsîriyyah ini prosesnya tidak terikat secara langsung dengan ibadah mahdhah, dalam artian hanya bersifat sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang memang disediakan sebagai sarana mencetak para santri untuk berani tampil didepan orang banyak dan terampil dalam mengolah kata dengan ilmu yang mereka dapatkan selama di Pondok Pesantren Nurul Huda ini.

3

Musrifah, op.Cit.., 25 Mei 2015

4

op.Cit..,

(4)

B. Analisis Rasa Percaya Diri Santri Pondok Pesatren Nurul Huda Desa Pandansari Kec. Warungasem Kab. Batang

Rasa percaya diri merupakan kebutuhan bagi setiap individu. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut.

Rasa percaya diri merupakan kualitas personal yang dibutuhkan. Dengan merasa percaya diri berarti manusia sudah memulai perjalanan hidup yang berlandaskan pada keunggulan-diri, arah kiblat (direction) yang sudah ditentukan, fokus hidup yang telah dipilih, keputusan hidup yang telah diambil dan kemudian membuat manusia merasa punya hak untuk mendapatkan apa yang benar-benar mereka inginkan. Kekuatan percaya diri juga membuat mereka yakin bahwa tantangan apapun yang menghadang masih berada dalam kapasitas untuk bisa diselesaikan.

Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru. Orang yang tidak percaya diri itu mereka akan merasa khawatir salah dalam menyampaikan materi, cemas dan tidak tenang manakala diperhatikan.

(5)

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda ini dapat di ukur melalui aspek-aspek percaya diri, meliputi: keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, tanggung jawab dan rasional atau realistik. 1. Keyakinan kemampuan diri

Keyakinan kemampuan diri atau self-efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan suatu seri tindakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan perkataan lain yaitu keyakinan pribadi seseorang akan seberapa besar kemungkinan dirinya akan berhasil, berdasarkan keyakinan kemampuan dirinya dalam mengatasi situasi yang sulit.

Seperti halnya dalam kegiatan khitābah ini, seorang santri dituntut untuk bisa membuat materi khitābah kemudian maju berkhitābah didepan teman-temannya, dengan begitu mereka harus mempunyai sikap keyakinan kemampuan diri yang baik. dan keyakinan kemampuan diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda sudah cukup baik dan dapat dibuktikan dengan mereka membuat sendiri materi yang akan dikhitābahkan walaupun pada kenyaataannya ada beberapa santri yang meminta bantuan temannya untuk bersama-sama membuatkan materi khitābah.

2. Rasa optimis

Optimis merupakan suatu sikap pada bagian individu dalam menghadapi kehidupan atau kejadian-kejadian yang cenderung

(6)

kadang-kadang kuat untuk menduduki sisi yang penuh harapan. Dan orang yang optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan. Dengan begitu Optimis berarti harapan, pandangan yang positif untuk menjalankan aksi yang lebih baik guna meraih hasil atau yang lebih baik lagi.

Sebagian besar santri Pondok Pesantren Nurul Huda mempunyai perilaku tidak ragu-ragu dan selalu percaya bahwa sesuatu yang diinginkan pasti akan tercapai. terbukti dengan mereka bersungguh-sungguh latihan memahami materi khitābah dan menghafalnya, dan terkadang tercetus ide-ide inovatif dengan menambahkan beberapa syi’ir-syi’ir atau lelucon ringan dalam materi khitābah yang disajikan didepan teman-temannya.

3. Objektif

Objektif merupakan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Dan secara umum berarti bersifat faktual atau berpatokan pada kenyataan yang ada.

Dalam kegiatan khitābah di Pondok Pesantren Nurul Huda ini aspek objektif kurang maksimal, mereka membuat khitābah mencontoh dari kisah-kisah telah yang kurang jelas keabsahannya. Yanng mana hanya bisa diambil hikmahnya saja, walaupun ceritanya hanya fiktif belaka.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga betanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya Atau memberikan jawab

(7)

dan menanggung akibatnya.Rasa tanggung jawab itu orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan sebab ia dapat menunaikan kewajibannaya dengan baik.

Tanggung jawab dalam kegiatan khitābah ini adalah santri yang membuat sendiri materi khitābahdan kemudian maju berkhitābah. Dari hasil penelitian mereka menjawab bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugasnya dan mereka melakukkannya sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban mereka.

5. Rasional/ Realistik

Rasional merupakan pikiran dan pertimbangan yang logis, menurut fikiran yang sehat, dan cocok dengan akal serta berdasarkan fakta.

Kegiatan khitābah di Pondok Pesantren Nurul Huda ini tidak rasional, dikarenakan santri masih dalam tahap belajar berkhitābah, jadi mereka masih kurang dalam pengalaman dan pengetahuan.

Jadi, dengan begitu rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda ini kurang baik, melihat dari aspek-aspek percaya diri yang meliputi keyakinan kemampuan diri, rasa optimis, objektif, tanggung jawab dan rasional/realistik yang kesemuanya tidak terpenuhi. Para santri membuat sendiri materi khitābah, berusaha belajar memahami dan menghafalkannya dan bertanggung jawab atas semuanya sampai maju berkhitābah. akan tetapi, mereka kurang objektif dan tidak rasional dalam membuat khitābah. Dikarenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan santri.

(8)

C. Analisis Kontribusi Kegiatan Khitabah dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Santri Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Pandansari Kec. Warungasem Kab. Batang

Orang-orang yang tumbuh dan berkembang secara wajar, senantiasa berusaha untuk dapat nasib kehidupannya ke arah yang lebih baik. Mengingat hal ini merupakan sifat manusia yang wajar. Manusia memang memiliki potensi atau bekal yang berupa akal sehat yang diberikan allah sehingga dapat digunakan untuk berfikir, bereksperimen, berusaha dan merencanakan hari esok.

Percaya diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. percaya diri merupakan suatu sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri atau situasi yang dihadapinya. Sehingga dengan alasan ini, ia akan mampu melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ia inginkan, rencanakan dan harapkan.

Tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul pada manusia. Dengan adanya rasa percaya diri maka Mereka akan berani menampakkan dirinya secara apa adanya, tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan serta menutup-nutupi kekurangan. Ini disebabkan orang-orang yang percaya diri telah benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga telah bisa menerima keadaan dirinya apa adanya.

Percaya diri adalah sikap batin yang dimiliki seseorang yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri sehingga mampu menanggani segala sesuatu

(9)

dengan tenang. Biasanya, sukses dan suasana yang menggemberikan akan menambah kepercayaan pada diri dan akan mempengaruhi pulaa kemungkinan sukses dimasa yang akan datang, dan sebaliknya, situasi dan kegagalan yang mengecewakan akan mengurangi kepercayaan diri dan akan mengakibatkan oula kegagalan kegagalan berikutnya.

Dalam kegiatan khitābah diperlukan rasa percaya diri yang baik, karena dengan rasa percaya diri yang baik maka seorang santri akan lebih mudah menyampaikan maksud dan tujuan dari pada materi yang mereka buat. Akan tetapi jika rasa percaya diri yang mereka miliki itu kurang baik maka akan timbul beberapa gejala-gejala yang tidak diinginkan seperti: muncul rasa panik yang sangat mengganggu pikiran, ragu-ragu dalam berbicara, tubuh yang belum siap akan mulai menunjukkan tanda-tanda awal dari reaksi panik seperti: jantung menjadi semakin cepat, telapak tangan mulai berkeringat, saat berdiri kepala terasa pusing dan kedua kaki gemetar. sehingga menyebabkan fikiran buyar dan materi yang sudah difahami dan dihafal pun menjadi hilang.

Dengan begitu kegiatan khitābah ini membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri para santri Pondok Pesantren Nurul Huda, antara lain dalam hal :

1. Melatih mental

Mental merupakan bentuk kepribadian yang kuat dari seseorang dalam memperlihatkan segala kemampuannya. Ketika seseorang memiliki mental yang kuat dan baik, maka seseorang itu akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

(10)

Begitu juga dalam kegiatan khitābah ini, ketika seorang santri memiliki mental yang kuat mereka akan memiliki semangat tersendiri dalam menyampaikan khitābah yang mereka buat. Namun jika mental mereka lemah, maka mereka kurang maksimal dalam dalam menyampaikan khitābah dan biasanya mengalami gelisah, minder, grogi dan lai-lain. 2. Melatih kemampuan berbicara di depan umum

Tentunya perlu latihan untuk mampu berbicara di depan umum dengan percaya diri, dan yang santri Pondok Pesantren Nurul Huda lakukan diantaranya: melakukan persiapan sebaik mungkin. Seperti yang dikatakan Sholihati sebagai berikut:

“mempersiapkan materinya dan terus menghafalnya mbak..”5

latihan berbicara dengan sedikit orang (teman) , seperti yang dikatakatan Shohifatul Mukaromah:

“meminta dukungan dari teman dan latihan di depannya atau minta disimakkan”6

dan berdo‟a, Nur Khasanah menyatakan:

“berdo‟a mbak, dan menganggap kalau saya tidak mengenal pendengar didepan saya dan mencontoh atau melihat dari peserta yang lebih baik dari saya, juga dengan berfikir “kalau dia bisa, mengapa saya tidak”7

Selain itu, juga memiliki perilaku keyakinan kemampuan diri, rasa optimis dan tanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Sedang perilaku objektif dan rasional atau realistik dalam kegiatan khitābah berjalan kurang maksimal. Dan santri yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi,

5

Solikhati, Op. cit., 25 Mei 2015

6

Shohifatul Mukaromah, Op. cit., 25 Mei 2015

7

(11)

mereka tidak menjadi manusia yang penakut dan minder dan diharapkan mereka tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

Membangun rasa percaya diri sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi, dan dalam membangun rasa percaya diri dasar keimanan tetap berperanan didalam pengendalian kualitas. 8

Meningkatkan percaya diri dalam penelitian ini adalah untuk menaikkan dan memperhebat keyakinan dalam diri santri dimana mereka memiliki kemampuan diri sehingga percaya bahwa mereka bisa karena dukungan dari pengalaman, potensi, prestasi dan harapan yang realistik terhadap diri sendiri. selain itu juga didukung dengan rasa optimis dan tanggung jawab yang mereka miliki.

Dengan adanya rasa percaya diri, maka seseorang akan berani menampakkan dirinya secara apa adanya tanpa menonjolkan serta menutupi kekurangan, karena orang-orang yang percaya diri telah benar-benar memahami dan mempercayai kondisi dirinya, sehingga bisa menerima keadaan diri dengan apa adanya. Sementara itu, Islam juga menjelaskan percaya terhadap diri sendiri tanpa adanya keyakinan terhadap Allah SWT merupakan kesombongan diri yang akan berakibat „ujub atau bangga dengan kelebihan yang dimilikinya, akal dan ilmunya, karena itulah Islam melarang umatnya untuk bangga dengan dirinya meskipun mempunyai ilmu, fisik, akhlak dan harta yang banyak.9

8

Maimunah Hasan, op.cit., hlm. 46

9

Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda, alih bahasa Anwar Subandi. (Jakarta: Lentera, 1990), hlm. 46-47

(12)

Jadi, Kegiatan khitābah ini sanget membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri santri Pondok Pesantren Nurul Huda Pandansari, ada perbedaan antara santri yang sudah beberapa kali mengikuti kegiatan khitābah ini, dalam arti sudah pernah mendapatkan jatah maju untuk berkhitābah. Mereka lebih percaya diri sehingga bisa menampilkan khitābah sesuai dengan yang diharapkan oleh mereka. Sedang bagi santri yang baru pertama kali atau pun baru satu kali mendapatkan jatah maju, mereka masih kurang percaya diri, suara sedikit gemetar, penyampaian agak terbata-bata atau kurang nyambung, diam dalam waktu agak lama dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun faktor-faktor tersebut di atas dapat berpengaruh terhadap penutupan pangkalan militer AS di Jepang, artikel ini berpendapat bahwa kedelapan faktor tersebut tidak memiliki

Bahwa pernah pada saat PARA PENGGUGAT menghadap pihak Kepala Desa Tarajusari (TURUT TERGUGAT II) bermaksud untuk membuat surat- surat warkah dan membaliknamakan atas nama Ahli

Berdasarkan data yang di ambil dari teknik wawancara Mahasiswa Maluku angkatan 2013 yang menempuh kuliah di kota Malang memiliki jumlah 60 mahasiswa yang

Karenanya Peradilan Mahkamah Konstitusi, dapat menjadi penjaga gawang terakhir, bilamana Pemerintah melakukan privatisasi perusahaan disektor migas, karena hal demikian adalah

Similarly to γ-tocopherol, the content of plastochro- manol-8 was the highest in 2013 (Table 1), when it strong- ly increased with average temperature and total sunshine during

1 Kepala BRI Custody Service Mengkoordinasikan dan memonitor kegiatan penyusunan dan penyempurnaan ketentuan/kebijakan, strategi dan mekanisme pengembangan fitur dan

Hasil ini menunjukkan bahwa primer YNZ-22 merupakan genetic marker yang terbaik untuk menganalisa keragaman genetik ikan kerapu macan, karena primer inilah yang

Dinas Bina Marga, Dinas Kehutanan Provsu, Balai Wilayah Sungai Sumatera II Medan, Balai Jalan Nasional Wilayah I Medan ke Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan