• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KESIAPAN BELAJAR, PELAKSANAAN PRAKERIN DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS XI: PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 1 JATIBARANG, KABUPATEN IN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KESIAPAN BELAJAR, PELAKSANAAN PRAKERIN DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS XI: PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 1 JATIBARANG, KABUPATEN IN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

3.2. Metode Penelitian ... 95

3.3. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ... 97

3.4. Populasi dan Sampel ... 102

3.5. Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data ... 106

3.6. Pengolahan Data Penelitian ... 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 122

4.2. Pembahasan ... 160

4.3. Rangkuman Hasil Penelitian ... 177

4.4. Matriks Penelitian ... 178

BAB VI PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 181

5.2. Implikasi ... 182

5.3. Rekomendasi ... 183

(3)
(4)
(5)

No. Nama Gambar Hal

Gambar 3.1 Diagram Keterkaitan antar Variabel ... 117

Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Variabel X ... 124

Gambar 4.2 Histogram Tiap Indikator Variabel X ... 125

Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Variabel Y1 ... 127

Gambar 4.4 Histogram Tiap Indikator Y1 ... 128

Gambar 4.5 Histogram Frekuensi Variabel Y2 ... 130

Gambar 4.6 Histogram Tiap Indikator Variabel Y2 ... 131

Gambar 4.7 Histogram Frekuensi Variabel Z ... 133

Gambar 4.8 Diagram Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 136

Gambar 4.9 Persamaan Garis Regresi X terhadap Y1 ... 139

Gambar 4.10 Persamaan Garis Regresi X terhadap Y2 ... 143

Gambar 4.11 Persamaan Garis Regresi Y1 terhadap Z ... 147

Gambar 4.12 Persamaan Garis Regresi Y2 terhadap Z ... 152

(6)

No. Nama Lampiran Hal

Lamp. 1 Instrumen Penelitian ... 191

Lamp. 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X ... 195

Lamp. 2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y1 ... 198

Lamp. 2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y2 ... 200

Lamp. 2.3 Instrumen Penelitian Sesudah Uji Validasi ... 204

Lamp. 3 Data Penelitian Variabel X ... 208

Lamp. 3.1 Data Penelitian Variabel Y1 ... 211

Lamp. 3.2 Data Penelitian Variabel Y2 ... 214

Lamp. 3.3 Data Penelitian Variabel Z ... 217

Lamp. 4 Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 218

Lamp. 4.1 Hasil Transformasi Data... 219

Lamp. 4.2 Rekap Data Interval ... 221

Lamp. 5 Uji Normalitas Variabel X ... 223

Lamp. 5.1 Uji Normalitas Variabel Y1 ... 224

Lamp. 5.2 Uji Normalitas Variabel Y2 ... 225

Lamp. 5.3 Uji Normalitas Variabel Z ... 226

Lamp. 6 Tabel Bantu Perhitungan Variabel X dan Y1 ... 227

Lamp. 6.1 Tabel Bantu Perhitungan Variabel X dan Y2 ... 229

Lamp. 6.2 Tabel Bantu Perhitungan Variabel Y1 dan Z ... 231

Lamp. 6.3 Tabel Bantu Perhitungan Variabel Y2 dan Z ... 233

Lamp. 6.4 Tabel Bantu Perhitungan Koefisien Regresi Ganda ... 235

Lamp. 6.5 Contoh Tabel Bantu Anava Variabel Y1 dan Z ... 237

Lamp. 7 Struktur Kurikulum TKR SMK N 1 Jatibarang ... 239 Lamp. 8 Program Kerja Prakerin

Lamp. 9 Perijinan

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Belajar Siswa, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI”. Tesis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan dan Kejuruan. Dalam proses penulisan tesis ini, penulis memperoleh banyak pengalaman dan pengayaan materi khususnya dalam Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Pembahasan dalam tesis ini dibagi dalam lima bab, yaitu : Bab Pertama, membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab Kedua, membahas kajian teoritis yang terkait dengan motivasi berprestasi, kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran teknik kendaraan ringan. Bab Ketiga, membahas metodologi penelitian. Bab Keempat, berisi tentang analisis pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. Bab Kelima, berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini, baik isi maupun kaidah penulisan masih banyak sekali terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran konstruktif dari semua pihak guna memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada, sehingga tesis ini dapat memenuhi kualitas, baik dari segi keilmuan dan metodologinya.

Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, dan semoga Allah SWT. memberi pahala atas segala amal baik yang telah diberikan.

Bandung, Juli 2011

(8)

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas perkenan Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakeri, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif TKR Kelas XI di SMK N 1 Jatibarang” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari semua pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin megucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Janulis P. Purba, M.Pd, selaku pembimbing I yang dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Dadang Hidayat, M.Pd, selaku pembimbing II yang juga dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Dr. Danny Meirawan, M.Pd, selaku Ketua Progran Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan menyelesaikan tesis.

4. Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UPI Bandung.

5. Prof. Fuad Abdul Hamied, Ph.D, selaku Direktur SPs UPI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di SPs UPI Bandung.

6. Prof. Dr.H. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Asisten Direktur I yang telah membantu dengan memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama menempuh perkuliahan di program studi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis menempuh perkuliahan, semoga amal baik Bapak dan Ibu mendapat balasan dari Allah SWT.

(9)

mempermudah penulis dalam melakukan penelitian sampai dengan selesai.

10. Bapak dan Ibu Guru SMK beserta seluruh siswa program keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK N 1 Jatibarang yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

11. Istri tercinta, Yunita Lusiani, S.Sos yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan, serta setia menemani dengan penuh kesabaran selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pasca Sarja Universitas Pendidikan Indonesia.

12. Ibunda tercinta Hj. Enih Suaenih yang telah memberikan kasih sayang, bimbingan dan mengarahkan penulis agar menjadi manusia yang teguh, kuat, dan menjadi jati dirinya sendiri, atas didikan beliau juga penulis sampai mengikuti pendidikan sampai saat ini, sembah sujud penulis sampaikan kepada beliau semoga mendapat ridho dan barokah dari Allah SWT. Begitu juga kepada Ibu Mertua yang telah mendo’akan dan memberikan kasih sayang kepada penulis dalam mengarungi kehidupan.

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa S2 PTK Universitas Pendidikan Indonesia kelas Indramayu Angkatan 2009/2010, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan kejuruan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 dijelaskan bahwa : “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”. Sebagai tindak lanjut dari implementasi Undang-Undang di atas, maka perlu dikembangkan suatu bentuk pendidikan kejuruan yang memiliki kualifikasi lulusan sesuai dengan kebutuhan pasar dunia kerja. Lembaga pendidikan kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Depdiknas bertujuan untuk :

1. menyiapkan siswa-siswi untuk memasuki lapangan pekerjaan serta mengembangkan sikap profesional;

2. menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi, dan mampu mengembangkan diri;

3. menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri dan/atau untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang;

4. menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

(11)

dengan pesatnya perkembangan industrialisasi mutlak diperlukan. Oleh karena itu sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang kejuruan seperti sekolah menengah kejuruan sudah selayaknya mempersiapkan lulusannya agar memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajarinya dan selalu berupaya mengembangkan program-program yang mengandung nilai-nilai akademis, profesional dan sikap yang tinggi serta menjaga interaksi pembelajaran tidak dilaksanakan secara verbalistik, sehingga para lulusannya siap dan mampu menerapkan keahliannya sesuai bidang profesinya (Kep.Mendikbud No. 36/U/1993, pasal 1).

(12)

atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, modul dan job sheet untuk pembelajaran praktek. Kesiapan siswa dalam belajar merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan diri siswa akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Faktor internal lain yang memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran adalah adanya motivasi berprestasi dari siswa. Uno (2007:3) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Dalam pembelajaran peran motivasi berprestasi ini berperan penting dalam menunjang keberhasilan, seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cenderung akan melakukan berbagai upaya untuk dapat menguasai bidang yang dipelajarinya, sehingga peran motivasi berprestasi menjadi penting bagi siswa SMK dalam mempersiapkan proses belajar ataupun dalam pelaksanaan prakerin sehingga akan berimplikasi pada pencapaian kompetensi produktif yang dipelajarinya sebagai persiapan memasuki dunia kerja.

(13)

desain pembelajaran pendidikan kejuruan menurut Charless Prosser (Djojonegoro, 1998) perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti bekerja

2. Efektif jika tugas-tugas diklat dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu.

3. Efektif jika melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti di Du/Di

4. Efektif jika setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan ketrampilannya pada tingkat yang paling tinggi.

Sehingga untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan bekal pengalaman industri melalui program prakerin. Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119). Agar tujuan prakerin betul-betul tepat sasaran, maka diperlukan pemetaan yang matang antara kompetensi di sekolah dikaitkan dengan kompetensi di dunia kerja, pemetaan dunia industri yang betul-betul sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipelajari siswa, program monitoring dan evaluasi yang terencana dan terarah. Selain program prakerin faktor eksternal yang juga mempengaruhi adalah : layanan pembelajaran, fasilitas sekolah, lingkungan, dan faktor keluarga.

(14)

disebutkan di atas, termasuk yang penulis jumpai di SMK Negeri 1 Jatibarang. Kondisi-kondisi tersebut bisa dilihat dari beberapa fakta terkait dengan kondisi motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan pelaksanaan praktek kerja industri dalam hubungannya dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran teknik kendaraan ringan.

(15)

terhadap penyelesaian tugas dan praktek masih kurang, dan ada beberapa siswa yang memilih kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan karena mengikuti teman-temannya.

Sedangkan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) kendala yang masih dijumpai adalah dalam pengiriman siswa ke industri tanpa dilakukan secara bersama dengan industri melalui jaringan kerjasama yang mengikat dan kajian kurikulum yang lebih mendalam. Manajemen sekolah perlu mempertimbangkan kembali program praktek kerja industri melalui prakerin dengan melakukan kajian antara kompetensi di sekolah disesuaikan dengan dunia kerja melalui pemetaan industri, sehingga para siswa bisa melaksanakan prakerin yang sesuai dengan bidang keahliannya. Dari diri siswa sendiri dalam melaksanakan kegiatan prakerin masih belum optimal, masih terdapat siswa yang kurang serius dalam melaksanakan prakerin, mencari tempat prakerin yang kurang sesuai dengan kompetensinya, dan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain karena kurang disiplin dan kurang konsisten.

(16)

bidang keahlian teknik kendaraan ringan tentang pentingnya penguasaan kompetensi bidang keahlian bagi para siswanya, dan memerlukan suatu analisis yang cermat dalam hal pengaruh kesiapan belajar siswa, prakerin, dan motivasi berprestasi sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan serta sikap kerja yang baik sesuai bidang keahliannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Adanya faktor internal siswa yang mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya adalah kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan motivasi berprestasi. Faktor kesiapan belajar dan motivasi berprestasi ini dirasakan masih kurang optimal dalam pelaksanaannya.

2. Kurangnya jalinan kerjasama dengan dunia industri dan dunia usaha yang relevan, khususnya dalam menangani masalah pembelajaran di industri secara terencana dan terprogram melalui prakerin.

3. Layanan pembelajaran kepada seluruh siswa yang masih belum merata. 4. Adanya faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas pembelajaran,

diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

5. Masih rendahnya mutu tamatan, yang berakibat pada rendahnya keterserapan di industri.

(17)

1.3. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan maka tidak semua masalah yang teridentifikasi akan diteliti. Untuk itu penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian yang terkait dengan peran motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kesiapan belajar siswa dan pelaksanaan praktek kerja industri di hubungkan dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan di SMK Negeri 1 Jatibarang. Sebagai variabel bebasnya adalah motivasi berprestasi yang dinyatakan dengan X, kesiapan belajar dinyatakan dengan Y1, dan pelaksanaan prakerin sebagai Y2, sedangkan variabel terikatnya adalah pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan (TKR) kelas XI sebagai Z.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah pokok yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI di SMK Negeri 1 Jatibarang ?

Masalah pokok ini kemudian dijabarkan dalam spesifikasi rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar siswa?

(18)

3. Bagaimanakah pengaruh kesiapan belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

4. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

5. Bagaimanakah pengaruh secara bersama-sama kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR kelas XI?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendefinisikan bermacam-macam faktor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR bagi siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Jatibarang.

2. Mengungkap dan mendeskripsikan tentang motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin dalam upaya pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif, khususnya kelas XI.

(19)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori mengenai pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan di SMK Negeri 1 Jatibarang. Dari sini akan menjadi acuan bagi penyelenggara pendidikan untuk menentukan sikap dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Sekolah

Memberikan gambaran kepada sekolah yang dalam hal ini SMK Negeri 1 Jatibarang tentang peran motivasi berprestasi terhadap kesiapan siswa, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi produktif sesuai bidangnya, sehingga bisa dilakukan upaya-upaya konkrit dari pihak sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi siswa.

b. Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan SPs UPI

(20)

pelajaran produktif TKR bagi siswa SMK dan semoga bisa menjadi pijakan untuk penelitian lebih lanjut dengan kajian yang sama.

c. Peneliti

Penelitian ini memberikan makna dalam mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian bidang pendidikan dan sebagai dasar untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dalam tugas sehari-hari sehingga bisa memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya dilingkungan tempat peneliti bekerja.

1.7. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran didukung oleh beberapa unsur atau komponen yang saling berhubungan. Menurut Bloom (Tangyong, 1996: 50) perubahan sikap perilaku, serta perolehan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran dipengaruhi oleh tiga hal, yakni :

(a) affective entry characteristics, sebagai bagian yang melekat pada diri siswa yang dibawa dari lingkungan keluarga.

(b) cognitive entry behaviors, merupakan bagian dari latar belakang keluarga atau jenjang pendidikan sebelumnya, dan

(c) kualitas pembelajaran.

(21)

Program Tenaga Sarana Biaya Manajemen Pendidikan/ Kependidikan dan Prasarana

Perangkat kurikulum

input Output

(siswa) (Hasil)

Masukan dari masyarakat

Gb. 1.1 Model Teoritik Kerangka Berpikir Penelitian Sumber: A.J. Romiszowski (Tangyong, 1996: 51)

Tangyong (1996: 52) menyatakan bahwa jika lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dilakukan secara terencana dan tematik, maka upaya pengembangan SDM yang berkualitas akan terpenuhi. Pencapaian kualitas harus ditunjang juga oleh program pendidikan/kurikulum dan perangkatnya, tenaga pendidikan yang profesional dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, sarana-prasarana yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, manajemen pendidikan yang efektif dan efisien, serta peran dunia usaha, dunia industri, dan masyarakat yang optimal. Sedangkan Yuniarsih dalam bukunya (2002: 55) memberikan batasan layanan pembelajaran juga mencakup layanan pembelajaran dan pendidikan, pemberian motivasi, bantuan mengatasi kesulitan, serta pelayanan dalam bidang pelatihan keterampilan.

Berdasarkan pengertian di atas maka proses pembelajaran yang dalam penelitian ini adalah untuk menguasai mata pelajaran kompetensi produktif mata pelajaran teknik kendaraan ringan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datangnya dari internal siswa itu sendiri. Faktor internal dari siswa yang

(22)

mempengaruhi proses pembelajaran seperti: kemampuan awal, bakat, minat, motivasi, kesiapan belajar siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah: layanan pembelajaran, perangkat kurikulum, sarana prasarana, manajemen sekolah dan pembiayaan, lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan khususnya SMK adanya pengenalan dan keterkaitan dengan dunia usaha/industri melalui praktek kerja industri.

Keterkaitan Antar Variabel

1. Keterkaitan antara motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar dan pelaksanaan prakerin.

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dirumuskan sebagai suatu kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Manusia pada hakekatnya memiliki kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan yang lain, hal ini dikemukakan oleh David Mc. Clelland (Thoha, 2008: 235). Jadi secara umum motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.

(23)

berkualitas, yang pada akhirnya akan membantu siswa dalam pencapaian bidang kompetensi yang diinginkan sebagai bekal memasuki dunia kerja dalam hal ini adalah kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan.

2. Keterkaitan antara kesiapan belajar siswa dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

Soemanto dalam (Sanusi, 2005:22) menyatakan bahwa kesiapan merupakan ketersediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Slameto (1995:61) mengemukakan bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar bagi seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu. Lebih lanjut Slameto (1995:113) menyebutkan bahwa:

“Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk member respon”

Kondisi individu mencakup setidaknya tiga aspek, yaitu: a. Kondisi fisik, mental dan emosional;

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan;

(24)

produktif atau kompetensi keahliannya. Kesiapan belajar ini mencakup 3 faktor, yaitu: faktor fisik, psikis, dan materiil. Faktor Fisik meliputi kondisi siswa dalam hal kesehatan dan kebugaran siswa, faktor psikis disini meliputi hasrat belajar, konsentrasi, dan motivasi intrinsik. Sedangkan faktor materiil berupa kesiapan siswa dalam mempelajari bahan ajar, modul, tugas mandiri, dan job sheet yang terkait dengan pembelajaran praktek.

Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi prestasi belajar siswa. Jika faktor kesiapan dalam belajar ini benar-benar dilaksanakan oleh siswa, maka hasil dari proses pembelajaran untuk menguasai kompetensi keahliannya akan lebih baik dan lebih optimal, sehingga akan memudahkan siswa dalam memasuki bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang kompetensinya.

3. Keterkaitan antara pelaksanaan prakerin dengan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

(25)

kurikulum di sekolah. Untuk itu Siswa perlu diberi pembelajaran yang terkait dengan dunia industri melalui program prakerin.

Praktek Kerja Industri yang dioperasionalkan di sekolah menengah kejuruan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu. (Pakpahan, 1994:7). Sedangkan menurut Djojonegoro, (2001:30) menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan praktek kerja industri di SMK merupakan suatu bentuk program pengembangan sumber daya manusia. Sekolah Menengah Kejuruan dengan mengintegrasikan pendidikan dan latihan secara terpadu sehingga akan menghasilkan insan yang kompeten dan memiliki produktivitas yang tinggi di bidangnya masing-masing”.

(26)

Pada kenyataannya pelaksanaan prakerin yang diterapkan di sekolah menengah kejuruan berbeda dengan konsep PSG karena prakerin bersifat memperkenalkan dunia industri atau dunia kerja kepada siswa, sehingga siswa mendapatkan gambaran tentang perbedaan antara belajar di sekolah dengan kenyataan yang ada di dunia kerja. Disamping itu siswa juga mengetahui jenis lapangan pekerjaan yang ada, sikap dan etos kerja di industri, disiplin kerja, dan jenis pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja/industri, sehingga kesesuaian tempat kerja dan jenis pekerjaan yang ada di Du/Di sangat berperan dalam peningkatan kompetensi produktif yang harus dimiliki siswa.

Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK. Dengan melaksanakan program prakerin, maka peserta didik diharapkan dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya.

Berdasarkan model teoritik berpikir diatas, maka secara operasional kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :

Variabel X Variabel Y Variabel Z

(27)

1.8. Asumsi Penelitian

1. Motivasi berprestasi akan menjadi daya dorong bagi siswa untuk mampu berbuat lebih baik terhadap apa yang dikerjakannya, jadi dengan adanya motivasi berprestasi maka akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam belajar menjadi lebih baik dan pelaksanaan prakerin menjadi lebih berkualitas. Dari pemahaman tersebut maka motivasi berprestasi akan meningkatkan kualitas kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan dalam melaksanakan kegiatan prakerin.

2. Penguasaan kompetensi mata pelajaran produktif di SMK salah satunya ditentukan oleh kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kesiapan ini sebagai salah satu kekuatan internal siswa, jadi dengan memiliki kesiapan belajar yang baik maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya akan lebih baik.

(28)

1.9. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam pengertian perlu dijelaskan tentang pengertian dan batasan tentang ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu :

1. Motivasi Berprestasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan dalam bentuk perbuatan ke arah yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan sebuah kepuasan. Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

2. Kesiapan Belajar Siswa.

(29)

jenjang pendidikan pada jalur formal yang dalam penelitian ini adalah siswa SMK. Kesiapan siswa dalam pengertian ini adalah kesiapan siswa dalam belajar yang merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan diri siswa ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan yaitu penguasaan bidang kompetensi kejuruan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Kesiapan siswa disini menurut Djamarah (2002:35) meliputi kesiapan belajar siswa dilihat dari faktor fisik, psikis, maupun materiil. Ketiga faktor ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Pelaksanaan prakerin.

Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan prakerin merupakan bagian dari program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK. Dengan prakerin peserta didik dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya.

(30)

program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994: 7). Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119).

(31)

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui belajar langsung oleh siswa yang dilaksanakan di industri untuk memperoleh pengalaman bekerja. Lingkup yang akan dijadikan acuan dalam penelitian terkait dengan program prakerin meliputi tahap perencanaan dan persiapan, kesesuaian institusi pasangan dengan bidang kompetensi yang dipelajari, analisis pencapaian kompetensi hasil belajar di sekolah dan dunia kerja, tahap pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

4. Pencapaian kompetensi produktif teknik kendaraan ringan.

Struktur kurikulum di SMK terdiri dari mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif. Pencapaian kormpetensi produktif dalam pengertian ini terkait dengan penguasaan keterampilan yang akan digunakan dalam memenuhi kompetensi kerja. Mata pelajaran produktif untuk program keahlian teknik kendaraan ringan mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI). Sebagai acuan untuk mengetahui tingkat penguasaan mata pelajaran produktif diambil dari nilai uji kompetensi produktif siswa kelas XI TKR.

1.10. Hipotesis

1. Hipotesis Penelitian.

(32)

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar siswa

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan signifikan motivasi berprestasi terhadap pelaksanaan prakerin

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan kesiapan belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR

• Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama kesiapan belajar siswa dan pelaksanaan prakerin terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif TKR.

2. Hipotesis Statistik. 1. H0 : ρ xy1 = 0

(33)

Keterangan :

• H0 : ρ x.y = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

• Ha : ρ x.y > 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

1.11. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dan berdasar tingkat ekspalanasinya adalah penelitian assosiatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapa n belajar dan pelaksanaan prakerin dalam pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI.

Lokasi penelitian adalah di Jatibarang, kabupaten Indramayu, populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKR SMK N 1 Jatibarang. Instrumen yang digunakan adalah berupa angket atau kuesioner, untuk menjaring data persepsi tentang motivasi berprestasi (X), kesiapan belajar (Y1), pelaksanaan prakerin (Y2). Sedangkan untuk varibel terikat (dependen variable) yaitu pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan menggunakan data nilai uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI.

Pengujian instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Jenis teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik inferensial, yaitu teknik statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan data sebagaimana adanya dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

(34)

data), membuat bobot nilai terhadap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel, melakukan pengolahan data sesuai dengan pendekatan penelitian, melakukan uji persyaratan terhadap pendekatan penelitian, dan melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan korelasi product moment untuk menentukan koefisien determinasi antar variabel terikat dengan variabel bebas.

1.12. Sistematika Pembahasan Masalah

Pembahasan masalah dalam kajian tesis ini terdiri lima bab yaitu :

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir, asumsi penelitian, paradigma penelitian, definisi operasional, hipotesis, serta sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang kajian teoritis yang digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian mencakup tentang pendidikan kejuruan, konsep peserta didik, kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan, motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan praktek kerja industri.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang terkait dengan obyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, variabel penelitian dan operasionalisasi variabel, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data penelitian.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subyek Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang masalah yang kemudian ditentukan rumusan masalah yang mendasari penelitian ini, inti kajiannya adalah tentang pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan. Perspektif yang penulis gunakan untuk mengkaji masalah pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas XI adalah dari motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, dan pelaksanaan prakerin. Dengan demikian penelitian ini meliputi empat variabel penelitian yaitu: motivasi berprestasi, kesiapan belajar siswa, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI teknik kendaraan ringan. Guna kepentingan penyederhanaan analisis data, maka masing-masing variabel diberikan simbol sebagai berikut: motivasi berprestasi dengan simbol X, kesiapan belajar dengan simbol Y1, pelaksanaan prakerin dengan simbol Y2, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan dengan simbol Z.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey pada siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Jatibarang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian

(36)

Sugiyono (2010: 3) menyatakan bahwa “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah dalam pengertian diatas berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang bersifat spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dimana menurut Kerlinger dalam (Riduwan 2010: 49) mengemukakan bahwa:

“Penelitian suvey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstrukutur dan sejenisnya.

(37)

3.3 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini bersumber dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Variasi nilai dari konsep disebut variabel yang dalam setiap penelitian selalu didefinisikan atau dibatasi pengertiannya secara operasional. Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian kongkrit dari setiap variabel, sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

Sebagaimana telah disebutkan, terdapat empat variabel utama yang diamati dalam penelitian ini. Keempat variabel tersebut secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Motivasi Berprestasi

(38)

pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

2. Kesiapan Belajar Siswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 935) menyebutkan bahwa kata menyiapkan artinya mengadakan sesuatu untuk; atau mengatur segala sesuatu untuk. Kesiapan adalah sesuatu yang sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan pekerjaan apapun bisa teratasi dengan lancar, sehingga memperoleh suatu hasil yang baik pula. Siswa dalam konteks ini adalah peserta didik yang menempuh jenjang pendidikan pada jalur formal yang dalam penelitian ini adalah siswa SMK. Kesiapan siswa dalam pengertian ini adalah kesiapan siswa dalam belajar yang merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kesiapan dari siswa ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan yaitu pencapaian bidang kompetensi kejuruan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Kesiapan belajar disini menurut Djamarah (2002:35) meliputi kesiapan belajar siswa dilihat dari faktor fisik, psikis, maupun materiil. Ketiga faktor ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi siswa dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3. Pelaksanaan Praktek kerja industri.

(39)

adalah suatu proses untuk mengenali dan menerapkan pengetahuan yang membentuk bagian-bagian atau semua kualifikasi pendidikan dalam program kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak dunia usaha/industri di dalam menciptakan kesempatan pembelajaran di tempat kerja. Melalui penghayatan dalam program praktek kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker, 1983: 119). Praktek kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program pencapaian keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994: 7). Menurut Depdiknas dalam materi pelatihan KTSP 2009 menyatakan bahwa prakerin merupakan program pembelajaran yang harus dilakukan setiap peserta didik di dunia kerja untuk memperkenalkan lebih dini dunia kerja kepada peserta didik sebagai bagian pengalaman kerjanya.

(40)

mencakup kemampuan siswa untuk dapat bekerja dan membantu perusahaan dalam meningkatkan produksinya.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui belajar langsung oleh siswa yang dilaksanakan di industri untuk memperoleh keahlian profesional tertentu. Lingkup yang akan dijadikan acuan dalam penelitian terkait dengan program prakerin meliputi tahap perencanaan dan persiapan, kesesuaian institusi pasangan dengan bidang kompetensi yang dipelajari, analisis pencapaian kompetensi hasil belajar di sekolah dan dunia kerja, tahap pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

(41)

(kopling, transmisi, dan gardan), sistem bahan bakar, kelistrikan otomotif, sistem pendingin dan sistem baterai.

Dalam Operasional Variabel tersebut secara mendetail dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel

No Variabel Penelitian Indikator/Sub Indikator

1 Motivasi Berprestasi

1.1. Berusaha unggul

1.2. Menyelesaikan tugas dengan baik 1.3. Rasional dalam meraih keberhasilan 1.4. Menyukai tantangan

1.5. Menerima tanggung jawab untuk sukses

1.6. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik, dan

1.3.1. Bahan ajar (modul/buku/job sheet)

1.3.2. Pakaian dan perlengkapan kerja

3 Pelaksanaan Prakerin

3.1. Tahap Persiapan 3.1.1. Sosialisasi dan

pengadministrasian

3.1.2. Pemetaan dan kerjasama dengan Du/Di

(42)

3.2.4. Kesesuaian pekerjaan dengan

4.1. Nilai rata-rata uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI TKR.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Sugiyono (2010: 117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Sudjana (1996: 16) menyatakan bahwa “Populasi merupakan totalitas dari semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan subyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah generalisasi dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

(43)

sebesar 344 orang, namun yang layak dijadikan responden dalam penelitian ini hanya 115 orang dari kelas XI Teknik Kendaraan Ringan dengan pertimbangan:

(1) Siswa tersebut memenuhi kriteria dalam pengisian instrumen variabel kesiapan siswa dan motivasi, mengingat seluruh siswa tersebut masih menuntut pelajaran di SMK Negeri 1 Jatibarang.

(2) Seluruh siswa tersebut telah melaksanakan praktek kerja industri

(3) Telah mengikuti pendidikan sejak semester satu di SMK Negeri 1 Jatibarang sehingga telah memiliki kelengkapan hasil belajar berupa nilai kompetensi.

Adapun rekapitulasi jumlah siswa SMK Negeri 1 Jatibarang yang menjadi anggota populasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rekapitulasi Jumlah Responden SMK N 1 Jatibarang. Unit

(44)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel merupakan wakil dari populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data. Dari keseluruhan karakteristik yang ada pada siswa maka yang diteliti adalah tentang motivasi berprestasi siswa, kesiapan belajar, sikap dan perilaku siswa waktu melaksanakan kegiatan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI.

Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa sampel dalam suatu penelitian muncul disebabkan dua hal, yaitu:

1) Peneliti bermaksud mereduksi obyek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.

2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam obyek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Oleh karena sampel akan mewakili populasi, maka sampel harus representatif disamping itu peneliti harus mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan karakteristik populasi dalam sampel. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1991: 135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”

(45)

sampel dari anggota populasi secara acak dan tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Riduwan, 2010: 58).

Dari jumlah populasi sebesar 116 orang, maka jumlah siswa yang dijadikan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat (1998: 82) sebagai berikut:sebagai berikut:

n =

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi

Dalam penentuan sampel ini penulis menggunakan estimasi penyimpangan terhadap populasi sebesar 5%, dengan demikian penetapan banyaknya sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

n =

.

= 90 (responden).

Sesudah mendapatkan jumlah sampel sebanyak 90 orang, maka selanjutnya menentukan sampel untuk masing-masing kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nk = x N

Keterangan:

(46)

P = Jumlah populasi keseluruhan N = Jumlah sampel keseluruhan

Sehingga didapat jumlah sampel untuk setiap kelas adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Kelas Populasi (Orang) Sampel (Orang)

1 XI TKR 1 27 21

2 XI TKR 2 33 26

3 XI TKR 3 27 21

4 XI TKR 4 28 22

Total Keseluruhan 115 90

3.5 Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data 3.5.1 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi (data) mengenai variabel-variabel dalam penelitian serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan meliputi:

a. Data variabel bebas motivasi berprestasi (X), kesiapan belajar (Y1), dan praktek kerja industri (Y2).

b. Data variabel terikat berupa pencapaian kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan (Z).

Untuk memperoleh data yang sah guna menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan alat pengumpul data yang terdiri dari:

3.5.1.1 Kuesioner (Angket)

(47)

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi berprestasi, kesiapan siswa, dan pelaksanaan praktek kerja industri. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah:

• Variabel motivasi berprestasi: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

• Variabel kesiapan belajar: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert

• Variabel pelaksanaan prakerin: menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert

Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Tabel Skala Likert.

No Pernyataan Statemen/Skor

Positif Negatif

1 Sangat Setuju/Selalu/Sangat Positif 5 1

2 Setuju/Sering/Positif 4 2

3 Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral 3 3

4 Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah/Negatif 2 4 5 Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat

(48)

Berkaitan dengan ini Riduwan (2010: 86) mengatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.” Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel penelitian, sehingga diperoleh tingkat validitas dan realibilitas yang diperlukan, maka peneliti mengembangkan berdasarkan batasan dari variabel penelitian yang selanjutnya ditentukan indikator-indikatornya.

3.5.1.2 Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku dan data-data yang relevan. Menjaring data variabel pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan adalah menggunakan studi dokumentasi terhadap nilai uji kompetensi siswa kelas XI Teknik kendaraan Ringan.

3.5.2 Kisi-Kisi Penelitian

(49)

selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pernyataan atau pertanyaan.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penelitian

No Variabel

Penelitian Indikator/Sub Indikator Nomor

1 Motivasi

1.5. Menerima tanggung jawab

untuk sukses 19,20,21,23

1.6. Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik,

3.1.2. Pemetaan dan kerjasama

(50)

3.2.4. Kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi di sekolah

14,19,23,24 3.2.5. Etos kerja dan motivasi 16,17,22

3.2.6. Umpan balik 220,23,26,28

3.3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

3.3.1. Monitoring 25,27

3.3.2. Evaluasi dan tindak lanjut 29,30 4 Pencapaian

kompetensi mata pelajaran produktif TKR

4.1. Nilai rata-rata uji kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI TKR.

Nilai rata-rata uji kompetensi kelas

XI

3.5.3 Tahap Uji Coba Alat Pengumpul Data (Angket)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, maka dilakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang mungkin terjadi, sehingga dengan uji coba instrumen pengumpul data ini tingkat validitas dan reliabilitasnya dapat diketahui. Dalam rangka uji coba instrumen yang berupa kuesioner, penulis melakukannya terhadap 30 orang siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK PUI Jatibarang yang diambil secara acak dan tidak menggunakan siswa yang akan dijadikan sebagai responden .

Langkah-langkah uji coba angket dilaksanakan sebagai berikut:

1. Butir instrumen atau pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat kesesuaian dengan indikator yang ada.

2. Butir instrumen dikonsultasikan dengan pembimbing apakah telah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel penelitian

(51)

4. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

3.5.3.1. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2010: 173) menyatakan bahwa ”Instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Arikunto (1995: 63) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Oleh karena itu sebelum instrumen tersebut digunakan sehingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen, dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Adapun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung koefisien korelasi product momen atau r hitung (rxy) sebagai berikut:

r

xy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

dimana:

rxy = Koefisien Korelasi ∑X = Jumlah skor item

(52)

2) Menentukan Hipotesis

Ho = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor Hi = skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor 3) Menentukan nilai r tabel

Dalam menentukan r tabel, dilihat dari nilai df, yaitu besarnya jumlah kasus (n), pada taraf signifikansi 5% pada tabel r.

4) Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika r hitung positif, dan r hitung > r tabel, maka butir soal valid. b) Jika r hitung negatif, dan atau r hitung < r tabel, maka butir soal tidak

valid.

Berdasarkan hasil perhitungan akhir dengan rumus tersebut diperoleh hasil pengujian validitas yang dinyatakan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.6 Hasil pengujian validitas

No Variabel Jumlah

Item

Hasil Pengujian

Valid Tidak Valid

1 Motivasi berprestasi 29 23 6

2 Kesiapan belajar siswa 29 22 7

3 Pelaksanaan prakerin 30 20 10

3.5.3.2 . Uji Reliabilitas Instrumen

(53)

reliabilitas instrumen adalah keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, sehingga kapanpun alat itu digunakan akan memberi hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencoba sekali saja, kemudian data yang diperoleh dilakukan analisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan penelitian yang valid dan reliabel.

Terdapat beberapa teknik atau cara dalam menghitung reliabilitas instrumen.Teknik atau cara yang penulis gunakan dalam menghitung reliabilitas instrumen adalah menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Usman (2006: 291) menyebutkan bahwa “Alpha Chronbach dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala Likert (1 sampai 5) atau instrumen yang item-itemnya dalam bentuk essai.”

Suharsimi Arikunto (1998: 192) juga menyatakan bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 atau 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

Rumus dari koefisien Alpha Chronbach adalah:

r

11 =

1

(Arikunto, 1998: 193)

(54)

Kriteria Guilford sebagai penentuan harga reliabilitas instrumen: ≤ 0,19 : tidak reliabel

0,20 – 0,39 : reliabel rendah 0,40 – 0,69 : reliabel sedang 0,70 – 0,89 : reliabel tinggi

0,90 – 1,00 : reliabel sangat tinggi

Hasil pengujian reliabilitas untuk ketiga variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil pengujian reliabilitas.

Variabel Nilai Alpha Keputusan

Motivasi berprestasi 0.848 Reliabel tinggi

Kesiapan belajar siswa 0.876 Reliabel tinggi

Pelaksanaan Prakerin 0.839 Reliabel tinggi

3.5.4 Tahap Penyebaran Angket

Setelah angket diuji cobakan dan hasil uji coba angket menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran angket untuk mendapatkan data yang diinginkan. Angket yang disebarkan sebesar jumlah sampel yang telah ditentukan, dimana dalam penelitian ini terdapat 90 orang.

3.6 Pengolahan Data Penelitian

(55)

“Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data tersebut berbicara, sebab betapapun besarnya jumlah dan tinggi nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan yang membisu seribu bahasa”.

Penelitian yang berupa menjawab hipotesis yang diajukan termasuk kategori penelitian kuantitatif. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik inferensial, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang diberlakukan untuk populasi tersebut memiliki peluang kesalahan dan kebenaran yang disebut taraf signifikansi dan dinyatakan dalam bentuk prosentase. Berdasarkan jenis data sampelnya maka teknik analisis dalam penelitian ini termasuk statistik inferensial jenis statistik parametris. Asumsi yang utama dalam statistik jenis parametris adalah datanya harus terdistribusi secara normal (Sugiyono, 2010: 210).

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap deskripsi data, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap pengujian hipotesis.

Adapun langkah-langkah tersebut penulis jabarkan sebagai berikut: 1. Tahap Deskripsi Data

(56)

2. Tahap Uji Persyaratan Analisis.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi, maka data terlebih dahulu diuji untuk menentukan apakah terdistribusi normal atau tidak, sedangkan dalam penggunaan regresi harus terpenuhi asumsi linearitas. Uji persyaratan normalitas variabel motivasi berprestasi, kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi produktif teknik kendaraan ringan dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat.

3. Tahap Pengujian hipotesis penelitian.

Setelah selesai pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian hipotesis guna menganalisis data yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan anlisis korelasi dan regresi, dimana untuk menguji hipotesis pertama sampai ke empat digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana. Sedangkan untuk menguji hipotesis kelima digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.

(57)

r

xy1

r

y1z

r

y1y2z

r

y2z

r

xy2

Gambar 3.1. Diagram hubungan antar variabel

Model diatas menunjukkan hubungan antara variabel X terhadap variabel Y1, variabel X terhadap variabel Y2, variabel Y1 terhadap Z, variabel Y2 terhadap Z, dan hubungan Y1, Y2 terhadap Z.

Langkah analisis datanya adalah sebagai berikut: a. Menghitung koefisien korelasi antar variabel.

Perhitungan koefisien korelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui arah dari koefisien korelasi dan kekuatan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam menghitung besarnya koefisien korelasi ini penulis menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu:

r

xy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

(Sugiyono 2010: 255).

Koefisien korelasi bisa juga dicari dengan rumus:

(58)

Dari rumus diatas dapat dijelaskan bahwa rxy merupakan koefisien korelasi dari variabel X dan Y yang dikorelasikan, yakni dengan membandingkan harga r hitung dengan r tabel pada tingkat derajat kesalahan 5%. Bila rhitung > r tabel, kemudian bernilai positif, maka terdapat hubungan yang positif sebesar angka tersebut.

Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien korelasi, maka dibawah ini disajikan tabel menurut Sugiyono (2010: 257).

Tabel 3.8 Kriteria Harga Koefisien Korelasi

Harga r Kategori

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

b. Menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel.

Perhitungan signifikansi koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau berlaku bagi seluruh populasi. Sedang perhitungan koefisien korelasi hanya berlaku sampai pada tingkatan sampel penelitian. Rumus yang digunakan adalah:

t

= √ !

(Sugiyono 2010: 259)

Keterangan:

(59)

Analisis hipotesis dari uji t student pada taraf signifikansi 95% diperoleh kriteria sebagai berikut:

1. Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima. 2. Jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak. c. Mencari besarnya derajat/koefisien determinasi

Derajat determinasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan dalam menghitung derajat determinasi adalah: KD = r2 x 100% (Riduwan 2010: 280)

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi d. Uji linieritas regresi

Uji linieritas regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional antara variabel X dan variabel Y. Dengan kata lain analisis regresi ini digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen diubah. Uji ini dilaksanakan dengan menggunakan rumus:

Ŷ = a + bX (Usman 2006: 219)

Keterangan:

Ŷ = Harga-harga variabel Y yang diramalkan a = Harga garis regresi, yaitu apabila X = 0

(60)

Perhitungan analisis model regresi dilakukan melalui aplikasi Software Microsoft Excell for Window. Untuk mencari harga a dan b maka digunakan rumus turunannya, yaitu:

a = ∑ "∑ # " ∑ # ∑

∑ ∑

(Usman 2006: 219)

b = ∑ "∑ # " ∑ # ∑

∑ ∑ (Usman 2006: 219)

Cara lain menghitung harga a dan b adalah dengan rumus :

b = ∑ .

dan a = $ %- b&'

(Reksoatmodjo, T.N, 2009: 131)

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartiannya (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan software Microsoft Excell.

Langkah-langkah dalam teknik pengolahan dan analisis data diatas diharapkan dapat membantu penulis dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.

e. Regresi Linear Ganda

(61)
(62)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka akhirnya penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang positif dalam menunjang kesiapan belajar siswa, dengan demikian motif berprestasi akan memberikan dampak positif terhadap kemajuan belajar siswa, yang diwujudkan melalui kesungguh-sungguhan dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran. Kesiapan belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, hal ini akan memberikan manfaat bagi siswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sarat persaingan.

2. Motivasi berprestasi juga mempunyai kaitan yang positif dalam menunjang keberhasilan prakerin bagi siswa. Dengan demikian motif berprestasi akan mendorong siswa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan prakerin. Semakin tinggi motif berprestasi siswa dalam melaksanakan prakerin, maka hasil pelaksanaan prakerin juga makin baik, hal akan membantu siswa dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.

(63)

pencapaian uji kompetensi yang mengindikasikan bahwa siswa dengan melakukan persiapan yang baik akan memperoleh hasil yang lebih baik. 4. Pelaksanaan prakerin juga berpengaruh secara positif terhadap pencapaian

kompetensi mata pelajaran produktif kelas XI, hal ini dapat diindikasikan dari hasil uji kompetensi bagi siswa yang serius dalam mengerjakan prakerin menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Pelaksanaan prakerin yang tepat sasaran juga membantu siswa dalam memahami kompetensi yang diperlukan dalam bekerja.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, berikut ini akan dikemukakan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Implikasi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Peran motivasi berprestasi jika tidak ditekankan penerapannya dalam diri siswa, maka akan mengakibatkan penurunan kinerja dan daya saing siswa dalam prestasi. Hal ini jika dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap mutu dan kualitas siswa itu sendiri yang pada akhirnya akan mempersempit peluang siswa dalam bersaing di era global. Hal ini bisa diindikasikan dari ketidakseriusan siswa dalam mempersiapkan dan mengikuti kegiatan pembelajaran atau dalam melaksanakan prakerin.

Gambar

Tabel 4.21       Matriks Penelitian ...........................................................................
tabel berikut:
Tabel 3.2 Rekapitulasi Jumlah Responden SMK N 1 Jatibarang.
Tabel 3.3.  Populasi dan Sampel Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji korelasi product moment yang menguji hubungan antara konformitas teman sebaya dengan gaya hidup hedonis menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,519 dengan p&lt;0,01,

Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu menilai dan menerapkan kebenaran teori psikologi dan kepemimpinan dalam proses pendidikan gereja (SM, Katekisasi) dan

Hasil penelilian ini diharapkan dapal memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu akunlansi manajemen dan manajemen slrategi, serla memberikan masukan kepada

Analisis break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui situasi atau keadaan dimana pendapatan total perusahaan sama dengan biaya totalnya. Dengan mengetahui

beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang

Alamat Data Register adalah base address dari port parallel tersebut, alamat Status Register adalah (base address + 1), sedangkan alamat Control Register

Langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan guru dalam menyusun RPP HOTS agar pelaksanaan pembelajaran nantinya juga dapat mengukur kemampuan tingkat tinggi

Persaing para produsen bakpia industri kecil ini adalah beberapa produsen bakpia yang besar. Sebab produsen bakpia industri besar memiliki lokasi yang strategis