BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, dan penelitian. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dengan dana umum tujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, usia, pekerjaan dan kedudukan. Adapun pengertian perpustakaan umum menurut Sutarno (2003;2) perpustakaan umum adalah Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.
Sedangkan Santoso (2006;159) mengemukakan bahwa:
Perpustakaaan umum adalah pusat informasi yang menyediakan pengetahuan dan informasi-informasi siap akses bagi penggunanya. Layanan perpustakaan umum disediakan dengan dasar kesamaan akses untuk semua orang tanpa memandang perbedaan umur, ras, gender, agama, kebangsaan, bahasa dan status sosial. Semua kelompok umur pemakai harus mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhannya dan koleksi dan layanan harus bebas dari sensor politik, agama atau tekanan sosial.
Dari kedua uraian pendapat diatas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk melayani kepentingan umum dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tanpa memebedakan umur, ras, gender, suku bangsa, agama yang dianut, bahasa, dan status sosial dalam mengakses pengetahuan dan informasi-informasi yang disediakan perpustakaan.
2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum
UNESCO dalam Sudarsono (2006;158) mengeluarkan manifesto perpustakaan umum. Manifesto tersebut menyatakan bahwa ada 4 pokok penting tujuan perpustakaan umum, yaitu:
1. Kemerdekaan, kesejahteraan dan pembangunan masyarakat maupun perorangan adalah nilai dasar kemanusiaan. Ini hanya akan terwujud melalui tingkat kemampuan warga yang sadar informasi untuk melakukan hak demokratis dan dan memainkan peran aktifnya dalam masyarakat. Partisipasi konstruktif dan upaya pembangunan demokrasi sangat tergantung pada cukupnya pendidikan dan juga pada kemerdekaan akses yang tak terbatas pada pengetahuan, pemikiran dan budaya informasi.
2. Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, menyediakan kondisi awal bagi perorangan maupun kelompok sosial untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup, pengambilan keputusan mandiri dan pembangunan budaya.
3. Manifesto ini menyatakan keyakinan Unesco pada perpustakaan umum sebagai kekuatan yang menghidupkan budaya pendidikan dan informasi serta sebagai lembaga untuk membina kedamaian dan kesejahteraan spiritual melalui pemikiran manusia.
4. Oleh karena itu Unesco mendorong pemerintahan baik daerah maupun pusat agar mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan umum.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari perpustakaan umum adalah sebagai lembaga yang membina dan mendukung masyarakat dalam melakukan kegiatan belajar seumur hidup untuk menciptakan budaya pendidikan dan informasi. Oleh sebab itu pemerintah harus mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan.
2.2 Pengertian Pustakawan
Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah:
Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.
Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, HS. Librarian pustakawan, penyaji informasi adalah:
Tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa :
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperolehnya melalui pendidikan dan atau/pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Poerwadarminta dalam Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:
Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Selanjutnya Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:
Perpustakan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan.
2.3 Kode Etik Pustakawan
Masalah etika bukan sesuatu yang baru bagi kehidupan umat manusia, melainkan justru menjadi sesuatu yang amat penting untuk senantiasa di perhatikan. Hal itu memngingat etika erat kaitannya dengan esksistensi manusia sebagai individu yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Keharmonisan interaksi antar-individu dalam masyarakat tidak lepas dari etika yang sanggup menyelaraskan perbedaan yang
terjadi, sikap saling menghargai, saling saling menghormati dan saling menolong merupakan contoh symbol bahwa manusia memiliki etika. Tidak terkecuali dalam lingkup kerja peprustakaan, pustakawan sebagai salah satu pendukung kehidupan perpustakaan, dituntut agar memiliki etika agar tercipta interaksi yang harmonis dan suasana kerja yang harmonis dan suasana kerja yang kondusif. Pustakawan adalah sebuah profesi. Pustakawan juga merupakan individu yang hidup dan melakukan segala kegiatan. Artinya, bahwa ketika sebutan sebagai “pustakawan” disandang, seketika profesi itupun melekat pada dirinya.
Masalah etika pada profesi pustakawan diatur dalam suatu kode tik yang dikenal dengan kode etik pustakawan (KEP). Kode tik ini mengikat pada pustakawan sebagai anggota profesinya. Pustakawan yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diproleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (UU No 43, 2007). Artinya, orang yang disebut pustakawan adalah orang yang benar-benar mengerti ilmu perpustakaan, stidaknya pernah mendapatkan pelatihan tentang kepustakawanan yang diberi tugas dan tanggung jawab oleh lembaga yang merekrut (berwenang) untuk bekerja di perpustakaan sesuai dengan kualifikasi ilmu yang dimilikinya. Bahkan bahkan, lebih luas lagi, Hermawan dan Zen (2006;107), mengatakan bahwa pustakawan itu tidak terbatas pada pegawai negeri sipil (PNS) saja, tetapi pegawai non-PNS.
Kode etik adalah system norma, nilai, dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi professional. Kode tik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Menurut Sulistyo-Basuki (2001), tujuan kode etik sebenarnya adalah untuk mengatur ruang gerak professional agar memberikan jasa yang sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabah dan mencegah dari perbuatan yang tidak professional. Maka, menurut Melvil Dewey, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kekuatan pustakawan terletak pada etika yang dimiliki (Bopp and Smith, 2001; 29)
Diluar negeri, penelitian mengenai kode tik pustakawan pernah dilakukan oleh Kathy Hofman, seorang direktur eksekutif research Medical Library pada universitas texas dan sekaligus ketua komisi tanggung jawab dan hak professional dari TLA (Texas Library Association) periode 2002-2005. Penelitian ini memberikan wawasan bahwa kode etik mendapat tanggapan beragam dari para pustakawan. Kode etik pustakaawan belum dikenal secara menyeluruh oleh pustakawan anggota TLA karena belum dikenal, kode etik pustakawan tidak dihiraukan pustakawan sehingga yang seharusnya menjadi orientasi dalam tugas sehari-hari ini belum dilaksanakan. Bisa jadi, kasus ini pun terjadi ditempat lain.
2.3.1 Fungsi Kode Etik Pustakawan
Russel Browden, yang dikutip oleh Hermawan dan Zen (2006; 100) menyatakan bahwa fungsi kodeetik bagi pustakawan di inggris adalah sebagai berikut:
a. Mendorong para pustakawan untuk bertingkahlaku secara profesional dalam bidangperpustakaan yang tidak dipandang salah oleh teman- teman sejawat dalam profesi.
b .Mendorong anggota untuk mematuhi LA’s Charter and Byelaws. c. Menuntut anggota mereka tidak memilih berperilaku yang mungkin
secara serius berprasangka terhadap kedudukan dan reputasi profesi atau asosiasi pustakawan.
d. Mensyaratkan anggota untuk bekerja profesional , yaitu (1) senantiasa mengikuti perkembangan dalam dunia perpustakaan dan cabang-cabang kegiatan professional lainnya; dan (2) menghormati anggota profesi yang bertanggung jawab melakukan supervisi, pelatihan, atau tugas pustakawan lainnya.
e. Tugas utama anggota adalah melayani pelanggan (client)
f. Menempatkan anggota dengan kewajiban untuk memfasilitasi terhadap alur informasi dan ide-ide dan melindungi serta mendorong hak setiap individu untuk bebas dan hak akses yang sama terhadap sumber informasi tanpa diskriminasi dan dalam batas-batas hukum. g. Anggota harus memberikan kemampuan mereka yang terbaik dalam
kewajiban kontrak yang harus dibayar kepada yang mempekerjakannya.
h. Anggota tidak boleh dengan sengaja menyajikan bahan pustaka yang mendorong terjadinya diskriminasi atas ras kulit, kepercayaan, atau jenis kelamin.
i. Anggota tidak boleh membocorkan rahasia harus membocorkan setiap bahan pustaka yang dirahasiakan.
j. Menjamin setiap tindakan dan keputusan anggota semata- mata berdasarkan professional.
Sedangkan, Fankel, seperti yang dikutip oleh Bjorner (1991;321), mengemukakan bahwa fungsi kode etik adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman bagi kelompok profesional ketika masalah menentukan masalah dalam praktik.
b. Sebagai sumber evaluasi bagi masyarakat dan menjadikan mereka mengetahui apa yang dapat diharapkan dari organisasi profesi tersebut. c. Memberi kebanggaan pada profesi dan memperkuat identitas profesi. d. Memperbaiki reputasi profesi dan kepercayaan masyarakat.
e. Melindungi pengaruh profesi.
f. Menghentikan tindakan yang tidak etis dengan menyediakan sanksi atau dengan melaporkan tindakan yang tidak etis tersebut.
g. Menyediakan sistem untuk mendukung profesi terhadap permintaan yang tidak logis dari orang luar.
h. Merupakan forum keputusan dalam debat antar-anggota atau antara anggota dan orang luar.
2.3.2 Tujuan Kode Etik Pustakawan
Jika diamati dengan seksama serta ditafsirkan secara luas, kode etik adalah kewajiban yang harus dilakukan pustakawan dalam melakukan kegiatannya. Pada sisi lain. kode etik ini dapat pula sebagai jaminan profesi terhadap pengguna jasa pustakawan. Berikut ini dapat diuraikan beberapa tujuan dari kode etik pustakawan, yaitu untuk:
a. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan negara: Sebagai makhluk ilahi, serta warga negara yang baik, dengan dituntun oleh kode etik, pustakawan dapat memberikan pengabdiannya sebagai hamba, dan berbakti kepada sesama, terutama untuk bangsa dan negara.
b .Menjaga martabat pustakawan. Adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.
c. Meningkatkan mutu profesi pustakawan: Untuk dapat memberikan layanan kepustakawanan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; Mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka Pustakawan sebagai pekerja
informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2.3.3 Manfaat Kode Etik Pustakawan
Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat, menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi profesi
Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut ; a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.
b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan bertanggung jawab.
c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.
d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi. e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang
disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.
f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.
g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.
2. Manfaat Bagi Anggota
Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut:
a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.
b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik. c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para
anggota.
d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi.
e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.
f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.
b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya.
c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.
d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.
e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang diberikan.
f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload).
g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.
2.3.4 Sikap Dasar Pustakawan
Kode etik pustakawan yang ditetapkan IPI pada Pasal 3 menuangkan beberapa sikap dasar, menurut Suwarno (2010;115) substansi kode etik pustakawan dalam sikap dasar pustakawan yaitu:
a. Berupaya melaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. Tugas pustakawan adalah melayani pemustaka denga baik. Maka dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat menyerap
aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah seorang yang telah memiliki ilmu dibidang perpustakaan artinya, ia memiliki dibidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu terutama bidang kepustakawanan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi. Pustakawan adalah manusia yang hidup sebagai makhluk pribadi dan sosial. Kaitannya dengan profesi pustakawan, pustakawan selain bertanggung jawab terhadap dirinya, ia bertanggung jawab dengan profesi pustakawan yang disandangnya.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi. Pustakawan bukan profesi yang profit, keuntungan yang didapat pustakawan berasal dari jasa profesi yang telah dilakukannya. Hal ini mengisyaratkan sebagai larangan kepada pustakawan untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang menyebabkan terganggunya nama baik profesi pustakawan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Kode etik pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam
ucapan maupun perbuatan.Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijaksana.
2.3.5 Hubungan Dengan Pengguna/Pemustaka
Kepentingan utama pustakawan adalah pemustaka, kewajiban pustakawan kepada masyarakat dimuat dalam kode etik pustakawan yang dikeluarkan IPI, Suwarno (2010:117) menjabarkan hubungan dengan pengguna/pemustaka meliputi:
1. Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa pandang ras, agama, status sosial, ekonomi, politik, gender kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Hak perorangan atas informasi bermakna sebagai hak pemustakan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, dan kemudian menjadi tugas pustakawan untuk dapat memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan sebaik-baiknya.
2. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna informasi yang diperoleh dari perpustakaan.
Informasi yang diakses oleh pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan, pemustaka juga dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya untuk kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan sebagai pengelola informasi di perpustakaan, dengan demikian, pustakawan dalam hal ini tidak bertanggung jawab terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka, baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan lain sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
3. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
Melindungi hak privasi dan kerahasiaan yang disebut di sini bermakna bahwa pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala
privasinya dalam hal informasi yang dicarinya. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk menjaga dan melindungi kerahasiaan tersebut. Dengan kata lain pustakawan harus menyembunyikan atau tidak mengumumkan sesuatu yang bersifat rahasia, terutama yang menyangkut informasi yang dicari oleh pemustakanya.
4. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
Sejalan dengan pustakawan yang memiliki kewajiban melindungi hak privasi pemustaka, pustakawan harus pula mengakui dan menghormati hak milik intelektual. Artinya, informasi yang dikelola oleh pustakawan, terutama yang menyangkut karya seseorang, baik sendiri maupun bersama-sama yang lain, berupa buku, majalah, kaset, disket, CD dan program komputer, dan lain sebagainya adalah karya yang memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi, untuk itu pustakawan harus konsekuen dengan profesinya untuk melindungi hak cipta penulisannya dengan mencegah oknum-oknum yang ingin menggunakan karya tersebut untuk tujuan yang tidak sesuai dengan undang-undang.
2.3.6 Hubungan Antar-Pustakawan
1. Pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Sudarsono (2009:40), keunggulan dalam profesi dapat diartikan sebagai kompetensi personal yang meliputi sikap, keterampilan, dan
kemampuan perorangan untuk bekerja efektif dan memberikan sumbangan positif bagi organisasi.
2. Pustakawan bekerjasama dengan pustakawan lain dalam upaya mengembangkan kompetensi professional pustakawan, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
Pernyataan ini mengisyaratkan agar pustakawan sebagai seorang professional mempunyai kemampuan untuk memperluas akses informasi dan mendistribusikannya untuk kepentingan masyarakat pemustaka
3. pustakawan memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesama rekan.
Interaksi antar-pustakawan dalam kehidupan suatu organisasi atau satu instansi adalah sesuatu keharusan. Sebagaimana diketahui bahwa organisasi adalah lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama (Mondy dan Premeaux, 1995:202) Artinya, kebersamaan menjadi penting dalam rangka mencapai cita-cita organisasi.
4. Pustakawan memiliki kesadaran kesetiaan, dan penghargaan terhadap korps Pustakawan secara wajar.
Kesatuan atau korps pustakawan adalah sekumpulan pustakawan yang berada dalam satu kesatuan. Pemahaman terhada korps pustakawan terdapat perbedaan karena istilah ini tidak populer di kalangan pustakawan. Namun
demikian, jiwa nya terpanggil untuk menjaga keharmonisan hubungan antar-pustakawan
5. Pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Berpikir positif adalah sikap dasar yang harus dimiliki pustakawan dalam berinteraksi dengan masyarakat, terutama dengan rekan seprofesi. Dengan berpikir positif, kegiatan yang berkecendrungan memikirkan keburukan orang lain akan bisa diminimalisasi. Rekan kerja adalah mitra yang membantu keberhasilan yang diraih, baik secara langsung maupun tidak langsung
2.3.7 Hubungan Dengan Perpustakaan
1. Pustakawan ikut aktif dalam perumusan kebijakan menyangkut kegiatan jasa kepustakawanan.
Kebijakan adalah aturan yang diambil oleh pimpinan dalam rangka menyelesaikan suatu masalah di luar peraturan yang sudah ada. Artinya, kebijakan ini akan menjadi aturan yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi.
2. Pustakawan bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan. Salah satu dari lima hukum perpustakaan Ranganathan sebagaimana dikutip oleh Hermawan dan Zen (2006) perpustakaan adalah organisme yang tumbuh. Artinya sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang, perpustakaan membutuhkan asupan-asupan kegiatan yang mencerminkan bahwa perpustakaan itu hidup. Pustakawan menjadi tulang punggung dan
penopang geraknya perpustakaan. Untuk itu pustakawan dituntut selalu membina diri, menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta wawasan kepustakawanan yang lebih luas. Inilah yang sesungguhnya menjadi tantangan bagi pustakawan di masa yang akan datang.
3. Pustakawan berupaya membantu dan mengembangkan pemahaman serta kerja sama semua jenis perpustakaan.
pelayanan perpustakaan memiliki dua landasan. Pertama peran pelayanan perpustakaan dalam menyediakan fasilitas akses dokumen. Kedua, misi perpustakaan mendukung misi lembaga induknya atau memenuhi kebutuhan penggunanya (Purwono, 2009:54). Landasan ini sulit untuk dicapai jika pemahaman tentang perpustakaan tidak maksimal. Dengan kata lain, pemustaka atau masyarakat pada umumnya perlu diberikan pemahaman jati diri perpustakaan sehingga dalam benak orang perpustakaan tidak hanya sebagai tempat buku saja dan pustakawan juga bukan sekadar penjaga buku semata.
2.3.8 Hubungan Pustakawan Dengan Organisasi Profesi
1. Pustakawan iuran keanggotaan secara disiplin.
Salah satu bentuk tanggung jawab anggota profesi kepada organisasinya adalah disiplin membayar iuran yang telah ditetapkan. Besarnya iuran dan tata cara pembayarannya telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga IPI, terhitung sejak menjadi anggota (IPI, 2006)
2. Mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dengan penuh tanggung jawab.
Setiap organisasi memiliki program sebagai indikator kehidupan suatu organisasi. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan pengejawantahan ide-ide anggotanya yang telah disepakati demi tercapainya tujuan organisasi. 3. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.
Meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum adalah suatu slogan yang sudah lazim dimengerti oleh masyarakat. Dalam konteks organisasi, berarti pustakawan mempunyai kewajiban mementingakan kepentingan organisasi profesi (IPI) di atas kepentingan pribadinya.
2.3.9 Hubungan Pustakawan Dengan Masyarakat
1. pustakawan bekerja sama dengan anggota komunitas organisasi yang sesuai berupaya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan serta komunitas yang dilayaninya.
Pelayanan kepada masyarakat adalah misi utama perpustakaan. Untuk mewujudkan pelayanan yang baik, pustakawan harus meningkatkan pula mutu pelayanan. Cara menuju ke arah peningkatan mutu ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah bekerja sama dengan komunitas lain yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
2. Pustakawan berupaya memberikan sumbangan dalam pengembangan kebudayaan di masyarakat.
Pustakawan merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki suatu budaya. Oleh karena itu, pustakawan dituntut untuk memahami nilai-nilai apa yang dikembangkan dalam masyarakatnya sehingga mudah untuk beradaptasi dan berbaur dengannya. Hermawan dan Zen (2006) mengemukakan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan ini dapat berupa pentas seni, story telling, bedah buku, dan lain-lain.
2.4 Etika Profesi
Istilah “etika profesi’ terdiri dari dua kata, yaitu etika dan profesi, suatu profesi akan senantiasa eksis jika dalam operasionalnya menganut suatu etika, yang kemudian etika inilah yang menjadi pijakan bagi asosiasi atau organisasi profesi (sebagai wadah perkumpulan para professional) yang bertujuan membela, melindungi, dan memperjuangkan kepentingan anggotanya, maupun dari profesi lainnya, serta keterlaksanaan tujuan profesionalnya.
Salah satu produk dari suatu organisasi profesi adalah etika profesi yang dituangkan pada kode etik profesi etika profesi ini merupakan bagian dari etika sosial, yaitu merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis apabila berhadapan dengan pelbagai moralitas yang membingungkan (Magniz-Suseno, 1989). Keberadaan etika profesi menjadi barometer anggota profesi menjadi barometer anggota profesi dalam raangka menjalin hubungan dengan klinennya atau dengan profesi yang lain. Rubin (2004;324) menyatakan bahwa etika bagi professional di bidang informasi merupakan
salah satu bentuk penegasan terhadap nilai-nilai pelayanan termasuk didalamnya adalah keharusan menghormati sesama yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat.
2.4.1 Prinsip-prinsip Etika Profesi
Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu berhubungan erat dengan kode etik profesi yang dijadikan sebagai standar moral, tolak ukur, atau pedoman dalam melaksanakan pekerjaan, kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, prinsip-prinsip etika profesi yang dikemukakan oleh Salam (1997;142) yaitu:
1. Tanggung Jawab
Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu bersikap bertanggung jawab dalam dua arah yaitu terhadap pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya, dan terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan
Prinsip ini menuntut para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaan sebuah profesi, tuntutan itu berarti di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, atau pihak lain, lembaga atau negara sebaliknya, kaum profesional perlu menghargai hak pihak-pihak lain itu, sebagaimana ia sendiri mengharapkan agar
pihak lain menghargai haknya serta hak kelompok atau perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, jika dia tahu bahwa pelaksanaan profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka ia harus menghentikan
tindakan itu. 3. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya, otonomi menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak- pihak lain.
Pendapat lain prinsip-prinsip etika profesi, menurut Ernawan (2007;126) adalah: 1. Sikap Baik
Merupakan prinsip dasar etika. Prinsip etika baik mendasari semua norma moral. Hendaknya kita bernada positif dengan berbuat baik dengan memulai dengan kegiatan-kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan terutama pada masyarakat.
2. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan standar profesi agar hasil yang dicapai efektif dan efisien serta dampaknya terhadap kehidupan orang lain.
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar kepercayaan masyarakat terhadap para profesional.
4. Keadilan
Adil pada hakikatnya kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Prinsip ini mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan, serta menghargai martabat dan milik orang lain.