• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN EKSTRAK INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP EFEKTIVITAS INSEKTISIDA DALAM MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN SAYURAN DI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAMA PENYIMPANAN EKSTRAK INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP EFEKTIVITAS INSEKTISIDA DALAM MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN SAYURAN DI PAPUA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN EKSTRAK INSEKTISIDA

BOTANI TERHADAP EFEKTIVITAS INSEKTISIDA DALAM

MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN

SAYURAN DI PAPUA

Martina Sri Lestari1) dan A. Wahid Rauf2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

Jl. Yahim Sentani, PO Box 256, Sentani, Jaya Pura 99352, Telp. (0967) 592179, Faks. (0967) 591235

E-mail: bptp_papua@yahoo.com

2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat

Jl. Ambon Pantai, Manokwari, Telp. (0986) 213182, 211377, Faks. (0986) 212052 (wartel fax)

E-mail: ptp_ijb@yahoo.com

ABSTRAK

Pengkajian lama penyimpanan ekstrak insektisida botani terhadap efektivitas insektisida dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman sayuran dilaksanakan di SP II dan V desa Mapuru Jaya Kabupaten Mimika. Pengkajian ini dilaksanakan untuk menguji lama penyimpanan ekstrak terhadap efektivitas ekstrak insektisida botani dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman sayuran. Rancangan pengkajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Sebagai perlakuan adalah lama penyimpanan yang terdiri dari A = Mimba 24 jam (mimba yang disimpan selama 24 jam), B = Mimba 1 minggu, C = Mimba 2 minggu, D = Tembakau 24 jam, E = Tembakau 1 minggu, F = Tembakau 2 Minggu, dan G = Kontrol. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Jenis tanaman sayuran yang diusahakan adalah Caisin dan kubis. Hasil pengkajian menunjukan bahwa Insektisida botani dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan cukup efektif mengendalikan serangan hama dengan tingkat kerusakan berkisar antara 4.44 – 7.45% dan tingkat kerusakan tersebut termasuk serangan ringan. Hasil produksi tanaman caisin tertinggi pada perlakuan ekstrak mimba

dengan penyimpanan 1 minggu (15.37 t/ha), demikian pula pada tanaman kubis produksi tertinggi pada perlakuan ekstrak tembakau dengan penyimpanan 1 minggu (19.75 t/ ha). Jenis hama dominan yang ditemui selama pengkajian yaitu Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Prodenia litura, Agrotis spp, Plutela xylostela dan Crocidolomia binotalis. Jenis musuh alami yang ditemui selama pengkajian adalah parasitoid jenis Diadegma semiclausum, Hemiptarsenur varicornis Gerault dan Predator jenis Menochilus sexmaculatus dan Harmonis sedesimnotata.

Kata kunci: Insektisida botani, lama penyimanan, efektivitas, kerusakan hama dan sayuran.

PENDAHULUAN

Provinsi Papua sangat kaya akan ketersediaan sumberdaya alam dengan aneka ragam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida botani. Bahkan daerah lain di luar Papua tanaman tersebut tidak

(2)

dijumpai. Namun pemanfaatan tanaman tersebut sebagai pestisida botani masih sangat rendah sehingga potensi ini banyak dimanfaatkan oleh daerah lain untuk mengembangkan dan membudidayakan tanaman tersebut untuk dimanfaatkan sebagai bahan pestisida botani. Petani di Papua umumnya belum banyak mengetahui penggunaan tanaman sebagai bahan insektisida botani, mereka lebih mengenal penggunaan pestisida sintetik. Petani sayuran khususnya lebih mengandalkan penggunaan insektisida sintetik untuk meningkatkan produksi tanaman.

Insektisida sintetik mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan dan mempertahan produksi tanaman. Disamping mempunyai manfaat, insektisida membawa resiko yang cukup besar dalam usaha mengatasi serangan hama, penyakit dan tanaman penganggu. Insketisida merupakan bahan beracun yang tidak hanya membunuh hama, pathogen, dan gulma tetapi juga organisme lain. Dampak negatif menggunakan insketisida sintetik mulai terasa dengan timbulnya resistensi, resurjensi, ledakan hama sekunder, matinya jasad bukan sasaran dan pencemaran lingkungan (Untung, 1993). Selain insektisida sintetik cukup mahal dan belum tersedia di semua wilayah khusus Kabupaten Mimika.

Insektisida botani diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengendalian

yang sesuai dengen konsep pengendalian hama terpadu (PHT) karena sifatnya mudah terurai di alam dan umumnya relatif aman terhadap musuh alami (Isman, 1995). Meskipun tidak dapat menekan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan, insektisida botani cukup aman terhadap musuh alami, sekurangnya populasi hama diharapkan dapat ditekan lebih lanjut oleh musuh alaminya (Prijono D., 1999). Hasil penelitian dengan menggunakan ekstrak biji mimba sangat aman terhadap imago parasitoid telur Trichogramma chilonis Ishii. (Trichogramatidae), karena sampai konsentrasi mendekati murni yaitu 96x104 ppm, persentase kematian imago dan

pra-imago tidak lebih dari 50 % ( Sunarto et al., 2006).

Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati diantaranya adalah Annonaceae, Asteraceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Meliaceae, Piperaceae, Rubiaceae, Rutaceae, Myrtaceae (Arnason et al., 1993; Grainge dan Ahmed, 1988; Prakhas dan Rao 1997), namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan yang baru.

Ulat krop kubis C. binotalis Zell. bersama ulat kubis P. xylostella L. merupakan hama penting pada tanaman kubis di Indonesia (Setiawati dan Sastrosiswojo, 1995), yang sampai sekarang pengendaliannya masih

(3)

bertumpu pada insektisida sintetik. Tingkat serangan hama khususnya ulat krop kubis C. binotalis Zell. Zell. (Pyralidae) dan ulat kubis P. xylostella L. (Plutellidaea) cukup tinggi yaitu rata-rata 25 - 85% (Distan Provinsi Papua, 2006). Selain tingkat serangan hama yang tinggi permintaan jenis-jenis sayuran dataran tinggi cukup tinggi yaitu 6 ton/bulan (Distan Mimika, 2006).

Untuk penggunaan di tingkat petani, bahan tanaman harus mudah didapat, sederhama dalam penyiapan dan kemungkinan tetap efektif bila bahan atau ekstrak disimpan beberapa lama. Penelitian ini bertujuan untuk menguji lama dan suhu penyimpanan ekstrak terhadap efektivitas ekstrak insektisida botani dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman sayuran.

METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di lahan petani sayuran di SP II dan V Desa Mapuru Jaya Kabupaten Mimika. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2007. Pemilihan dan penentuan lokasi didasarkan atas beberapa aspek penunjang yaitu wilayah tersebut merupakan sentra tanaman sayuran di daerah ini.

Rancangan pengkajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Sebagai

perlakuan adalah lama penyimpanan yang terdiri dari A = Mimba 24 jam (mimba yang disimpan selama 24 jam), B = Mimba 1 minggu, C = Mimba 2 minggu, D = Tembakau 24 jam, E = Tembakau 1 minggu, F = Tembakau 2 Minggu, dan G = Kontrol. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Jenis tanaman sayuran yang diusahakan adalah Caisin dan kubis.

Cara pembuatan insektisida dari daun mimba dan tembakau yaitu menghaluskan 0,5 kg daun mimba atau tembakau kemudian merendam dalam 1 liter air ditambah 1 gr detergen, campuran ini diendapkan semalam (24 jam), kesokannya disaring. Hasil Ekstrak ini kemudian disimpan sesuai waktu penyimpanan dan langsung digunakan sesuai perlakuan. Dosis penggunaan l ekstrasi ini yaitu dicampur air dengan konsentrasi 1% (10 ml cairan ekstrasi dicampur dengan 1 liter air).

Parameter pengamatan yang dikumpulkan meliputi data pertumbuhan, produksi tanaman, dan Tingkat kerusakan hama. Data yang terkumpul akan ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS versi 15 sedangkan uji lanjutan menggunakan uji DMRT.

Penentuan tingkat kerusakan tanaman caisin dan kubis menurut Departemen Pertanian (2000) adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut:

(4)

2. Berat, kerusakan 30%-50%. 3. Cukup berat, kerusakan 15%-29%. 4. Ringan, kerusakan 1%-14%.

5. Tidak ada serangan, kerusakan 0% .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan vegetatif yang optimal sangat dibutuhkan pada tanaman sayuran terutama sayuran daun. Tanaman caisin termasuk jenis sayuran daun yang membutuhkan pertumbuhan vegetatif yang optimal untuk menghasil jumlah daun yang maksimal. Tanaman caisin dan kubis di Kabupaten Mímika sangat rentan terhadap serangan ulat daun (Plutella xylostella L.) maupun ulat crop (Crocidolomia binotalis L.), sehingga sebagian besar petani cenderung menggunakan pestisida sintetik/ kimia secara berlebihan, dengan interval waktu penyemprotan yang sangat pendek. Walaupun telah menggunakan pestisida kimia seringkali petani juga mengalami gagal di tingkat persemaian maupun gagal panen. Hal ini menunjukan ada kecenderungan hama-hama yang menyerang tanaman kubis telah mengalami restensi terhadap pestisida sehingga perlu dicari alternatif lain penggunaan pestisda kimia agar tidak terjadi ledakan hama maupun munculnya hama-hama sekunder. Pengaruh penyimpanan terhadap efektivitas ekstrak insektisida

botani pada parameter pertumbuhan tanaman caisin dan kubis terlihat pada Tabel 1.

Dari hasil analisis terlihat bahwa dengan penggunaan insektisida botani dan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman saat panen dan jumlah daun yang terbentuk apa bila dibandingkan dengan kontrol atau tanpa perlakuan. Tanaman caisin yang tidak diberi perlakuan insektisida botani (kontrol) mempunyai tinggi tanaman (16.33 cm) dan jumlah daun (8.53 helai) terendah. Hal ini menujukan bahwa tanaman caisin (kontrol) pertumbuhan tanamannya tidak optimal dimana titik tumbuh tanaman caisin rusak sehingga tidak dapat menghasilkan jumlah daun yang maksimal per rumpunnya selain itu kebanyakan daun tanaman rusak.

Diameter buah tanaman kubis menunjukan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Makin lama penyimpanan pestisida mimba (2 minggu) dapat meningkatkan diameter buah kubis (13,97 cm). Hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman kubis berjalan sangat optimal tanpa gangguan dari hama sehingga dapat membentuk diameter yang optimal.

Pertumbuhan tanaman yang optimal akan menghasilkan produksi yang maksimal pula. Hasil analisis produksi tanaman caisin menunjukan bahwa produksi tertinggi pada perlakuan ekstrak mimba dengan

(5)

penyimpanan 1 minggu (15.37 t/ha) namun hal ini tidak menunjukan adanya perbedaan antara perlakuan insektisida botani dan lama penyimpanan lainnya, sedangkan produksi terendah pada kontrol yaitu 9 t/ha.

Hasil analisis produksi tanaman kubis menunjukan bahwa produksi tertinggi pada perlakuan ekstrak tembakau dengan penyimpanan 1 minggu (19.75 t/ha) namun hal ini tidak menunjukan adanya perbedaan antara perlakuan insektisida botani dan lama penyimpanan lainnya, sedangkan produksi terendah pada kontrol yaitu 10.11 t/ha. Tingkat Kerusakan serangan Hama pada tanaman sayuran di Kabupaten Mímika

Setelah dilakukan kajian penggunaan insektisdia organik dan lama penyimpanan,

petani di SP II dan V desa Mapuru Jaya Timika mulai meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena insektisida botani selain dianggap murah dapat disimpan dan yang utama ádalah ramah bagi lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri. Intensitas serangan hama pada tanaman sayuran di Kabupaten Mímika terlihat pada Tabel 2.

Hasil analisis terlihat bahwa antar perlakuan penyimpanan tidak ada perbedaan yang nyata terhadap tingkat kerusakan serangan hama pada tanaman sayuran. Tingkat kerusakan hama tertinggi pada perlakuan kontrol baik pada umur 14 HST (10.19 –25.22%) dan 30 HST (21.74 – 45.33%) pada tanaman sayuran caisin, dan Kubis. Dari data diatas terlihat pada Tabel 1. Pengaruh penggunaan insektisida botani dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman caisin dan kubis di Kabupaten Mimika. Insektisida botani dan

Lama Penyimpanan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Diameter buah (cm) Produksi (t/ha) Caisin Mimba 24 jam 25.13 a 15.93 a - 15.32 a Mimba 1 Minggu 24.17 a 15.10 a - 15.37 a Mimba 2 minggu 25.67 a 16.20 a - 14.22 a Tembakau 24 jam 24.60 a 15.47 a - 15.11 a Tembakau 1 Minggu 23.87 a 15.80 a - 14.76 a Tembakau 2 minggu 25.03 a 16.10 a - 13.89 ab Kontrol 16.33 b 8.53 b - 9.00 b Kubis Mimba 24 jam - - 13.73 a 18.07 ab Mimba 1 Minggu - - 13.53 a 17.77 ab Mimba 2 minggu - - 13.97 a 17.62 ab Tembakau 24 jam - - 13.30 a 19.05 a Tembakau 1 Minggu - - 12.97 a 19.75 a Tembakau 2 minggu - - 12.27 a 18.70 ab Kontrol - - 8.17 b 10.11 c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan’s 5%.

(6)

kontrol bahwa pada umur 14 HST tingkat kerusakan serangan hama masih rendah karena pada saat itu hama baru menemukan tempat tinggal untuk meletakan telurnya dan umur 30 HST serangan hama menjadi tinggi karena hama mulai menyukai tempat yang baru. Tanaman yang diberi perlakuan insektisida botani tidak menjadi pilihannya karena aroma yang dikeluarkan oleh tanaman mimba dan tembakau. Hal ini menunjukan bahwa insektisida botani dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan cukup efektif mengendalikan serangan hama dengan tingkat kerusakan berkisar antara 4.44 – 7.45% dan tingkat kerusakan tersebut termasuk serangan ringan. Insektisida botani setelah penyimpanan pada suhu kamar masih dapat menghambat perkembangan serangga

karena masih mengeluarkan aroma khas tanaman tersebut sehingga tidak disukai oleh hama. Hal ini akan memudahkan petani karena mereka tidak perlu memiliki lemari es untuk penyimpanan ekstrak dan ekstrak tetap efektif saat digunakan. Ekstrak Dysoxylum acutangulum tetap efektif meskipun disimpan 1 minggu dan bahan tanaman dapat disimpan dalam ruangan yang kering dan tidak terlalu panas selama lebih dari 6 minggu (Aliyah et al., 2001).

Sedangkan pada kontrol tingkat kerusakan tanaman caisin pada umur 14 dan 30 HST masing-masing 10.19% dan 21.74% dengan skala kerusakan termasuk ringan (1-14%) dan cukup berat (15-29%). Tingkat kerusakan tanaman kubis pada umur 14 dan 30 HST masing-masing 25.22% dan 45.33% Tabel 2. Pengaruh penggunaan insektisida botani dan lama penyimpanan terhadap tingkat

kerusakan tanaman sayur pada umur 14 dan 30 HST.

Insektisida botani dan Lama Penyimpanan Tingkat Kerusakan (%) Pada Umur

14 HST 30 HST Caisin Mimba 24 jam 0.47 b 4.47 b Mimba 1 Minggu 0.49 b 5.53 b Mimba 2 minggu 0.56 b 5.53 b Tembakau 24 jam 0.47 b 4.44 b Tembakau 1 Minggu 0.57 b 4.56 b Tembakau 2 minggu 0.53 b 4.4.7 b Kontrol 10.19 a 21.74 a Kubis Mimba 24 jam 0.30 b 6.30 b Mimba 1 Minggu 0.27 b 7.45 b Mimba 2 minggu 0.26 b 7.25 b Tembakau 24 jam 0.28 b 6.28 b Tembakau 1 Minggu 0.26 b 6.45 b Tembakau 2 minggu 0.27 b 7.37 b Kontrol 25.22 a 45.33 a

Keterangan: Angka-angka yang diikutii oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan’s 5%.

(7)

dengan skala kerusakan termasuk cukup berat (15-29%) dan berat (30-50%).

Anggota Meliaceae yang paling banyak diteliti adalah mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan bahan aktif utama azadirachtin (limonoid). Ekstrak biji tanaman mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Senyawa aktif dari tanaman ini memiliki aktivitas insektisida, antifeedant dan penghambat perkembangan serangga serta berpengaruh terhadap reproduksi berbagai serangga (Schmutterer H, dan Rembold H., 1995). Tembakau (Nicotiana tabacum) senyawa yang ditemukan adalah Nikotin. Daun tembakau kering mengandung 2-8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf bereaksi sangat cepat. Nikotin bertindak sebagai racun kontak untuk hama seperti; ulat perusak daun, aphids, thrips, dan kutu daun serta sebagai pengendali jamur (fungisida).

Jenis Hama Dominan

Jenis hama dominan yang ditemui di pertanaman sayuran petani SP II dan V desa Mapuru Jaya Timika ada 5 jenis hama dominan yaitu Spodoptera litura, Plutela xylostela, Crocidolomia binotalis, Agrotis ipsilon dan Prodenia litura.

Jenis Musuh Alami

Penggunaan insketisida botani mendorong datangnya serangga-serangga

musuh alami. Yang tergolong musuh alami adalah predator, parasitoid dan patogen hama. Jenis musuh alami yang ditemui selama pengkajian adalah parasitoid jenis Diadegma semiclausum, Hemiptarsenur varicornis Gerault dan Predator jenis Menochilus sexmaculatus dan Harmonis sedesimnotata. Dengan adanya musuh alami ini pengendalian hayati dapat diterapkan bersamaan dengan penggunaan insektisida botani karena tingkat serangan hama dan penyakit dapat ditekan oleh serangga-serangga parasitoid dan predator.

KESIMPULAN

1. Insektisida botani dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan cukup efektif mengendalikan serangan hama dengan tingkat kerusakan berkisar antara 4.44 – 7.45% dan tingkat kerusakan tersebut termasuk serangan ringan. 2. Hasil produksi tanaman caisin tertinggi

pada perlakuan ekstrak mimba dengan penyimpanan 1 minggu (15.37 t/ha), demikian pula pada tanaman kubis produksi tertinggi pada perlakuan ekstrak tembakau dengan penyimpanan 1 minggu (19.75 t/ha).

3. Jenis hama dominan yang ditemui selama pengkajian yaitu Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Prodenia

(8)

litura, Agrotis spp, Plutela xylostela dan Crocidolomia binotalis.

4. Jenis musuh alami yang ditemui selama pengkajian adalah parasitoid jenis Diadegma semiclausum, Hemiptarsenur varicornis Gerault dan Predator jenis Menochilus sexmaculatus dan Harmonis sedesimnotata.

DAFTAR PUSTAKA

Aliyah L., D. Prijono dan Widodo. 2001. Aspek Teknis dalam Penyiapan Insektisida Botani dari Tanaman Dysoxylum acutangulum MIQ. untuk Penggunaan di Tingkat Petani. Dalam Paimin Sukartana, Abas Wikardi, Kaomini dan Soesilawati (Editor). Prosiding Seminar Nasional III. Pengelolaan Serangga yang Bijaksana Menuju Optimasi Produksi. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor.

Arnason, J.T., S. Mackinnon, A. Durst, B.J.R. Philogene, C. Hasbun, P. Sanchez, L. Poveda, L. San Roman, M.B. Isman, C. Satasook, G.H.N. Towers, P. Wiriyachitra, dan J.L. McLaughlin. 1993. Insecticides in Tropical Plants with Non-neurotoxic Modes of Action. p. 107-151. In K.R. Downum, J.T. Romeo, H.A.P. Stafford (eds.), Phytochemical Potential of Tropical Plants. New York: Plenum Press.

Departemen Pertanian. 2000. Teknologi Produksi Kubis Bebas Residu

(Bahan Kimia). Diakses dari http:// www.deptan.go.id/kubis-3.htm Direktorat Bina Perlindungan Tanam,

1999. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta.

Distan Mimika. 2006. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Mimika.

Grainge, M and Ahmed, S. 1988. Hand Book of Plants With Pest Control Properties. John Willey and Sons. NY. Chichester. Singapore.

Lestari, M.S. dan Arifuddin Kasim., 2007 Kajian Pemanfaatan Potensi Lokal sebagai Pestisida pada Tanaman sayuran. Laporan Akhir Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (tidak diterbitkan).

Prakash A. dan J. Rao, 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. Lewis Publisher of CRC Press, Inc. Boca Raton.

Prijono D., 1999. Prinsip-prinsip Uji Hayati. Dalam B.W. Nugroho, Dadang dan D. Prijono (eds). Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Nabati. Pusat Kajian PHT IPB, Bogor.

Schmutterer H, dan Rembold H., 1995. Reproduction. Dalam Schmutterer H, (editor). The Neem Tree Azadirachta indica A. Juss. and Other Meliaceous Plants: Sources of Unique Natural Products for Integrated Pest Management. Medicune, Industry and Other Purposes. Weinhein: VCH. Hal 195-204.

(9)

Setiawati dan Sastrosiswojo, 1995. Penerapan Komponen Teknologi PHT Pada Di Dataran Tinggi Dan Dataran Medium. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran, Lembang 24 Oktober 1994. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Litbang Pertanian.

Sunarto DA, Nurindah dan S. Karindah., 2006. Toksisitas Ekstrak Biji

Mimba Terhadap Parasitoid Telur Trichogramma chilonis

Ishii (HYMENOPTERA;

TRICHOGRAMATIDAE). p 99-103.http://www.balittas.litbang. deptan.go.id. Diakses tanggal 4 November 2010.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Jogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil korelasi antara data ekperimen dan perhitungan yang baik menunjukkan bahwa model kesetimbangan NRTL dapat digunakan untuk memprediksi kesetimbangan cair-cair

Production in Malaysia, the world's second largest producer after Indonesia, rose 12.9 percent in October from a month earlier to hit the 2 million tonne mark, while end-stocks

Program keluarga dampingan menjadi kegiatan individu yang harus dilakukan oleh peserta KKN PPM dengan cara mendampingi serta turut membantu keluarga pra sejahtera dalam

Dalam skripsi ini membahas mengenai sifat-sifat komplemen graf fuzzy yaitu dua graf fuzzy isomorfik jika dan hanya jika komplemennya isomorfik dan jika ada

Ulama lain mendefinisikan al-jarh wa al Ta'dil dengan: " Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukan keadaan mereka, baik yang dapat

berikut: (a)Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa, (b)Agar eksperimen

4. Memiliki wawasan serta pemahaman tentang teknik analisis korelasional 5. Memiliki wawasan serta pemahaman tentang teknik analisis komparasi.. Matriks Pembelajaran Ming gu 1 2

Dapat disimpulkan dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal yang terjadi dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukan penerapan model pembelajaran picture