PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI
DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP
INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI
EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI
PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA)
TESIS
Oleh
DARMAWAN SRIYANTO
087017008/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SE K
O L A H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI
DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP
INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI
EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI
PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DARMAWAN SRIYANTO
087017008/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA)
Nama Mahasiswa : Darmawan Sriyanto
Nomor Pokok : 087017008
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal 1 September 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN
KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI PEMERIKSA
(STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA)”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 1 September 2010
Yang membuat pernyataan
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI
PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan uji F dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan secara parsial gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.
INFLUENCE OF PERSONAL PROBLEMS, EXTERNAL, ORGANIZATIONAL AND PROFESSIONAL SKILLS TOWARDS INDEPENDENCE EXAMINER
(EMPIRIS STUDY AT THE STATE AUDIT REPRESENTATION OF NORTH SUMATRA PROVINCE)
ABSTRACT
This study aims to test to analyze and provide empirical evidence about the influence of personal problems, external, organizational and professional skills towards independence examiner at the State Audit Representation of North Sumatra province either simultaneously or partial.
Types of research used in this study is associative. Testing the hypothesis was tesled by using 5% signfficant level. The population is all of BPK auditors Representative of North Sumatra province which amounts to 80 (eighty) people. The sampling methad using the census so that the entire population was used as a sample. Testing wcs conducted by F test and t test.
The results showed that the simultaneous disruptian of personol, external, organizational and professional skills significantly influence the independence of the examiner and the partial disruption of personal, external, organizational and professional skills of each significantly influence the indepenelence of the inspectors, but who have the greatest influence on the independence of the examiner is organizational disruption.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern, Organisasi dan Kecakapan Profesional terhadap Independensi Pemeriksa (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara)”.
Penelitian ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi prasyarat untuk meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tesis ini dapat terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Pembimbing Tesis yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
8. Istriku terkasih yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, kesabaran dan selalu membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Buah hatiku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
11. Bapak/Ibu mertua tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
12. Keluarga yang kucintai yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila tesis ini masih banyak kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Medan, 01 September 2010 Penulis/Peneliti
RIWAYAT HIDUP
Nama : Darmawan Sriyanto
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta/06 Mei 1972
Alamat : Jl. Kedondong Gg. Jati Mariendal Deli Serdang
Agama : Islam
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR.... ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 7
1.5. Originalitas Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1. Landasan Teori... 10
2.1.1. Independensi Pemeriksa... 10
2.1.2. Gangguan Pribadi... 12
2.1.3. Gangguan Ekstern... 15
2.1.4. Gangguan Organisasi... 17
2.1.5. Kecakapan Profesional... 18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 24
3.1. Kerangka Konsep... 24
3.2. Hipotesis Penelitian... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... ... 28
4.1. Desain Penelitian... 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28
4.3. Populasi dan Sampel... 28
4.4. Teknik Pengumpulan Data... ... 29
4.5. Instrumen Penelitian... 30
4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30
4.7. Model dan Teknik Analisis Data... 34
4.7.1. Model Analisis Data... 34
4.7.2. Teknik Analisis Data... 34
4.7.2.1. Uji kualitas data... 35
4.7.2.2. Uji asumsi klasik... 36
4.7.2.3. Statistik deskriptif... 39
4.7.2.4. Uji hipotesis... 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42
5.1. Deskripsi Data... 42
5.1.1. Deskripsi Lokasi... 42
5.1.2. Karakteristik Responden... 42
5.2. Analisis Data... 43
5.2.1. Uji Kualitas Data... 43
5.2.1.1. Validitas... 43
5.2.1.2. Reliabilitas... 47
5.2.2. Uji Asumsi Klasik... 47
5.2.2.2. Uji multikolinearitas... 49
5.2.2.3. Uji heteroskedastisitas... 50
5.3. Hasil Analisis Data... 52
5.3.1. Statistik Deskriptif... 52
5.3.2. Pengujian Hipotesis... 58
5.3.2.1. Pengujian hipotesis dengan uji F... 58
5.3.2.2. Pengujian hipotesis dengan uji t... 59
5.3.3. Hasil Persamaan Regresi... 61
5.3.4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)... ... 62
5.3.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 71
6.1. Kesimpulan... .. 71
6.2. Keterbatasan Penelitian... 72
6.3. Saran... 73
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu ... 22
4.1. Definisi Operasional Variabel ... 32
5.1. Pengumpulan Data ... 42
5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... ... 43
5.4. Uji Validitas Variabel Penelitian ... 44
5.5. Uji Reliabilitas Variabel ... 47
5.6. Uji Multikolinearitas ... 52
5.7. Statistik Deskriptif ... 50
5.8. Hasil Uji F ... 59
5.9. Nilai t Hitung ... 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuisioner Penelitian... 77
2 Tabulasi Data ... 82
3. Hasil Uji Validitas Variabel Gangguan Pribadi dan Gangguan Ekstern... 87
4. Hasil Uji Validitas Variabel Gangguan Organisasi, Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa………. 88
5. Hasil Uji Reliabilitas………... 89
6. Uji Normalitas... 90
7. Hasil Uji Multikolinearitas... 91
8. Grafik Uji Heterokedastisitas... 92
9. Statistik Deskriptif Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi.... 93
10. Statistik Deskriptif Kecakapan Profesional dan Independensi Pemeriksa... 94
11. Hasil Uji F... 95
PENGARUH GANGGUAN PRIBADI, EKSTERN, ORGANISASI DAN KECAKAPAN PROFESIONAL TERHADAP INDEPENDENSI
PEMERIKSA (STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI
SUMATERA UTARA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan uji F dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan secara parsial gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional masing-masing berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.
INFLUENCE OF PERSONAL PROBLEMS, EXTERNAL, ORGANIZATIONAL AND PROFESSIONAL SKILLS TOWARDS INDEPENDENCE EXAMINER
(EMPIRIS STUDY AT THE STATE AUDIT REPRESENTATION OF NORTH SUMATRA PROVINCE)
ABSTRACT
This study aims to test to analyze and provide empirical evidence about the influence of personal problems, external, organizational and professional skills towards independence examiner at the State Audit Representation of North Sumatra province either simultaneously or partial.
Types of research used in this study is associative. Testing the hypothesis was tesled by using 5% signfficant level. The population is all of BPK auditors Representative of North Sumatra province which amounts to 80 (eighty) people. The sampling methad using the census so that the entire population was used as a sample. Testing wcs conducted by F test and t test.
The results showed that the simultaneous disruptian of personol, external, organizational and professional skills significantly influence the independence of the examiner and the partial disruption of personal, external, organizational and professional skills of each significantly influence the indepenelence of the inspectors, but who have the greatest influence on the independence of the examiner is organizational disruption.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tema tentang independensi dalam pelaksanaan tugas sebagai Pemeriksa Internal Pemerintah memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Independensi merupakan konsep yang fundamental, esensial dan merupakan karakter yang sangat penting bagi Pemeriksa Internal Pemerintah dalam melaksanakan tugas pemeriksaan/“audit”, sehingga Pemeriksa Internal Pemerintah harus bersikap independen untuk memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya.
Bagi organisasi pemeriksa dan para pemeriksa internal pemerintah bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya, sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Harahap (1991) menyebutkan bahwa Auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup: Bebas secara nyata (Independen Infact) yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya, dan bebas secara penampilan (independen in appearance) yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut. Sehingga, apabila satu atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena sesuatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan.
Gangguan ekstern pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi dari campur tangan atau pengaruh pihak ekstern: yang membatasi pemeriksaan, terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan, terhadap penugasan, terhadap pembatasan sumber daya yang disediakan organisasi pemeriksa, terhadap ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, dan terhadap pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, serta adanya wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
27%. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
Suryaningtias (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik menyatakan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh hubungan keluarga berupa suami atau istri, saudara sedarah atau semenda antara akuntan publik dan klien, hubungan usaha dan keuangan dengan klien serta keuntungan atau kerugian yang terkait dengan usaha klien dan keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai. Selanjutnya Siregar (2009) yang meneliti pengaruh gangguan pribadi, intern dan ekstern terhadap independensi pemeriksa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.
Fenomena independensi auditor BPK RI yang terjadi di Indonesia saat ini adalah terkait dengan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Dikategorikannya Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia tentunya akan menuntut independensi auditor-auditor yang ada di BPK RI. Misalnya salah satu kasus yang menyita perhatian publik Indonesia adalah kasus anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga melakukan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor BPK RI. Berkaitan dengan Kasus KPU, Ketua BPK RI pada akhirnya mengganjar pemeriksa/
tindakan tidak etis, sehingga dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK RI sangat pantas diragukan.
Pada pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) telah dianggap independen, dengan memberi opini tidak memberikan pendapat (disclaimer) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) selama 5 tahun berturut-turut sejak 2004. Berdasar laporan BPK RI tersebut terdapat 9 (sembilan) kelompok persoalan yang ditemukan BPK RI, berkaitan dengan pemberian opini disclaimer pada LKPP, di antaranya belum adanya sikronisasi UU Keuangan Negara 2003-2004 dengan UU Perpajakan dan UU PNBP, masih adanya berbagai jenis pungutan yang tidak memiliki dasar hukum dan dikelola di luar mekanisme APBN, belum adanya keterpaduan antara Sistem Akuntansi Umum di Departemen Keuangan dengan Sistem Akuntansi Instansi di departemen lain sehingga ada selisih, dan rekening liar belum terintegrasi dan terekonsiliasi dalam suatu treasury single account. Selain itu, BPK RI juga menemukan kelemahan dalam tiga bidang yakni kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas penyajian LKPP, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan pemerintah belum menindaklanjuti hasil-hasil peneriksaan BPK RI tahun 2004-2007.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional berpengaruh terhadap independensi pemeriksa baik secara simultan maupun parsial?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa di BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti khususnya tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa.
2. Bagi auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan digunakan sebagai bahan informasi dan masukan serta pertimbangan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
4. Bagi instansi terkait, sebagai bahan informasi dan masukan serta pertimbangan, khususnya bagi BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara maupun bagi Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota lainnya serta instansi terkait lainnya mengenai pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. 5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan masukan untuk
membantu memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dan pengembangan mengenai gangguan-gangguan dan kecakapan profesional yang mempengaruhi independensi pemeriksa.
1.5. Originalitas Penelitian
Disadari bahwa penelitian mengenai pengaruh gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa sudah banyak dilakukan, namun dengan semakin banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia terkait dengan independensi auditor, maka peneliti masih tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009).
1. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak menggunakan variabel kecakapan profesional, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel independen tambahan yaitu kecakapan profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Independensi Pemeriksa
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam Lampiran II menyebutkan: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Sebagaimana disebutkan dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 “Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”.
diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Seperti yang diungkapkan Supriyono (1988: 34) salah satu faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Oleh sebab itu pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, sehingga menurut William dan Walter (2002) publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.
tugas auditnya, dan dalam melaporkan temuannya secara tidak memihak, maka auditor yang dimaksud harus menolak tugas audit yang diberikan kepadanya.
2.1.2. Gangguan Pribadi
Organisasi pemeriksa harus memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu menentukan apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi. Organisasi pemeriksa perlu memperhatikan gangguan pribadi terhadap independensi petugas pemeriksanya. Supratiknya, A. (1995) menyebutkan bahwa
“gangguan-gangguan dalam kategori ini bersumber dari perkembangan kepribadian yang tidak masak dan menyimpang. Karena mengalami proses perkembangan yang tidak semestinya, individu-individu tertentu memiliki cara pandang, cara pikir dan berhubungan dengan dunia sekelilingnya secara maladaftif, akibatnya mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya”. Perilaku maladaftif menurut Tristiadi (2007)
“...meliputi setiap perilaku yang mempunyai dampak meragukan bagi individu dan atau masyarakat”.
a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek
pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah. g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.
program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.
i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diperiksa.
k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa.
l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Dalam hal gangguan pribadi tersebut hanya melibatkan seorang pemeriksa dalam suatu pemeriksaan, organisasi pemeriksa dapat menghilangkan gangguan tersebut dengan meminta pemeriksa menghilangkan gangguan tersebut. Misalnya, pemeriksa dapat diminta melepas keterkaitan dengan entitas yang diperiksa yang dapat mengakibatkan gangguan pribadi, atau organisasi pemeriksa dapat tidak mengikutsertakan pemeriksa tersebut dari penugasan pemeriksaan yang terkait dengan entitas tersebut.
mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan independensi yang diatur dalam standar pemeriksaan. Untuk itu organisasi pemeriksa antara lain harus:
a. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh kegiatan non pemeriksaan terhadap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan pengamanan untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil pemeriksaan.
b. Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada semua pemeriksanya dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya.
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.
d. Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa.
e. Menekankan pentingnya independensi. 2.1.3. Gangguan Ekstern
menyebutkan, independensi dan objektivitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat:
a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya.
b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan. d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi
pemeriksa.
e. Pembatasan terhadap sumberdaya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan.
f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi. h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain
sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksaan.
independensi ini dapat juga dilihat sebagai attitude mental atau pernyataan pikiran (state of mind), yaitu tidak memperbolehkan akuntan publik menjadi bagian dari pengaruh atau tekanan dari konflik kepentingan atau menjadi subordinasi orang lain. 2.1.4. Gangguan Organisasi
Independensi organisasi pemeriksa menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum, dapat dipengaruhi oleh gangguan organisasi yaitu kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya.
Menurut Amirsyah (2007) agar tercipta independensi secara organisasi, maka organisasi/lembaga audit wajib:
a. Melaksanakan akuntabiltas serta melaporkan hasil audit mereka kepada pejabat tertinggi dalam lembaga atau entitas pemerintah yang bersangkutan.
b. Ditempatkan di luar fungsi manajemen garis dan staf entitas yang diaudit tersebut. c. Menyampaikan hasil audit secara teratur kepada instansi atau lembaga
pemerintah yang berwenang dan BPK RI.
d. Dijauhkan dari tekanan politik, agar mereka dapat melaksanakan audit secara obyektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.
Apabila kondisi sebagaimana disebutkan di atas dapat dipenuhi, dan tidak ada gangguan organisasi terhadap independensi, staf audit secara organisasi harus dipandang independen untuk melakukan audit intern, dan bebas untuk melaporkan secara obyektif kepada pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit.
2.1.5. Kecakapan Profesional
Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik (Mulyadi, 2002). Kehati-hatian profesional adalah auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
menunjukkan semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.
Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhada kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel “intervening” efek pengetahuan menganai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990)
Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang pengalaman.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap kesuksesan pelaksanaan audit. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.
The Contemporary Dictionary (1989) mendefinisikan keahlian (expertise)
pendapatnya berdasarkan investigasi yang dilakukan dalam memberikan opininya tersebut auditor tidak terhindarkan untuk membuat pendapat yang subyektif. Agar pendapat auditor benar, maka proses investigasi yang dilakukan harus sesuai prosedur, dan inputnya (berupa data dan pengetahuan) juga harus memadai (Hogart, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan bergantung pada prosedur audit yang dilaksanakan dan keahlian auditor.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:
1. Kompetensi pengetahuan,yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.
memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Supriyono (1988) melakukan penelitian mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42%. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui 27%. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.
penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh signifikan terhadap independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.
Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
/Tahun
Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Supriyono
keuangan dan hubungan usaha dengan klien. - Persaingan antar kantor
akuntan.
Menunjukkan 75% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42% responden, sedangkan 34% responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui oleh 27% sedangkan 8% responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit saudara sedarah semenda dengan klien.
- Besarnya fee audit. - Ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien. - Pemberian fasilitas dan
bingkisan oleh klien. - Keterlibatan dalam usaha
jasa audit.
Gangguan pribadi, ekstern dan organisasi berpengaruh
signifikan terhadap
independensi pemeriksa dan yang memiliki pengaruh terbesar terhadap independensi pemeriksa adalah gangguan organisasi.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Hubungan antara gangguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional terhadap independensi pemeriksa dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Lubis dan Syahputra (2008) kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas dan bernas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya.
Gangguan Pribadi (X1)
Gangguan Ekstern (X2)
Gangguan Organisasi (X3)
Kecakapan Profesional (X4)
Gangguan pribadi adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan bahwa gangguan pribadi seperti adanya hubungan keluarga atau pertalian darah, memiliki kepentingan keuangan, pernah bekerja dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir, mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa, terlibat dalam kegiatan obyek pemeriksaan, mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pemeriksaan dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.
pembatasan terhadap sumberdaya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.
Gangguan organisasi dalam penelitian ini adalah gangguan terhadap independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain. Pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyatakan bahwa gangguan organanisasi seperti kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan dapat mempengaruhi independensi pemeriksa.
3.2. Hipotesis Penelitian
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal atau sebab akibat. Menurut Sugiyono (2004: 37) Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/ fenomena. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah ganguan pribadi, ekstern, organisasi dan kecakapan profesional yang merupakan variabel independen serta independensi pemeriksa/“auditor” sebagai variabel dependen.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 22 Medan. Sedangkan jangka waktu penelitian dari bulan November 2009 sampai dengan bulan Maret 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
sedikit, maka seluruh populasi akan diberi kuesioner. jumlah yang kembali akan dijadikan sampel penelitian bila telah lebih dari sampel minimum yaitu 30 (tiga puluh).
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang diadopsi dari beberapa peneliti sebelumnya. Kuesioner ini menggunakan
skor 5 poin yang terdiri dari: skor 1 : sangat tidak setuju skor 2 : tidak setuju skor 3 : netral skor 4 : setuju
skor 5 : sangat setuju
Kuesioner gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan independensi pemeriksa diadopsi Siregar (2009). Kuesioner kecakapan profesional diadopsi dari Rizal (2008).
4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu gangguan pribadi (X1), gangguan ekstern (X2), gangguan organisasi (X3), kecakapan profesional
(X4), dan satu variabel dependen yaitu independensi pemeriksa (Y).
Gangguan ekstern (X2) dalam penelitian ini adalah gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa yang dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
Gangguan organisasi (X3) dalam penelitian ini adalah gangguan terhadap independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
Kecakapan Profesional (X4) adalah auditor yang telah mengikuti training akuntansi, training audit, dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel hubungan keluarga antara pemeriksa dengan yang diperiksa.
- Tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan.
- Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan lebih baik, jika mengetahui sistem informasi keuangan dan administrasi entitas.
- Adanya hubungan keluarga atau pertalian darah.
- Memiliki kepentingan keuangan.
- Pernah bekerja dalam kurun 2 tahun terakhir.
- Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. - terlibat dalam kegiatan obyek
pemeriksaan.
- Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.
- Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas. - adanya tanggung jawab untuk mengatur
entitas.
(X2) pemeriksa yang prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
- Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.
- Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.
- Terdapat pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa.
- Terdapat wewenang pihak ekstern untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
- Adanya ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan.
- Terdapatnya pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai.
- Dipengaruhi kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan.
- Dipengaruhi oleh pemeriksaan yang
- Pelatihan akuntansi - Pelatihan audit - Pengalaman audit
Interval
4.7. Model dan Teknik Analisis Data
4.7.1. Model Analisa Data
Model analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Sugiyanto (2004) menyebutkan “analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen”. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = á + â1X1 + â2X2 + â4X4 + â4X4 + e
Keterangan: Y : Independensi Pemeriksa. X1 : Gangguan Pribadi. X2 : Gangguan Ekstern. X3 : Gangguan Organisasi. X4 : Kecakapan Profesional. : Konstanta.
: Koefisien Regresi. e : Residual.
4.7.2. Teknik Analisis Data
statistik yang terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif, dan pengujian hipotesis.
4.7.2.1. Uji kualitas data
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas data yaitu reliabilitas dan validitas. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data digunakan antara lain: 1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Umar (2008) menyatakan
berkorelasi terhadap skor total (dinyatakan valid), dan jika r hitung < r tabel maka instrumen pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)”.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabiltas dilakukan setelah pengujian validitas instrumen penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Umar (2008) mengatakan “pengujian reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama”. Dalam melakukan uji reliabilitas digunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS, menurut Priyatno (2008) menyebutkan “metode alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala”. Santosa (2005) mengatakan suatu kuesioner dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6”.
4.7.2.2. Uji asumsi klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data (Santosa, 2005). Tujuan digunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Seperti yang diungkapkan Umar (2008) “uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis non parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan”. Untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan kurva normal p_plot. Penelitian ini akan melakukan uji normalitas data dengan menggunakan kurva normal p_plot di mana data dikatakan normal bila gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.
2. Uji Multikolinearitas
Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Menurut Nugroho (2005) “Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas
Nugroho (2005) mengemukakan bahwa “heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Residual nilai tersebut”. Tujuan digunakan uji heteroskedastisitas
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Pada penelitian ini dilakukan uji heteroskedastisitas dengan melihat pola grafik regresi. Menurut Priyatno (2008)
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola”.
4.7.2.3. Statistik deskriptif
Priyatno (2008) mengemukakan “statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dan lain-lain”. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama dan data demografi responden (Ikhsan dan Ghazali, 2006).
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis deskriptif dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.
4.7.2.4. Uji hipotesis
1. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Nugroho (2005) “koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen”. Dengan bantuan olahan program SPSS koefisien determinasi (R2) terletak pada tabel model Summary dan tertulis R Square. Namun menurut Nugroho (2005) menyebutkan untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1 (0 < R
2
< 1). Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
2. Uji F
Priyatno (2008) menyebutkan uji simultan dengan uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
H1 : Gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan kecakapan profesional secara simultan berpengaruh terhadap independensi pemeriksa. b. Menggunakan nilai kritis atau tingkat signifikansi untuk uji statistik F yaitu alpha
c. Apabila p-value (pada kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (sebesar 5%), atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel maka hipotesis dapat diterima.
3. Uji t.
Priyatno (2008) menyebutkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
H1 : Gangguan pribadi, gangguan ekstern, gangguan organisasi dan kecakapan profesional secara parsial berpengaruh terhadap independensi pemeriksa. b. Menggunakan nilai kritis atau tingkat signifikansi untuk uji statistik t yaitu alpha
5% atau 0,05.
c. Apabila p-value (pada kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (sebesar 5%), atau t hitung (pada kolom t) lebih besar dari t tabel maka hipotesis dapat diterima.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data
5.1.1. Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah Kantor BPK RI Perwakilan Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 22 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara yang berjumlah 80 (delapan puluh) orang. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner pada 80 orang staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Namun, dari 80 eksemplar yang dibagikan yang kembali berjumlah 38 eksemplar. Adapun 32 eksemplar lagi yang tidak kembali karena alasan melaksanakan Ibadah Umroh, DiklatPim III dan sakit/opname di rumah sakit. Seluruh kuesioner yang kembali, dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 5.1. Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang dikirim berjumlah 80 eksemplar Kuesioner yang tidak kembali
Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian
80 32 38 38
5.1.2. Karakteristik Responden
adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (79,5%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (18,4%).
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Pria 31 81,6
Wanita 7 18,4
Total 38 100,0
Hasil penelitian berdasarkan masa kerja (Tabel 5.3) menunjukkan bahwa staf BPK RI Perwakilan Sumatera Utara mempunyai masa kerja paling banyak 11-20 tahun sebanyak 55,3%, lalu 230 tahun sebanyak 31,5% dan yang paling sedikit 1-10 tahun sebanyak 13,2%.
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persen
1-10 tahun 5 13,2
11-20 tahun 21 55,3
21-30 tahun 12 31,5
Total 38 100,0
5.2. Analisa Data
5.2.1. Uji Kualitas Data
5.2.1.1. Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Angka kritik pada penelitian ini adalah N-2=38-2=36 dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validitas pada penelitian adalah 0,320. Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai corrected item-total correlation bernilai positif dan di atas nilai r tabel 0,320 yang artinya semua butir
pertanyaan dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas variabel independensi pemeriksa (Y), gangguan pribadi (X1), gangguan ekstern (X2) dan gangguan organisasi (X3) adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4. Uji Validitas Variabel Penelitian
Instrumen
Variabel Butir Instrumen r hitung r tabel Ket
Independensi Pemeriksa
(Y)
a. Pemeriksa tidak memiliki hubungan kerjasama dan hubungan keluarga dengan entitas atau program yang diperiksa.
b. Dalam melakukan pemeriksaan, tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.
c. Jika pemeriksa mengetahui sistem informasi keuangan dan administrasi entitas, maka pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan lebih baik.
d. Jika pemeriksa melaksanakan pemeriksaan lebih dari 3 tahun, maka tidak semua kesalahan entitas pemeriksa laporkan.
e. Organisasi pemeriksa harus bebas dari hambatan independensi.
f. Tidak ada campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.
Pribadi (X1)
bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah.
g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa.
h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa.
i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
suatu entitas atau program yang diperiksa. k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang
pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa.
l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya. b. Terdapat campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan.
c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan.
d. Adanya campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa.
e. Terdapatnya pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam melaksanakan pemeriksaan. f. Terdapat wewenang pihak ekstern untuk
menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan.
g. Adanya ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi atau kriteria lainnya.
h. Terdapatnya pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksaan.
a. Kedudukan pemeriksa dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat pemeriksa tersebut ditugaskan menjadikan Pemeriksa tidak independen dalam melakukan pemeriksaan.
Kecakapan Profesional
(X4)
a. Apakah sudah pernah mengikuti training akuntansi.
b. Apakah sudah pernah mengikuti training mengenai audit (pemeriksaan).
c. Pengalaman dalam melakukan pemeriksaan sebelumnya
Untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah reliabel, maka dilakukanlah pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer program SPSS. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Santosa 2005).
Tabel 5.5. Uji Reliabilitas Variabel
5.2.2. Uji Asumsi K
elakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu d ujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhin si berganda dan untuk menginterpretasikan data s. Pengujian asumsi klasik ini meliputi:
rmalitas data
005) menyebutkan uji normalitas bertujuan lam variabel yang akan digunakan dalam h variabel dependen, independen atau kedu i normal atau tidak dapat dilihat dengan m rva normal p_plot. Gambar grafik/kurva his
t dilihat pada Gambar 5.1:
Gambar 5.1. Grafik Uji Normalitas
Gambar 5.1. Uji Normalitas Data
Hasil olahan pada Gambar 5.1 dapat dijelaskan sebagai berikut: normalitas data bila dilihat dengan cara kurva histogram dapat ditentukan berdasarkan bentuk gambar kurva, yaitu, data dikatakan normal bila bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva berbentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna. Sedangkan normalitas data bila dilihat dengan kurva normal p_plot, data dikatakan normal bila gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal, sehingga dapat dikatakan data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
5.2.2.2. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel responden antara yang satu dengan yang lainnya. Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Persamaan regresi berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinearitas antara variabel independen.
Sumber: Data Primer Olahan.
Dari hasil uji multikolinearitas dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) pada Tabel 5.6 di atas, dapat diketahui masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
5.2.2.3. Uji heteroskedastisitas
Hasil bantuan penyebaran titik-titik a. Titik-titik data me b. Titik-titik data tida c. Penyebaran
titik-kemudian menyem d. Penyebaran titik-titi
Maka dapat d asumsi klasik heterosk
Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas
uan program SPSS pada Gambar 5.2 di titik data sebagai berikut:
menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar an tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah sa -titik data tidak boleh membentuk pola berg empit dan melebar kembali.
titik data sebaiknya tidak berpola.
t disimpulkan bahwa model regresi linier berg oskedastisitas dan layak digunakan dalam penelit
i atas menunjukkan
r angka 0. saja.
ergelombang melebar
5.3. Hasil Analisis Data
5.3.1. Statistik Deskriptif
Gambaran hasil penelitian statistik deskriptif untuk masing-masing variabel pada penelitian ini secara umum pada Tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviasi Independensi Pemeriksa