PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapatkan gambaran dan
informasi pengendalian penyakit diare
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pendataan dan pelaporan pencegahan dan pengendalian penyakit diare
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor
Tentang Pengelolaan dan Pelaksanaan Program UKM UPT Puskesmas Dlingo II
4. Referensi Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan 5. Alat dan Bahan a. Ballpoint
b. Register harian P2 Diare c. Blangko Laporan P2 Diare 6.
Prosedur/Langkah-langkah
a. Petugasmencatat setiap penderita diare yang datang ke Puskesmas, Klinikswasta, BidanPraktekmandiridankaderkesehatan di buku register harian P2 diare.
b. Petugasmenerimalaporan P2 diaredariklinikswasta,
BidanPraktekmandiri, dankaderkesehatan paling lambattanggal 5 bulanberikutnya.
c. Petugasmembuat laporan berdasarkanrekapan penderitadiaredariPuskesmas, Kader, KlinikSwasta, BidanPraktekMandirisesuai blangko laporan P2 Diare.
d. Petugasmelaporkanlaporan bulanan P2 diareke Dinas Kesehatan Bantul paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
7. Ha-hal yang perlu diperhatikan
Pengumpulan data pasien diare paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya 8. Unit Terkait BP, Pustu, Posyandu, Klinik swasta, Bidan Praktek Mandiri, Kader
Kesehatan
9. Dokumen terkait a. Register harian P2 Diare b. Blangko Laporan P2 Diare 10. Rekaman Historis
Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
TATA LAKSANA DIARE SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/5 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah tata laksana diare
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 017/446/7 tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Dlingo II
4. Referensi a. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. c. Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare, 2011, Departemen
Kesehatan RI. 5. Alat dan Bahan a. Bolpoint
b. Blangko pemeriksaan diare c. Stetoskop d. Tensimeter e. Oralit f. Zink 6. Prosedur/Langkah -langkah
1. Petugas menentukan derajat dehidrasi berdasarkan tanda-tanda diare a. Tanyakan:
- Berapa lama anak sudah mengalami diare? - Berapa kali anak BAB dalam satu hari? - Apakah tinjanya ada darah?
- Apakah dia muntah?
- Apakah ada penyakit lainnya? b. Lihat
- Sadar atau tidak sadar?
- Lemas atau terlihat sangat mengantuk? - Apakah anak gelisah?
- Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas minum?
- Apakah matanya cekungatau tidak cekung? - Lakukan cubitan kulit perut (turgor)
Apakah kulitnya kembali segera, lamat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Tabel derajat dehidrasi Gejala/Tanda
(Bila terdapat dua tanda atau
lebih) Derajat Dehidrasi Diare tanpa dehidrasi Diare dehidrasi ringan/sedang Diare dehidrasi Berat
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai,
tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan minum
Normal, tidak ada rasa haus
Ingin minum terus, ada rasa haus
Malas minum
Turgor Kembali segera Kembali lambat
(< 2 detik)
Kembali sangat lambat (> 2 Detik)
2. Petugas menentukan rencana pengobatan diare a. Diare tanpa dehidrasi Rencana Terapi A
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang Rencana Terapi B c. Diare dengan dehidrasi berat Rencana Terapi C
3. Rencana Terapi A (Diare Tanpa Dehidrasi)
Menerangkan 5 Langkah Tuntaskan Diare di rumah yaitu: a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
- Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
- Beri oralit atau cairah rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, dll)
- Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml oralit setiap kali BAB - Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml oralit setiap kali BAB b. Beri obat Zinc
Beri Zink 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari - Umur > 6 bulan diberi 20 mg ( 1 tablet) per hari c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
- Beri makan sesuai umur anak
- Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan - Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air
kelapa hijau.
- Beri makan lebih sering dari biasanya
d. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misal; disentri, kolera e. Nasihati ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila: - Berak cair lebih sering
- Muntah berulang - Sangat haus
- Makan dan minum sangat sedikit - Demam, Berak berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
4. Rencana Terapi B (Diare dengan dehidrasi ringan/sedang)
- Untuk terapi diare dehidrasi ringan/sedang, jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama disarana kesehatan.
Oralit yang diberikan = 75 ml X BB anak Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel:
Umur sampai 4 bulan 4-12 bln 12-24 bln 2-5 th
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12kg 12-19 kg
Jumlah caian 200-400 400-700 700-900 900-1400
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini
Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang.
- Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak, kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkannya.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidasi ringan/sedang, ulangi rencana terapi B
Anak mulai diberi makanan, susu, dan sari buah
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C
- Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B maka: Tunjukkah jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3
jam di rumah
Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah
Jelaskan 5 langkah rencana terapi A untuk mengobati anak di rumah
5. Rencana Terapi C (Diare dengan dehidrasi berat) Dapatkah diberikan
cairan IV
Tidak
- Beri cairan IV segera
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian I 30 ml/kg BB
Kemudian 70 ml/kg BB Bayi < 1 th 1 jam 5 jam Anak ≥ 1 th 30 menit 2,5 jam
- Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba
- Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat
- Beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
- Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan terapi - Rujuk penderita untuk terapi intravena YA
Adakah Terapi terdekat (dalam 30 menit) Tidak Dapatkah minum Tidak Dapatkah dipasang pipa/selang NGT Tidak
Segera rujuk anak untuk rehidrai
Nasogastrik/Orogastrik atau IV
- Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara
memberikannya selama di perjalanan
- Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut
- Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
- Nilai setiap 1-2 jam
Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi intravena - Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih
rencana terapi yang sesuai
- Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogastrik/orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
- Nilai setiap 1-2 jam
Catatan:
- Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit - Bila umur diatas 2 tahun dan kolera
baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Derajat dehidrasi penderita diare
8. Unit Terkait BP, Pustu, Posyandu, Klinik swasta, Bidan Praktek Mandiri, kader 9. Dokumen Terkait Rekam medis
10. Rekaman Historis Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan YA
YA
CARA PEMBERIAN ORALIT PADA PASIEN DIARE
SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/2 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl) dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah cara pemberian oralit pada pasien diare
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 017/446/7 tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Dlingo II
4. Referensi a. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan
b. Buletin Jendela: Data dan Informasi Kesehatan Pengendalian Diare di Indonesia, 2011, Triwulan II, Kementerian Kesehatan RI
c. Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare, 2011, Departemen Kesehatan RI.
5. Alat dan Bahan a. Oralit b. Gelas c. Air matang d. Sendok 6.
Prosedur/Langkah-langkah
a. Cara membuat larutan Oralit
1) Cuci tangan dengan air dan sabun
2) Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200 ml)
3) Masukkan satu bungkus oralit ke dalam gelas yang berisi air matang
4) Aduk sampai larut
5) Berikan kepada penderita diare b. Cara memberikan larutan oralit
2) Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus
3) Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan sedikit demi sedikit
4) Anak kurang dari 1 tahun diberikan 50-100 cc cairan oralit setiap buang air besar.
5) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap buang air besar
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Sesuaikan pemberian oralit dengan berat badan penderita
8. Unit Terkait BP, Pustu, Posyandu, Klinik swasta, Bidan Praktek Mandiri, kader 9. Dokumen Terkait -
10. Rekaman Historis Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
CARA PEMBERIAN OBAT ZINC PADA PASIEN DIARE
SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh yang dapat menghambat enzim INOS (insucible Nitric Oxide Synthase), dimana eksresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemberian obat zinc pada pasien diare
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 017/446/7 tentang kebijakan pelayanan klinis UPT Puskesmas Dlingo II
4. Referensi a. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan
b. Buletin Jendela: Data dan Informasi Kesehatan Pengendalian Diare di Indonesia, 2011, Triwulan II, Kementerian Kesehatan RI
c. Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare, 2011, Departemen Kesehatan RI.
5. Alat dan Bahan a. Zinc b. Gelas c. Air matang d. Sendok 6.
Prosedur/Langkah-langkah
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat zinc selama 1 hari berturut-turut.
b. Dosis obat Zinc (1 tablet = 20 mg) - Umur < 6 bulan = ½ tablet/hari - Umur ≥ 6 bulan = 1 tablet/hari
c. Larutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI ((tablet mudah larut ± 30 detil), segera berikan kepada anak
d. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh e. Untuk anak yang lebih besar, obat Zinc dapat dikunyah
f. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum dan makan 7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
Zinc tidak perlu diberikan pada penderita diare dewasa
8. Unit Terkait BP, Pustu, Posyandu, Klinik swasta, Bidan Praktek Mandiri 9. Dokumen Terkait -
10. Rekaman Historis Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
SOSIALISASI PENATALAKSANAAN DIARE SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan sosialisasi penatalaksanaan
diare kepada klinik swasta, bidan praktek mandiri dan kader keehatan 2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah sosialisasi penatalaksanaan
diare
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor
Tentang Pengelolaan dan Pelaksanaan Program UKM UPT Puskesmas Dlingo II
4. Referensi Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 5. Alat dan Bahan a. Laptop
b. LCD
c. Alat Tulis Kantor d. Buku saku Lintas Diare 6.
Prosedur/Langkah-langkah
a. Programer P2 diare mengundang klinik swasta, bidan praktek mandiri dan kader kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Dlingo II.
b. Melakukan sosialisasi penatalaksanaan diare 1) Pembukaan
2) Sambutan kepala puskesmas
3) Penyampaian materi sosialisasi penatalaksanaan diare 4) Diskusi dan tanya jawab
5) Rencana tindak lanjut 6) Penutup
c. Melakukan evaluasi hasil kegiatan
d. Melakukan rencana tindak lanjut kegiatan 7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
Kelengkapan dokumentasi kegiatan
8. Unit Terkait BP, Pustu, Posyandu, Klinik swasta, Bidan Praktek Mandiri, Kader 9. Dokumen Terkait a. Laporan kegiatan
b. Notulen kegiatan 10. Rekaman Historis
Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
PENANGANAN KLB DIARE
SOP
No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS DLINGO II DitetapkanKepala Puskesmas Dlingo 2
dr. Sigit Hendro Sulistyo
NIP 198111262009031006 Pengertian Suatu keadaan timbulnya atau meningkatnya kejadian dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah
Tujuan 1. Memutus rantai penularan
2. Menegakkan diagnosa penderita yang dilaporkan 3. Mengidentifikasi etiologi diare
4. Memastikan terjadinya KLB diare
5. Mengetahui distribusi penderita menurut waktu, tempat dan orang 6. Mengidentifikasi sumbe dan cara penularan penyakit diare
7. Mengidentifikasi populasi rentan
Kebijakan Sebagai acuan puskesmas dalam penaganan KLB diare Standar Tenaga Dokter, Paramedis, Surveilance, Sanitarian, Analis
Prosedur 1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi termasuk faktor risiko yang ditemukan
2. Membuat kesimpulan berdasarkan:
a. Faktor tempat yang digambarkan dalam suatu peta (spotmap) atau label tentang:
- Kemungkinan risiko yang menjadi sumber penularan
- Keadaan lingkungan biologis (agen penderita), fisik dan sosial ekonomi
- Cuaca - Ekologi
- Adat kebiasaan
- Sumber air minum, dan sebagainya
b. Faktor waktu yang digambarkan dalam grafik histogram yang menggambarkan hubungan waktu (harian), masa tunas serta agen. Setelah dibuat grafiknya dapat diinterpretasikan:
- Kemungkinan penyebab KLB diare
- Kecenderungan perkembangan KLB diare - Lamanya KLB diare
c. Faktor orang yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, suku bangsa, adat istiadat, agama dan sosial ekonomi
3. Memutus rantai penularan meliputi:
a. Meningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang mencakup: air bersih, jamban, pembuangan sampah, dan air limbah
b. Promosi kesehatan yang mencakup: pemanfaatan jamban, air bersih dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.
4. Setelah KLB perlu pengamatan intensif selama 2 minggu berturut-turut (2 kali masa inkubasi terpanjang) untuk melihat kemungkinan timbulnya kasus baru
Unit Terkait Lintas program dan sektor
Referensi - Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan
- Buletin Jendela: Data dan Informasi Kesehatan Pengendalian Diare di Indonesia, 2011, Triwulan II, Kementerian Kesehatan RI
- Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare, 2011, Departemen Kesehatan RI.
PENGELOLAAN LOGISTIK P2 DIARE SOP No. Dokumen: No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II
dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 Pengertian Salah satu elemen yang sangat penting untuk mengelola kebutuhan logistik
dalam pengendalian penyakit diare
Tujuan Tersusunnya kebutuhan dan terlaksananya sistem pengadaan, penyimpanan, distribusi dan persediaan logistik Pengendalian Penyakit Diare
Kebijakan Sebagai acuan puskesmas dalam pencatatan logistik P2 Diare Standar Tenaga Dokter, Paramedis, Apoteker
Standar sarana dan prasarana
1. Ballpoint
2. Buku pencatatan Oralit dan Zinc (Kartu stok) 3. Blangkopermintaanobat
Prosedur 1. Tentukan target penderita diare yaitu:
Perkiraan Penderita Diare yang datang x angka kesakitan x jumlah penduduk = 10% x 423/1000 x jumlah penduduk
2. Menyiapkanobatoralitdan Zinc sesuaikebutuhan
3. Sediakan oralit dan Zinc dengan mengisi blangko permintaan obat 4. Catat pemasukan dan pengeluaran oralit dan Zinc pada kartu stok atau
buku pencatatan obat
5. Perhitungan kebutuhan oralit adalah Target penderita diare x 6 bungkus + cadangan - stok
6. Perhitungan kebutuhan Zinc adalah Jumlah penderita diare balita x 10 tablet
7. Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan
8. Stok adalah jumlah obat diakhir tahun
9. Jumlah penderita diare balita = Jumlah balita x episode (10% x jumlah penduduk x 2 kali), Angka 10 % adalah proporsi jumlah balita
Unit Terkait BP Umum, Pustu, Posyandu, Farmasi
Referensi - Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, 2012, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehaan Lingkungan
- Buku Saku Petugas Kesehatan; Lintas Diare, 2011, Departemen Kesehatan RI.