STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS
MEDIA PERKECAMBAHAN PADA BENIH JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.)
Oleh Rahmasyahraini
A34404064
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
RAHMASYAHRAINI. Studi Periode Pengujian Daya Berkecambah serta Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan pada Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan SRI HARTATI.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui first count dan final count pada periode pengujian daya berkecambah benih jarak pagar, serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap perkecambahan benih jarak pagar. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Darmaga, pada bulan Maret 2008 sampai dengan bulan Mei 2008.
Percobaan ini terdiri atas dua percobaan, yaitu : 1) penentuan first count dan final count pada periode pengujian daya berkecambah benih jarak pagar, dan 2) pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap perkecambahan benih jarak pagar. Rancangan perlakuan untuk kedua percobaan tersebut terdiri atas dua faktor, yaitu : 1) Faktor perlakuan benih (A) yang terdiri atas tiga taraf, yaitu : benih utuh (A1), benih dilepaskan kulitnya (A2) dan benih diretakkan kulitnya (A3); 2) Faktor jenis media perkecambahan (M) yang terdiri atas lima taraf, yaitu : pasir (M1), tanah (M2), arang sekam (M3), tanah + pasir 1:1 (M4) dan tanah + arang sekam 1:1 (M5). Rancangan lingkungan untuk percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan pengertian bahwa lot benih yang digunakan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama untuk memperoleh perlakuan. Rancangan lingkungan yang digunakan pada percobaan kedua adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dengan cahaya sebagai sumber keheterogenan. Kedua percobaan tersebut menggunakan dua macam benih, yaitu : benih jarak pagar improved population Pakuwon, Sukabumi (IP-1P) dan Asembagus, Jawa Timur (IP-1A). Populasi IP-1P mewakili daerah basah sedangkan populasi IP-1A mewakili daerah kering.
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa first count jatuh pada hari ke-8 dan final count jatuh pada hari ke-22 setelah pengecambahan. Hasil percobaan kedua pada populasi IP-1P menunjukkan bahwa perlakuan benih dan interaksi antara perlakuan benih dengan media perkecambahan tidak berpengaruh terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering
campuran tanah + pasir 1:1 (M4), dengan masing-masing nilai yaitu 82.22 % dan 17.51 %/etmal. Nilai rata-rata ini tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang diperoleh dari perlakuan media pasir, yaitu 73.77 % dan 15.66 %/etmal. Hasil percobaan ke-2 pada populasi IP-1A menunjukkan bahwa daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal terbaik diperoleh dari perlakuan benih utuh (A1) dengan nilai masing-masing yaitu 87.20 %, 10.71 %/etmal, dan 13.46 g. Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh terbaik juga diperoleh dari jenis media tanah (M2) dengan nilai masing-masing 88.44 % dan 11.62 %/etmal. Nilai rata-rata yang diperoleh dari perlakuan media tanah, tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang diperoleh dari perlakuan media pasir yaitu 82.22 % dan 9.89 %/etmal. Nilai rata-rata peubah bobot kering kecambah normal yang terbaik diperoleh dari perlakuan jenis media tanah + arang sekam 1:1 (M5) yaitu 16.05 g. Pengaruh interaksi terhadap peubah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan terhadap peubah bobot kering kecambah normal menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Nilai rata-rata terbaik bobot kering kecambah normal diperoleh dari kombinasi perlakuan benih utuh (A1) dan media tanah + arang sekam 1:1 (M5) yaitu 19.78 g.
Periode pengujian daya berkecambah yang direkomendasikan untuk benih jarak pagar yaitu hari ke-8 setelah pengecambahan (first count) dan hari ke-22 setelah pengecambahan (final count). Keadaan benih utuh dan dikecambahkan pada media pasir adalah perlakuan yang optimum untuk perkecambahan benih jarak pagar.
STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS
MEDIA PERKECAMBAHAN PADA BENIH JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Rahmasyahraini
A34404064
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : STUDI PERIODE PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH SERTA PENGARUH PERLAKUAN BENIH DAN JENIS MEDIA PERKECAMBAHAN PADA BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Nama : Rahmasyahraini NRP : A34404064 Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Abdul Qadir, MS Ir. Rr. Sri Hartati, MP NIP. 131 667 786 NIP. 080 098 422
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 29 Maret 1987. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Syahrial Nasution dan Ibu Syafnimar.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Muhammadiyah 55 Pagi Jakarta pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Muhammadiyah 36 Pagi Jakarta dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 37 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan kerja magang di Kelompok Peneliti Pengelolaan Sumberdaya Genetik (PSDG), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balai Besar Litbang Biogen) pada tahun 2006. Penulis juga berpartisipasi dalam kepanitian Gebyar Nusantara, Olimpiade Pertanian Indonesia, Festival Tanaman ke XXVII serta menjadi asisten praktikum mata kuliah Produksi dan Pengolahan Benih tahun ajaran 2007/2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA sehingga penelitian ini dapat diselesesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Studi Periode Pengujian Daya Berkecambah serta Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan pada Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Abdul Qadir, MS selaku dosen pembimbing I skripsi dan selaku dosen
pembimbing akademik
2. Ir. Rr. Sri Hartati, MP selaku dosen pembimbing II skripsi 3. Maryati Sari, Sp, MSi selaku dosen penguji
4. Mama dan bapak yang telah memberikan dukungan materi dan spiritual selama penulis melakukan studi. Abang-abang ku (Bang Ota dan Bang Ai) yang telah banyak memberikan nasehat, semangat dan contoh untuk adik mu ini
5. A’Irwan yang telah memberikan semangat selama penulis menyusun skripsi 6. Mami Fida, atas kesabarannya selama ini
7. Pifit, atas kekompakan dan bantuannya
8. The Q Family (Riyanti, Imenk, Papi, Mami, Abang, N-chuse, Nene, Yuni, Rika, Tulang) dan mba Ami. Terimakasih atas persahabatan yang begitu indah
9. Teman-teman seperjuangan di PMTTB 41, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan civitas akademika.
Bogor, Desember 2008 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4Botani, Morfologi, dan Ekologi Jarak Pagar... 4
Perkecambahan... 4
Periode Pengujian Daya Berkecambah ... 6
Media Perkecambahan ... 6
Perlakuan Benih ... 7
BAHAN DAN METODE ... 8
Waktu dan Tempat Penelitian ... 8
Bahan dan Alat ... 8
Rancangan Penelitian ... 8
Pelaksanaan Penelitian ...11
HASIL DAN PEMBAHASAN...15
Percobaan 1 ...15
Penentuan First Count dan Final Count ...15
Percobaan 2 ...17
Pengaruh Perlakuan Benih ...17
Pengaruh Jenis Media Perkecambahan ...20
Interaksi antara Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan ...22
KESIMPULAN DAN SARAN...29
Kesimpulan...29
Saran...29
DAFTAR PUSTAKA ...30
DAFTAR
TABEL
Nomor Halaman Teks
1. First Count dan Final Count pada Setiap Kombinasi Perlakuan pada Populasi IP-1P dan IP-1A ...16
2. Rekapitulasi Hasil Uji F pada Pengaruh Perlakuan Benih (A), Jenis
Media Perkecambahan (M), dan Interaksinya (AxM) terhadap Peubah Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, dan Bobot Kering Kecambah Normal pada Populasi IP-1P...1 3. Rekapitulasi Hasil Uji F pada Pengaruh Perlakuan Benih (A), Jenis
Media Perkecambahan (M), dan Interaksinya (AxM) terhadap Peubah Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, dan Bobot Kering Kecambah Normal pada Populasi IP-1A. ...18 4. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering
Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Perlakuan Benih Populasi IP-1P……. ...18 5. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering
Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Perlakuan Benih Populasi IP-1A...19 6. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering
Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P...20 7. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering
Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A ...21 8. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah (DB) pada Interaksi Perlakuan Benih
dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P...23 9. Nilai Rata-Rata Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Interaksi Perlakuan Benih
dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P...23 10. Nilai Rata-Rata Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Interaksi
Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P...24 11. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah (DB) pada Interaksi Perlakuan Benih
Halaman 12. Nilai Rata-Rata Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Interaksi Perlakuan Benih
dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A ...26 13. Nilai Rata-Rata Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Interaksi
Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A ...27
Lampiran
1. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P ... 33
2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P ... 33 3. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan
terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P... 33 4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan
terhadap Peubah Daya berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A ... 34 5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan
terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A... 34
6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A... 34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Perlakuan Benih : a) Benih Utuh (A1), b) Benih Dilepaskan Kulitnya
(A2), c) Benih Diretakkan Kulitnya (A3) ...9
2. Jenis Media Perkecambahan : a) Pasir (M1), b) Tanah (M2), c) Arang Sekam (M3), d) Tanah + Pasir (M4), e) Tanah + Arang Sekam (M5) ...10
3. Penentuan First Count ...1
4. Penentuan Final Count...1
5. Pengaruh Perlakuan A1M4 dan A3M1 terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1P pada 14 HST ...1
6. Pengaruh Berbagai Perlakuan Benih pada Media Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1P setelah 14 HST...1
7 . Pengaruh Perlakuan Benih Utuh dan Media Tanah terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST...1
8. Pengaruh Perlakuan Benih Utuh dan Media Tanah + Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST...1
9. Pengaruh Berbagai Perlakuan Benih pada Media Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST...1
Lampiran 1. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M1 IP-1P ... 35
2. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M2 IP-1P ... 35
3. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M3 IP-1P ... 35
4. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M4 IP-1P ... 36
5. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M5 IP-1P ... 36
6. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M1 IP-1P ... 36
Halaman
8. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M3 IP-1P ... 37
9. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M4 IP-1P ... 37
10. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M5 IP-1P ... 38
11. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M1 IP-1P ... 38
12. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M2 IP-1P ... 38
13. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M3 IP-1P ... 39
14. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M4 IP-1P ... 39
15. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M5 IP-1P ... 39
16. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M1 IP-1A... 40
17. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M2 IP-1A... 40
18. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M3 IP-1A... 40
19. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M4 IP-1A... 41
20. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M5 IP-1A... 41
21. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M1 IP-1A... 41
22. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M2 IP-1A... 42
23. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M3 IP-1A... 42
24. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M4 IP-1A... 42
25. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M5 IP-1A... 43
26. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M1 IP-1A... 43
27. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M2 IP-1A... 43
28. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M3 IP-1A... 44
29. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A3M4 IP-1A... 44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah. Jarak pagar tumbuh menyebar di berbagai daerah di Indonesia, dibuktikan dengan adanya berbagai nama daerah, seperti jirak (Padang), jarak pager, jarak iri, jarak cina (Jawa), balacai (Manado), kuman nema (Alor), dan lain-lain (Prihandana dan Hendroko, 2006). Dewasa ini tanaman jarak pagar digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Penggunaan biodiesel ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Pengurangan penggunaan bahan bakar fosil ini dilakukan karena semakin menipisnya jumlah cadangan bahan bakar fosil dan harganya yang terus melambung. Tanaman jarak pagar lebih dipilih sebagai bahan baku biodiesel karena tanaman ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis.
Menurut Prastowo (2006) pada tahun 2009 kebutuhan akan solar adalah sekitar 36 juta kilo liter dan akan ditutupi oleh biodiesel sebesar 2 % (berasal dari jarak pagar dan kelapa sawit). Penggunaan minyak jarak pagar sebagai pengganti energi fosil sangat berpotensi, karena bila dibandingkan dengan tanaman pengganti energi fosil lainnya seperti kelapa sawit, sorghum, kelapa, tebu dan ubi kayu, tanaman jarak pagar tidak berkompetisi penggunaannya sebagai pangan dan pakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar bagian tanaman ini beracun.
Menurut Syah (2006) selain sebagai bahan bakar pengganti energi fosil, tanaman jarak pagar ini dapat pula digunakan sebagai tanaman pengendali erosi, daunnya dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra dan dapat diolah menjadi antiseptik, bijinya dapat diolah menjadi insektisida, daging buahnya dapat diolah menjadi bahan bakar, pupuk hijau dan produksi biogas, getah tanaman jarak dapat digunakan sebagai obat penyembuh luka, sedangkan minyak bijinya dapat diolah menjadi biodiesel, sabun, insektisida, dan juga obat-obatan. Menurut Prastowo (2006) kendala yang masih dihadapi dalam pengembangan jarak pagar sebagai sumber energi terbarukan yaitu masih rendahnya produktivitas tanaman jarak pagar dan belum tersedianya benih varietas unggul.
2
Bibit akan tumbuh dengan baik di lapang jika kecambah tumbuh dengan baik pada fase perkecambahan. Menurut Kamil (1986) untuk keperluan pengujian benih persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya air, suhu, oksigen, dan cahaya, begitu juga dengan media perkecambahan yang menentukan keberhasilan pengujian benih tersebut. Media perkecambahan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkecambahan benih. Penggunaan media perkecambahan yang tepat akan memudahkan kecambah untuk menembus permukaan media. Pada pengujian daya berkecambah benih maka akan dihitung persentase daya berkecambahnya. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) persentase daya berkecambah adalah nisbah jumlah benih yang menghasilkan kecambah normal di bawah kondisi dan dalam periode pengujian tertentu. Setiap spesies memiliki periode pengujian tertentu yang berbeda-beda, untuk benih jarak pagar belum ada sumber yang menyatakan dengan pasti periode pengujian yang tepat. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan hortikultura (2006) first count dan final count pada pengujian benih jarak kepyar (Ricinus communis) jatuh pada hari ke-7 dan ke-14 setelah tanam. Penelitian Kusmarya (2007) dan Wulandari (2008) menggunakan pengamatan pertama pada hari ke-14 setelah tanam dan pengamatan terakhir pada hari ke-21 setelah tanam pada pengujian daya berkecambah benih jarak pagar (Jatropha curcas).
Salah satu tahap dalam proses perkecambahan yaitu penyerapan air oleh benih, penyerapan air oleh benih ini akan lebih mudah jika faktor-faktor penghambat seperti kulit benih yang keras dapat dihilangkan atau dikurangi. Mengupas atau meretakkan kulit benih dapat menjadi cara untuk menunjang proses penyerapan air oleh benih, kemudian akan mempercepat perkecambahan benih.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sumanto (2007) benih jarak pagar yang langsung dikecambahkan tanpa perlakuan terlebih dahulu pada media tanah + pasir + pukan dengan perbandingan komposisi 1:1:1 menunjukkan pertumbuhan bibit yang paling baik, yaitu dengan rata-rata tinggi bibit 31.75 cm, rata-rata bobot basah 46.30 g, dan rata-rata bobot kering 7.09 g. Hasil penelitian Suminar (2004) menginformasikan bahwa media tanah campur kompos dengan
perbandingan komposisi 1:1 sebagai media perkecambahan benih mengkudu memperlihatkan nilai rata-rata daya berkecambah yaitu 88.67 %.
Tujuan
1. Penentuan first count dan final count pada pengujian daya berkecambah benih jarak pagar (Jatropha curcas L.)
2. Mengetahui pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap perkecambahan benih jarak pagar (Jatropha curcas L.)
Hipotesis
1. Terdapat satu hari yang tepat untuk first count dan satu hari final count pada pengujian daya berkecambah benih jarak pagar.
2. Terdapat salah satu perlakuan benih yang dapat meningkatkan perkecambahan benih jarak pagar.
3. Terdapat salah satu jenis media perkecambahan yang optimum untuk perkecambahan benih jarak pagar.
4. Terdapat interaksi antara perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap perkecambahan benih jarak pagar.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani, Morfologi, dan Ekologi Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman berbentuk pohon kecil atau belukar besar dengan tinggi mencapai lima meter, cabang-cabang dari tanaman ini bergetah. Tanaman jarak pagar dapat diperbanyak dengan biji dan stek. Pengecambahan pada biji jarak pagar akan menumbuhkan lima akar, yakni satu buah akar tunggang dan empat akar cabang. Sementara itu, bibit yang berasal dari stek tidak mempunyai akar tunggang. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau muda sampai hijau tua, permukaan bawah lebih pucat. Bentuk daun agak menjari dengan panjang dan lebar 6-15 cm yang tersusun berselang-seling. Tandan bunga terbentuk secara terminal di setiap cabang dan sangat kompleks. Tanaman berumah satu dan bunganya uniseksual, terkadang ditemukan bunga yang hermaprodit. Perkawinan dilakukan oleh serangga (ngengat, kupu-kupu) dan bila tidak ada serangga perkawinan harus dilakukan secara buatan. Panen pertama yaitu 6-8 bulan setelah tanam dengan produktivitas 0.5-1.0 ton biji kering per hektar per tahun yang kemudian akan meningkat secara gradual dan stabil sekitar 5.0 ton pada tahun ke-5 setelah tanam. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna hitam dengan ukuran panjang 2 cm dan tebal 1 cm. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada lahan-lahan marjinal yang miskin hara dengan drainase dan aerasi yang baik, namun produksi terbaik dari tanaman ini akan diperoleh pada lahan dengan lingkungan optimal. Pertumbuhan tanaman jarak pagar cukup baik pada tanah-tanah ringan (terbaik mengandung pasir 60-90 %), berbatu, berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun. Tanaman ini dapat toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin pada pH tanah 5.5-6.5 (Mahmud, Rivaie, Allorerung, 2006)
Perkecambahan
Menurut ahli fisiologi benih, perkecambahan didefinisikan sebagai munculnya radikula melalui kulit benih. Menurut analis benih perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting dari embrio benih yang
mengindikasikan perkecambahan yang normal pada kondisi lingkungan yang normal. Perkecambahan dibagi menjadi dua jenis yaitu : epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal yaitu munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan hipokotil secara menyeluruh serta membawa kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Perkecambahan hipogeal yaitu munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang menembus permukaan tanah dan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah (Copeland dan McDonald, 2001).
Menurut Copeland dan McDonald (2001) faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu 1) air. Air adalah kebutuhan pokok untuk perkecambahan. Air penting untuk aktivasi enzim, perombakan dan translokasi cadangan makanan. Kebutuhan air untuk perkecambahan pada setiap spesies berbeda-beda. Kapasitas lapang adalah ketika air di dalam tanah optimum untuk perkecambahan, ada beberapa spesies yang dapat berkecambah mendekati titik layu permanen; 2) gas. Gas berpengaruh terhadap proses pernafasan benih. Dalam proses ini terjadi pertukaran gas yakni penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Umumnya benih dapat berkecambah dengan optimum dengan 20 % oksigen dan 0.03 % karbondioksida. Selain oksigen dan karbondioksida, gas lain yang juga mempengaruhi yaitu nitrogen gas nitrogen memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih; 3) suhu. Suhu merupakan faktor yang tidak berpengaruh langsung pada perkecambahan. Suhu mempengaruhi perkecambahan dengan adanya interaksi dengan faktor lain. Respon terhadap suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu spesies, varietas, daerah asal benih, kualitas benih, dan lama penyimpanan setelah panen. Benih yang berasal dari daerah bersuhu sedang membutuhkan suhu yang lebih rendah untuk berkecambah dibandingkan dengan benih yang berasal dari daerah tropis; 4) cahaya. Pada beberapa spesies cahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih yaitu: tekanan osmotik, perendaman, pemberian suhu rendah, radiasi, kerusakan mekanik dan tingkat kemasakan benih. Selain faktor-faktor penting yang mempengaruhi perkecambahan yang telah disebutkan di atas, faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu media perkecambahan.
6
Periode Pengujian Daya Berkecambah
Periode pengujian daya berkecambah pada setiap jenis benih berbeda-beda. Menurut Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) benih bunga matahari (Helianthus annus) dengan first count pada hari ke-7 dan final count pada hari ke-10 setelah tanam. Benih pinus (Pinus merkusii) dengan first count pada hari ke-7 dan final count pada hari ke-21 setelah tanam. Benih sorgum (Shorgum helepense) dengan first count pada hari ke-7 dan final count pada hari ke-35 setelah tanam. Benih jarak kepyar (Ricinus communis) dengan first count pada hari ke-7 dan final count pada hari ke-14 setelah tanam. Penelitian Kusmarya (2007) dan Wulandari (2008) menggunakan first count pada hari ke-14 setelah tanam dan final count pada hari ke-21 setelah tanam pada perkecambahan benih jarak pagar (Jatropha curcas).
Media Perkecambahan
Pertumbuhan dan produksi tanaman dapat dioptimalkan dengan penggunaan media tumbuh yang baik, maka dari itu diperlukan suatu usaha pencarian media tumbuh yang tepat terutama media untuk pengecambahan benih. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) media yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk menahan air, bersih dan bebas dari benih lain, cendawan, bakteri atau zat beracun yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih dan pertumbuhan kecambah, untuk media tanah dan pasir harus dalam keadaan yang cukup seragam dan sebelum digunakan perlu dicuci dan disterilisasi.
Kondisi fisik dari tanah yang digunakan untuk perkecambahan benih sangat mempengaruhi perkembangan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih harus berusaha keras untuk menembus permukaan tanah. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) tanah dan kompos pada umumnya tidak direkomendasikan sebagai media pengujian primer (kertas dan pasir). Penggunaan tanah dan kompos biasanya untuk tujuan pembanding atau pemeriksaan.
Pasir adalah silika murni dengan ukuran partikel antara 0.5-2 mm. Umumnya pasir digunakan sebagai media campuran karena mudah didapat dan
murah, tetapi pasir merupakan media yang paling berat untuk semua media pengakaran (Purwanto dalam Susilawati, 2003). Menurut George (2002) pasir seharusnya difumigasi dan dipasteurisasi sebelum digunakan karena mengandung biji rumput liar dan berbagai patogen yang berbahaya. Pasir tidak banyak mengandung unsur hara dan secara kimia pasir merupakan bagian dari media yang tidak bereaksi.
Arang sekam adalah media yang berasal dari pembakaran sekam yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Arang sekam banyak digunakan sebagai campuran media karena sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), warnanya yang coklat kehitaman sehingga dapat menyerap sinar matahari dengan efektif dan dapat mengurangi pengaruh penyakit layu bakteri (Susilawati, 2003).
Perlakuan Benih
Salah satu perlakuan pra-perkecambahan yang biasa dilakukan untuk menstimulasi perkecambahan yaitu dengan melakukan skarifikasi. Tujuan dari skarifikasi adalah untuk merusak, mengikis atau mengubah kondisi kulit benih yang keras, sehingga benih dapat dengan mudah untuk menyerap air dan gas yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan. Skarifikasi kemungkinan dapat terjadi selama proses pemanenan, ekstraksi dan pembersihan benih dalam proses pengolahan benih, namun pada benih-benih dengan kulit yang tebal dan keras memerlukan perlakuan tambahan untuk meningkatkan perkecambahannya. Skarifikasi adalah cara yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan perkecambahan benih. Meskipun demikian, terkadang benih yang diskarifikasi akan mudah rusak karena serangan patogen. Daya simpan benih yang telah diskarifikasi lebih rendah bila dibandingkan dengan benih yang tidak mendapat perlakuan skarifikasi (Hartman dan Kester, 1990).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2008 sampai dengan Mei 2008 dan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Horikultura Fakultas Pertanian IPB, Darmaga.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jarak pagar populasi IP-1P dan IP-1A yang masing-masing mewakili daerah basah dan daerah kering. Benih populasi IP-1P berasal dari stok benih Balai Penelitian Tanaman Rempah & Aneka Tanaman Industri-Pakuwon, Sukabumi. Benih populasi IP-1A berasal dari stok benih Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat-Malang, Jawa Timur. Bahan-bahan tambahan yang digunakan adalah pasir, tanah dan arang sekam sebagai media perkecambahan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak plastik pengecambah, gembor dan label, oven, cawan dan timbangan untuk pengukuran kadar air.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu : 1) Penentuan first count dan final count pada perkecambahan benih jarak pagar, dan 2) Pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan. Rancangan perlakuan untuk kedua percobaan tersebut disusun dengan menggunakan percobaan yang terdiri atas dua faktor, yaitu:
1. Faktor perlakuan benih (A) yang terdiri atas 3 taraf (Gambar 1), yaitu : A1 = Benih utuh
A2 = Benih dilepas kulitnya A3 = Benih diretakkan kulitnya
a
b
c
Gambar 1. Perlakuan Benih : a) Benih Utuh (A1), b) Benih Dilepaskan Kulitnya (A2), c) Benih Diretakkan Kulitnya (A3)
2. Faktor jenis media perkecambahan (M) yang terdiri atas 5 taraf (Gambar 2), yaitu :
M1 =Pasir M2 =Tanah
M3 = Arang sekam M4 = Pasir + Tanah (1:1)
10 a b c d e
Gambar 2. Jenis Media Perkecambahan : a) Pasir (M1), b) Tanah (M2), c) Arang Sekam (M3), d) Tanah + Pasir (M4), e) Tanah + Arang Sekam (M5)
Dari kedua faktor di atas didapat 15 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 45 satuan percobaan. Pada setiap satuan percobaan tersebut terdiri atas 25 butir benih, sebagai satuan amatan. Total satuan amatan disetiap percobaan sebanyak 1125 butir benih.
Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dalam pengertian bahwa lot benih yang digunakan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama untuk memperoleh perlakuan. Pada percobaan kedua
rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Model rancangan yang digunakan pada percobaan kedua adalah :
γ
ijk = μ + Ki + Aj + Mk + (PM)jk + εijk dengan :γ
ijk = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-i, perlakuan benih ke-j dan media ke-k.Μ = Nilai tengah umum Ki = Pengaruh kelompok ke-i Aj = Pengaruh perlakuan benih ke-j Mk = Pengaruh media ke-k.
(PM)jk = Pengaruh interaksi perlakuan benih ke-j dengan media ke-k. εijk = Galat percobaan.
Rancangan percobaan di atas digunakan pada dua populasi jarak pagar yaitu IP-1P yang mewakili daerah basah dan IP-1A yang mewakili daerah kering.
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari :
1. Persiapan Perkecambahan
Sebelum dilakukan pengecambahan pada benih, dilakukan pengukuran kadar air benih. Kadar air benih dihitung dengan metode langsung menggunakan oven 103 ± 2ºC selama 17 ± 1 jam. Jumlah benih yang diuji sebanyak 5 butir (Kusmarya, 2007), dengan rumus Kadar Air (KA) sebagai berikut (Mugnisjah, Setiawan, Suwarto, dan Cecep, 1994) :
Bobot basah – bobot kering
KA = ———————————— x 100 % Bobot basah
2. Pengecambahan
Benih yang akan dikecambahkan sebelumnya dilakukan perlakuan benih yaitu peretakan kulit benih, pelepasan kulit benih, dan kulit benih dibiarkan utuh. Pelepasan kulit benih dilakukan dengan membuang kulit terluar benih, sedangkan
12
untuk peretakan yaitu dengan meretakkan kulit terluar benih dengan menggunakan batu. Suhu rata-rata selama pengujian adalah 31.3 0C. Benih yang telah diberi perlakuan kemudian dikombinasikan dengan perlakuan media yaitu pasir, tanah, arang sekam, Campuran pasir + tanah (1:1), dan campuran arang sekam + tanah (1:1). Pada setiap satuan percobaan digunakan 25 butir benih. Pengecambahan dilakukan pada boks berukuran 20 cm x 25 cm dengan posisi benih horizontal dan terbenam dalam media.
3. Pengamatan
a. Percobaan I : Penentuan First Count dan Final Count
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan penghitungan terhadap kecambah yang telah normal. Pengamatan dilakukan selama 30 hari.
Analisis Data
Data yang didapatkan dari penghitungan kecambah yang telah normal setiap harinya, disajikan dalam bentuk scatter plot. Sumbu y menunjukkan jumlah kecambah normal dan sumbu x menunjukkan hari pengamatan. Penentuan first count akan dilakukan dengan menentukan jumlah kecambah normal harian tertinggi (Gambar 3).
Y
Y maksimum
Xo X
First Count Gambar 3. Penentuan First Count
Keterangan :
Y = persentase kecambah normal X = hari pengamatan
Penentuan final count diawali dengan memasukkan data yang diperoleh pada kurva kumulatif. Sumbu y menunjukkan jumlah kecambah normal dan sumbu x menunjukkan hari pengamatan, sehingga dengan penentuan secara visual akan didapat final count pada nilai kecambah normal kumulatif tertinggi (Gambar 4).
Y
Y maksimum
Xo X
Final Count Gambar 4. Penentuan Final Count
Keterangan :
Y = persentase kecambah normal X = hari pengamatan
b. Percobaan II : Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan.
Pengamatan terhadap kecambah normal dilakukan bersamaan dengan pengamatan penentuan first count dan final count. Kriteria kecambah normal menurut Kusmarya (2007) sebagai berikut : kecambah tumbuh sehat, hipokotil tumbuh normal dengan panjang 2-4 kali dari panjang benih, dan minimal sudah tumbuh satu plumula. Peubah-peubah yang diamati :
(i). Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah adalah persentase jumlah benih yang berkecambah normal pada kondisi dan periode perkecambahan tertentu. First count dan final count diperoleh dari hasil percobaan pertama. Daya berkecambah dihitung dengan rumus :
Σ
KN hitungan I + KN hitungan IIDB = ———————————————— x 100 %
Σ
benih yang ditanam (ii). Kecepatan Tumbuh (KCT)Kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh. Benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi dapat menghasilkan tanaman yang tegar di lapang meski kondisi lapang atau lingkungan tumbuhnya tidak optimum. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus (Sadjad, Murniarti, Ilyas, 1999) :
14 tn
N KCT
= Σ
— o t Keterangan : t = waktu pengamatanN = persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan
(iii). Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Produksi bobot kering dari pertumbuhan kecambah akan mencerminkan kondisi fisiologis benih. Kecambah dengan bobot kering tinggi merupakan indikasi benih tersebut bervigor tinggi (Mugnisjah et al, 1994). Bobot kering kecambah didapatkan dengan mengeringkan bibit yang telah berumur 30 hari setelah tanam dalam oven dengan suhu 60° C selama 3 x 24 jam, kemudian bibit ditimbang.
Analisis data untuk mengetahui pengaruh kedua faktor dan interaksinya menggunakan ANOVA (uji F) dan apabila uji F nyata, maka untuk mengetahui lebih lanjut perlakuan yang menimbulkan perbedaan terhadap hasil dilakukan uji nilai tengah DMRT pada taraf α = 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Penentuan First Count dan Final Count
Persentase daya berkecambah adalah nisbah (proporsi) jumlah benih yang menghasilkan kecambah normal di bawah kondisi dan dalam periode pengujian tertentu (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2006). Selama periode pengujian, penghitungan kecambah normal dilakukan pada saat first count sedangkan penghitungan kecambah abnormal, benih keras, dan benih mati dilakukan pada saat final count. Manfaat dari adanya first count diantaranya yaitu 1) dapat melihat jumlah benih yang berkecambah dengan cepat, sehingga dapat mengetahui kecepatan berkecambah suatu lot benih. 2) pada saat first count, kecambah yang berkategori normal dapat dibuang, sehingga menghindari substrat menjadi penuh dan menjaga agar substrat tetap lembab untuk menunjang perkecambahan sampai akhir periode pengecambahan. 3) mempercepat identifikasi penyakit yang terbawa benih. Final count adalah saat periode perkecambahan berakhir, saat semua benih telah menunjukkan kemampuan untuk berkecambah dengan optimum (Copeland dan Mcdonald, 2001).
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) jarak kepyar (Ricinus communis) memiliki first count pada hari ke-7 setelah tanam dan final count pada hari ke-14 setelah tanam. Keterbatasan literatur yang menyatakan dengan pasti tentang first count dan final count pengujian daya berkecambah benih jarak pagar menyebabkan masih banyaknya perbedaan dalam penentuan first count dan final count pada benih jarak pagar. Periode perkecambahan benih jarak pagar ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap pertambahan kecambah normal setiap harinya dan pengamatan kecambah normal kumulatif yang dilakukan selama 30 hari. Pola yang terbentuk pada kurva dianalisis secara visual untuk mendapatkan first count dan final count. First count ditentukan dengan melihat jumlah kecambah harian tertinggi pada kurva, sedangkan final count ditentukan dengan melihat jumlah kecambah normal kumulatif tertinggi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 sampai Gambar Lampiran 30.
16
Berdasarkan nilai jumlah kecambah normal harian dan nilai jumlah kecambah normal kumulatif tertinggi dari setiap kombinasi perlakuan benih dengan jenis media yang ditunjukkan pada kurva, maka didapatkan data first count dan final count dari kedua populasi. Data first count dan final count pada populasi IP-1P dan IP-1A dicantumkan pada Tabel 1.
Tabel 1. First Count dan Final Count dari setiap Kombinasi Perlakuan pada Populasi IP-1P dan IP-1A
First count Final count
Perlakuan
IP-1P IP-1A IP-1P IP-1A
A1M1 15 7 19 13 A1M2 9 7 20 10 A1M3 11 8 23 15 A1M4 8 7 18 13 A1M5 8 7 19 21 A2M1 9 8 19 11 A2M2 8 7 21 9 A2M3 19 8 22 14 A2M4 8 7 19 9 A2M5 8 7 18 12 A3M1 8 8 21 12 A3M2 10 8 23 11 A3M3 17 10 22 14 A3M4 9 8 22 9 A3M5 9 7 22 9 Keterangan :
A1 = Benih utuh M1 = Pasir A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam M4 = Tanah Pasir (1:1) M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
First count dan final count ditentukan dengan melihat data first count dan final count yang paling sering muncul pada kedua populasi. First count yang paling sering muncul pada kedua populasi yaitu hari ke-8 setelah pengecambahan, yaitu 12 kali muncul. Final count yang paling sering muncul yaitu hari ke-9, ke-19 dan ke-22 setelah pengecambahan, yaitu 4 kali muncul. Final count yang dipilih untuk periode pengujian daya berkecambah untuk kedua populasi jarak pagar yaitu hari ke-22. Hari ke-22 dipilih sebagai final count untuk memberikan waktu yang lebih panjang kepada benih untuk menjadi kecambah yang normal. Hasil dari percobaan pertama, digunakan untuk menghitung peubah daya
berkecambah dan kecepatan tumbuh pada percobaan kedua. Final count yang digunakan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan final count yang digunakan pada penelitian Kusmarya (2007) dan Wulandari (2008) yaitu hari ke-21 setelah pengecambahan pada pengujian daya berkecambah benih jarak pagar.
Percobaan 2
Pengaruh Perlakuan Benih
Rekapitulasi hasil uji F pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal pada populasi IP-1P disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F pada Pengaruh Perlakuan Benih (A), Jenis Media Perkecambahan (M), dan Interaksinya (AxM) terhadap Peubah Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, dan Bobot Kering Kecambah Normal pada Populasi IP-1P.
Perlakuan Peubah
A M AXM
Daya Berkecambah (DB) tn ** tn
Kecepatan Tumbuh (KCT) tn ** tn
Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) tn * tn
Keterangan : * : Berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** : Berpengaruh nyata pada taraf 1 % tn : Tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil rekapitulasi menunjukan bahwa perlakuan benih tidak berpengaruh nyata pada semua peubah. Perlakuan jenis media perkecambahan berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering kecambah normal dan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh. Interaksi antara perlakuan benih dan jenis media perkecambahan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah.
Rekapitulasi hasil uji F pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal pada populasi IP-1A disajikan pada Tabel 3.
18
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji F pada Pengaruh Perlakuan Benih (A), Jenis Media Perkecambahan (M), dan Interaksinya (AxM) terhadap Peubah Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, dan Bobot Kering Kecambah Normal pada Populasi IP-1A.
Perlakuan Peubah
A M AXM
Daya Berkecambah (DB) ** ** tn
Kecepatan Tumbuh (KCT) ** ** tn
Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) ** ** *
Keterangan : * : Berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** : Berpengaruh nyata pada taraf 1 %
tn : Tidak berpengaruh nyata
Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa perlakuan benih maupun perlakuan jenis media berpengaruh sangat nyata pada semua peubah. Interaksi antara perlakuan benih dan jenis media perkecambahan berpengaruh nyata pada peubah bobot kering kecambah normal dan tidak berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh.
Pada populasi IP-1P, perlakuan benih yang diberikan tidak berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal. Pengaruh perlakuan benih terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Perlakuan Benih Populasi IP-1P
Peubah Perlakuan Benih
DB (%) KCT (%/etmal) BKKN (gr)
Benih Utuh (A1) 69.06 13.99 4.29
(6.57) (20.90)
Benih dilepaskan kulit nya (A2) 62.93 15.36 3.24
(6.44) (12.29)
Benih diretakkan kulit nya (A3) 74.93 14.98 3.96
(7.44) (17.46)
Keterangan : Nilai KCT telah mengalami transformasi pada arcsin sedangkan untuk BKKN dengan akar kuadrat
pada X0,5. Nilai dalam kurung adalah nilai pengamatan %
Nilai rataan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh dari perlakuan benih diretakkan kulitnya cenderung lebih tinggi yaitu 74.93 % dan 14.98 %/etmal, kemudian diikuti oleh perlakuan benih utuh yaitu 69.06 % dan 13.99 %/etmal. Nilai rata-rata bobot
kering kecambah normal yang diperoleh dari perlakuan benih utuh cenderung lebih tinggi yaitu 4.29 g.
Perlakuan benih yang diberikan pada populasi IP-1A berpengaruh sangat nyata terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal seperti tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Perlakuan Benih Populasi IP-1A
Tolok Ukur Perlakuan Benih
DB (%) KCT (%/etmal) BKKN (g)
Benih Utuh (A1) 87.20 a 10.71 a 13.46 a
Benih dilepaskan kulitnya (A2) 73.33 b 7.90 b 7.55 c
Benih diretakkan kulitnya (A3) 60.80 c 9.07 b 9.98 b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama (pada kolom yang sama) tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5 %
Nilai rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan benih utuh (A1) menghasilkan nilai rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal yang terbaik yaitu 87.20 %, 10.71 %/etmal, dan 13.46 g. Nilai rata-rata tersebut berbeda nyata dengan nilai rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal yang diperoleh dari perlakuan benih dilepaskan kulitnya (A2) dan benih diretakkan kulitnya (A3).
Perlakuan benih dilepaskan kulitnya (A2) menghasilkan nilai rata-rata terendah terhadap peubah kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal. Perlakuan tersebut menghasilkan nilai rata-rata kecepatan tumbuh sebesar 7.90 %/etmal dan bobot kering kecambah normal sebesar 7.55 g. Nilai rata-rata daya berkecambah terendah diperoleh dari perlakuan benih diretakkan kulitnya (A3), dengan nilai 60.80 %.
Perlakuan benih pada benih jarak pagar populasi IP-1P tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati, sedangkan perlakuan benih utuh (A1) yang diberikan pada benih jarak pagar populasi IP-1A memberikan nilai rata-rata daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal terbaik. Secara keseluruhan perlakuan benih utuh adalah perlakuan yang tepat untuk kedua populasi jarak pagar yang diujikan. Hal ini dilihat dari rataan terbaik dari semua peubah yang diperoleh dari perlakuan benih utuh pada populasi IP-1A. Perlakuan
20
benih utuh adalah perlakuan yang lebih efisien, karena benih dapat langsung dikecambahkan tanpa memberikan tambahan perlakuan seperti melepaskan kulit benih atau meretakkan kulit benih.
Pengaruh Jenis Media Perkecambahan
Keberhasilan pengujian daya berkecambah selain ditentukan oleh kelembaban (air), suhu, oksigen, dan cahaya juga ditentukan oleh media perkecambahan. Masing-masing (spesies) benih menghendaki media yang khusus untuk mendapatkan perkecambahan yang baik (Kamil, 1986). Perlakuan jenis media yang diberikan pada benih jarak pagar populasi IP-1P memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal, seperti tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P
Peubah Jenis Media DB (%) KCT (%/etmal) BKKN (g) Pasir (M1) 73.77 a 15.66 ab 3.59 bc (7.74) (14.32) Tanah (M2) 70.66 a 13.78 b 3.51 c (6.06) (13.88) Arang Sekam (M3) 36.00 b 8.37 c 2.58 c (2.37) (7.91) Tanah Pasir (1:1) (M4) 82.22 a 17.51 a 4.41 ab (9.18) (21.43)
Tanah Arang Sekam (1:1) (M5) 82.22 a 17.09 a 5.07 a
(8.72) (26.88)
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama (pada kolom yang sama) tidak berbeda nyata pada uji
DMRT dengan taraf 5 %. Nilai KCT telah mengalami transformasi pada arcsin % sedangkan untuk
BKKN dengan akar kuadrat pada X0,5. Nilai dalam kurung adalah nilai pengamatan
Nilai rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh terbaik diperoleh dari perlakuan media tanah + pasir 1:1 (M4), dengan masing-masing nilai yaitu 82.22 % dan 17.51 %/etmal. Nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang diperoleh dari perlakuan media pasir (M1), yaitu 73.77 % dan 15.66 %/etmal. Nilai rata-rata bobot kering kecambah
normal terbaik diperoleh dari perlakuan media campuran tanah + arang sekam 1:1 (M5) yaitu 5.07 g.
Perkecambahan benih jarak pagar populasi IP-1P pada media arang sekam (M3) menunjukkan hasil yang kurang baik. Terlihat dari rendahnya nilai rata-rata pada semua peubah yaitu daya berkecambah 36.00 %, kecepatan tumbuh 8.37 %/etmal, dan bobot kering kecambah normal 2.58 g. Hal ini dikarenakan arang sekam mudah menyerap panas dari cahaya matahari karena warnanya yang kehitaman. Arang sekam memiliki persen ruang yang tinggi sehingga memiliki porositas yang tinggi (Susanto dalam Suminar, 2004), sehingga kelembaban pada media ini tidak cukup terpenuhi untuk terjadinya proses perkecambahan. Benih perlu menyerap sejumlah tertentu air sebelum memulai perkecambahannya. Besarnya kebutuhan air berbeda-beda pada setiap jenis benih (Kamil, 1986).
Perlakuan jenis media yang diberikan pada benih jarak pagar populasi IP-1A memberikan hasil yang berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal, seperti tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7. Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Berbagai Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A
Tolok Ukur Jenis Media DB (%) KCT (%/etmal) BKKN (gr) Pasir (M1) 82.22 ab 9.89 ab 7.26 c Tanah (M2) 88.44 a 11.62 a 9.16 bc Arang Sekam (M3) 47.11 c 5.32 c 10.06 b Tanah Pasir (1:1) (M4) 77.33 ab 10.17 ab 9.13bc
Tanah Arang Sekam (1:1) (M5) 73.77 b 9.15 b 16.05 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama (pada kolom yang sama) tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5 %
Nilai rataan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa niai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh terbaik diperoleh dari perlakuan media tanah (M2) yaitu 88.44 % dan 11.62 %/etmal. Nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh tersebut tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata yang diperoleh dari perlakuan media pasir (M1) yaitu 82.22 % dan 9.89 %/etmal. Nilai
22
rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang diperoleh dari perlakuan media arang sekam (M3) menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu 47.11 % dan 5.32 %/etmal.
Menurut Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2006) tanah dan kompos pada umumnya tidak direkomendasikan sebagai media pengujian primer. Media tanah dapat digunakan sebagai alternatif untuk substrat organik ketika kecambah menunjukkan gejala keracunan, atau jika evaluasi kecambah meragukan ketika menggunakan substrat kertas atau pasir. Penggunaan tanah dan kompos biasanya untuk tujuan pembanding atau pemeriksaan.
Hasil penelitian Panggabean (2001) menunjukkan bahwa benih duku yang dikecambahkan pada media pasir menghasilkan rata-rata daya berkecambah sebesar 71.1 %. Penelitian Rofik (2006) melaporkan bahwa benih aren yang diberi perlakuan skarifikasi dan disemai pada media pasir menghasilkan rataan daya berkecambah tertinggi yaitu 88.33 %. Pasir memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga memudahkan sirkulasi oksigen pada media. Menurut Kamil (1986) oksigen adalah salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan. Nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang tidak berbeda nyata antara perlakuan media campuran tanah + arang sekam 1:1 (M5) dan tanah (M2) terhadap media pasir (M1). Secara umum dapat ditunjukkan bahwa media pasir dapat digunakan sebagai media pengujian benih jarak pagar.
Interaksi antara Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Berdasarkan hasil analisis data, interaksi antara perlakuan benih dan jenis media perkecambahan tidak berpengaruh terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal pada benih jarak pagar populasi IP-1P. Nilai rataan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal hasil analisis disajikan pada Tabel 8, 9, dan 10.
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah (DB) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan Benih M1 M2 M3 M4 M5 A1 77.33 80.00 40.00 88.00 61.33 A2 50.66 49.33 9.33 69.33 84.00 A3 86.66 72.00 9.33 82.66 78.66 Keterangan :
A1 = Benih utuh M1 = Pasir
A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Tabel 9. Nilai Rata-Rata Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan Benih M1 M2 M3 M4 M5 A1 15.99 10.53 8.14 18.23 15.39 (7.66) (4.32) (2.50) (9.85) (7.55) A2 12.77 12.76 4.89 16.57 17.53 (5.70) (5.46) (0.73) (8.18) (9.15) A3 17.88 10.66 4.42 18.36 16.60 (9.46) (5.09) (0.91) (9.99) (8.49)
Keterangan : Nilai KCT telah mengalami transformasi pada arcsin %. Nilai dalam kurung adalah nilai pengamatan
A1 = Benih utuh M1 = Pasir
A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan benih utuh dengan menggunakan media campuran tanah + pasir 1:1 memberikan nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang cenderung lebih tinggi. Kemudian diikuti oleh kombinasi perlakuan benih diretakkan kulitnya dengan menggunakan media pasir (Gambar 5).
24
Gambar 5. Pengaruh Perlakuan A1M4 dan A3M1 terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1P pada 14 HST
Tabel 10 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan benih utuh dengan campuran media tanah + arang sekam 1:1 memberikan rata-rata nilai bobot kering kecambah normal yang cenderung lebih tinggi.
Tabel 10. Nilai Rata-Rata Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1P
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan Benih M1 M2 M3 M4 M5 A1 3.77 4.57 2.35 4.85 5.92 (15.25) (22.58) (6.48) (24.90) (35.30) A2 2.69 2.46 2.70 3.50 4.83 (7.54) (6.27) (8.99) (13.38) (25.27) A3 4.31 3.49 2.69 4.88 4.45 (20.18) (12.79) (8.27) (26.00) (20.08)
Keterangan : Nilai BKKN telah mengalami transformasi dengan akar kuadrat pada X0,5. Nilai dalam kurung adalah nilai
pengamatan
A1 = Benih utuh M1 = Pasir A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Kombinasi perlakuan media arang sekam dengan semua perlakuan benih (Gambar 6) menunjukkan nilai rata-rata yang paling rendah terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal. Hal ini disebabkan oleh karakteristik arang sekam yang tidak begitu baik dalam mempertahankan kelembaban, ditambah lagi dalam keadaan kulit benih yang
terbuka sebagian atau seluruhnya, sehingga air yang berada dalam benih dapat dengan mudah menguap dan membuat benih mudah kering dan tidak berkecambah. Menurut Kamil (1986) air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih.
Gambar 6. Pengaruh Berbagai Perlakuan Benih pada Media Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1P setelah 14 HST
Hasil analisis data pada populasi IP-1A menunjukkan bahwa interaksi perlakuan benih dan jenis media perkecambahan tidak berpengaruh terhadap peubah daya berkecambah dan kecepatan tumbuh.Tabel 11 dan 12 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan benih utuh dengan menggunakan media tanah merupakan kombinasi perlakuan dengan nilai rata-rata daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang cenderung lebih tinggi. Kemudian diikuti oleh kombinasi perlakuan benih utuh dengan menggunkan media pasir (Gambar 7).
26
Tabel 11. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah (DB) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan Benih M1 M2 M3 M4 M5 A1 94,67 97,33 61,33 89,33 89,33 A2 62,67 85,33 41,33 57,33 54,67 A3 88,00 82,67 36,00 85,33 74,67 Keterangan :
A1 = Benih utuh M1 = Pasir
A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan Benih M1 M2 M3 M4 M5 A1 11,84 12,81 7,38 11,48 9,59 A2 7,48 12,09 4,67 7,95 7,20 A3 10,26 9,97 3,57 11,09 10,30 Keterangan :
A1 = Benih utuh M1 = Pasir
A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Gambar 7 . Pengaruh Perlakuan Benih Utuh dan Media Tanah terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST
Pengaruh interaksi antara perlakuan benih dan jenis media perkecambahan berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering kecambah normal. Pada Tabel 13, nilai rata-rata bobot kering kecambah normal terbaik diperoleh dari
kombinasi perlakuan benih utuh dengan campuran media tanah + arang sekam 1:1 yaitu 16.61 g (Gambar 8).
Tabel 13. Nilai Rata-Rata Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Interaksi Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan Populasi IP-1A
Jenis Media Perkecambahan Perlakuan benih
M1 M2 M3 M4 M5
A1 9,55 de 11,30 cd 14,65 bc 12,04 cd 19,78 a
A2 3,72 g 7,95 def 9,55 de 4,81 fg 11,75 cd
A3 8,51def 8,24 def 5,99 efg 10,53 cd 16,61 ab
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama (pada kolom yang sama) tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5 %
A1 = Benih utuh M1 = Pasir
A2 = Benih dilepas kulitnya M2 = Tanah A3 = Benih diretakkan kulitnya M3 = Arang Sekam
M4 = Tanah Pasir (1:1)
M5 = Tanah Arang Sekam (1:1)
Gambar 8. Pengaruh Perlakuan Benih Utuh dan Media Tanah + Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST
Kombinasi perlakuan benih dilepaskan kulitnya dengan media arang sekam dan kombinasi perlakuan benih diretakkan kulitnya dengan media arang sekam (Gambar 9) menunjukkan nilai rata-rata yang paling rendah terhadap peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal.
28
Gambar 9. Pengaruh Berbagai Perlakuan Benih pada Media Arang Sekam terhadap Perkecambahan Benih Jarak Pagar Populasi IP-1A pada 14 HST
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
First count dan final count untuk populasi IP-1P dan IP-1A yaitu hari ke- 8 dan hari ke-22 setelah pengecambahan. Perlakuan benih utuh (A1) memberikan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal terbaik, sedangkan perlakuan jenis media perkecambahan pasir (M1) memberikan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh yang tidak berbeda nyata dengan media tanah (M2) dan media pasir + tanah 1:1 (M4), bagi perkecambahan benih jarak pagar populasi IP-1P dan IP-1A. Perlakuan benih utuh (A1) yang dikombinasikan dengan jenis media perkecambahan tanah + arang sekam 1:1 (M5) menghasilkan bobot kering kecambah normal terbaik dalam perkecambahan benih jarak pagar populasi IP-1A, sedangkan pada populasi IP-1P setiap kombinasi perlakuan tidak berpengaruh terhadap semua peubah, yaitu daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal.
Saran
Hari ke-8 dan hari ke-22 setelah pengecambahan, disarankan sebagai first count dan final count pada pengujian daya berkecambah benih jarak pagar. Media yang disarankan untuk pengujian daya berkecambah pada kedua populasi benih jarak pagar adalah pasir dengan keadaan benih utuh. Pada penelitian sejenis disarankan untuk menggunakan populasi (provenan) jarak pagar yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L. O. and M. B. McDonald. 2001. Principle Of Seed Science and Technology. Fourth Edition. Chapman & Hall. New York. 408 p.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Departemen Pertanian. 274 hal.
George, A. 2002. Horticulture, Principles and Practices. Second edition. Pearson Education, Inc. New Jersey. 787 p.
Hartman, T. H. and Kester, F. D. 1990. Plant Propagation, Principle and Practices. Fifth edition. Prentice Hall, Inc. London. 647 p.
Kamil, J. 1986. Teknologi Benih Jilid 1. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. 227 hal.
Kusmarya, A. 2007. Pengaruh Umur Pohon Induk dan Umur Simpan terhadap Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi, Jurusan Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 Hal.
Mahmud, Z, A. Arifin Rivaie dan D. Allorerung. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. 35 hal.
Mugnisjah, Q. W, A. Setiawan, Suwarto dan Cecep, S. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Edisi. 1, Cet. 1. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 264 hal.
Panggabean, H. U. 2001. Pengaruh Naungan dan Media Tanam terhadap Perkecambahan Benih Duku. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 Hal.
Prastowo, B. 2006. Pengembangan tanaman biofuel (Bahan Bakar Nabati). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Makalah seminar Biodiesel FESTA XXVII. Bogor. 49 Hal.
Prihandana, R, Hendroko R. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. Agro Media Pustaka. Jakarta. 83 Hal.
Rofik, A. 2006. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Benih dan Media Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 Hal.
Sadjad, S, E. Murniarti dan I. Satriyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih, dari Komparatif ke Simulatif. PT Grasindo. Jakarta. 185 hal.
Sumanto. 2007. Pengaruh Media dan Waktu Panen Buah Terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan II. Bogor. 103 – 106 Hal. Suminar, M. 2006. Pengaruh perlakuan pra perkecambahan dan jenis media
perkecambahan terhadap viabilitas benih mengkudu (Morinda citrifolia L.). Bul. Agronomi 34(2):119-123.
Susilawati, E. 2003. Pengaruh Berbagai Cara Ekstraksi dan Pematahan Dormansi terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 Hal.
Syah, A. N. A. 2006. Mengenal Lebih Dekat Biodiesel Jarak Pagar Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. PT AgroMedia Pustaka. Depok. 112 hal. Wulandari, A. 2008. Penentuan Kriteria Kecambah Normal yang Berkorelasi
dengan Vigor Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.). Skripsi, Jurusan Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 Hal
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 26116.9
Kelompok 2 346.31 173.15 0.56 0.5763
Perlakuan benih 2 1080.17 540.08 1.75 0.1917
Jenis Media 4 13178.3 3294.57 10.70 0.0001
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 2887.31 360.97 1.17 0.3500
Galat 28 8624.35 308.01
KK = 25.44 %
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 864.45
Kelompok 2 38.84 19.42 2.06 0.1458
Perlakuan benih 2 16.71 8.35 0.89 0.4227
Jenis Media 4 496.85 124.21 13.20 0.0001
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 48.53 6.06 0.64 0.7338
Galat 28 263.49 9.41
KK = 21.17 %
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media
Perkecambahan terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1P
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 98.405
Kelompok 2 6.303 3.151 2.13 0.1382
Perlakuan benih 2 8.767 4.383 2.96 0.0684
Jenis Media 4 32.313 8.078 5.45 0.0022
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 9.516 1.189 0.80 0.6057
Galat 28 41.506 1.482
34
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 21169.7
Kelompok 2 346.31 173.15 1.02 0.3719
Perlakuan benih 2 5231.64 2615.82 15.48 0.0001
Jenis Media 4 9091.55 2272.88 13.45 0.0001
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 1769.24 221.15 1.31 0.2795
Galat 28 4731.02 168.96
KK = 17.61 %
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media
Perkecambahan terhadap Peubah Kecepatan Tumbuh Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 439.16
Kelompok 2 7.69 3.84 0.85 0.4386
Perlakuan benih 2 59.62 29.81 6.58 0.0045
Jenis Media 4 201.17 50.29 11.10 0.0001
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 43.81 5.47 1.21 0.3297
Galat 28 126.86 4.53
KK = 23.04 %
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Benih dan Jenis Media Perkecambahan terhadap Peubah Bobot Kering Kecambah Normal Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Populasi IP-1A
Sumber Keragaman db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F Pr>F
Total 44 933.44
Kelompok 2 4.559 2.279 0.44 0.6505
Perlakuan benih 2 264.66 132.33 25.35 0.0001
Jenis Media 4 404.90 101.22 19.39 0.0001
Interaksi Perlakuan benih
& Jenis media 8 113.13 14.141 2.71 0.0241
Galat 28 146.18 5.220
Gambar Lampiran 1. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M1 IP-1P 0 5 10 15 20 25 0
Gambar Lampiran 2. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M2
IP-1P
Gambar Lampiran 3. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M3 IP-1P 5 10 15 20 25 30 Hari K ecam b a h N or m a l Keterangan :
: Kecambah normal kumulatif : Kecambah normal harian
0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari K ecam b ah N o rm al 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari Kec a m b ah No rm a l
36
Gambar Lampiran 4. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M4 IP-1P
0 5
Gambar Lampiran 5. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A1M5 IP-1P
Gambar Lampiran 6. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M1 IP-1P 10 15 20 0 5 10 15 20 25 30 Hari K ecam b ah N o rm al 25 Keterangan :
: Kecambah normal kumulatif : Kecambah normal harian
0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari Ke c a m b a h No rm a l 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari K e camb a h N o rm al
Gambar Lampiran 7. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M2 IP-1P
Gambar Lampiran 8. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M3 IP-1P
Gambar Lampiran 9. Grafik First Count dan Final Count pada Perlakuan A2M4 IP-1P 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari K ecam b a h N or m a l Keterangan :
: Kecambah normal kumulatif : Kecambah normal harian
0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari Ke c a m b a h No rm a l 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 30 Hari K ecam b a h N o rm al