• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktek PT Semen Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kerja Praktek PT Semen Padang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Puji syukur penulis kepada Allah SWT karena ridho dan berkah-Nya laporan Kerja Praktek ini berhasil di selesaikan dengan judul “ Studi Implementasi Permenaker No.PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI PT. Semen Padang”. Penulisan laporan Kerja Praktek ini hasil magang mandiri di Proyek Indarung VI PT. Semen Padang yang di laksanakan 1 September 2015 sampai 30 September 2015.

Dalam peaksanaan Kerja Praktek dan teselesaikannya laporan ini penulis mendapat bantuan dari pihak perguruan tinggi, keluarga, dan pihak perusahaan khususnya pihak Proyek Indarung VI PT. Semen Padang. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Orang tua dan keluarga yang memberikan dukungan moril dan materil selama kegiatan Kerja Praktek dilaksanakan,

2. Ibu Yuli Pratiwi M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan,

3. Bapak Hadi Prasetyo Suseno Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan laporan sehingga penulis dapat meneyelesaikan laporan Kerja Praktek,

4. Bapak Bapak Hentris Saputra dan Bapak Yudian Satri selaku pembimbing lapangan yang telah membantu memberikan bimbingan dan pemahaman yang bermanfaat, 5. Bapak Nursyam, Bapak Irwan Ramli dan Bapak Ramli Chan, yang telah

memberikan bimbingan selama pelaksanaan Kerja Praktek,

6. Bapak Herozi Firdaus, Ibu Nadya dan Ibu Shara Jean yang telah membantu selama pelaksanaan magang,

7. Rekan-rekan Safety Man SHE Proyek Indarung VI Bapak Kestanto, Bapak Rian, Bapak Budi Prasetyo, Bapak Nopri, Bapak Eri Gunawan dan Bapak Salman yang telah membantu pelaksanaan Kerja Praktek di lapangan area Proyek Indarung VI. 8. Pusdiklat PT. Semen Padang yang telah membimbing penulis dalam orientasi

(4)

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1 Latar Belakang...1

I.2 Tujuan Praktek Kerja...4

I.3 Manfaat Praktek Kerja...5

I.4 Waktu dan Tempat Kerja Praktek...6

I.4.1 Waktu... 6

I.4.2 Tempat Kerja Praktek...6

BAB II... 7

TINJAUAN PERUSAHAAN...7

II.1 Sejarah Singkat Perusahaan...7

II.2 Logo dari Masa ke Masa...8

II.3 Visi dan Misi Perusahaan...11

II.4 Struktur Organisasi PT. Semen Padang...12

II.5 Aktivitas Produksi PT Semen Padang...17

II.6 Bahan Baku Pembuatan Semen...18

II.7 Proses Penambangan Bahan Baku...19

II.8 Proses Pembuatan Semen...21

II.9 Jenis Semen yang diproduksi PT. Semen Padang...25

BAB III... 28

TINJAUAN PUSTAKA... 28

III.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja...28

(5)

III.7 Kecelakaan Kerja...34

III.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja...36

III.9 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi...37

III.10 Klasifikasi Proyek Konstruksi...39

BAB IV... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN KERJA PRAKTEK...41

IV.1 Profil Proyek Indarung VI PT. Semen Padang...41

IV.1.1 Organisasi Proyek Indarung VI...42

IV.1.2 Sistem Manajemen PT. Semen Padang area Proyek Indarung VI...49

IV.1.3 Daftar Kontraktor yang Terlibat dalam Pembangunan Pabrik Proyek Indarung VI50 IV.3 Pelaksanaan K3 Pada Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI PT. Semen Padang...51

IV.3.1 Safety Health and Environment ( SHE ) Proyek Indarung VI...51

IV.3.2 Implementasi dan monitoring SHE Proyek Indarung VI...55

IV.2 Implementasi Kebijakan Permenakertrans No.01 Tahun 1980 Tentang K3 pada Konstruksi Bangunan Proyek Indarung VI PT. Semen Padang...63

IV.2.1 Karakteristik kegiatan Konstruksi Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI...63

IV.2.3 Hasil observasi...64

BAB V... 78

KESIMPULAN DAN SARAN...78

V.1 Kesimpulan... 78

(6)

Tabel IV.1 Faktor Bahaya Fisik Proyek Indaarung VI ... 54

Tabel IV.2 Faktor Bahaya Kimia Proyek Indaarung VI ... 56

Tabel IV.3 Faktor Bahaya Biologi Proyek Indaarung VI ... 57

Tabel IV.4 Faktor Bahaya Fisiologi dan Psikologi Proyek Indaarung VI ... 57

(7)

Gambar II.1 Logo PT. Semen Padang dari masa ke masa... 11 Gambar IV.1 Struktur organisasi SHE PIND VI... 44 Gambar IV.2 Struktur Organisasi... 73

(8)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dikenal sejak berabad–abad yang lalu dengan perkembangan industri. Namun secara spesifik baru dimulai sekitar tahun 1800-an bersama dengan revolusi industri di inggris yang ditandai dengan ditemukanya mesin uap yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi. Perubahaan ini menimbulkan dampak luas khususnya hubungan antara manusia ditempat kerja. Manusia berubah sekedar menjadi alat produksi sebagaimana dengan mesin dan alat kerja lainya yang mudah diganti dengan yang baru. Karena itu keselamatan kurang mendapatkan perhatian sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja. Kondisi perburuhan yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatakan perlindungan bagi tenaga kerja. Salah satu diantaranya perlindungan keselamatan dan kesahatan kerja ( Ramli, 2010 ).

Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani terhadap pekerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejatera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapanya

(9)

dalam usaha pencegahannya kemungkinan terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) ( Sutedi, 2009 dalam Utomo, 2013 ).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan ketentuan perundang – undangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainya.

Di Indonesia banyak peraturan perudang – undangan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa diantaranya :

1. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Undang – undang ini diberlakukan pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang keselamatan kerja. Dalam Undang – undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban pengusaha, kewajiban hak tenaga kerja serta syarat – syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi.

2. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat tentang keselamatan kerja yaitu :

a. Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerja.

b. Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melakukan sistem manajemen K3 yang terintergrasi dengan sistem manajemen organisasi.

PT. Semen Padang saat ini sedang melaksanakan proyek pembangunan pabrik baru yaitu Proyek indarung VI yang merupakan proyek pembangunan

(10)

pabrik semen untuk meningkatkan produksi semen yang dihasilkan PT. Semen Padang Indonesia. Proyek Indarung VI ditargetkan dapat memproduksi semen sebesar 3 ( tiga ) juta ton per tahun.

Dalam pelaksanaaan pembangunan konstruksi Proyek Indarung VI banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 merupakan suatu upaya dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama dibidang sains dan teknologi, tidak akan terasa maksimal manfaatnya jika tidak disertai dengan perkembangan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkompeten dalam bidang tersebut. Dan untuk mendapatkan SDM yang berkompeten dibidangnya, dibutuhkan pembekalan dan pemantapan dengan mengaplikasikan semua teori yang telah didapat didalam bangku perkuliahan kedalam dunia industri. Mengingat dunia industri saat ini terus berkembang berada dengan dunia perkuliahan baik dengan praktek langsung maupun simulasi.

Dalam hal ini pihak Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, khususnya Jurusan Teknik Lingkungan, telah menyusun suatu kurikulum pendidikan yang mencangkup kedua hal yaitu teori dan praktek. Upaya peningkatan kualitas mahasiswa dalam bidang teknologi aplikasi praktek diwujudkan dalam mata kuliah wajib, EVT 4317 (KP). Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan Teknik Lingkungan Institut Sains & Teknologi

(11)

AKPRIND Yogyakarta, sebagai saran untuk latihan mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh dibangku kuliah. Selain itu dengan Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan studi pada Jurusan Teknik Lingkungan dengan lingkungan kerja yang dinamika berkaitan dengan khususnya masalah pengaturan sistem pengolahan lingkungan, sistem penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pengolahan limbah cair / padat / gas / , dan produksi bersih, serta hal – hal yang berkaitan dengan lingkungan yang ada di tempat praktek kerja lapangan.

I.2 Tujuan Praktek Kerja

Tujuan dilaksanakan Kerja Praktek ini adalah :

1. Mengetahui keefektifan pengimplementasian dari Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan di Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI PT. Semen Padang.

2. Mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada pada Proyek Konstruksi Pembangunan Pabrik Indarung VI PT. Semen Padang

3. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.

I.3 Manfaat Praktek Kerja 1. Bagi Mahasiswa

(12)

a. Untuk memperoleh pengalaman secara langsung penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat dalam dunia pendidikan pada dunia industri.

b. Untuk memperoleh pengalaman secara langsung penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat dalam dunia pendidikan pada dunia industri.

c. Untuk melatih kemampuan analisa permasalahan yang ada di lapangan berdasarkan teori yang telah diperoleh.

d. Untuk menambah wawasan tentang dunia kerja sehingga nantinya ketika terjun ke dunia kerja dapat menyesuaikan diri dan terlatih. 2. Bagi Institut Pendidikan

a. Menjalin kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia industri. b. Mendapatkan bahan masukan tentang sistem pengajaran yang lebih

sesuai dengan lingkungan kerja.

c. Untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang dihasilkan.

3. Bagi Perusahaan

a. Membina hubungan baik dengan pihak institusi perguruan tinggi dan mahasiswa.

b. Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia pendidikan di Indonesia.

(13)

I.4 Waktu dan Tempat Kerja Praktek I.4.1 Waktu

Adapun waktu pelaksanaan Kerja Praktik ini dilakukan pada tanggal 01 – 30 September 2015. Kegiatan kerja praktek ini dilakukan setiap hari kerja, yaitu hari Senin s/d Jum’at dan dimulai pukul 07:30-16:30 WIB.

I.4.2 Tempat Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan di PT. Semen Padang, Jln.Raya Indarung, Kota Padang, Sumatra Barat.

(14)

BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

II.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik Indarung I menjadi 330.000 ton/ tahun. Selanjutnya pabrik melakukan transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi proses kering dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV.

Pada tahun 1995, Pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke PT Semen Gresik (Persero)Tbk bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V. Pada saat ini, pemegang saham Perusahaan adalah PT Semen Gresik (Persero)Tbk dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham sebesar 0,01 %. PT Semen Gresik (Persero) Tbk sendiri sahamnya dimiliki mayoritas oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya sebesar 48,09% dimiliki publik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.

(15)

Sejak 7 Januari 2013, PT Semen Gresik (Persero) Tbk berubah nama menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta pada 20 Desember 2012.

II.2 Logo dari Masa ke Masa

Logo PT Semen Padang (PTSP) pertama kali diciptakan pada 1910, semasih bernama Nederlandsch Indische Portland Cement (Pabrik Semen Hindia Belanda). Logonya berbentuk bulat, terdiri atas dua lingkaran (besar dan kecil) dengan posisi lingkaran kecil berada di dalam lingkaran besar. Di antara kedua lingkaran tersebut terdapat tulisan "Sumatra Portland Cement Works". Di dalam lingkaran kecil terdapat huruf N.I.P.C.M, singkatan Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij, sebuah pabrik semen di Indarung, 15 km di timur kota Padang.

Logo itu hanya berumur 3 tahun karena pada 1913 dibuat sebuah logo baru, meski bentuk bulat dengan dua garis lingkaran dan kata-katanya tetap dipertahankan. Hanya saja, NIPCM ditambah dengan NV. Nah, ini yang menarik: ada gambar seekor kerbau jantan dalam lingkaran kecil tampak sedang berdiri menghadap ke arah kiri dengan latar panorama alam Minangkabau. Gambar ini menggantikan posisi huruf NIPCM sebelumnya.

Logo itu diubah lagi pada 1928. Kata Nederlandsch Indische diubah menjadi Padang. Jadi, tulisan di antara kedua lingkaran tersebut adalah N.V. Padang Portland Cement Maatschapij. Di bagian bawahnya tertulis Fabrik di Indarung Dekat Padang, Sumatera Tengah, yang ditulis dengan huruf yang lebih

(16)

kecil. Wah, telah muncul bahasa Melayu, setelah Sumpah Pemuda pada 1928. Dalam lingkaran kecil, selain gambar kerbau, terdapat gambar seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan sebelah kanan kerbau sambil memegang tali kerbaunya. Ada pula gambar sebuah rumah adat, kelihatan hanya dua gonjongnya, di belakang sebelah kanan kerbau. Panorama di latar belakang ditambah dengan lukisan Gunung Merapi, lambang sumarak ranah Minang. Gambar kerbau tetap ditampilkan mendominasi di lingkaran kecil tersebut.

Jepang kemudian datang membawa perubahan, NV PPCM diganti dengan Semen Indarung. Logo PT SP tidak diubah, kecuali perubahan tulisan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Demikianlah sampai Perang Kemerdekaan (1945-1949). Ada sedikit perubahan, yaitu digantinya tulisan Semen Indarung dengan Kilang Semen Indarung. Namun, saat Belanda kembali pada 1950, nama NVPPCM muncul kembali.Logo PTSP dimodifikasi lagi, pada 1958, seiring dengan kebijakan pemerintah pusat tentang nasionalisasi perusahaan asing. Logonya yang bulat dipertahankan, tapi tulisan NV PPCM diganti dengan Semen Padang Pabrik Indaroeng. Gambar kerbau tetap ada. Tapi tiada lagi gambar seorang laki-laki, rumah adat, dan gambar panorama Gunung Merapi. Penggantinya adalah gambar atap rumah gadang dengan lima gonjong di atas gambar kerbau.

Logo PTSP diperbarui lagi pada 1970. Dua lingkaran dihilangkan, sehingga tulisan Padang Portland Cement Indonesia dibuat melingkar sekaligus menjadi pembatasnya. Gambar kerbau hanya menampilkan kepalanya saja dengan

(17)

posisi menghadap ke depan. Di atas kepala kerbau dibuat pula gambar atap/gonjong (5 buah) rumah adat. Muncul pula moto PTSP yang berbunyi "Kami Telah Berbuat Sebelum yang Lain Memikirkan". Namun, pada 1972 logo tersebut dimodifikasi dengan memunculkan dua garis lingkaran: besar dan kecil. Perubahan terjadi lagi pada 1991, saat tulisan Padang Portland Cement menjadi Padang Cement Indonesia.

Pada 1 Juli 2012, PT SP kembali melakukan perubahan logo. Pada perubahan kali ini, PT Semen Padang tidak melakukan perubahan yang bersifat fundamental karena brand perusahaan tertua di Indonesia ini dinilai sudah kuat. Pergantian ini dilakukan dengan pertimbangan, logo yang dipakai sebelumnya memiliki ciri, tanduk kerbau kecil dan complicated (rumit). Mata kerbau kelihatan old (tua), gonjong dominan, dan telinga terlihat off position. Pada logo baru disempurnakan menjadi, tanduk kerbau menjadi besar dan kokoh/melindungi, mata kelihatan tajam/tegas, gonjong menjadi sederhana (crown) , dan telinga pada posisi “on” (selalu mendengar).

Logo baru ini memiliki kriteria dan karakter yang kokoh (identitas semen), universal (tidak kedaerahan), lebih simpel (mudah diingat/memorable), dan lebih konsisten (aplicable dalam ukuran terkecil).

(18)

Gambar II.1 Logo PT. Semen Padang dari masa ke masa

II.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Semen Padang merupakan Perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di lingkungan Direktorat Jendral industri logam, mesin dan kimia, Departemen Perindustrian dan perdagangan mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

(19)

Visi

“ Menjadi perusahaan persemenan yang andal, unggul dan berwawasan lingkungan di Indonesia bagian barat dan Asia Tenggara,”

Misi

1. Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk terkait lainnya yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan.

2. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan berintegritas tinggi.

3. Meningkatkan kemampuan rekayasa dan engineering untuk mengembangkan industri semen nasional.

4. Memberdayakan, mengembangkan dan mensinergikan sumber daya perusahaan yang berwawasan dan lingkungan

5. Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan yang terbaik kepada stakeholder

II.4 Struktur Organisasi PT. Semen Padang

Struktur organisasi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan akan berbeda satu sama lain, yaitu disesuaikan dengan bentuk serta besar kecilnya perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, maka struktur organisasinya juga akan semakin kompleks, sehingga perlu adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas disetiap bagian dalam organisasi. Pelimpahan wewenang oleh atasan kepada bawahan akan menciptakan suatu tanggung jawab dalam organisasi yang akan ditunjuk dengan adanya suatu struktur organisasi.

Struktur organisasi yang dibuat dapat berubah-rubah sesuai dengan perkembangan organisasi, begitu pula dengan PT. Semen Padang memiliki

(20)

organisasi yang kompleks. PT. Semen Padang sebagai salah satu BUMN memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

1. Direktur utama

Direktur utama dibantu oleh 4 Direktur, yaitu :

1) Direktur Komersial

2) Direktur Produksi

3) Direktur Keuangan

Departemen yang berada di bawah pengawasan Direktur Utama adalah :

1) Internal Audit

Internal Audit ini terdiri atas 3 Biro, yaitu :

a. Biro Audit Akuntansi & Keuangan Biro Pengawasan Kepatuhan

b. Biro Audit Komersil & Sistem Manajemen c. Biro Audit Teknik, ICT & Proyek

2) Departemen Komunikasi dan Sarana Umum

3) Merupakan suatu unit kerja yang tugas pokoknya adalah membangun dan menjaga citra perusahaan serta membina hubungan yang baik dengan para stakeholder. Departemen Komunikasi dan Sarana Umum Perusahaan dibantu oleh beberapa biro, yaitu :

a. Biro Humas

b. Biro Perwakilan Jakarta

(21)

d. Biro Satuan Pengamanan e. Biro Pekerjaan Umum

2. Direktur Komersial

Direktur Komersial membawahi tiga departemen, yaitu : 1) Departemen Penjualan

Departemen Penjualan dibantu oleh beberapa biro, yaitu: - Biro Penjualan Wilayah I

- Biro Penjualan Wilayah II - Biro Penjualan Wilayah III 2) Departemen Distribusi dan Transportasi

Departemen Distribusi dan Transportasi dibantu oleh 3 biro, yaitu: - Biro Distribusi dan Transportasi I

- Biro Distribusi dan Transportasi II - Biro Pengantongan II

- Biro Pabrik Kantong

3) Departemen

Pengadaan

Departemen Pengadaan dibantu oleh 4 biro, yaitu : - Biro Pengadaan Jasa

- Biro Pengadaan Barang - Biro Pengelolaan Persediaan

- Biro Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan

3. Direktur Produksi

Direktur Produksi membawahi beberapa departemen, yaitu : 1) Departemen Tambang

(22)

Departemen Tambang dibantu oleh beberapa biro, yaitu: - Biro Penambangan

- Biro Pemeliharaan Alat tambang - Biro Pemeliharaan Alat Berat Tambang

- Biro Perencanaan, Pengembangan dan Evaluasi 2) Departemen Produksi II/III

Departemen Produksi II/III membawahi 3 biro, yaitu: - Biro Produksi II dan III

- Biro Pemeliharaan Mesin II dan III

- Biro Pemeliharaan Listrik dan Instrumen II dan III - Biro Pengantongan I

3) Departemen Produksi IV

Departemen Operasional II membawahi 3 biro, yaitu : - Biro Produksi IV

- Biro Pemeliharaan Mesin IV

- Biro Pemeliharaan Listrik & Instrumen IV - Biro Laboratorium Proses

4) Departemen Produksi V

Departemen Operasional III membawahi 3 biro, yaitu : - Biro Produksi V

- Biro Pemeliharaan Mesin V

- Biro Pemeliharaan Listrik & Instrumen V - Biro Tenaga

(23)

5) Departemen Teknik Pabrik

Departemen Teknik Pabrik dibantu oleh beberapa biro, yaitu : - Biro Rendal Produksi & Energi

- Biro Evaluasi & Pengendalian Pemeliharaan - Biro Pelayanan Pabrik

4. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan dibantu oleh beberapa departemen, yaitu:

1) Departemen

Pembendaharaan

Departemen Pembendaharaan membawahi 2 biro dan 1 bidang, yaitu: - Biro Pengelolaan Pendanaan & Perpajakan

- Biro Penagihan

- Bidang Administrasi Perbendaharaan

2) Departemen Sumber

Daya Manusia (SDM)

Departemen SDM membawahi 2 biro, yaitu : - Biro Pembinaan Pendidikan & Latihan - Biro Personalia

- Biro Perencanaan & Pengembangan SDM

3) Departemen

Akuntansi dan Pengendalian Keuangan

Departemen Akuntansimembawahi 3 biro, yaitu : - Biro Akuntansi Keuangan

(24)

- Biro Akuntansi dan Manajemen - Biro Pengembangan & Evaluasi APLP Departemen Sisfo (Sistem Informasi)

Departemen Sistem Informasi membawahi 2 biro, yaitu : - Biro Pengembangan Sistem Informasi

- Biro Pengelolaan Sistem Informasi

II.5 Aktivitas Produksi PT Semen Padang

Aktivitas produksi PT Semen Padang dimulai dari proses penambangan bahan baku sampai proses produksi semen. Total kapasitas produksi PT Semen Padang adalah 6000.000 ton/tahun dengan rincian sebagai berikut :

Pabrik Indarung II : 660.000 ton/tahun (proses kering) Pabrik Indarung III : 660.000 ton/tahun (proses kering) Pabrik Indarung IV : 1.620.000 ton/tahun (proses kering) Pabrik indarung V : 2.300.000 ton/tahun (proses kering) Optimalisasi pabrik : 760.000 ton/tahun

Pabrik Indarung I dinonaktifkan sejak bulan Oktober 1999, dengan pertimbangan efisiensi dan polusi. Pabrik yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 ini dalam proses produksinya menggunakan proses basah.

II.6 Bahan Baku Pembuatan Semen

Untuk membuat semen, ada beberapa senyawa yang harus terdapat pada bahan dasarnya, yaitu :

(25)

- Oksida Kalsium (CaO) - Oksida Besi (Fe2O3) - Oksida Aluminium (Al2O3)

Untuk memenuhi kebutuhan oksida tersebut dapat diperoleh dari bahan baku, bahan baku tersebut adalah :

1. Batu Kapur (Lime Stone)

Batu kapur merupakan sumber calsium Oksida (CaO), kandungan Calsium Oksida dalam Batu Kapur berkisar 50% dan di dalam pengolahan bahan dasar dibutuhkan sekitar 80%

2. Batu Silika (Silica Stone)

Bahan ini dijumpai sebagian mineral dan digunakan sebagai sumber Silika Oksida, Aluminium Oksida dan Oksida Besi, bahan ini mengandung sekitar 65% Oksida Silika, 13% Oksida aluminium dan 7% Oksida Besi, sedangkan kebutuhan dalam pengolahan bahan dasar berkisar 10%

3. Tanah Liat (Clay)

Tanah liat digunakan sebagai sumber Aluminium Oksida dan besi Oksida, yang masing-masingnya mengandung 29% dan 10%, dan pemakaian tanah liat sebagai bahan dasarnya sekitar 9%

4. Pasir Besi (Iron Sand)

Pasir besi merupakan bahan tambahan yang fungsinya adalah untuk memberikan warna lebih gelap pada semen, bahan ini mengandung

(26)

Oksida Besi sekitar 83% dan digunakan sekitar 2% dalam pengolahan bahan dasar.

5. Gypsum

Gypsum merupakan bahan baku tambahan yang didatangkan dari thailand. Gypsum berfungsi sebagai zat pengatur proses settingtime (retarder) atau penahan agar semen tidak cepat mengering dan mengeras. Gypsum yang digunakan dalam pembuatan semen ada dua macam yaitu gypsum Sintetis dan Gypsum Alam, dan penggunaan Gypsum ini pertahun berkisar 90.000 ton.

II.7 Proses Penambangan Bahan Baku

Ada beberapa jenis bahan baku dalam memproduksi semen padang, yaitu : 1. Batu Kapur

Lokasi penambangan berada di Bukit Karang Putih ( ± 2 km dari pabrik). Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka (Open Pit Quarry) dengan bantuan bahan peledak ANFO (Amonia Nitrat Fuel Oil) karena batu kapur bersifat keras dan berbentuk bongkahan. Areal penambangan dibentuk bertangga (banch), bahan peledak ditempatkan dalam lubang dengan susunan paralel atau zig-zag dengan kedalaman 6 – 12 meter, setelah diledakkan material dibawa ke lokasi penghancuran (Lime Stone Crusher) untuk direduksi ukurannya dengan tahapan sebagai berikut :

(27)

a. Material diluncurkan pada rock slide untuk mendapatkan size reduction secara lamiah, dan akhir dari proses ini material menumpuk pada loading area yang berfungsi sebagai stock file. b. Material dari Loading area ditranfer dengan menggunakan Dump

Truck Wheel Loader, dimana material akan megalami proses penghancuran (Size Reduction) oleh Hummer Crusher dengan ukuran akhir material berdiameter 25 mm.

2. Batu Silika (Silica Stone)

Lokasi penambangan berada di Bukit Ngalau (± 1,5 km dari pabrik). Penambangan dilakukan dengan sistem penambangan terbuka artinya material dikeruk dengan menggunakan Dozeer dan Whell Loader tanpa bantuan bahan peledak, selanjutnya Batu Silika diluncurkan ke daerah Rock Slide dan jatuh pada Loading Area, kemudian diangkut dengan truk ke lokasi Silika Crusher untuk direduksi ukurannya melalui tingkat satu. Proses produksi tingkat satu merupakan pengolahan Batu Silika menjadi ukuran dengan berdiameter 25 mm.

3. Tanah Liat (Clay)

Lokasi penambangan berada disekitar pabrik. Penambangan dilakukan secara terbuka, artinya material dikeruk menggunakan Whell Loader dan Excavator kemudian dibawa oleh Dump Truk ke Clat Crusher dan diteruskan ke Clay Storage melalui Belt Conveyor.

(28)

Pasir Besi tidak ditambang disekitar pabrik melainkan didatangkan dari Cilacap yang diangkut dengan Dump Truck kemudian ditumpuk pada Storage dilokasi pabrik.

II.8 Proses Pembuatan Semen

Secara umum proses pembuatan semen terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu, proses basah (wet process) dan kering (dry process). Dulu PT Semen Padang melakukan kedua proses ini, namun karena berbagai pertimbangan dan untuk efesiensi, maka PT Semen Padang sekarang hanya melakukan proses kering saja.

Proses kering merupakan proses pembuatan semen tanpa penambahan air. Proses kering terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Penggilingan bahan baku

Untuk menghindari pengumpalan yang akan terjadi saat penggilingan, maka kandungan air yang terdapat pada setiap bahan baku harus di keringkan. Tujuan pengeringan material adalah untuk memperluas permukaan benda padat akan menutupi benda lain, serta untuk pemerataan campuran dari partikel-partikel padat. Untuk pengeringan digunakan gas panas (gas buang) yang dihasilkan dari kiln, atau gas panas yang di bangkitkan dengan cara membakar bahan bakar dalam sebuah hot air generator.

Alat yang digunakan untuk proses pengeringan dan penggilingan adalah raw mill, yang terdiri dari tiga kompartemen. Kompartemen satu, merupakan kompartemen pengering yang di lengkapi dengan filter yang bertujuan untuk

(29)

mengangkat dan menaburkan material sehingga memudahkan terjadinya pengeringan dan pendistribusian material untuk masuk kedalam kompartemen dua.

Pada kompartemen dua ini terjadi penggilingan terhadap material yang telah mengalami pengeringan sebagian. Setelah digiling material tersebut keluar dari mill melalui sebuah pheriphecal outlet, yang berwujud lubang-lubang berbentuk elips pada bagian tubuh mill. Setelah keluar, material akan jatuh ke sebuah air slide dan terus menuju ke alat transport berikutnya, yaitu elevator.

Dari elevator, material diumpankan ke separator yang nantinya akan memisahkan material dalam bentuk halus dan kasar. Yang halus disebut raw mix berfungsi sebagai umpan kiln, sedangkan yang kasar dibagi menjadi dua aliran, yang satu dikembalikan ke dalam mill untuk digiling kembali bersama dengan fresh feed, dan aliran yang lainya di masukan ke dalam kompartemen tiga. Material yang masuk ke dalam kompartemen tiga akan dikeringkan sambil digiling. Meskipun campuran bahan dasar yang masuk ke dalam mill di atur proporsinya, namun komposisi kimia raw mix masih belum seperti yang di harapkan. Untuk itu perlu dilakukan koreksi dan homogenisasi yang serentak dengan pencampuran. Karena raw mix berbentuk powder, pencampurannya lebih sukar dibandingkan dengan pencampuran slurry. inilah yang menyebabkan raw mix memerlukan alat-alat homogenisasi yang lebih komplek dan mahal.

(30)

Proses pembakaran raw mix dilakukan dalam kiln dengan bahan bakar batu bara. Raw mix yang berasal dari raw mill akan mengalami pembakaran pada kiln yang terdiri dari :

a. Four stage suspension preheater b. Rotary kiln

Four stage suspension preheater terdiri dari empat tingkat cyclone yang disusun secara seri. Setiap cyclone dalam susunan ini mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai alat perpindahan panas (heat exchanger) antar gas panas dengan butir-butir raw mix dan juga sebagai alat pemisah. Tingkat teratas disebut stage satu, merupakan cyclone kembar dengan ukuran lebih kecil dari yang lain, untuk mendapatkan efisiensi pemisahan debu sekitar 93%. Berikutnya terdapat tiga buah cylone tunggal, yang dari atas ke bawah disebut stage dua, stage tiga, dan stage empat.

Proses yang terjadi dalam pembentukan klinker dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Proses preheating

Raw mix diumpankan ke dalam gas duct dari stage dua pada temperatur 700ºc. gas panas yang keluar dari stage II, akan mengalami kontak langsung dengan raw mix sambil bersamaan menuju stage I. dalam cyclone I terjadi pemisahan antara butir-butir raw mix dengan gas panas, dimana gas panas meninggalkan stage I pada temperature 340ºC melalui gas duct stage I, sedangkan raw mix keluar melalui pipa bagian bawah pada suhu 300ºC. selanjutnyaraw mix diumpankan kedalam gas duct cyclone stage II, terjadi

(31)

pemisahan atara butir-butir raw mix dengan gas panas. Gas panas meninggalkan stage II melalui gas duct-nya dalam raw mix keluar melalui down pipa. Peristiwa perpindahan panas dan pemisahan raw mix terjadi pula pada cyclone III, yang menghasilkan material dengan temperature 700C.

b. Proses kalsinasi

Material keluar melalui down pipe dari cyclone III, saluran gas panas yang keluar dari kiln mempunyai temperature 1000ºC. Perpindahan panas yang sangat intensif ini menyebabkan suhu material yang meninggalkan stage adalah 800ºC.

Dengan kondisi ini raw mix diumpankan ke rotary kiln. Dalam rotary kiln, material mengalami kalsinasi selanjutnya.

c. Proses Pemijaran

Material selanjutnya mengalami proses pemijaran, dimana terjadi reaksi pembentukan senyawa-senyawa potensial dalam klinker, dengan temperature maksimum 1000-1450ºC. Pada saat itu, material berwarna putih pijar.

d. Proses pendinginan

Klinker yang mengalami pendinginan pada coolerklinker, masuk melalui inlet cooler pada saat cooler berada pada posisi bawah. Udara pendinginan masuk dari outlet cooler karena tarikan dari klinfar. Pendinginan di cooling zone ini akan menurunkan temperature klinker, hingga mencapai 1200ºC.

(32)

Klinker tersebut akan keluar dan didinginkan secara mendadak di cooler, sampai temperaturnya kurang dari 150ºC.

3. Penggilingan klinker menjadi semen

Setelah mengalami pendinginan, klinker diumpankan ke dalam silo klinker dan selanjutnya akan masuk ke hopper dengan bantuan chute (pengatur masukan bahan klinker). Sebagai bahan tambahan untuk mengatur waktu pengerasan semen (retarder), ditambahkan gypsum. Penambahan gypsum bertujuan untuk mengendalikan setting time, sehingga campuran semen yang di gunakan akan dapat terbentuk sebelum terjadi pengerasan semen. Jumlah penambahan gypsum dikontrak dari prosentase SO³. Kandungan SO³ yang tinggi akan mengakibatkan keretakan pada semen. Selanjutnya klinker dan gypsum dimasukkan ke dalam cement mill untuk proses penggilingan. Penggilingan di cement mill menggunakan grinding media yang berupa bola-bola baja yang berukuran 25-90 milimeter. Mill diputar pada kecepatan tertentu, kemudian bola-bola baja berjatuhan dan menumpuk material. Hasil penggilingan di masukkan ke separator untuk pemisahan. Material yang kasar di kembalikan lagi ke mill bersama-sama dengan umpan cementmill, sedangkan material yang halus ditransoportasikan ke silo semen, dan selanjutnya di teruskan ke packing plant untuk di kantongkan, dan siap untuk dipasarkan.

II.9 Jenis Semen yang diproduksi PT. Semen Padang

PT Semen Padang memproduksi beberapa jenis semen, yaitu : 1. Portland Cement Type I

(33)

Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Lebih tepat digunakan pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% - 0,10 %, dapat juga digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain.

2. Portland Cement Type II

Lebih tepat digunakan untuk konstruksi bangunan yang terbuat dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat lebih tinggi (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10-0,20%) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan di pinggir laut, bangunan di tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

3. Portland Cement Type V

Lebih tepat digunakan untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat > 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

4. Super Masonry Cement

Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick, paving block, tegel dan bahan bangunan lainnya.

(34)

5. Oil Well Cement

Merupakan semen khusus yang lebih tepat digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi. Untuk saat ini jenis OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai "BASIC OWC". Bahanadditive/tambahan dapat ditambahkan/dicampurkan hingga menghasilkan kombinasi produk OWC untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.

6. Portland Pozzolan Cement ( PPC )

Adalah semen hidrolid yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum dan bahan pozzolan. Produk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.

7. Portland Composite Cement ( PCC )

Semen type PCC sudah memenuhi SNI 15 – 7064 – 2004. Semen PCC cocok untuk bahan pengikat dan direkomendasikan untuk penggunaan keperluan konstruksi umum dan bahan bangunan

Kegunaan :

a. Digunakan

(35)

b. Struktur bangunan bertingkat c. Struktur jembatan d. Struktur jalan beton e. Bahan bangunan f. Beton

pratekan dan pracetak, Pasangan bata, plesteran dan acian,Panel beton, Paving block, Hollow brick, batako, genteng, polongan, ubin dll.

Keunggulan :

a. Lebih mudah dikerjakan

b. Suhu beton lebih rendah sehingga

tidak mudah retak

c. Lebih tahan terhadap sulphat

d. Lebih kedap air

e. Permukaan acian lebih halus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

(36)

kerja. Hal ini perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh :

1. Kondisi tempat kerja yang tidak aman 2. Perbuatan yang tidak aman, dan atau

3. Faktor lain seperti lingkungan, kondisi sosial ekonomi, dll

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara mencegah dan mengendalikan terhadap semua sumber bahaya di tempat kerja yang harus dilakukan sejak perencangan usaha hingga usaha tersebut ditutup. Dengan kata lain K3 merupakan usaha yang berkesinambungan dan menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari pekerja, pengawas dan pemilik perusahaan agar semua pihak yang berada di lingkungan kerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan rasa aman dan bebas dari bahaya-bahaya yang timbul akibat kecelakaan kerja sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. (Saniman, 2013)

Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang efisien dan produktif ( Peraturan Menteri Tenaga kerja. Nomor Per.05/Men/1996 ).

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencangkup berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sasaran produksi, manusia dan cara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang dan cara kerja.

(37)

Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 adalah sebagai berikut :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

3. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 4. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran.

5. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi, dan penularan.

III.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan akibat lingkungan kerja. Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan kerja. Bahaya pekerjaan, seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis dan efeknya dapat segera terjadi atau memerlukan waktu yang lama. Efek terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Kesehatan kerja perlu diperhatikan, karena selain dapat menggangu tingkat produktivitas. Kesehatan msayarakat kerja dapat timbul akibat pekerjaannya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja. Tujuan kesehatan kerja adalah :

1. Memelihara dan meningkatkan setinggi-tingginya derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua lapangan pekerja, baik kesehatan fisik, mental, maupun sosial.

(38)

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang disebabkan oleh tindakan / kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan dalam pekerjaannya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi metode kerja, dan lingkungan kerja yang memungkinkan dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit atau perubahan kesehatan.

III.3 Keselamatan Kerja

Keselematan kerja adalah usaha-usaha yang dilakukan di lingkungan kerja untuk mencegah timbulnya segala kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, proses kerja, bahan-bahan produksi, limbah produksi di lingkungan kerja.

Kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Mengingat teknologi sudah maju, maka keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting terhadap resiko bahayanya dalam penerapan teknologi. (Kusumastuti, 2013)

(39)

III.4 Implementasi Budaya Keselamatan Di Industri

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, sebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja tidak hanya akan merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada intraksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, intraksi pekerja dengan mesin dan lingkungan kerja. Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja, sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja.

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu :

1. Moral

Para perusahaan menyelenggarakan program pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja semata–mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal ini untuk meringankan karyawan yang mengalami kecelakaaan dan penyakit akibat kerja beserta keluarganya.

2. Hukum

Terdapat berbagai peraturan perundang–undangan yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja dan sanksi yang ditetapkan bagi pihak– pihak yang melanggar yang terbilang cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang – undang tersebut perusahaan dapat dikenakan denda dan para

(40)

supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggung jawab atas kecelakaan dan penyakit yang berakibat fatal.

3. Ekonomi

Terdapat alasan ekonomi bahwa biaya yang dipukul perusahaan dapat menjadi cukup tinggi, sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi terbilang kecil. Asuransi kompensasi karyawan ditunjukkan untuk memberi ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

III.5 Tujuan dan Sasaran Keselamatan Kerja

Sasaran dari keselamatan kerja meliputi pekerja atau tenaga kerja, peralatan, material dan lingkungan kerja yang mencakup segala tempat baik di darat, laut maupun udara. Sedangkan yang menjadi tujuan dari keselamatan kerja adalah :

1. Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja dari kecelakaan kerja

2. Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara efisien dalam usaha meningkatkan produktivitas

3. Agar proses produksi dapat berjalan dengan aman dan lancer tanpa ada hambatan.

(41)

III.6 Peralatan Keselamatan Kerja

Peralatan keselamatan kerja adalah peralatan yang digunakan atau dipasang untuk melindungi pekerja dan peralatan dari kejadian yang tidak diinginkan. Pada dasarnya alat-alat keselamatan kerja terdiri dari dua macam, yaitu :

1. Untuk mesin-mesin dan alat-alat kerja

Peralatan keselamatan kerja pada bagian ini biasanya sudah disediakan sendiri dari pabrik pembuat alat tersebut dan diberikan buku petunjuk penggunaan jika terjadi kecelakaan kerja.

2. Untuk pekerja

Alat keselamatan kerja atau pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan para pekerja maupun mitra kerja yang berada di lokasi pekerjaan untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan kerja yang terjadi sewaktu menjalankan tugas dan biasanya terbatas pada bagian yang dilindungi saja.

III.7 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang terjadi akibat adanya bahaya-bahaya di lingkungan kerja atau bahaya-bahaya lain yang menimbulkan suatu kerugian pada pekerja mitra kerja maupun peralatan penunjang pekerjaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan. Peristiwa

(42)

kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. (Kusumastuti, 2013) Kerugian yang mungkin terjadi akibat dari kecelakaan kerja diantaranya sebagi berikut :

1. Kerugian yang bersifat ekonomis : a. Kerusakan mesin, bahan dan bangunan b. Hilangnya waktu kerja

c. Biaya pengobatan dan perawatan kerja d. Tunjangan kecelakaan

e. Menurunnya jumlah maupun mutu 2. Kerugian yang bersifat non-ekonomis :

a. Penderitaan korban

b. Luka atau cidera bagi korban c. Kematian bagi korban

Mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak hanya berakibat luka-luka, kelainan tubuh dan cacat. Bahkan kecelakaan tidak jarang kecelakaan dapat merenggut nyawa dan berakibat kematian. (Suma’mur dalam Kusumastuti, 2013)

(43)

III.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan (Suma’mur dalam Indah, 2013):

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibakan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, P3K dan pemeriksaan kesehatan

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktik-praktik keselamatan, atau alat-alat perlindungan diri

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

(44)

7. Penelitian secara statistic, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan sesbabnya

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja

10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat

11. Asuransi, yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan

III.9 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi

Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja

(45)

yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan- ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya

(46)

sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

III.10 Klasifikasi Proyek Konstruksi

1. Proyek Konstruksi Bangunan

Gedung (Building Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan lebih lengkap dan detail.

2. Proyek Bangunan Perumahan

(Residential

Construction / Real Estade)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (Real Estate) dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase pembangunannya serempak dengan penyerahan

(47)

prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan tranfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya).

3. Proyek Konstruksi

Teknik Sipil/Proyek

Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction) umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain. Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan teknologi tinggi.

4. Proyek Konstruksi Industri ( Insustrial Construction )

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian atau teknologi yang spesifik.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN KERJA PRAKTEK

IV.1 Profil Proyek Indarung VI PT. Semen Padang

Proyek indarung VI merupakan proyek pembangunan pabrik semen untuk meningkatkan produksi semen yang dihasilkan PT. Semen Padang Indonesia. Proyek Indarung VI ditargetkan dapat memproduksi semen sebesar 3 (tiga) juta ton per tahun. Pelaksanaan Proyek Indarung VI memasuki effective date atau masa aktif bulan januari 2014 dan ditargetkan selesai pada Kuartal III tahun 2016. Penanganan Proyek Indarung VI dilakukakn secara swakelola oleh PT. Semen Padang melalui workshop dengan kapasitas 2.800 ton per tahun. Workshop ini direncanakan akan melaksanakan fabrikasi 4.000 ton dari 9.000 ton yang sebagian lainnya dikerjakan oleh fabricator local dan nasional.

Pengelolaan Proyek Indarung VI memanfaatkan porsi komponen lokal sebesar 70% dan 30% porsi impor. Rancangan pembangunan Proyek Indarung VI merupakan upaya menumbuhkan green industry yang ramah lingkungan dalam menghasilkan emisi dengan porsi investasi sebesar 10% dari biaya proyek. Unit-unit yang akan dibangun di Proyek Indarung VI yaitu Lime Stone Cruser, Long Belt Conveyor, Lime Stone Storage, Silica Storege, Clay Storage, Iron Sand Storage, Raw Mill, Cyclon Preheater, Silo, Kiln, Cooler, Silo Clinker, Coal Mill, Gypsum Pozzoland & 3rd Material Handling, Cement Mill, and Cement Silo.

(49)

IV.1.1 Organisasi Proyek Indarung VI

Proyek Indarung VI PT. Semen Padang memiliki struktur Organisasi sebagai berikut :

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Proyek Indarung VI

Proyek Idarung VI dipimpin oleh Deputy Project Director dan dibatu oleh 2 (dua) General Manager yaitu GM Enginering dan GM procurement & Suppurting Function. General Manager memiliki unit kerja dibawahnya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Berikut adalah kewajiban dan tanggung jawab masin-masing unit kerja Proyek Indarung VI :

(50)

a. Project Director

Bertanggung jawab penuh terhadap implementasi Sistem Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan di segala aspek kegiatan dan terhadap seluruh personel yang berada di Proyek Pembangunan Indarung VI serta dalam penyediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk berjalannya Sistem Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja yang aman, efisien dan produktif.

b. Deputi Project Director

1. Menciptakan Sistem Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja yang terintegrasi dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;

2. Memastikan semua aktivitas dan prosedur memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan peraturan dan/ atau perundang-undangan yang berlaku;

3. Memberi saran dan usulan kepada Project Director mengenai langkah-langkah yang perlu diambil guna ditaatinya peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan;

4. Memantau kinerja SHE dan bertanggungan jawab kepada Project Director.

c. General Manager Engineering & Construction

1. Membantu Deputy Project Director dalam Pengelolaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan di unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya;

2. Memastikan aktivitas pekerjaan konstruksi berjalan sesuai dengan Prosedur (SOP), peraturan dan/atau perundang-undangan yang berlaku;

(51)

3. Memberi saran dan usulan kepada Deputy Project Director mengenai langkah-langkah yang perlu diambil guna ditaatinya peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan;

4. Memastikan telah dilakukan investigasi dan laporan terhadap kecelakaan yang terjadi kepada Deputy Project Director;

5. Berwenang untuk menghentikan kegiatan/aktivitas yang dilakukan jika dinilai membahayakan terhadap personel danatau peralatan danatau lingkungan;

6. Berwenang untuk memutuskan sanksi terhadap pelanggaran terhadap keselamatan dan keamanan yang dilakukan oleh personelkontraktor atau sub kontraktor seperti kasus pencurian , keamanan dan susila.

d. General Manager Procurement & Supporting Function

1. Membantu Deputy Project Director dalam Pengelolaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan di area yang menjadi tanggung jawabnya;

2. Memastikan aktivitas pekerjaan Procurement berjalan sesuai dengan Prosedur (SOP), peraturan dan/atau perundang-undangan yang berlaku;

3. Memberi saran dan usulan kepada Deputy Project Director mengenai langkah-langkah yang perlu diambil guna ditaatinya peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan;

4. Memastikan telah dilakukan investigasi dan laporan terhadap kecelakaan yang terjadi kepada Deputy Project Director;

5. Berwenang untuk menghentikan kegiatan/aktivitas yang dilakukan apabila dinilai membahayakan terhadap personel danatau peralatan danatau lingkungan;

(52)

6. Berwenang untuk memutuskan sanksi terhadap pelanggaran terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja oleh Supplier atau Rekanan dalam memasok kebutuhan barang dan jasa proyek Indarung VI.

e. Senior Manager

1. Mengawasi implementasi kebijakan Project Director dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan;

2. Memberi dukungan dan memantau pelaksanaan serta peningkatan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan serta kesiapan tanggap darurat di area/unit kerjanya;

3. Meningkatkan pengetahuan, menumbuhkan kesadaran dan peran serta seluruh karyawan/ pekerja di area/unit kerjanya;

4. Mengkoordinir dalam pelaksanaan investigasi dan laporan terhadap kecelakaan yang terjadi;

5. Memberi izin kerja berbahaya di area/unit kerjanya;

6. Mengadakan pertemuan dan inspeksi secara berkala sekurang-kurangnya 1(satu) bulan sekali;

7. Melaporkan pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan secara berkala 3(tiga) sekali kepada General Manager selaku penanggung jawab, tembusannya ke Senior Manager Safety, Health, Enviroment and Security;

8. Menjadi Koordinator tim K3LH/PKTD yang dibentuk di area/unitnya dan memimpin rapat tim K3LH/PKTD minimal satu kali sebulan;

9. Sebagai Koordinator tim K3LH/PKTD bertanggung jawab kepada General Manager selaku Penanggung Jawab.

(53)

1. Mengimplementasikan kebijakan Project Drector dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di area yang menjadi tanggung jawabnya;

2. Menyusun dan melaksanakan program-program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di area/unitnya;

3. Memberi saran kepada Senior Manager yang ditunjuk selaku Koordinator Pelaksana bila terjadi penyimpangan dan atau pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di area/unit kerjanya;

4. Membuat laporan investigasi terhadap kecelakaan yang terjadi; 5. Melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi tidak aman dan

tindakan tidak aman serta sumber bahaya dilingkungan kerja serta mengusulkan perbaikannya kepada Senior Manager;

6. Menjaga dan memelihara kondisi lingkungan, proses dan peralatan kerja sesuai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja;

7. Memberi izin kerja biasa di area/unit kerjanya;

8. Mengadakan pertemuan secara berkala sekurang-kurangnya 2 ( dua ) kali dalam 1 ( satu ) bulan dengan personel, kontraktor dan sub kontraktor yang bekerja di area/unit kerjanya untuk membahas mengenai pelaksanaan SHE;

9. Melaporkan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di area/unit kerjanya secara berkala 1(satu) bulan sekali kepada Senior Manager selaku Koordinator Pelaksana, tembusan ke Senior Manager Safety, Health, Environment and Security ( SHES ). g. Supervisor

1. Membantu Manager dalam mengimplementasikan kebijakan Project Drector dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan;

(54)

2. Memantau pelaksanaan program-program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di area/unitnya;

3. Melaporkan kepada Manager bila terjadi penyimpangan dan/atau pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di area/unit kerjanya;

4. Membantu Manager dalam melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman serta sumber bahaya dilingkungan kerja serta mengusulkan perbaikannya;

5. Menjaga dan memelihara kondisi lingkungan, proses dan peralatan kerja sesuai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja;

6. Mengajukan izin kerja berbahaya yang dilakukan di unit kerja; 7. Membantu koordinasi dengan safety officer di tiap

kontraktor/supplier/vendor dalam penerapan keselamatan & kesehatan dan lingkungan kerja, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) bulan;

8. Menyiapkan laporan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di area kerja yang menjadi tanggung jawabnya secara berkala 1 (satu) bulan sekali kepada Manager.

h. Kontraktor, Supplier dan Vendor

1. Menyiapkan minimal 1 (satu) orang safety officer sebagai penanggung jawab implementasi kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang ditetapkan;

2. Melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman serta sumber bahaya di area kerja yang menjadi tanggung jawabnya serta mengusulkan tindakan pencegahan dan penanggulangannya;

(55)

3. Menjaga dan memelihara kondisi lingkungan, proses dan peralatan kerja sesuai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja;

4. Berkoordinasi dengan supervisor area kerja dan atau SHE Inspector dalam penerapan keselamatan & kesehatan dan lingkungan kerja, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) bulan;

5. Menyiapkan laporan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di area kerja yang menjadi tanggung jawabnya secara berkala 1 (satu) bulan sekali;

i. Seluruh Proyek Personil

Seluruh personel yang berada di area proyek Indarung VI bertanggung jawab untuk bekerja sesuai dengan kebijakan, prosedur SHE serta peraturan perundang – undangan yang berlaku. Setiap personel harus menerapkan disiplin diri, meningkatkan kesadaran terhadap aspek SHE, mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera pada diri sendiri, orang lain atau kerusakan peralatan dan bahan.

IV.1.2 Sistem Manajemen PT. Semen Padang area Proyek Indarung VI Sistem Manajemen Perusahaan PT. Semen Padang area Indarung VI memiliki pedoman Sistem Manajemen. Pedoman ini mengacu kepada peraturan perundangan, standar, dan persyaratan lain sebagimana yang tercantum pada :

1. Undang – Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

(56)

3. Undang – Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

5. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6. Permenaker No. PER. 01/MEN/1980 tentang Kontruksi Bangunan

7. Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP)

8. Pedoman Teknis Pengelolaan Proyek Indarung VI (No.Dok.PD/PIND6/PCRIM/001)

K3LH di semen padang sudang mendapatkan sertifikasi, yaitu Sertifikasi SMK3, Sertifikasi OHSAS dan lainnya.

IV.1.3 Daftar Kontraktor yang Terlibat dalam Pembangunan Pabrik Proyek Indarung VI

Didalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI banyak melibatkan beberpa pihak kontraktor, baik kontraktor lokal maupun kontraktor luar. Berikut daftar kontraktor yang terlibat dalam pembangunan Proyek Indarung VI :

1. PT. Waskita Karya 2. PT. Adhi Karya

3. PT. Pembangunan Perumahan 4. PT. Nindya Karya

(57)

6. PT. Partono Fondas

7. PT. Kwarsa Hexagon ( Sipil ) 8. PT. Kwarsa Hexagon ( ME ) 9. PT. Haskoning Indonesia

IV.3 Pelaksanaan K3 Pada Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI PT. Semen Padang

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Pembangunan Pabrik Indarung VI telah di rangkum dalam SHE Management Plan sehingga manajemen resiko dan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada area royek Indarung VI dapat berjalan dengan baik.

IV.3.1 Safety Health and Environment ( SHE ) Proyek Indarung VI

Safety health and environment (SHE) pada proyek pembangunan pabrik Indarung VI ditujukan untuk membantu organisasi proyek agar dapat mencapai kinerja Keselamatan, Kesehatatan Kerja dan Lingkungan yang baik dan dapat terhindar terjadinya kecelakaan dan penyakit (PAK) pada setiap personel, peralatan serta tercemarnya/kerusakan pada lingkungan untuk mencapai produktivitas/kelancaran aktivitas pada proyek pembangunan Indarung VI.

Berikut merupakan Struktur organisasi dan tanggung jawab SHE & Security Proyek Indarung VI :

(58)

Gambar IV.2 Struktur Organisasi SHE Proyek Indarung VI Tanggung jawab :

a. Senior Manager SHE

1. Mengawasi implementasi kebijakan Project Director dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di seluruh area kerja Proyek Indarung VI;

2. Menjadi Sekretaris Komite K3 yang dibentuk oleh Project Director; 3. Memberi dukungan dan memantau pelaksanaan serta peningkatan

keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan serta kesiapan tanggap darurat diseluruh area kerja Proyek Indarung VI;

4. Meningkatkan ppengetahuan, menumbuhkan kesadaran dan peran serta seluruh karyawan/ pekerja diseluruh area kerja Proyek Indarung VI; 5. Mengesahkan izin kerja berbahaya yang dilakukan oleh unit kerja

(59)

6. Mengadakan pertemuan Komite K3 secara berala sekurang-kurangnya 1 (satu) Bulan sekali dan Inspeksi Komite K3 sekurang-kurangnya 3 (tiga) Bulan sekali;

7. Menyusun laporan pelaksanaan K3L dan melaporkannya secara berkala 3 (tiga) Bulan sekali kepada Instansi terkait, tebusannya ke Deputy Project Director selaku Komite K3 dan Biro K3LH selaku Sekretaris P2K3 PT. Semen Padang.

b. SHE Manager

1. Membantu Senior Manager dalam pelaksanaan / Implementasi kebijakan-kebijakan serta aturan tentang Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan;

2. Melaksanakan program kerja untuk meningkatkan pelaksanaan SHE di area Proyek Indarung VI;

3. Memonitoring pelaksanaan program SHE di area Proyek Indarung VI; 4. Memverifikasi izin kerja berbahaya yang dilakukanoleh unit kerja

diseluruh area kerja Proyek Indarung VI;

5. Bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengawasan, implementasi K3LH sesuai Sistem Manajemen Semen Padang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku selama proyek berlangsung.

c. SHE Inspektor

1. Melakukan inspeksi di area Proyek Indarung VI, terutama yang berkaitan dengan inspeksi khusus seperti alat angkut, listrik, kebakaran, dsb;

2. Mengintegrasikan pola pengelolaan SHE proyek dengan SHE eksisting 3. Menganalisa kinerja pengelolaan SHE proyek

4. Memberikan input terhadap pengembangan sistem SHE proyek d. SHE Officer

1. Rekapitulasi pelaksanaan inspeksi dan pengawasan terhadap keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan kesehatan pekerja, dan pencegahan terhadap kecelakaan kerja

Gambar

Gambar II.1 Logo PT. Semen Padang dari masa ke masa
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Proyek Indarung VI
Gambar IV.2 Struktur Organisasi SHE Proyek Indarung VI

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak minyak hasil ekstraksi soxhlet dengan pelarut n-heksan lebih gelap dibanding dengan maserasi karena mengalami pemanasan selama beberapa hari pada temperatur

Alim Setiawan Slamet, S.TP, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti program dari perusahaan dapat menambah pengalaman dan soft skill sehingga setelah lulus nanti tidak

114 tegangan yang dipasang pada rangkaian photodioda. Karena tegangan yang dihasilkan pada keluaran sangat kecil maka diberikan rangkaian penguatan differensial dan penguatan non

BENER MERIAH ACEH 772 10111605 SMP NEGERI TERPADU SEUMAYOEN NUSANTARA KAB. BENER

karena adanya masyarakat dan hubungan antar individu dalam bermasyarakat. Hubungan antar individu dalam bermasyarakat merupakan suatu hal yang hakiki sesuai kodrat

56 PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk PROD. 57 PT Unilever

Dengan adanya Multi E-Commerce yang dibangun menggunakan Framework Codeigniter ini dapat membantu pengrajin atau penjual kerajinan gerabah untuk memperluas pemasaran

Hal ini dapat membantu untuk memprioritaskan kegiatan yang mencegah atau mengurangi dampak kesehatan pada populasi, dan dengan memperkirakan beban kesehatan di