• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BERBASIS KOMPETENSI KEMBALI TERJEBAK DALAM UTOPIA. Juairiyah Universitas Islam Negeri Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KURIKULUM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BERBASIS KOMPETENSI KEMBALI TERJEBAK DALAM UTOPIA. Juairiyah Universitas Islam Negeri Banjarmasin"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲ͵ KURIKULUM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BERBASIS KOMPETENSI

KEMBALI TERJEBAK DALAM UTOPIA Juairiyah

Universitas Islam Negeri Banjarmasin

Abstrak

Pendidikan diharapkan mampu menegakkan nilai-nilai manusia universal dan mampu mengembangkan kebutuhan dasar belajar bagi tiap anak dengan pemberdayaan kemampuan mereka dalam menghadapi problema kritis. Tuntutan ini dicoba

direaliasasikan ke dalam kurikulum yang berbasis kompetensi. Tujuan mulia tersebut ternyata belum berhasil diwujudkan dalam kurikulum pembelajaran apresiasi sastra yang menuntut terlalu banyak teori tentang sastra yang tidak sesuai dengan tingkat mental siswa terutama tingkat TK dan SD.

Kata kunci: kurikulum, apresiasi sastra, lifeskill.

PENDAHULUAN

Pertemuan UNESCO 1994 berhasil merumuskan penyelenggaraan pendidikan lewat The Delhi Declaration . Dalam deklarasi itu tertuang beberapa rumusan, yaitu (1) pendidikan diharapkan mampu menegakkan nilai-nilai manusia universal, kualitas sumber daya manusia (SDM) dan penghargaannya terhadap keragaman budaya dan (2) dalam kaitan isi dan metode, pendidikan seharusnya mampu

mengembangkan kebutuhan dasar belajar bagi tiap anak, pemberdayaan kemampuan mereka dalam menghadapi problema kritis di antaranya adalah melawan kemiskinan, peningkatan produktiitas, perbaikan kondisi hidup, pelestarian lingkungan, dan mampu memwujudkan dan menegakkan kehidupan masyarakat demokrasi, serta mampu

memperkaya warisan budaya (Djohar, dalam Anshari, 2000:113)

Rumusan di atas sejalan dengan Kebijakan dan Strategi Pendidikan Nasional, antara lain dijabarkan dalam visi, misi, dan tujuan

Pendidikan Nasional. Visi Pendidikan Nasional melalui terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa serta memberdayakan semua warga negara berkualitas. Misi yang terkandung terdiri dari, (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan, (2) memfasilitasi potensi anak sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka

mewujudkan masyarakat belajar, (3) meningkatkan kesiapan input dan kualitas proses pendidikan, pembentukan

kepribadian bermoral agama, penguasaan iptek dan life skill, (4) profesionalitas dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman, nilai berdasarkan standar nasional dan global, dan (5) peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan otonomi dalam konteks Negara Kesatauan Republik

Indonesia. Adapun Tujuan Pendidikan Nasional itu sendiri membangun potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman

(2)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲͶ dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, kompeten, terampil, kreatif, mandiri, estetis, demokratis, tanggung jawab, memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan (Syafi’ie, 2002)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan mempersiapkan SDM yang unggul, kompetitif, dan

kooperatif yang memenuhi standar nasional dan internasional adalah meningkatkan penguasaan life skills (kecakapan hidup). Penguasaan kecakapan hidup bagi peserta didik diharapkan dapat membekali diri mereka dengan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga mereka memiliki nilai tambah dan mampu bersaing secara internasional. Di samping itu, mereka dapat mengenali potensi diri, lingkungan dan bagsanya sehingga menjadi kan hidup mereka lebih bermakna.

KECAKAPAN HIDUP

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun pun tetap memerlukan kecakapan hidup karena akan tetap menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan juga memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentu juga

memiliki permasalahan yang harus dipecahkan.(Depdikbud)

Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu:

a. kecakapan mengenal diri (self awarness) yang juga sering disebut kemampuan personal (personal skill):

b. kecakapan berpikir rasional (thinking skill);

c. kecakapan sosial (social skill); d. kecakapan akademik (academic

skill);

e. kecakapan vokasional (vocational skill)

Kecakapan mengenal diri sendiri 1) penghayatan diri sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara;

2) meyadari dan mensyukuri kelebihan dankekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) mencakup:

1) kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), 2) kecakapan mengolah informasi

dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill),

3) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill)

(3)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲͷ Kecakapan sosial (social skill)

1) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) 2) kecakapan bekerjasama

(collaboration skill)

Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik akanmenumbuhkan hubungan yang harmonis. KecakapanAkademik 1) identifikasi variabel 2) merumuskan hipotesis 3) melaksanakan penelitian Kecakapan vokasional (vocational skill) sering disebut keterampilan kejuruan,artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat Kecakapan hidup itu sendiri

dirumukan lebih jauh dalam kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan menciptakan siswa yang berkompeten dengan cara belajar tuntas.

IMPLEMENTASI KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

Pembahasan pendidikan kecakapan hidup diorientasikan pada berbagai jenjang pendidikan mulai TK/SD/SLTP terfokus pada kecakapan hidup secara umum

(general life skill) yang mencakup kesadaran diri atau kecakapan personal (self awareness or personal skill), kecakapan berpikir rasional (thinking skill), dan kecakapan sosial (social skill). Di tingkat SMU terfokus pada kecakapan akademik (academic skill)

dengan terus memantapkan kecakapan hidup secara umum. Implementasi kecakapan hidup dalam pembelajaran sastra mencakup kemampuan mengapresiasi sastra.

Pada level 0 di tingkat TK, tujuan apresiasi sastra, yaitu siswa

mendeklamasikan beberapa sajak dan lagu atau syair yang sudah dihapa, menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan guru dan mengapresiasikan diri melalui dramatisasi. Level 1

mendeklamasikan puisi, lagu,

mendengarkan dan membaca dongeng, bermain peran. Level 2 mendengarkan, mengikuti, dan mengingat

cerita/dongeng/cerita rakyat, membaca dalam hati teks fiksi, membaca

bersuara/nyaring puisi/syair lagu/cerita anak-anak, mendengarkan pembacaan teks drama, mencatat penokohan dalam cerita, memberikan tanggapan cerita/peristiwa, dan mendengarkan hasil sastra (pantun). Level 3 siswa dapat memahami isi karya sastra melalui kegiatan mendengarkan, membaca, dan melisankan hasil karya sastra. Siswa dapat mendengarkan puisi secara

apresiatif,mendengarkan dan mengikuti cerita rakyat, melisankan hasil sastra, menulis hasil sastra, dan memerankan cerpen anak. Level 4 siswa melisankan puisi dan drama, mendengarkan pembacaan cerpen dongeng, dan kutipan novel. Level 5 siswa mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan pembaca puisi, cerpen, novel, atau drama danmenceritakan kembali dan membahas unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, menulis ringkasan, dan membaca puisi, atau penggalan cerpen, novel, atau drama serta memerankan penggal cerpen, novel, atau drama. Level 6

(4)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲ͸ mengapresiasi sastra melalui mendengarkan

dan menonton pementasan drama, puisi atau pembaca cerpen, mengiterpretasi teks, puisi, cerpen, novel, dan drama serta menganalisis unsur-unsur yang terdapat di dalamnya serta memerankan tokoh-tokoh dalam drama.

Secara leboh terperinci pembelajaran apresiasi sastra pada level 6 adalah sebagai berikut.

Membaca puisi dan mendiskusikan isinya:Membaca puisi dengan penghayatan sesuai isi, mendiskusikan puisi dari segi bahasanya, menangkap pokok yang digambar/diceritakan dalam puisi.

Menganalisis tema penokohan: mengenali danmemahami pelaku dalam perwatakannya melalui dialog drama

Memahami latar dan tema dalam pementasan drama: menonton pementasan drama dan menangkap latar serta tema dengan memberikan alasan, menangkap dan memahami pelaku dan perwatakan dalam cerpen yang dibacakan

Membaca teks gurindam XII dan mendiskusikan pesan /amanat; membaca gurindam XII dengan lafal dan intonasi yang wajar, mendiskusikan pesan/amant dalam gurindam XII

Menanggapi tema karya sastra: menanggapi tema karya sastra yang berkaitan dengan manfaat isinya untuk memperbaiki perilaku dan pola hidup diri sendiri.

Menulis kritik dan esai tentang seni dan film: menuliskan kritik dan esai tentang sastra dan film didukung teori dan alasan

Memerankan berbagai emosi dan perangai tokoh: memerankan berbagai emosi dan perangai tokoh dengan penghayatan.

Membaca cerpen/drama: lancar membawakan kalimat-kalimat dengan jelas cerpen dan drama, menangkap dan

memahami pelaku dan perwatakannya dalam cerpen yang dibacakannya.

Menulis resensi: menilai hasil karya sastra berdasarkan kelebihan dan

kekurangannya.

Melisankan dialog drama: melisankan dialog drama dengan lancar dan jelas, menyertai pembawaan dialog dengan perasaan dan imajinasi

Membuat ikhtisar novel/cerpen dan drama: memahami isi cerpen, novel, atau drama dan membuat ikhtisarnya.

Membaca karya sastra terjeamhan dan karya sastra Indonesia: Memahami karya sastra terjemahan diri karya sastra Indonesia serta membandingkan nilai-nilai budaya di dalamnya.

Menulis resensinovel karya pengarang Indonesia: Menilai karya seseorang

berdasarkan kelebihan dan kekurangannya. Mendeskrisikan watak pelaku dalam cerpen, novel dan drama: memahami isis karya sastra dan mendeskripsikan watak pelaku-pelakunya dengan memberikan contoh kalimat pendukung

Membaca karya sastra yang mendapat penghargaan: memahami dan membahas sastra yang mendaapt penghargaan dari berbagai aspek

Mendengarkan pembacaan karya sastra lama: Menangkap dan memahami jalan cerita dalam hikayat yang dituturkan, menangkap dan memahami latar dan hikayat yang dituturkan, menagkap dan memahami tema dalam kalimat yang dituturkan.

Melihat urutan pokok bahasa yang dirumuskan tergambar suatu kegiatan yang

(5)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲ͹ terpecah-pecah. Siswa tidak dibimbing

untuk diarahkan pada suatu kemampuan tertentu sehingga berkompeten semisal membuat cerpen atau membuat puisi. Siswa digirng untukmenguasai berbagai kegiatan yang menuntut kepiawaian yang tinggi, seperti merensensi atau mengkritik karya sastra. Kedua kemampuan ini merupakan kemampuan seorang pakar. Ini perlu diingat kritikus sastra Indonesia saat ini belum ada yang memadai (Pradopo, 2000). Seorang kritikus dituntut memiliki pengetahuan luas tentang teori dan sejarah sastra. Bagaimana seorang anak SD memiliki kemampuan seperti itu. Kita perlu realistis dalam hal ini Secara psikologis anak belum mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. mental mereka belum stabil masih perlu bimbingan guru.

PENUTUP

Dengan perumusan kurikulum yang terlalu melambung membuat daftar panjang keprihatinan kita tentang pembelajaran sastra saat ini. Upaya yang dilakukan Taufik Ismail menjadi mubazir karena kurangnya kepekaan penyusun kurikulum terhadap perkembangan psikologi anak. Akhir kata

sebuah proyek besar yang telah dicanangkan dan disusun secara berkelanjutan kembali terjebak dalam ketidakpastian.

(6)

Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007 ͳͲͺ DAFTAR PUSTAKA

Anshari. 2002. Penguasaan Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Makalah diskusi kelas PPS Univ. Negeri Malang.

Departemen Pendidikan nasional, 2002. Draf Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum Nasional

Pradopo, Rahmat Djoko. 2000. Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Syafi’ie, Imam, 2002a. “Kebijakan dan Strategi pendidikan Nasional”, Bahasa Perkuliahan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang

.

Syafi’ie, Imam, 2002a. “Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Bahasa Perkuliahan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan, studi literatur, pengumpulan data sekunder (mengumpulkan 100 data

Mivel egyre több kutatóhelyen, doktori iskolában folynak az agrárinformatikai tématerülethez kapcsolódó kutatások, a folyóirat szükséges közvetít ő közeget

Namun terlihat dalam tabel kontingensi walaupun hasil dari tabel yaitu ada pengaruh antara pemakaian kontrasepsi IUD dengan kejadian vaginitis tetapi dalam

Hasil pengujian kepekaan antiserum poliklonal CMV untuk deteksi CMV pada tanaman anthurium yang terinfeksi dengan uji ELISA tidak langsung menunjukkan bahwa konsentrasi antiserum

Perlakuan yang diberikan kepada responden berupa pendidikan kesehatan tentang cara merawat lansia dengan gangguan eliminasi yang diberikan sebanyak tiga kali dapat

Sekitar pukul 10.00 wita sebelum break, fasilitator memberikan tugas kepada masing-masing group untuk membuat yel-yel yang menyebutkan nama group, Yakobi dan

Dia memberikan yang terbaik kepada mereka yang menyerahkan pilihan kepada-Nya.” Yang pertama-tama harus kamu lakukan dalam mencari kehendak Tuhan adalah mengesampingkan kehendak

Penguasaan yang dimaksud dijelaskan dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 dalam penjelasan umum: bahwa “P enguasaan hutan oleh negara bukan merupakan pemilikan,