• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Klasifikasi hipertensi Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer (2005), terbagi menjadi dua jenis yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Klasifikasi hipertensi Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer (2005), terbagi menjadi dua jenis yaitu:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 1. Pengertian

Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2005). Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140 mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik.

Task Force Report on High Blood Pressure in Children and Adolescents

(1987; dalam Saing, 2005) mengemukakan definisi hipertensi pada remaja adalah apabila rata-rata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah diastolik lebih tinggi atau sama dengan persentil ke-95 terhadap umur dan jenis kelamin pada tiga kali pemeriksaan. Khusus untuk remaja, Gauthier dalam Saing (2005) membagi hipertensi tersebut menjadi hipertensi ringan apabila tekanan darah 140/90 – 149/99 mmHg, hipertensi sedang 150/100 – 159/109 mmHg, dan hipertensi berat = 160/110 mmHg. Jadi pada remaja, dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg.

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Palmer (2005), terbagi menjadi dua jenis yaitu:

(2)

a. Hipertensi esensial (primer)

Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor pola hidup seperti kurang bergerak dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder

Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).

3. Penyebab hipertensi

Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar tidak diketahui terutama yang esensial, namun demikian terdapat beberapa faktor resiko terkena darah tinggi, misalnya: kelebihan berat badan, kurang berolahraga, pola istirahat yang tidak teratur, mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang mengkonsumsi buah dan sayuran segar, terlalu banyak minum alkohol (Palmer, 2005).

4. Manifestasi klinis

Rokhaeni (2001) menyatakan bahwa manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

(3)

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Secara umum, hal ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Manifestasi klinis hipertensi secara umum adalah: sakit kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, penglihatan berkunang-kunang, kesemutan pada kaki dan tangan, dan lain-lain (Smeltzer & Bare, 2002).

5. Cara penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler. Depkes RI (2009) menyatakan bahwa prinsip penatalaksanaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat (non farmakologis)

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan d) Penurunan asupan etanol e) Menghentikan rokok 2) Latihan Fisik

Empat prinsip latihan fisik untuk penderita hipertensi antara lain: a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

(4)

b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat (farmakologis)

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.

6. Komplikasi hipertensi

Stroke merupakan salah satu komplikasi dari tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Komplikasi akibat hipertensi yang lain adalah terjadinya infark miokard. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

(5)

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2000).

Gagal ginjal juga dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, dan glomerolus. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Selain itu, hipertensi Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung sehingga menyebabkan bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002).

7. Cara pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien yang istirahat cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit (Corwin, 2000). Menurut Joint National Committeon Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of Hight Blood Pressure (1997) juga menyebutkan bahwa

pengukuran tekanan darah dianjurkan pada posisi duduk setelah beristirahat selama 5 menit dan 30 menit bebas rokok atau minum kopi. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkar paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2/3 kali panjang lengan atas. Sedangkan alat ukur yang dipakai adalah Sphygmomanometer air raksa.

Banyak alat yang dapat digunakan untuk pengukuran tekanan darah baik tensimeter digital, tensimeter pegas, maupun tensimeter air raksa.

(6)

Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter air raksa dilakukan dengan memasang manset pada lengan atas, kira-kira 4 cm di atas lipatan siku. Jari tangan diletakkan di lipatan siku unuk meraba denyut pembuluh nadi, pompa karet ditekan dengan tangan kanan agar udara masuk ke dalam, sampai denyut pembuluh tidak teraba lagi. Kemudian, stetoskop dipasang dilipatan siku sambil ventil putar dibuka sedikit secara perlahan untuk menurunkan tekanan udara dalam manset. Dengan memperhatikan turunnya air raksa pada silinder petunjuk tekan manometer (yang menunjukkan tekanan dalam manset), telinga mendengarkan bunyi denyut nadi dengan bantuan stetoskop. Pada saat tekanan udara dalam manset naik sampai nilai tekanan lebih dari tekanan rendah, maka suara denyut pembuluh nadi menghilang (Perry & Potter, 2005).

B. Faktor Resiko Hipertensi

Hasil penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manifestasi penyakit. Saing (2005) menyatakan bahwa hipertensi esensial dipengaruhi beberapa faktor yaitu : ciri individu seperti umur, jenis kelamin, obesitas dan stres, faktor genetik riwayat keluarga, serta faktor perilaku yang meliputi pola makan, pola istirahat/tidur, merokok, konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah ini :

1. Umur

Menurut Gray (2005) baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg). Susalit dkk (2001) dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun.

(7)

Hal ini disebabkan karena pada usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah darah ke otak dan organ target. Saat usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. Disamping itu, semakin bertambah usia maka keadaan sistem kardiovaskulerpun semakin berkurang, seperti ditandai dengan terjadinya arterioskilosis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Darmojo, 2001).

Penelitian dari Budi Raharjo dkk dalam Azwar (2009) menyimpulkan prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan umur sebagai berikut :

Tabel 2.1 Prevalensi hipertensi berdasarkan umur

No Golongan umur (tahun) Prevalensi (%)

1. 2. 3. 4. 5. 20-29 30-39 40-49 50-59 > 59 6,10 6,70 10,10 10,20 13,0 Sumber : Azwar, 2009. 2. Riwayat keluarga

Menurut Susalit dkk (2005) menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan obesitas. Budiman (2009), juga menyatakan bahwa terjadinya hipertensi pada awalnya tergantung dari faktor keturunan sedangkan faktor lingkungan banyak berpengaruh setelah individu tersebut dewasa.

Hal ini mendukung pendapat bahwa faktor riwayat keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap timbulnya hipertensi. Penelitian sigarlaki (2008) yang dilakukan di RSU FK-UKI jakarta menemukan bahwa orang

(8)

yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko hampir 6 kali untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

3. Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berkelebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2005).

Penelitian The Second National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES II) penderita berat badan lebih (overweight) yang berumur 20-75 tahun dengan BMI > 27 akan mengalami kemungkinan hipertensi 3 kali lipat dibandingkan dengan tidak berat badan lebih. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah (Suarthana dkk, 2005).

Obesitas akan mengakibatkan hiperleptinemia, ini mungkin terjadi karena adanya resistensi leptin. Beberapa teori menjelaskan resistensi leptin ini telah dikemukakan, diantaranya adalah karena adanya antibodi terhadap leptin, peningkatan protein pengikat leptin sehingga leptin yang masuk ke otak berkurang, adanya kegagalan mekanisme transport pada tingkat reseptor untuk melewati pembuluh darah otak dan kegagalan mekanisme signal. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang membandingkan efek leptin pada binatang

(9)

percobaan dengan berat badan normal, obesitas dan hipertensi. Dimana didapatkan adanya kegagalan fungsi leptin pada obesitas dan hipertensi (Suarthana dkk, 2005).

4. Stres

Stres menurut Keliat (2004) adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara psikologis, fisiologis, dan perilaku. Respon secara psikologis antara lain berupa emosi, kecemasan, depresi, dan perasaan stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mulas, badan berkeringat, peningkatan tekanan darah, dan jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi.

5. Pola makan

Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olah raga atau menjalankan aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan yang berlemak juga banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari ataupun berolahraga, selain itu makanan berlemak juga meningkatkan kolesterol darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Selain makanan berlemak, konsumsi garam yang berlebih juga akan meningkatkan resiko hipertensi (Perry & Potter, 2005).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Garam berhubungan erat dengan terjadinya

(10)

tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004). Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000).

Selain garam konsumsi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol juga dapat memicu terajadinya hipertensi pada remaja. Lemak merupakan zat gizi yang terdiri dari molekul karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O²). yang mempunyai sifat dapat larut pada zat pelarut tertentu. Beberapa jenis bahan makanan yang mengandung lemak, seperti : mentega, margarine, minyak (minyak kelapa atau minyak jagung), susu, keju, daging dan lain-lain. Satu gram lemak setara dengan 9 kalori, AKG (Angka Kebutuhan Gizi) harian untuk lemak sebesar 62 gram. Adapun konsumsi kolesterol dibatasi agar tidak melebihi 300 mg per hari. Jika konsumsi lemak dan kolesterol melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh maka lemak akan akan mempengaruhi proses aliran darah akibat adanya plague pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan dapat meningkatkan tekanan darah (Wiryowidagdo, 2004).

Makanan junk food juga merupakan salah satu jenis makanan yang dapat mencetuskan hipertensi. Junk food ialah makanan tidak bergizi, atau makanan yang tidak berguna. Istilah ini untuk menunjukkan makanan-makanan yang dianggap tidak memiliki nilai nutrisi yang baik. Biasanya makanan junk food

(11)

termasuk makanan–makanan cepat saji (fast food) yang mengandung lemak tinggi, seperti hamburger, pizza, ayam goreng (yang digoreng beserta kulitnya) serta cemilan-cemilan seperti kentang goreng bermentega (friench

fries), Keripik kentang keju, biskuit gurih, dan manis, serta minuman bersoda

yang sangat disukai remaja (Sari, 2008).

Makanan junk food jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas (kegemukan), diabetes (kencing manis), hipertensi, pengerasan pembuluh darah (ateroskleresis), penyakit jantung koroner, stroke, kanker. Penyakit ini biasanya menyerang orang tua usia 40 tahun, tetapi sekarang penyakit ini menyerang remaja di seluruh dunia. Salah satu faktor yang diduga kuat sebagai penyebab adalah konsumsi

junk food yang meningkat pada remaja di Negara maju tersebut. Hal ini

ditandai dengan meningkatnya jumlah anak yang mengalami kegemukan di Negara- Negara itu. Seberapa banyak remaja yang disebut berlebihan, sangat bergantung pada pola makan sehari- hari. Jika sehari-hari sudah cukup protein dan lemak, tambahan jajanan seperti ini tentu akan membahayakan, apa lagi jika tidak diimbangi dengan makan sayur dan buah yang cukup (Sari, 2008).

6. Pola istirahat/tidur

Pola istirahat/tidur juga sangat erat kaitanya dengan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara pola tidur dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Pola tidur yang kurang teratur dan sering tidur terlalu malam dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini

(12)

dapat dihubungkan dengan pengaruh pola istirahat/tidur yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

7. Perilaku merokok

Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh.

8. Konsumsi alkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi yang pasti belum diketahui. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Konsumsi alkohol dapat mengakibatkan peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Alkohol juga diduga mempunyai efek pressure langsung pada pembuluh darah, karena alkohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan natrium intrasel dan menghambat pertukaran natrium dan kalsium seluler yang akan memudahkan kontraksi sel

(13)

otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih sensitive terhadap zat-zat pres

sure seperti angiotensin dan katekolamin (Mansjoer, 2005).

C. Remaja

Remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, dianatara masa anak-anak menuju masa dewasa (Kusmiran, 2012). WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi yaitu: Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Batasan usia remaja adalah masa diantara 12 – 21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir (Soetjiningsih, 2002). Remaja awal adalah masa yang ditandai dengan berbagai pertumbuhan perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri. Remaja pertengahan ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja akhir ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat.

Ciri remaja menurut Hurlock (1999) yaitu: Masa remaja adalah masa peralihan yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan. Ada 4 perubahan pada remaja yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan

(14)

masalahnya tanpa meminta bantun orang lain. Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : (Saing, 2005) Faktor Genetik (Hereditas)

Riwayat hipertensi dalam keluarga

Faktor Perilaku 1. Pola makan (konsumsi

garam) 2. Pola istirahat/tidur 3. Perilaku merokok 4. Konsumsi alkohol Kejadian hipertensi Faktor Individu 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Stress 4. Obesitas

(15)

E. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Gambar 2.2 kerangka konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh peneliti ada dua kategori, yaitu : 1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas atau independen merupakan suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen (terikat) dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2003). Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pola makan, pola istirahat/tidur, obesitas, hereditas, konsumsi alkohol, dan perilaku merokok.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

Pola makan (konsumsi garam)

Kejadian hipertensi Pola istirahat/tidur Obesitas Hereditas Konsumsi Alkohol Perilaku Merokok

(16)

G. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka konsep penelitian di atas, maka hipotesa yang dapat dirumuskan adalah:

1. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

2. Ada hubungan antara pola istirahat/tidur dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

3. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

4. Ada hubungan antara hereditas dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

5. Ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

6. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Semarang.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori  Sumber : (Saing, 2005)
Gambar 2.2 kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi sebagai bahan masukan SDM terutama perawat yang bekerja di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh Aktivitas Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar dan Prestasi

Dari grafik di atas, harga saham AALI justru naik meskipun laba perusahaan sedang mengalami penurunan, penurunan laba tersebut terjadi bukan karena kinerja perusahaan

“Suatu benda yang tercelup dalam zat cair baik sebagian ataupun seluruhnya, akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan” merupakan isi

Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia, oleh Anggraini alam terhadap kasus anak dirawat dengan indikasi kejang disertai demam, menghasilkan masih tingginya risiko

Penelitian tugas akhir ini menghasilkan sebuah peta persebaran minimarket yang mengacu pada peraturan pemerintah daerah Kabupaten Kudus No 6 tahun 2013, yang memperoleh hasil

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak