• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011

TENTANG

PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19, Pasal 27 ayat (2), Pasal 44 ayat (5), Pasal 61, Pasal 68, dan Pasal 111 Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Petambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perizinan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Logam dan Batubara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahn Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(2)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172); dan

12. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA

PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang izin usaha pertambangan.

2. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut WIUPK, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertarnbangan Khusus.

3. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

4. Operasi produksi adalah tahapan kegiatan usaha

pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan

(3)

penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

5. Izin usaha pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.

6. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

7. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

8. Izin usaha pertambangan khusus, yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus. 9. IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk

melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di WIUPK.

10. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di WIUPK. 11. Badan usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di

bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12. Badan usaha milik negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah BUMN yang bergerak di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Badan usaha milik daerah, yang selanjutnya disebut BUMD, adalah BUMD yang bergerak di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Lelang adalah cara penawaran WIUP/WIUPK dalam rangka pemberian IUP/IUPK Eksplorasi dan/atau IUP/IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara.

15. Dokumen lelang adalah dokumen yang memuat paket informasi dan tata cara pelelangan yang disiapkan oleh Panitia Lelang.

16. Dokumen penawaran adalah dokumen yang diajukan untuk mengikuti lelang sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen Lelang.

17. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari peserta lelang sebelum memasukan penawaran. 18. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,

perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

(4)

20. Rencana Kerja Anggaran Biaya, yang selanjutnya disebut RKAB, adalah rencana kegiatan dan anggaran yang wajib disampaikan oleh pemegang IUP/IUPK setiap tahun takwim pada bulan November.

BAB II

LELANG WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN

DAN LELANG WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS Bagian Kesatu

Persiapan Lelang Paragraf 1

Umum Pasal 2

(1) Kegiatan usaha pertambangan mineral logam dan batubara hanya dapat dilakukan dalam WIUP/WIUPK pada suatu WUP/WUPK.

(2) WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. WIUP/WIUPK Eksplorasi; dan b. WIUP/WIUPK Operasi Produksi.

(3) WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan gubernur dan bupati/walikota setempat.

(4) WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan klasifikasi atas kelengkapan dan keakuratan data geologi, penyelidikan umum, eksplorasi, kondisi potensi mineral atau batubara untuk menentukan besaran harga kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi.

(5) Kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan nilai minimum harga dasar lelang WIUP/WIUPK.

(6) Klasifikasi dan besaran harga kompensasi data informasi atau

total biaya pengganti investasi pada WIUP/WIUPK

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(7) Ketentuan mengenai penetapan WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.

Pasal 3

Menteri menyerahkan WIUP yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 kepada Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah tanggal penetapan.

(5)

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan di WIUP kepada masyarakat secara terbuka sebelum dilakukan pelelangan WIUP paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima WIUP dari Menteri.

(2) Menteri wajib mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan di WIUPK kepada masyarakat secara terbuka sebelum dilakukan pelelangan WIUPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah penetapan WIUPK.

(3) Pelaksanaan lelang WIUP/WIUPK dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengumuman WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Pengumuman lelang WIUP/WIUPK dilaksanakan secara terbuka:

a. paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan 1 (satu) media cetak nasional, dan/atau media elektronik;

b. di kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang mineral dan batubara; dan

c. di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.

Pasal 5 (1) Lelang WIUP dilakukan oleh:

a. bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/ kota atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai;

b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis

pantai setelah mendapatkan rekomendasi dari

bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau wilayah laut di atas 12 (dua belas) mil dari garis pantai.

(2) Lelang WIUPK dilakukan oleh Menteri. Pasal 6

(1) Dalam hal Menteri akan melakukan pelelangan WIUP/WIUPK, terlebih dulu harus mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota.

(2) Dalam hal Gubernur akan melakukan pelelangan WIUP,

terlebih dulu harus mendapat rekomendasi dari

Bupati/Walikota.

(3) Gubernur dan/atau bupati/walikota harus memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

(6)

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi.

(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berupa pemberian pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dalam rangka pelelangan WIUP.

(5) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja tidak memberikan

jawaban, Gubernur dan/atau Bupati/Walikota yang

bersangkutan dianggap menyetujui untuk dilakukan lelang WIUP.

Paragraf 2

Pembentukan Panitia Lelang Pasal 7

(1) Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib membentuk panitia lelang WIUP untuk pelaksanaan lelang WIUP mineral logam atau batubara paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengumuman WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

(2) Menteri wajib membentuk panitia lelang WIUPK untuk pelaksanaan lelang WIUPK mineral logam atau batubara paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengumuman WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).

(3) Panitia lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri c.q. Direktur Jenderal,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

(4) Panitia lelang WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri c.q. Direktur Jenderal. (5) Panitia lelang WIUP/WIUPK yang dibentuk oleh Menteri c.q. Direktur Jenderal berjumlah gasal dan paling sedikit beranggotakan 7 (tujuh) orang yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara, terdiri atas wakil dari:

a. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; b. pemerintah provinsi; dan

c. pemerintah kabupaten/kota.

(6) Panitia lelang WIUP/WIUPK yang berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit meliputi wakil dari:

a. Direktorat Jenderal; dan b. Badan Geologi.

(7) Panitia lelang WIUP yang berasal dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan huruf c merupakan wakil dari instansi

(7)

teknis provinsi, kabupaten/kota yang tugasnya di bidang pertambangan mineral dan batubara.

(8) Panitia lelang WIUP yang dibentuk oleh Gubernur berjumlah gasal dan paling sedikit beranggotakan 5 (lima) orang yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara, terdiri atas wakil dari :

a. pemerintah provinsi;

b. pemerintah kabupaten/kota; dan/atau

c. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

(9) Panitia lelang WIUP yang dibentuk oleh Bupati/Walikota berjumlah gasal dan paling sedikit beranggotakan 5 (lima) orang yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara, terdiri atas wakil dari :

a. pemerintah provinsi;

b. pemerintah kabupaten/kota; dan/atau

c. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

(10) Panitia lelang WIUP yang berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf c dan ayat (9) huruf c paling sedikit meliputi wakil dari:

a. Direktorat Jenderal; dan/atau b. Badan Geologi.

Pasal 8

(1) Kompetensi di bidang pertambangan mineral atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5), ayat (8), dan ayat (9) paling sedikit beranggotakan 1 (satu) orang yang mempunyai latar belakang pendidikan minimal S1 (strata satu) geologi, pertambangan, dan/atau pengolahan mineral atau batubara.

(2) Panitia lelang WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia yang bersangkutan;

b. memahami prosedur, tatacara dan tahapan lelang; dan c. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat

yang mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia lelang.

(3) Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP/WIUPK mineral logam dan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi:

a. menyiapkan lelang WIUP/WIUPK;

b. menyiapkan dokumen lelang WIUP/WIUPK; c. menyusun jadwal lelang WIUP/WIUPK;

(8)

d. mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP/WIUPK; e. melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua)

kali, apabila peserta lelang WIUP/WIUPK hanya 1 (satu); f. menilai kualifikasi peserta lelang WIUP/WIUPK;

g. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; h. melaksanakan lelang WIUP/WIUPK; dan

i. membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang WIUP/WIUPK.

Paragraf 3 Dokumen Lelang

Pasal 9

Dokumen lelang WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b meliputi:

a. daftar isian formulir lelang;

b. peta,koordinat dan luas WIUP/WIUPK yang akan dilelang; c. resume data eksplorasi, geologi, potensi mineral/batubara,

status lahan; dan

d. kelengkapan persyaratan lelang. Paragraf 4

Persyaratan Peserta lelang Pasal 10

(1) Peserta lelang WIUP terdiri atas: a. badan usaha;

b. koperasi; dan/atau

c. perseorangan yang terdiri atas: 1. orang perseorangan;

2. perusahaan komanditer; dan 3. perusahaan firma.

(2) Peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mengikuti proses lelang WIUP harus memenuhi persyaratan:

a. administratif; b. teknis; dan c. finansial.

(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a untuk:

a. Badan usaha, paling sedikit meliputi:

1. mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 2. profil badan usaha;

3. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana serta disampaikan dalam bentuk pakta

(9)

integritas;

4. tidak masuk dalam daftar perusahaan yang bermasalah; 5. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau

dengan pos;

6. akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan

7. nomor pokok wajib pajak. b. Koperasi, paling sedikit meliputi:

1. mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 2. profil koperasi;

3. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau pengurus yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana; disampaikan dalam bentuk fakta intregritas; 4. tidak masuk dalam daftar koperasi yang bermasalah; 5. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau

dengan pos;

6. akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan

7. nomor pokok wajib pajak

c. Orang perseorangan paling sedikit meliputi:

1. mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 2. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit,

dan/atau tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana; disampaikan dalam bentuk fakta intregritas;

3. tidak masuk dalam daftar orang perseorangan yang bermasalah;

4. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;

5. kartu tanda penduduk; dan 6. nomor pokok wajib pajak.

d. Perusahaan firma dan perusahaan komanditer paling sedikit meliputi:

1. mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 2. profil perusahaan;

3. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana; disampaikan dalam bentuk fakta intregritas; 4. tidak masuk dalam daftar perusahaan yang bermasalah; 5. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau

dengan pos;

6. akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidan usaha pertambangan; dan

7. nomor pokok wajib pajak.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, paling sedikit:

a. Pengalaman dibidang pertambangan meliputi pengalaman dibidang eksplorasi, operasi produksi, pengelolaan

(10)

lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara. b. keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial

badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan;

c. mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam

bidang pertambangan dan/atau geologi yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;

d. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam kegiatan eksplorasi dan atau pertambangan mineral dan batubara; dan

e. RKAB untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi atau operasi produksi.

(5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi:

a. laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik kecuali perusahaan baru dengan melampirkan laporan keuangan;

b. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT), Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

c. menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah, sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai dasar kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP/WIUPK yang telah berakhir; dan

d. pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP/WIUPK dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang.

Pasal 11

(1) Peserta lelang WIUPK terdiri atas: a. BUMN;

b. BUMD; atau

c. badan usaha swasta

(2) Peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mengikuti proses lelang WIUPK harus memenuhi persyaratan:

a. administratif; b. teknis; dan c. finansial.

(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; b. profil badan usaha;

c. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang

(11)

dalam menjalani sanksi pidana serta disampaikan dalam bentuk pakta integritas;

d. tidak masuk dalam daftar perusahaan yang bermasalah; e. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau

dengan pos;

f. akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan

g. nomor pokok wajib pajak.

(4) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a. pengalaman dibidang pertambangan meliputi pengalaman dibidang eksplorasi, operasi produksi, pengelolaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pengelolaan

lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara. b. keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial

badan usaha di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan;

c. mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam

bidang pertambangan dan/atau geologi yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan

d. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam kegiatan eksplorasi dan atau pertambangan mineral dan batubara; dan

e. RKAB untuk kegiatan 1 (satu) tahun

(5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:

a. laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik kecuali perusahaan baru dengan melampirkan laporan keuangan;

b. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT), Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29;

c. menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kompensasi data informasi atau total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUPK yang telah berakhir; dan

d. pernyataan bersedia membayar nilai sesuai surat penawaran lelang dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang

Paragraf 5 Prosedur Lelang

Pasal 12

(12)

a. tahap prakualifikasi; dan b. tahap kualifikasi.

(2) prosedur lelang tahap prakualifikasi, meliputi: 1. pengumuman prakualifikasi;

2. pengambilan dokumen prakualifikasi; 3. pemasukan dokumen prakualifikasi; 4. evaluasi prakualifikasi;

5. klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen

prakualifikasi;

6. penetapan hasil prakualifikasi;

7. pengumuman hasil prakualifikasi;dan

8. undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi. (3) prosedur lelang tahap kualifikasi, meliputi:

1. pengambilan dokumen lelang; 2. penjelasan lelang;

3. pemasukan penawaran harga; 4. pembukaan sampul;

5. penetapan peringkat;

6. penunjukan/pengumuman pemenang lelang yang

dilakukan berdasarkan evaluasi yang ditentukan atas penawaran harga dan pertimbangan teknis; dan

7. memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan lelang.

(4) Panitia lelang WIUP/WIUPK wajib melaksanakan prosedur lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara adil, transparan, dan mendorong terciptanya persaingan yang sehat.

Paragraf 6

Biaya Kompensasi Data Informasi Pasal 13

(1) Salah satu penilaian urutan pemenang lelang adalah besarnya biaya kompensasi data informasi.

(2) Biaya kompensasi data informasi adalah nilai informasi data pada WIUP/WIUPK yang akan dilelang berdasarkan klasifikasi

data geologi/data eksplorasi/hasil eksplorasi/keadaan

endapan, data/informasi tambang.

(3) Biaya kompensasi data informasi sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah merupakan nilai minimum

(4) Menteri melakukan evaluasi dan melakukan klasifikasi atas data sebagaimana dimaksud ayat (2) berdasarkan kelangkapan data dan perkiraan keakuratan data.

(13)

(1) dihitung berdasarkan kelengkapan dan ke akuratan data eksplorasi dan data kondisi potensi mineral/ batubara yang ada pada WIUP/WIUPK yang dilelang.

(6) biaya kompensasi data informasi hasil pelaksanaan lelang WIUP/WIUPK dimasukkan dalam daftar Penerimaan Negara Bukan Pajak atau Penerimaan Daerah Bukan Pajak, dan dilaporkan serta dimanfaatkan sesuai ketentuan peraturan perundangan.

Paragraf 7

Jangka Waktu Pelaksanaan Lelang WIUP/WIUPK Pasal 14

Waktu pelaksanaan lelang WIUP/WIUPK, mulai dari pengumuman prakualifikasi, sampai penentuan peringkat pemenang lelang serta pemberian WIUP/WIUPK tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Lelang WIUP/WIUPK Eksplorasi dan Lelang WIUP/WIUPK Operasi Produksi

Paragraf 1

Prosedur Lelang WIUP/WIUPK Tahap Prakualifikasi Pasal 15

(1) Panitia lelang WIUP/WIUPK wajib melakukan pengumuman prakualifikasi secara terbuka kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah

panitia lelang ditetapkan oleh Menteri, gubernur,

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pengumuman prakualifikasi WIUP/WIUPK dilaksanakan secara terbuka:

a. paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan 1 (satu) media cetak nasional, dan/atau media elektronik;

b. di kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang mineral dan batubara; dan

c. di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.

(3) Pengumuman prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama 7 (tujuh) hari kerja.

(4) Jangka waktu pengambilan dokumen prakualifikasi dan pemasukan dokumen prakualifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pengumuman prakualifikasi.

(5) Format pengumuman prakualifikasi lelang WIUP/WIUPK sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

(14)

(6) Pengambilan dokumen prakualifikasi dapat dilakukan di kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c.

(7) Daftar isian formulir dokumen prakualifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Pasal 16

(1) Peserta lelang memasukkan dokumen prakualifikasi

WIUP/WIUPK dalam satu sampul di kantor yang berwenang menyelenggarakan lelang WIUP/WIUPK dengan ketentuan pada sampul dicantumkan alamat panitia lelang WIUP/WIUPK dengan frasa “DOKUMEN PRAKUALIFIKASI WIUP/WIUPK”. (2) Pada sampul luar dokumen prakualifikasi WIUP yang diterima

oleh panitia lelang diberi catatan tanggal, jam penerimaan, dan nomor register.

(3) Dokumen prakualifikasi WIUP/WIUPK yang dimasukkan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) tidak diterima oleh panitia lelang.

Pasal 17

(1) Panitia lelang melakukan evaluasi terhadap dokumen prakualifikasi WIUP/WIUPK yang telah mendapat nomor register berdasarkan persyaratan administratif, teknis dan finansial.

(2) Panitia lelang dalam melaksanakan evaluasi terhadap persyaratan administratif, teknis, dan finansial dapat melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi WIUP/WIUPK yang kurang jelas tanpa mengubah substansi.

(3) Evaluasi dokumen prakualifikasi dilakukan oleh pantia lelang, berdasarkan persyaratan kelengkapan persyaratan administrasi, teknis, dan finansial.

(4) Evaluasi dokumen prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara:

a. Persyaratan administratif, teknis, dan finansial adalah persyaratan mutlak yang harus dipenuhi peserta lelang; dan

b. Persyaratan teknis dilakukan atas kelengkapan data, kewajaran, kualitas data, dan persyaratan teknis yang secara garis besar menyangkut:

1. pengalaman dibidang pertambangan, yang mempunyai nilai 45% (empat puluh lima persen) dari nilai total bobot persyaratan teknis;

2. ketersediaan SDM, peralatan, yang mempunyai nilai 20% (dua puluh persen) dari nilai total bobot persyaratan teknis; dan

3. rencana kerja dan yang mempunyai nilai 35% (tiga puluh lima persen) dari nilai total bobot persyaratan teknis

(15)

(5) Penetapan dan pengumuman hasil prakualifikasi yang menetapkan peserta lelang yang lolos prakualifikasi dan berhak melanjutkan proses kualifikasi, dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penutupan pemasukan dokumen prakualifikasi.

(6) Pengumuman hasil prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan pengumuman undangan untuk pengambilan dokumen lelang bagi peserta lelang yang lolos prakualifikasi, dilakukan di kantor, media masa, dan media elektronik seperti yang dilakukan pada saat pengumuman prakualifikasi.

Paragraf 2

Prosedur Lelang WIUP/WIUPK Tahap Kualifikasi Pasal 18

(1) Pengambilan dokumen lelang dapat dilakukan dikantor

yang menyelenggarakan lelang WIUP dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal pengumuman pengambilan dokumen lelang.

(2) formulir dokumen kualifikasi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran V Peraturan menteri ini.

(3) Dalam waktu paling lama 1 (satu) hari setelah tanggal

penutupan pengambilan dokumen lelang dan pendaftaran lelang, panitia wajib melakukan penjelasan dan wajib dihadiri oleh direksi/ penanggung jawab peserta lelang, atau yang mewakili, yang dinyatakan dengan surat kuasa yang absah.

(4) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi:

a. prosedur pengisian formulir dokumen lelang;

b. penjelasan detail atas data kondisi potensi mineral dan/atau batubara pada WIUP/WIUPK yang dilelang, yang terdiri atas:

1. lokasi; 2. koordinat;

3. jenis mineral, termasuk mineral ikutannya, dan batubara;

4. ringkasan hasil penelitian dan penyelidikan;

5. ringkasan hasil eksplorasi pendahuluan apabila ada; dan

6. status lahan;

c. tatacara evaluasi dokumen lelang dan perhitungan peringkat pemenang lelang.

(5) Ketidakhadiran peserta lelang pada saat penjelasan lelang

tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan peserta lelang yang lulus prakualifikasi.

(6) Panitia lelang membuat berita acara penjelasan yang

(16)

orang saksi wakil dari peserta lelang.

(7) Berita acara penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

memuat keputusan tentang perlu atau tidaknya dilakukan kunjungan lapangan.

Pasal 19

(1) Panitia lelang sesuai dengan kewenangannya yang diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat memberikan kesempatan kepada peserta pelelangan WIUP/WIUPK yang lulus prakualifikasi untuk melakukan

kunjungan lapangan dalam jangka waktu yang

disesuaikan dengan jarak lokasi yang akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3).

(2) Dalam hal peserta pelelangan WIUP/WIUPK yang akan melakukan kunjungan lapangan mengikutsertakan warga negara asing wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Biaya yang diperlukan untuk melakukan kunjungan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan kepada peserta pelelangan WIUP/WIUPK.

Pasal 20

(1) Jangka waktu pengambilan dan pemasukan dokumen

penawaran paling lambat 15 (lima belas) hari sejak tanggal pengumuman pengambilan dokumen penawaran.

(2) Pemasukan dokumen penawaran dilakukan di kantor yang

berwenang menyelenggaraan WIUP/WIUPK yang

bersangkutan atau di tempat yang ditunjuk oleh panitia lelang.

(3) Dalam dokumen penawaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memasukan penawaran harga WIUP/WIUPK dalam satu sampul dengan ketentuan pada sampul dicantumkan alamat panitia lelang WIUP/WIUPK dengan frasa “DOKUMEN PENAWARAN LELANG WIUP/WIUPK”

(4) peserta yang lolos prakualifikasi diberikan waktu

penyiapan dokumen penawaran paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah berita acara penjelasan lelang ditandatangani atau setelah dilaksanakannya kunjungan lapangan apabila diperlukan.

(5) Waktu penyampaian dokumen penawaran dilakukan

hanya diberikan dalam jangka waktu 2 (dua) jam sebelum pembukaan sampul dokumen penawaran.

(6) Pada sampul luar dokumen lelang yang diterima oleh

panitia lelang diberi catatan tanggal, jam penerimaan, dan nomor register.

(7) Dokumen lelang dan penawaran harga WIUP/WIUPK yang

dimasukkan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak diterima oleh panitia lelang.

(17)

Pasal 21

(1) Panitia lelang akan membuka sampul dokumen lelang

pada waktu yang ditetapkan untuk dilakukan evaluasi guna menetapkan peringkat dan pengumuman peringkat pemenang lelang.

(2) Peserta lelang yang berhalangan hadir pada pembukaan

sampul dan penentuan peringkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengirimkan wakilnya dengan surat kuasa.

(3) Apabila peserta lelang tidak mengirimkan wakilnya

dianggap mengundurkan diri. Pasal 22

(1) Pemilihan pemenang lelang WIUP/WIUPK dilakukan dengan metoda evaluasi sistem nilai.

(2) Sistem nilai adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang, kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta lelang dengan penawaran peserta lelang lainnya.

(3) Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panitia lelang tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi kriteria dan tatacara evaluasi tersebut dengan alasan apapun dan atau melakukan tindakan lain yang bersifat post bidding. (4) Penetapan peringkat pemenang lelang WIUP/WIUPK

ditentukan atas dasar:

a. nilai bobot dari hasil evaluasi prakualifikasi; dan b. nilai bobot dari penawaran harga.

(5) Bobot hasil evaluasi prakualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a mempunyai nilai sebesar 40 % (empat puluh persen).

(6) Bobot penawaran harga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b mempunyai nilai sebesar 60 % (enam puluh persen).

(7) Evaluasi dokumen dan penentuan peringkat pemenang lelang dilakukan berdasarkan kriteria dan tatacara evaluasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIA, Lampiran VIB, dan Lampiran VIC Peraturan Menteri ini (8) Panitia lelang menetapkan peringkat calon pemenang

lelang sesuai hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

Pasal 23

(1) Panitia lelang melaporkan hasil penetapan peringkat calon

pemenang lelang WIUP/WIUPK kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

(18)

untuk ditetapkan pemenang lelang WIUP/WIUPK yang disertai dengan berita acara lelang WIUP/WIUPK yang ditandatangani panitia lelang dan paling sedikit 2 (dua) orang wakil dari peserta lelang.

(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah menerima laporan penetapan peringkat calon pemenang lelang dari pantia lelang sebagaimana dimaksud ayat (1) menetapkan pemenang lelang WIUP/WIUPK.

(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

kewenangannya mengumumkan dan memberitahukan secara tertulis penetapan pemenang lelang kepada pemenang lelang WIUP/WIUPK.

Pasal 24

(1) Peserta lelang WIUP/WIUPK yang merasa dirugikan, baik

secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

kewenangannya paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah

penetapan pemenang lelang WIUP/WIUPK apabila

ditemukan :

a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang;

b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat;

c. penyalahgunaan wewenang oleh panitia/lelang atau pejabat yang berwenang lainnya;

d. adanya unsur Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di antara peserta lelang; dan/atau

e. adanya unsur Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme antara peserta lelang dengan panitia lelang atau dengan pejabat yang berwenang lainnya.

(2) Dalam hal peserta lelang WIUP/WIUPK menyampaikan

sanggahan kepada Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melewati batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka sanggahan tidak diproses.

(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya wajib untuk memberikan jawaban selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak surat sanggahan diterima.

(4) Apabila sanggahan ternyata benar, maka proses lelang

/WIUPK dievaluasi kembali atau dilakukan proses ulang lelang WIUP/WIUPK.

(5) Apabila masa sanggah selesai dan tidak ada sanggahan

atau proses penyelesaian sanggah diputuskan bahwa pelaksanaan lelang dan penentuan peringkat pemenang lelang telah benar, maka pemenang lelang WIUP/WIUPK

(19)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 wajib mengajukan IUP/WIUPK Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

Pasal 25

(1) Apabila jumlah peserta lelang WIUP/WIUPK yang

memasukkan dokumen prakualifikasi hanya terdapat 1 (satu) peserta lelang maka panitia lelang harus melakukan proses pengumuman prakualifikasi ulang paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi. (2) Dalam hal setelah dilakukan prakualifikasi ulang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tetap hanya terdapat 1 (satu) peserta lelang WIUP/WIUPK, ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan:

a. dokumen prakualifikasi wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan;

b. memasukan penawaran harga.

(3) Penawaran harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus sama atau lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah ditetapkan.

Pasal 26

(1) Apabila peserta lelang yang memasukan penawaran harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 hanya terdapat 1 (satu) peserta lelang, dilakukan pelelangan ulang.

(2) Dalam hal peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga penawaran harus sama atau lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah ditetapkan

Pasal 27

(1) WIUP/WIUPK Operasi Produksi yang IUP/IUPK-nya telah berakhir dan masih memiliki potensi secara ekonomi, teknis serta lingkungan untuk diusahakan ditetapkan kembali WIUP/WIUPK-nya oleh Menteri.

(2) Pelaksanaan lelang WIUP/WIUPK Operasi Produksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan prosedur lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 26.

(3) Dalam hal pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi yang telah berakhir berminat untuk mengikuti lelang WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai hak untuk menyamai (rights to match) apabila dinyatakan lulus dalam tahap prakualifikasi oleh panitia lelang.

(4) Hak menyamai (rights to match) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan kepada pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi yang berakhir untuk menjadi penawar yang tertinggi

(20)

apabila penawarannya lebih rendah dari peserta lelang lainnya.

BAB III

PEMBERIAN WIUPK EKSPLORASI BERDASARKAN PRIORITAS Pasal 28

(1) Menteri mengumumkan dan menawarkan secara terbuka kepada BUMN dan BUMD dengan cara prioritas atau cara lelang untuk mendapatkan WIUPK Eksplorasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah WIUPK ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3).

(2) Pengumuman dan penawaran WIUPK dilaksanakan secara terbuka:

a. paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan 1 (satu) media cetak nasional, dan/atau media elektronik;

b. di kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang mineral dan batubara; dan

c. di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.

(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 7 (tujuh) hari kerja.

Pasal 29

(1) Menteri menawarkan WIUPK Eksplorasi kepada BUMN dan BUMD secara prioritas dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja masa berlaku pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3).

(2) Dalam hal terhadap penawaran WIUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya terdapat 1 (satu) BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan membayar biaya kompensasi data informasi.

(3) BUMN atau BUMD wajib membayar biaya kompensasi data informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak ditetapkan sebagai penerima WIUPK dengan cara prioritas.

(4) BUMN atau BUMD yang telah memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mengajukan permohonan IUPK kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak pembayaran biaya kompensasi data informasi.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib memenuhi persyaratan administratif, teknis, lingkungan, dan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

(21)

Pasal 30

(1) Apabila terhadap penawaran WIUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdapat lebih dari 1 (satu) BUMN dan/atau BUMD yang berminat, WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan cara lelang.

(2) Pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengumuman dan penawaran WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.

(3) Pelaksanaan lelang WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tata cara lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 26

Pasal 31

(1) Dalam hal terhadap penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 tidak ada BUMN dan/atau BUMD yang berminat, WIUPK Eksplorasi akan dilelang kepada badan usaha swasta.

(2) WIUPK Eksplorasi yang akan dilelang kepada badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) (3) Pengumuman akan dilaksanakan secara terbuka dengan cara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dan berlaku selama 7 (tujuh) hari kerja.

(4) Pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengumuman dan penawaran WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.

(5) Pelaksanaan lelang WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tata cara lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 26.

BAB IV

PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN/IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

Bagian Kesatu

Prosedur Pemberian IUP/IUPK Eksplorasi Mineral Logam dan Batubara Pasal 32

(1) Pemenang lelang WIUP mineral logam dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi mineral logam atau batubara kepada:

a. Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi, dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

b. gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah

(22)

laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; dan

c. bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai.

(2) Pemenang lelang WIUPK mineral logam dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) harus menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi mineral logam atau batubara kepada Menteri.

(3) Dalam hal WIUP mineral logam dan batubara di wilayah laut kurang dari 12 (dua belas) mil berbatasan langsung dengan negara lain maka IUP diberikan oleh Menteri.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memenuhi persyaratan:

a. administratif; b. teknis;

c. lingkungan; dan d. finansial

(5) Permohonan IUP/IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan menggunakan formulir permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran VII Peraturan Menteri ini.

Pasal 33

(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) huruf a untuk:

a. badan usaha meliputi: 1. surat permohonan;

2. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan 3. surat keterangan domisili.

b. koperasi meliputi: 1. surat permohonan; 2. susunan pengurus; dan 3. surat keterangan domisili. c. perseorangan meliputi:

1. surat permohonan; dan 2. surat keterangan domisili.

d. perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi: 1. surat permohonan;

2. susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan 3. surat keterangan domisili.

(23)

e. BUMN atau BUMD yang diberikan berdasarkan prioritas: 1. surat permohonan;

2. profil badan usaha;

3. akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4. nomor pokok wajib pajak;

5. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan 6. surat keterangan domisili.

(2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) huruf b untuk IUP Eksplorasi meliputi:

a. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan

b. peta WIUP hasil pemenang lelang yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) huruf b untuk IUPK Eksplorasi meliputi:

a. Pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta di bidang pertambangan mineral atau batubara paling sedikit 3 (tiga) tahun.

b. Mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam

bidang pertambangan dan/atau geologi yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan c. RKAB untuk kegiatan 1 (satu) tahun

(4) Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) huruf c untuk IUP/IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(5) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) huruf d untuk IUP/IUPK Eksplorasi meliputi:

a. bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan

b. bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP/WIUPK mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang.

Pasal 34

(1) Apabila pemenang lelang WIUP/WIUPK sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP/IUPK atau tidak dapat melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud

(24)

dalam Pasal 33, dianggap mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik Pemerintah atau milik pemerintah daerah.

(2) Dalam hal pemenang lelang WIUP/WIUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dianggap mengundurkan diri, WIUP/WIUPK ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama.

(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP/WIUPK apabila peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak ada yang berminat.

Pasal 35

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan Surat Keputusan pemberian IUP/IUPK Eksplorasi mineral logam atau batubara, kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada pemenang lelang WIUP/WIUPK dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan IUP/IUPK Eksplorasi yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

(2) Surat Keputusan pemberian IUP/IUPK Eksplorasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya wajib memuat:

a. nama perusahaan;

b. lokasi, luas, dan kode wilayah; c. rencana umum tata ruang; d. jaminan kesungguhan; e. modal investasi;

f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;

g. hak dan kewajiban pemegang IUP/IUPK Eksplorasi; h. jangka waktu tahap berlakunya kegiatan;

i. jenis usaha yang diberikan;

j. rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan;

k. perpajakan;

l. penyelesaian pertanahan;

m. iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan

n. AMDAL dibuat pada kegiatan studi kelayakan.

(3) Surat Keputusan pemberian IUP/IUPK Eksplorasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun menggunakan format sebagaimana Lampiran VIII Peraturan Menteri ini.

(25)

Bagian Kedua Jaminan Kesungguhan

Pasal 36

(1) Jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 ayat (5) huruf a terdiri atas:

a. jaminan kesungguhan untuk pelaksanaan kegiatan 3 (tiga) tahun eksplorasi mineral logam; dan

b. jaminan kesungguhan untuk pelaksanaan kegiatan 2 (dua) tahun eksplorasi batubara;

(2) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dihitung berdasarkan luas WIUP/WIUPK Eksplorasi mineral logam dan batubara dikalikan Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau US$10 (sepuluh dolar Amerika Serikat) per hektare;

(3) Jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditempatkan pada bank pemerintah atau bank pemerintah daerah dalam bentuk deposito berjangka.

Pasal 37

(1) Pemohon IUP/IUPK Eksplorasi harus menempatkan uang

jaminan kesungguhan dalam bentuk deposito berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) atas nama

Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya qualita qua (q.q) pemohon yang bersangkutan.

(2) Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sebelum melakukan pembukaan rekening bersama dengan pemohon IUP/IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mengajukan permohonan persetujuan

pembukaan rekening kepada bendahara umum

negara/kuasa bendahara umum negara pusat atau kuasa bendahara umum negara di daerah disertai dengan surat

pernyataan tentang penggunaan rekening, dengan

menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX dan Lampiran X Peraturan Menteri ini.

Pasal 38

(1) Penyetoran uang jaminan kesungguhan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dilakukan oleh pemohon IUP/IUPK Eksplorasi berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan oleh Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Surat perintah penyetoran uang jaminan kesungguhan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh

Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya kepada:

a. badan usaha, koperasi, atau perseorangan pada saat penetapan pemenang lelang WIUP/WIUPK Eksplorasi mineral logam dan batubara; atau

(26)

b. badan usaha, koperasi, atau perseorangan pada saat penyerahan peta WIUP/WIUPK Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan.

Pasal 39

(1) Badan usaha, koperasi, atau perseorangan pemenang lelang

WIUP/WIUPK Eksplorasi wajib melampirkan tanda bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 pada permohonan IUP/IUPK Eksplorasi kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Dalam hal tanda bukti penyetoran uang jaminan

kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilampirkan, permohonan IUP/IUPK Eksplorasi dinyatakan gugur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 40

(1) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 ayat (2) dikembalikan sepenuhnya kepada pemohon sesuai jumlah nominal yang telah disetorkan berserta bunganya.

(2) Pengembalian uang jaminan kesungguhan beserta bunganya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan secara bertahap kepada pemohon IUP/IUPK Eksplorasi sesuai dengan pelaksanaan tahapan kegiatan di dalam IUP/IUPK Eksplorasi.

Pasal 41

(1) Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a dan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 30% (tiga puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan pada tahun kesatu dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi, dan peta sebaran endapan dengan skala 1:25.000 (satu banding dua puluh lima ribu);

b. 30% (tiga puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan pada tahun kedua dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:10.000 (satu banding sepuluh ribu); dan

c. sisanya sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan setelah menyampaikan laporan akhir kegiatan eksplorasi dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:5.000 (satu banding lima ribu).

(27)

(2) Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 50% (lima puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan pada tahun kesatu dengan menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:10.000 (satu banding sepuluh ribu); dan

b. sisanya sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari jumlah nominal uang jaminan kesungguhan dicairkan setelah menyampaikan laporan akhir kegiatan eksplorasi dengan

menyampaikan laporan kemajuan hasil kegiatan

eksplorasi yang disertai antara lain peta geologi dan peta sebaran endapan dengan skala 1:5.000 (satu banding lima ribu).

(3) Permohonan pengembalian atau pencairan uang jaminan

kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diajukan oleh pemegang IUP/IUPK Eksplorasi kepada

Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mencantumkan nomor rekening bank pemegang IUP/IUPK Eksplorasi.

Pasal 42

(1) Pengembalian atau pencairan uang jaminan kesungguhan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 harus dikaitkan dengan penilaian terhadap laporan triwulan atau tahunan kegiatan eksplorasi pemegang IUP/IUPK Eksplorasi terhadap jumlah pembiayaan yang dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi dibandingkan dengan RKAB yang telah disetujui sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. selama kegiatan eksplorasi, pemegang IUP/IUPK

Eksplorasi harus mengeluarkan biaya minimum;

b. tahun kesatu kegiatan eksplorasi besarannya

pengeluaran ditetapkan sendiri oleh pemegang IUP/IUPK Eksplorasi disesuaikan dengan RKAB yang telah disetujui; dan

c. realisasi pengeluaran biaya pada tahun kesatu paling sedikit harus mencapai 80% dari biaya yang dianggarkan dalam RKAB.

(2) Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan biaya

minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan dapat ditinjau setiap tahun.

Pasal 43

(1) Dalam hal pemegang IUP/IUPK Eksplorasi tidak

menyampaikan laporan kegiatan eksplorasi dan/atau tidak merealisasikan pengeluaran biaya eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), uang jaminan kesungguhan atau sisanya beserta bunganya sebagaimana

(28)

dimaksud dalam Pasal 41 menjadi milik negara atau milik daerah.

(2) Pengecualian ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberlakukan bagi pemegang IUP/IUPK Eksplorasi yang mendapatkan penghentian sementara dari Menteri c.q. Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Hak dan kewajiban

Paragraf 1

Hak pemegang IUP/IUPK Eksplorasi Pasal 44

Pemegang IUP/IUPK eksplorasi berhak untuk:

a. memasuki WIUP/WIUPK sesuai dengan peta dan daftar koordinat;

b. melakukan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pada masa IUP/IUPK eksplorasi, yaitu kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan kegiatan IUP/IUPK Eksplorasi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. membangun fasilitas penunjang kegiatan IUP/IUPK Eksplorasi didalam WIUP/WIUPK nya;

e. dapat mengajukan permohonan penghentian sementara kegiatan eksplorasi di setiap bagian atau beberapa bagian WIUP/WIUPK dengan alasan karena keadaan kahar, keadaan yang menghalangi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mengajukan permohonan untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP/IUPK yang ditemukan pada lokasi WIUP/WIUPK-nya;

g. mengajukan pernyataan tidak berminat terhadap

pengusahaan komoditas mineral lain yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP/IUPK yang ditemukan pada lokasi WIUP/WIUPK-nya sebagaimana dimaksud pada huruf f; h. mendapatkan perizinan terkait, dalam rangka menunjang

pelaksanaan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. mengajukan permohonan tertulis untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan ke tahap kegiatan IUP/IUPK Operasi Produksi; dan

(29)

j. meningkatkan izin ke tahap IUP/IUPK Operasi produksi sebagai peningkatan izin, setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2

Kewajiban pemegang IUP/IUPK Eksplorasi Pasal 45

(1) Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi wajib melakukan pengelolaan yang baik dan benar dibidang :

a. investasi dan keuangan; b. teknis pertambangan;

c. lingkungan hidup dan konservasi; d. perizinan;

e. perwilayahan;

f. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; g. pengembangan jasa lokal; dan

h. pelaporan.

(2) Kewajiban dibidang Investasi dan keuangan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, meliputi antara lain:

a. melaporkan rencana investasi;

b. menyediakan dana yang cukup diperlukan dan bertanggung jawab penuh untuk pembiayaan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan;

c. melakukan investasi untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana huruf b, tidak kurang dari ketentuan biaya minimum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. membayar pajak dan iuran tetap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. menempatkan sejumlah dana sebagai jaminan

kesungguhan untuk kegiatan eksplorasi dalam bentuk deposito pada Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh dan atas nama Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. menempatkan dana jaminan reklamasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

g. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia.

(3) Kewajiban dibidang teknis pertambangan sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf b, meliputi antara lain:

a. menerapkan kaidah teknis pertambangan yang baik dan benar, dalam pelaksanaan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan; dan

(30)

b. mengangkat seorang Kepala Teknik Tambang yang bertanggungjawab atas kegiatan IUP/IUPK Eksplorasi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan serta pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan.

(4) Kewajiban dibidang lingkungan hidup dan Konservasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, meliputi antara lain:

a. dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal IUP/IUPK Eksplorasi diterbitkan, pemegang

IUP/IUPK Eksplorasi wajib menyusun dokumen

lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sebelum melakukan kegiatan eksplorasi;

b. menyusun rencana reklamasi berdasarkan dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada huruf a ; c. rencana reklamasi sebagaimana dimaksud pada huruf b

dimuat dalam RKAB;

d. melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan akibat kegiatan IUP/IUPK Eksplorasi;

e. menyusun dokumen AMDAL atau UKL/UPL pada tahap studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup;

f. menyusun dokumen reklamasi dan dokumen

pascatambang berdasarkan pada dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

g. melaporkan dan menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Kewajiban dibidang perizinan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d, meliputi antara lain:

a. permohonan peningkatan IUP/IUPK Eksplorasi untuk IUP Operasi Produksi harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa IUP/IUPK Eksplorasi dengan dilengkapi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. kelalaian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, mengakibatkan IUP/IUPK Eksplorasi menurut hukum dan segala usaha pertambangan dihentikan. Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya IUP/IUPK Eksplorasi, Pemegang IUP/IUPK harus mengangkat keluar segala sesuatu yang menjadi miliknya, kecuali benda-benda/bangunan-bangunan yang dipergunakan untuk kepentingan umum.

(6) Kewajiban dibidang perwilayahan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e, meliputi antara lain:

(31)

a. dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal IUP/IUPK Eksplorasi diterbitkan, pemegang IUP/IUPK wajib mengajukan permohonan izin penggunaan kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila WIUP/WIUPK eksplorasi berada di dalam kawasan hutan;

b. dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal IUP/IUPK Eksplorasi diterbitkan, pemegang IUP/IUPK wajib melakukan sosialisasi terhadap rencana kegaitan eksplorasi di WIUP/WIUPK-nya kepada pemegang hak atas tanah serta melakukan musyawarah dengan pemilik hak atas tanah untuk menyelesaikan lahan-lahan yang terganggu oleh kegiatan eksplorasi;

c. memilih yuridiksi pada Pengadilan Negeri tempat dimana lokasi WIUP/WIUPK berada;

d. mendirikan kantor pusat atau kantor perwakilan didaerah dimana WIUP/WIUPK berada; dan

e. secara periodik melakukan penciutan/ pengembalian wilayah berdasarkan hasil penyelidikan umum/ eksplorasi, sehingga pada akhir masa izin eksplorasi luas wilayah tidak lebih dari 25.000 Ha untuk IUP/IUPK mineral Logam, dan 15.000 Ha untuk IUP/IUPK batubara. (7) Kewajiban dibidang pengembangan masyarakat sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf f, meliputi antara lain menyusun

dokumen rencana pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat berdasarkan pada dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (8) Kewajiban dibidang pengembangan jasa lokal sebagaimana

dimaksud ayat (1) huruf g, meliputi antara lain:

a. mengutamakan penggunan tenaga kerja, jasa setempat sesuai dengan kompetensi dan ketentuan peraturan perundangan;

b. mengikutsertakan seoptimal mungkin pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut; dan

c. mengutamakan penggunaan perusahaaan jasa

pertambangan lokal dan/atau nasional serta

menyampaikan data dan pelaksanaan penggunaan usaha jasa penunjang secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

(9) Kewajiban dibidang pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf h, meliputi antara lain:

a. dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal IUP/IUPK Eksplorasi diterbitkan, pemegang IUP/IUPK wajib menyusun RKAB;

b. dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dokumen RKAB dan dokumen lingkungan disetujui sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1 dan angka 2, pemegang IUP/IUPK eksplorasi

(32)

wajib memulai kegiatan penyelidikan umum/eksplorasi/studi kelayakan;

c. setiap pertengahan bulan November menyusun RKAB tahunan, yang memuat rencana kerja teknis, dan keuangan selama 1 (satu) tahun yang akan berjalan, untuk mendapat persetujuan dari Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya;

d. melaksanakan kegiatan berdasarkan RKAB yang telah disetujui;

e. mengamankan dan melaporkan mineral dan /atau batubara yang ikut tergali akibat kegiatan IUP/IUPK Eksplorasi;

f. menyerahkan seluruh data hasil kegiatan IUP/IUPK eksplorasi kepada pemberi izin, dengan tembusan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota terkait;

g. menyampaikan Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan Kegiatan Eksplorasi, dan menyerahkan seluruh data hasil kegiatan yang dicapai kepada pemberi izin dengan tembusan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota terkait;

h. paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya tiap tahap kegiatan pada masa IUP/IUPK Eksplorasi, pemegang IUP/IUPK wajib menyampaikan laporan akhir kegiatan tahapan kepada pemberi IUP/IUPK dengan tembusan Menteri/Gubernur dan /atau Bupati/Walikota terkait, yang antara lain meliputi:

1. Peta-peta yang menunjukkan semua tempat dalam wilayah kegiatan eksplorasi dimana pemegang IUP telah mengadakan pemboran atau menggali sumur-sumur; 2. Salinan daftar dari lubang-lubang bor (drilling log) dan

sumur-sumur tersebut serta hasil pemeriksaan dari contoh yang telah diambil dan dianalisa;

3. Salinan dari setiap peta geologi dengan skala 1:50.000 dan geofisika serta geokimia dari wilayah kegiatan eksplorasi; dan

4. Peta topografi dengan skala 1:50.000;

i. Menyampaikan Laporan Eksplorasi Lengkap, Laporan Studi Kelayakan termasuk Laporan Amdal/UKL-UPL yang telah mendapat persetujuan dari pemberi izin atau instansi yang berwenang.

Pasal 46

Laporan RKAB IUP/IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (9) huruf a wajib memuat paling sedikit tentang rencana:

a. kegiatan pemetaan topografi , penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, sampling, analisa contoh, pemboran, studi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) mineral dan batubara, Gubernur dan Bupati/Walikota segera

(1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan/atau batuan dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan

Pemegang IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan pihak lain yang

(3) Pemegang IUP Operasi Produksi pasir besi, IUPK Operasi Produksi pasir besi, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/ atau pemurnian pasir besi

Wilayah Izin Usaha Pertambangan mineral bukan logam dan/atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan batuan yang telah ditentukan oleh gubernur dan/atau bupati/walikota

(1) Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat mengajukan permohonan usulan penetapan WUP mineral logam atau WUP batubara yang tumpang tindih

(3) Pemegang IUP Operasi Produksi pasir besi, IUPK Operasi Produksi pasir besi, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/ atau pemurnian pasir besi

4. rencana kerja sarna dilakukan an tara Pemegang IUP Operasi Produksi yang diterbitkan oleh bupati/walikota atau IUP Operasi Produksi yang diterbitkan oleh gubernur