1. Judul: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Judul: PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Judul: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ……… TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Judul: PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ….. TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA 2. Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5), Pasal 34 ayat (3), Pasal 49, Pasal 63, Pasal 65 ayat (2), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76 ayat (3), Pasal 84, Pasal 86 ayat (2), Pasal 103 ayat (3), Pasal 109, Pasal 111 ayat (2), Pasal 112, Pasal 116, dan Pasal 156 Undang-Undang Nomor 4 Tahun2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
Penjelasan Umum:
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal
Menimbang:
a. bahwa beberapa ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara telah menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan kerancuan dan ketidak pastian hukum dalam pelaksanaannya; b. bahwa sesuai ketentuan
Pasal 112 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Penjelasan Umum:
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, telah menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya karena adanya penafsiran yang berbeda-beda atas maksud dari beberapa ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah dimaksud.
Beberapa Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 mungkin, efisien, transparan,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besar kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
Sejalan dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu melakukan penataan kembali pengaturan yang berkaitan dengankegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, yang meliputi:
1. Pengusahaan pertambangan diberikan dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha Pertambangan Khusus, dan Izin Pertambangan Rakyat. 2. Pengutamaan pemasokan
kebutuhan mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri guna menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri.
Pertambangan Mineral dan Batubara, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang belum memperoleh perpanjangan pertama dan/atau kedua dapat dilakukan perpanjangan menjadi Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, sehingga untuk memberikan kepastian hukum perlu diatur mengenai tata cara permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan dimaksud, jangka waktu, dan kewenangan pejabat yang menerbitkannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya antara lain: 1. Ketentuan yang
menyatakan bahwa setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) Wilayah Izin Usaha Pertambangan, mengakibatkan industri bersifat total project yang terintegrasi dengan sektor perindustrian mengalami kesulitan untuk pemenuhan bahan baku, karena bahan baku yang diolah lebih dari 1 (satu) jenis komoditas tambang.
2. Ketentuan mengenai rekomendasi gubernur atau bupati/walikota dalam rangka pelaksanaan lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan, belum memberikan kepastian apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan gubernur atau bupati/walikota tidak memberikan rekomendasi.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 3. Pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.
4. Peningkatan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
5. Penerbitan perizinan yang transparan dalam kegiatan usaha pertambangan mineral sehingga iklim usaha diharapkan dapat lebih sehat dan kompetitif.
6. Peningkatan nilai tambah
dengan melakukan
pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara di dalam negeri.
Pengaturan-pengaturan
tersebut di atas perlu dituangkan dalam Peraturan Pemerintah ini.
3. Ketentuan mengenai akte pendirian badan usaha atau koperasi yang bergerak di bidang pertambangan masih menimbulkan penafsiran yang berbeda dari intansi yang menerbitkan badan hukum suatu badan usaha atau koperasi.
4. Kewenangan pemberian Izin Usaha Produksi dan Izin Usaha Produksi khusus untuk Pengolahan dan Pemurnian telah menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda sehingga dalam pelaksanaannya banyak terkendala karena masing-masing pihak merasa punya kewenangan.
5. Penjelasan penghentian sementara karena keadaan yang menghalangi yang bertentangan dengan Penjelasan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, sehingga terjadi kerancuan dalam pelaksanaannya.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Disamping itu pula kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara perlu mendapatkan jaminan kepastian hukum dan kepastian berusaha, khususnya yang belum memperoleh perpanjangan pertama dan/atau kedua, sehingga perlu diatur secara khusus pemberian perpanjangan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan perpanjangan, dengan mengatur tata cara permohonan Izin Usaha Pertambangan perpanjangan dimaksud, jangka waktu, dan kewenangan pejabat yang menerbitkannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
3. Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111), diubah sebagai berikut:
4. Pasal 9
(1) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP.
Pasal 9
Cukup jelas
1. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah,serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4), sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9
(1) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP.
Angka 1
Pasal 9 Ayat (1)
Cukup jelas
Perlu pengaturan khusus bagi badan usaha yang bergerak di bidang yang bersifat total project seperti industri semen, keramik baik yang terbuka (go
public) maupun yang
tertutup untuk dapat memperoleh lebih dari 1 (satu) wilayah izin usaha pertambangan untuk menunjang kegiatan usahanya. Bahan baku semen antara lain: batu gamping, tanah liat, pasir kuarsa, tras, dan silika.
(2) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUP.
(2) Setiap pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dapat diberikan: Ayat (2) Cukup jelas 1. Usulan dari Menteri Perindustrian RI kepada Menteri ESDM melalui Surat No.
230/M-PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
IND/4/2011
tanggal 14 April 2011
a. 1 (satu) WIUP mineral logam atau batubara; atau 2. Usulan dari Kementerian Perindustrian melalui Surat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur No. 266/BIM/6/2011 tanggal 7 Juni 2011
b. lebih dari 1 (satu) WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan.
(3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public), dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.
(3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan badan usaha yang telah terbuka (go
public) dapat diberikan
lebih dari 1 (satu) WIUP.
Ayat (3)
WIUP dalam ketentuan ini dapat berupa WIUP mineral logam, WIUP batubara, WIUP mineral bukan logam, dan/atau WIUP batuan. 3. Usulan dari PT Semen Gresik melalui Surat No. 11007438/PP.02.0 1/3010/06.11 tanggal 8 Juni 2011
(4) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan badan usaha yang telah terbuka (go public) dapat diberikan
Ayat (4)
Cukup jelas.
4. Usulan dari PT Semen Padang melalui Surat No. 2842/KRE/HKM10/ 06.11 tanggal 14 Juni 2011
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 WIUP mineral logam
dan/atau batubara melalui mekanisme lelang.
sudah terakomodir (dalam ayat (2) dan ayat (4).
5. Pasal 10
(1) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang.
Pasal 10 Ayat (1)
Mengumumkan WIUP secara terbuka dalam ketentuan ini dilakukan:
a. paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan/atau 1 (satu) media cetak nasional; b. di kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang mineral dan batubara;
c. di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota.
2. Ketentuan Pasal 10 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4), sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
(1) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang. Angka 2 Pasal 10 Ayat (1) Mengumumkan WIUP secara terbuka dalam ketentuan ini dilakukan: a. paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan/atau 1 (satu) media cetak nasional; b. di kantor kementerian yang menyelenggarak an urusan pemerintahan di bidang mineral dan batubara; c. di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota. Untuk kepastian pelaksanaan lelang WIUP yang dilaksanakan oleh Menteri atau gubernur, mengingat koordinasi sudah dilakukan sebelum WIUP ditetapkan.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 (2) Sebelum dilakukan
pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dalam rangka pelelangan WIUP.
(2) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
Ayat (2)
Rekomendasi
dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan karakteristik budaya masyarakat berdasarkan
kearifan lokal dalam rangka pelelangan WIUP.
a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari
gubernur dan
bupati/walikota;
a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari
gubernur dan
bupati/walikota; b. gubernur harus
mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
b. gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
(3) Gubernur atau bupati/walikota
memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan Ayat (3) Cukup jelas (3) Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan
Ayat (3)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
rekomendasi. rekomendasi.
(4) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) gubernur dan bupati/walikota tidak memberikan
rekomendasi, maka gubernur dan bupati/walikota dianggap setuju dan pelelangan
WIUP dapat
dilaksanakan.
Ayat (4)
Batasan waktu 5 (lima) hari kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian pelaksanaan pelelangan WIUP dengan pertimbangan bahwa koordinasi sudah dilakukan sebelum WIUP ditetapkan. 6. Pasal 13
(1) Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
harus memenuhi
persyaratan:
Pasal 13
Cukup jelas.
3. Ketentuan Pasal 13 ayat (4) huruf c diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1) Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan: Angka 3 Pasal 13 Cukup jelas. a. administratif; a. administratif;
b. teknis; dan b. teknis; dan
c. finansial. c. finansial.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk:
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk:
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 a. badan usaha, paling
sedikit meliputi:
a. badan usaha, paling sedikit meliputi: 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2) profil badan usaha; 2) profil badan usaha;
3) akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan
3) akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan 4) nomor pokok wajib
pajak.
4) nomor pokok wajib pajak.
b. koperasi, paling sedikit meliputi:
b. koperasi, paling sedikit meliputi: 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2) profil koperasi; 2) profil koperasi;
3) akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan 3) akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan 4) nomor pokok wajib
pajak.
4) nomor pokok wajib pajak.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 c. orang perseorangan
paling sedikit meliputi:
c. orang perseorangan paling sedikit meliputi: 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 2) kartu tanda penduduk; dan 2) kartu tanda penduduk; dan 3) nomor pokok wajib
pajak.
3) nomor pokok wajib pajak.
d. perusahaan firma dan perusahaan komanditer paling sedikit meliputi:
d. perusahaan firma dan perusahaan komanditer paling sedikit meliputi: 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang; 1) mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
2) profil perusahaan; 2) profil perusahaan;
3) akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan; dan 3) akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan; dan 4) nomor pokok wajib
pajak.
4) nomor pokok wajib pajak.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi: a. pengalaman badan
usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan mineral atau batubara paling
a. pengalaman badan usaha, koperasi, atau perseorangan di bidang pertambangan mineral atau batubara paling
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 sedikit 3 (tiga) tahun,
atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan;
sedikit 3 (tiga) tahun, atau bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja, atau afiliasinya yang bergerak di bidang pertambangan;
b. mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
b. mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
c. rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi.
c. rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik;
a. laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik;
b. menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
b. menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar
Perlu adanya jaminan agar peserta lelang tidak bermain-main dalam mengajukan harga penawaran,
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 10% (sepuluh persen)
dari nilai kompensasi data informasi atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan
10% (sepuluh persen) dari rencana biaya eksplorasi selama 3 (tiga) tahun dari bank pemerintah atau dari total biaya pengganti investasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir; dan
karena jaminan lelang akan menjadi milik Pemerintah apabila pemenang lelang mengundurkan diri.
c. pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman
pemenang lelang.
c. pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang. 7. Pasal 17
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan usulan
panitia lelang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menetapkan pemenang lelang WIUP mineral logam dan/atau batubara.
Pasal 17
Cukup jelas.
4. Ketentuan Pasal 17 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan usulan
panitia lelang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menetapkan pemenang lelang WIUP mineral logam dan/atau batubara.
Angka 4
Pasal 17
Cukup jelas.
Usulan dari APBI melalui Surat No. 269/APBI-ICMA/VI/2011 tanggal 10 Juni 2011 agar pemberitahuan pemenang lelang disampaikan secara tertulis kepada peserta lelang dengan mencantumkan
besaran angka penawaran.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 memberitahukan secara
tertulis penetapan pemenang lelang mineral logam dan/atau batubara kepada pemenang lelang.
memberitahukan secara tertulis penetapan pemenang lelang mineral logam dan/atau batubara kepada peserta lelang dengan mencantumkan peringkat pemenang lelang.
8. Pasal 20
(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha,
koperasi, atau
perseorangan mengajukan permohonan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) kepada:
Pasal 20 Ayat (1)
Cukup jelas.
5. Ketentuan Pasal 20 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4) dan penjelasan ayat (2) diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha, koperasi, atau perseorangan
mengajukan permohonan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) kepada: Angka 5 Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas a. Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
a. Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 pantai;
b. gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut 4 mil sampai dengan12 (dua belas) mil; dan
b. gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut 4 mil sampai dengan12 (dua belas) mil; dan c. bupati/walikota, untuk
permohonan WIUP yang berada di dalam 1 (satu) kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil.
c. bupati/walikota, untuk permohonan WIUP yang berada di dalam 1 (satu) kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil.
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dalam rangka pelelangan WIUP.
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
Ayat (2)
Rekomendasi
dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal sebelum WIUP mineral bukan logam atau batuan
Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau WIUP batuan melalui permohonan wilayah bukan melalui lelang.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 diberikan.
a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari
gubernur dan
bupati/walikota;
a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari
gubernur dan
bupati/walikota; b. gubernur harus
mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
b. gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.
(3) Gubernur atau bupati/walikota
memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi. Ayat (3) Cukup jelas. (3) Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan rekomendasi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
(4) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) gubernur dan bupati/walikota tidak memberikan
rekomendasi, maka gubernur dan bupati/walikota dianggap setuju dan WIUP mineral bukan logam atau batuan dapat diberikan.
Ayat (4)
Batasan waktu 5 (lima) hari kerja dimaksudkan untuk memberikan
kepastian
pemberian WIUP mineral bukan logam atau batuan.
9. Pasal 21
(1) Permohonan WIUP mineral bukan logam
Pasal 21
Cukup jelas.
6. Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3) diubah, dan diantara ayat (3) dan ayat (4)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 dan/atau batuan yang
terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan
membayar biaya
pencadangan wilayah dan pencetakan peta, memperoleh prioritas
pertama untuk
mendapatkan WIUP.
disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (3a), sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 21
(1) Permohonan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan yang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional, memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.
Pasal 21
Cukup jelas.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Keputusan menerima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada pemohon WIUP
(3) Keputusan menerima sebagaimana dimaksud
pada ayat (2)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 disertai dengan
penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP.
pemohon WIUP disertai dengan perintah untuk membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak keputusan menerima disampaikan. (3a) Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan berikut batas dan koordinat WIUP dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dibayarkan oleh pemohon WIUP mineral bukan logam atau batuan.
(4) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon
(4) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 WIUP disertai dengan
alasan penolakan.
WIUP disertai dengan alasan penolakan.
10. Pasal 24
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk badan usaha meliputi:
Pasal 24
Cukup jelas.
7. Ketentuan Pasal 24 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5), sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 24
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk badan usaha meliputi: Angka 7 Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas Perlu pengaturan mengenai klasifikasi badan usaha,
koperasi, firma, dan komanditer yang bergerak di bidang usaha pertambangan
dalam akte
pendiriannya.
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
2) susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan 3) surat keterangan domisili. 3) surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) profil badan usaha; 2) profil badan usaha;
3) akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh
3) akte pendirian badan
usaha yang
bergerak di bidang usaha
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
pejabat yang
berwenang;
telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4) nomor pokok wajib pajak;
4) nomor pokok wajib pajak;
5) susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
5) susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan 6) surat keterangan domisili. 6) surat keterangan domisili. (2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk koperasi meliputi:
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk koperasi meliputi:
Ayat (2)
Cukup jelas.
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) susunan pengurus; dan 2) susunan pengurus; dan 3) surat keterangan domisili. 3) surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) profil koperasi; 2) profil koperasi;
3) akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan 3) akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 yang telah disahkan
oleh pejabat yang berwenang;
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4) nomor pokok wajib pajak;
4) nomor pokok wajib pajak; 5) susunan pengurus; dan 5) susunan pengurus; dan 6) surat keterangan domisili. 6) surat keterangan domisili. (3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk orang perseorangan meliputi:
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk orang perseorangan meliputi:
Ayat (3)
Cukup jelas.
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara: 1) surat permohonan; dan 1) surat permohonan; dan 2) surat keterangan domisili. 2) surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) kartu tanda penduduk; 2) kartu tanda
penduduk; 3) nomor pokok wajib
pajak; dan
3) nomor pokok wajib pajak; dan
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
domisili. domisili.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk perusahaan firma
dan perusahaan
komanditer meliputi:
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a untuk perusahaan firma
dan perusahaan
komanditer meliputi:
Ayat (4)
Cukup jelas.
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan 2) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan 3) surat keterangan domisili. 3) surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1) surat permohonan; 1) surat permohonan;
2) profil perusahaan; 2) profil perusahaan;
3) akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang; 3) akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4) nomor pokok wajib pajak;
4) nomor pokok wajib pajak;
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 5) susunan pengurus
dan daftar pemegang saham; dan 5) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan 6) surat keterangan domisili. 6) surat keterangan domisili.
(5) Pada akte pendirian
badan usaha, koperasi, dan perusahaan firma atau perusahaan komanditer yang bergerak di bidang usaha pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 3, ayat (2) huruf b angka 3, dan ayat (4) huruf b angka 3 dapat terintegrasi dengan sektor perindustrian,
perdagangan,
perhubungan, energi, dan penanaman modal. Ayat (5) Yang dimaksud terintegrasi dengan sektor perindustrian dalam ketentuan ini antara lain industri semen. Yang dimaksud terintegrasi dengan sektor perdagangan dan perhubungan dalam ketentuan ini adalah kegiatan pengangkutan dan penjualan komoditas tambang hasil kegiatan penambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP Operasi Produksi. 1. Usulan dari PT Semen Padang melalui Surat No. 2842/KRE/HKM10/ 06.11 tanggal 14 Juni 2011 untuk merevisi ayat (1) huruf b angka 3 tentang akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang menjadi ... bergerak di bidang usaha pertambangan dan industri hilirnya ... telah terakomodir. 2. Usulan dari PT Semen Gresik melalui Surat No.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Yang dimaksud terintegrasi dengan energi dalam ketentuan ini adalah pendirian power plan atau instalasi pembangkit listrik yang digunakan untuk mendukung kegiatan usaha pertambangan pemegang IUP. 11007438/PP.02.0 1/3010/06.11 tanggal 8 Juni 2011 11. Pasal 30
(1) Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus menyampaikan
permohonan IUP
Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP.
Pasal 30
Cukup jelas.
8. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 30
(1) Pemenang lelang WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus menyampaikan
permohonan IUP
Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP.
Angka 8
Pasal 30
Cukup jelas.
Usulan dari APBI melalui Surat No. 269/APBI-ICMA/VI/2011 tanggal 10 Juni 2011 agar: 1. jangka waktu pada ayat (1) diubah menjadi 14 hari untuk memberikan jangka waktu kepada pemenang lelang. 2. Ayat (4) diubah menjadi penawar kedua tertinggi untuk menghindari lelang ulang karena harga penawaran
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
kompensasi data informasi tidak ada yang sama dengan
pemenang pertama. (2) Permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. (3) Apabila pemenang lelang
WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan
permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik Pemerintah atau milik pemerintah daerah.
(3) Apabila pemenang lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan
permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang jaminan kesungguhan lelang menjadi milik Pemerintah atau milik pemerintah daerah.
(4) Dalam hal pemenang lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
telah dianggap
mengundurkan diri, WIUP ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat
(4) Dalam hal pemenang lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
telah dianggap
mengundurkan diri, WIUP ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat nilai harga
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 nilai harga kompensasi
data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama.
kompensasi data informasi sebagai penawar kedua tertinggi setelah harga yang ditawarkan oleh pemenang pertama.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP apabila peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak ada yang berminat.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan lelang ulang WIUP apabila peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak ada yang berminat. 12. Pasal 32
(1) Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dankoordinat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan harus menyampaikan
permohonan IUP
Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 32
Cukup jelas.
9. Ketentuan Pasal 32 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 32
(1) Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dankoordinat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Angka 9 Pasal 32 Cukup jelas.
Usulan dari APBI melalui Surat No.
269/APBI-ICMA/VI/2011 tanggal 10 Juni 2011 agar jangka waktu pada ayat (1) diubah menjadi 14 hari.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. (3) Apabila badan usaha,
koperasi, atau
perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan
diri dan uang
pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah atau milik pemerintah daerah.
(3) Apabila badan usaha,
koperasi, atau
perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan
diri dan uang
pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah atau milik pemerintah daerah.
(4) Dalam hal badan usaha,
koperasi, atau
perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah dianggap mengundurkan diri maka WIUP menjadi wilayah terbuka.
(4) Dalam hal badan usaha,
koperasi, atau
perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah dianggap mengundurkan diri maka WIUP menjadi wilayah terbuka.
13. Pasal 33
Pemegang IUP Eksplorasi
dapat mengajukan
Pasal 33
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP
10. Ketentuan Pasal 33 tetap, penjelasan diubah sebagaimana tercantum
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 permohonan wilayah di luar
WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya.
dalam ketentuan ini adalah project area yang dilarang melakukan kegiatan penambangan.
dalam penjelasan. Pasal 33
Pemegang IUP Eksplorasi
dapat mengajukan
permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya.
Pasal 33
Yang dimaksud dengan wilayah di luar
WIUP dalam
ketentuan ini adalah
project area yang
dilarang melakukan kegiatan penambangan, antara lain untuk pembangunan stockpile, pelabuhan khusus, fasilitas pengolahan dan pemurnian, jalan tambang. 14. Pasal 35
(1) IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
Pasal 35 Ayat (1)
11. Ketentuan Pasal 35 ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3) dan penjelasan ayat (1) diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan, sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 35
(1) IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
Angka 11
Pasal 35 Ayat (1)
Pelabuhan dalam ketentuan ini adalah pelabuhan khusus atau terminal khusus yang
Penafsiran
pemerintah daerah dan polisi, bahwa pelabuhan khusus hanya untuk Pasal 35 ayat (1) huruf a.
Sedangkan untuk Pasal 35 ayat (1) huruf b dan c adalah pelabuhan umum.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 dibangun oleh pemegang IUP Operasi Produksi. a. bupati/walikota, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai;
Huruf a Pelabuhan dalam ketentuan ini adalah pelabuhan khusus atau terminal khusus yang dibangun oleh pemegang IUP Operasi Produksi. a. bupati/walikota, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai;
b. gubernur, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda dalam 1 (satu) provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari bupati; Huruf b Cukup jelas. b. gubernur, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda dalam 1 (satu) provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari bupati;
c. Menteri, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada dalam wilayah provinsi
Huruf c
Cukup jelas.
c. Menteri, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada dalam wilayah provinsi
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 yang berbeda atau
wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota
setempat sesuai dengan
kewenangannya.
yang berbeda atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota
setempat sesuai dengan
kewenangannya. (2) Dalam hal lokasi
penambangan, lokasi
pengolahan dan
pemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah yang berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
(2) Dalam hal lokasi penambangan, lokasi
pengolahan dan
pemurnian serta pelabuhan berada di dalam wilayah yang berbeda maka IUP Operasi Produksi masing-masing diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
(3) Dalam hal dokumen studi
kelayakan yang dibuat oleh pemegang IUP Eksplorasi menyebutkan bahwa dalam kegiatan pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi juga mengolah dan memurnikan hasil komoditas tambang dari pemegang IUP Operasi
Ayat (3)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Produksi lain dan/atau
dari pemegang IPR, dan/atau akan membangun fasilitas pelabuhan khusus, maka IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
a. bupati/walikota,
apabila:
1) hasil komoditas
tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan berasal dari pemegang IUP Operasi Produksi lain dan/atau pemegang IPR yang WIUP-nya atau WPR-nya, berada di dalam 1 (satu) kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai; dan/atau
2) lokasi pelabuhan
khusus yang akan dibangun berada di dalam 1 (satu) kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
1) hasil komoditas
tambang berasal dari pemegang IUP Operasi Produksi lain dan/atau pemegang IPR yang WIUP-nya atau WPR-nya, berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda dalam 1 (satu) provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat
rekomendasi dari bupati; dan/atau
2) lokasi pelabuhan
khusus yang akan dibangun berada pada wilayah kabupaten/kota yang berbeda dalam 1 (satu) provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
c. Menteri, apabila:
1) hasil komoditas
tambang berasal dari pemegang IUP
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Operasi Produksi
lain dan/atau pemegang IPR yang WIUP-nya atau WPR-nya, berada dalam wilayah provinsi yang berbeda atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan kewenangannya; dan/atau 2) lokasi pelabuhan
khusus yang akan dibangun berada pada wilayah provinsi yang berbeda atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai. 15. Pasal 36
Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan
Pasal 36
Cukup jelas.
12. Ketentuan Pasal 36 huruf c diubah, sehingga Pasal 36 berbunyi:
Pasal 36
Dalam hal pemegang IUP
Angka 12
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 pemurnian, kegiatan
pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki:
Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki: a. IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengangkutan dan penjualan;
a. IUP Operasi Produksi
khusus untuk
pengangkutan dan penjualan;
Huruf a
Cukup jelas.
b. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian; dan/atau
b. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian; dan/atau
Huruf b Pengolahan dan pemurnian dalam ketentuan ini adalah kegiatan mengolah dan/atau memurnikan komoditas tambang sampai membentuk bahan baku industri.
c. IUP Operasi Produksi. c. IUP Operasi Produksi,
hanya untuk kerja sama dalam kegiatan pengolahan dan pemurnian. Huruf c Kerja sama dalam ketentuan ini adalah kerja sama antara pemegang IUP Operasi Produksi dengan Ketentuan Pasal 36 huruf c menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Pemerintah dan pemegang IUP.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 pemegang IUP Operasi Produksi lainnya dalam kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian komoditas tambangnya, antara lain berupa jasa pengolahan dan/atau pemurnian atau membeli komoditas tambang untuk dilakukan pengolahan dan/atau pemurnian.
kerja sama pemegang IUP Operasi Produksi
satu dengan
pemegang IUP
Operasi Produksi yang lain hanya untuk kerja sama dalam kegiatan pengolahan dan pemurnian, sedangkan untuk pengangkutan dan penjualan tidak boleh. Dari sisi pemegang IUP, kerja sama boleh termasuk untuk pengangkutan dan penjualan.
16. Pasal 37
(1) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a diberikan oleh:
Pasal 37
Cukup jelas
13. Ketentuan Pasal 37 ayat (2) dan ayat (3) diubah, dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 37 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 37
(1) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a diberikan oleh:
Angka 13
Pasal 37 Ayat (1)
Cukup jelas.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 kegiatan pengangkutan
dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara;
kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara; b. gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten/kota; atau b. gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten/kota; atau c. bupati/walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
c. bupati/walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1 (satu) kabupaten/kota. (2) IUP Operasi Produksi
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b diberikan oleh:
(2) IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b diberikan oleh:
Ayat (2) Cukup jelas. Penafsiran pemerintah daerah tentang kewenangan pemberian IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian. a. Menteri apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari provinsi lain dan/atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada lintas provinsi;
a. Menteri, apabila lokasi pengolahan dan/atau pemurnian berada dalam 1 (satu) kabupaten/kota atau terletak pada lintas provinsi dan komoditas tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan berasal dari provinsi lain, dan/atau impor; Pemerintah daerah khususnya kabupaten/kota beranggapan apabila ada 1 (satu) pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang lokasi pengolahan dan pemurniannya berada dalam 1 (satu)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
kabupaten/kota
mengolah komoditas tambang yang berasal dari:
b. gubernur apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari beberapa kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau lokasi pengolahan dan pemurnian berada pada lintas kabupaten/kota; atau
b. gubernur, apabila lokasi pengolahan dan/atau pemurnian berada dalam 1 (satu) kabupaten/kota atau terletak pada lintas kabupaten/kota dan komoditas tambang yang akan diolah berasal dari beberapa kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; atau
1. kabupaten/kota yang bersangkutan; 2. kabupaten/kota lain dalam 1 (satu) provinsi; dan 3. provinsi lain
maka pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian tersebut harus mendapatkan 3 (tiga) IUP: c. bupati/walikota apabila komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 (satu) kabupaten/kota
dan/atau lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian berada pada 1 (satu) kabupaten/kota. c. bupati/walikota apabila apabila lokasi pengolahan dan/atau pemurnian berada dalam 1 (satu) kabupaten/kota dan komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 (satu) kabupaten/kota.
1. diberikan oleh bupati/walikota untuk komoditas yang berasal dari kabupaten/kota yang bersangkutan; 2. diberikan oleh gubernur untuk komoditas tambang yang berasal dari kabupaten lain; dan 3. diberikan oleh Menteri untuk
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
komoditas
tambang yang berasal dari provinsi lain.
(3) Dalam hal komoditas tambang yang akan diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari impor, IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengolahan dan
pemurnian diberikan oleh Menteri.
(3) Dalam hal komoditas tambang yang akan diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari lebih dari 1 (satu) wilayah, IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
a. Menteri, apabila komoditas tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan berasal dari: Ayat (3) Cukup jelas. Ketentuan ayat (3) dihapus digabung dengan ketentuan ayat (2) huruf a angka 1 huruf c). Usulan dari Kementerian Perindustrian melalui Surat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur No. 266/BIM/6/2011 tanggal 7 Juni 2011 agar ketentuan ayat (3) dihapus karena untuk komoditas tambang yang berasal dari impor cukup menggunakan Izin Usaha Industri (IUI).
1) provinsi lain dan
kabupaten/kota lain dalam 1 (satu) provinsi, serta kabupaten/kota yang sama dengan lokasi pengolahan dan/atau
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 pemurnian;
2) provinsi lain dan
kabupaten/kota yang sama dengan lokasi pengolahan dan/atau pemurnian; atau
3) provinsi lain dan
kabupaten/kota lain dalam 1 (satu) provinsi.
b. gubernur, apabila
komoditas tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan berasal dari kabupaten/kota lain dalam 1 (satu) provinsi dan kabupaten/kota yang sama dengan lokasi pengolahan dan/atau pemurnian; atau
c. bupati, apabila
komoditas tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan berasal dari beberapa wilayah dalam 1 (satu) kabupaten/kota yang sama dengan lokasi pengolahan dan/atau pemurnian.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010
(4) Dalam hal dokumen studi
kelayakan menyebutkan bahwa komoditas tambang yang akan diolah dan/atau dimurnikan, berasal dari selain yang diajukan pertama, maka IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Ayat (4) Cukup jelas.
(5) IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diberikan selama unit pengolahan dan pemurnian masih beroperasi. Ayat (5) Evaluasi terhadap IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dilakukan 1 (satu) kali dalam 20 (dua puluh) tahun, dalam rangka evaluasi terhadap kelayakan operasi fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian.
17. 14. Di antara Pasal 37 dan Pasal
38 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 37A, yang
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 37A
Pemegang IUP Operasi Produksi khusus pengolahan dan pemurnian dapat melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan yang terkait dengan kegiatan pengolahan dan pemurnian yang dilakukan. Pasal 37A Yang dimaksud dengan kegiatan pengangkutan dan penjualan adalah: a. pengangkutan komoditas tambang yang akan diolah dan/atau
dimurnikan; dan b. pengangkutan dan
penjualan hasil dari kegiatan
pengolahan
dan/atau pemurnian yang dilakukan. 18. Pasal 38
Dalam hal berdasarkan hasil dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berdampak lingkungan pada:
Pasal 38
Cukup jelas.
15. Ketentuan Pasal 38 huruf a diubah, sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 38
Dalam hal berdasarkan hasil dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang berdampak lingkungan pada:
Angka 15
Pasal 38 Cukup jelas
a. 1 (satu) kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi
diberikan oleh
bupati/walikota
berdasarkan rekomendasi dari Menteri dan
a. 1 (satu) kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh bupati/walikota;
Bupati/walikota dalam memberikan IUP tidak berdasarkan
rekomendasi dari Menteri dan gubernur.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 gubernur;
b. lintas kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh gubernur berdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota; atau
b. lintas kabupaten/kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh gubernur berdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota; atau
c. lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota dan gubernur.
c. lintas provinsi, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari bupati/walikota dan gubernur.
19. Pasal 39
Badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli mineral logam atau batubara di Indonesia, harus memiliki IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya.
20. 16. Di antara Pasal 39 dan Pasal
40 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 39A, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 39A
(1) IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan, IUP Operasi
Angka 16
Pasal 39A Cukup jelas.
Untuk validasi data IUP yang telah diterbitkan baik oleh bupati/walikota,
gubernur, maupun Menteri sehingga dalam pembinaan dan pengawasan akan lebih mudah.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 Produksi khusus
pengolahan dan pemurnian yang diberikan oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 35, Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 38, tembusannya wajib disampaikan kepada gubernur dan Menteri.
penting dalam rangka pengendalian produksi dan pemasaran atas komoditas tambang, DMO, pengawasan pemenuhan kewajiban PNBP, serta konservasi.
(2) IUP Eksplorasi, IUP
Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan, IUP Operasi Produksi khusus pengolahan dan pemurnian yang diberikan oleh gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 35, Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 38 tembusannya wajib disampaikan kepada Menteri.
21. Pasal 40
Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
Pasal 40
Yang dimaksud dengan wilayah di luar WIUP dalam ketentuan ini adalah project area yang dilarang melakukan kegiatan penambangan.
17. Ketentuan Pasal 40 tetap, penjelasan diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan.
Pasal 40
Pemegang IUP Operasi
Angka 17
Pasal 40
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 kewenangannya untuk
menunjang usaha kegiatan pertambangannya.
Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya.
dengan wilayah di luar
WIUP dalam
ketentuan ini adalah
project area yang
dilarang melakukan kegiatan penambangan, antara lain untuk pembangunan stockpile, pelabuhan khusus, fasilitas pengolahan dan pemurnian, jalan tambang. 22. Pasal 44
(1) Dalam hal pada lokasi
WIUP ditemukan
komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP, pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan.
Pasal 44 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “komoditas tambang lainnya” dalam ketentuan ini adalah antara lain apabila dalam WIUP komoditas tertentu terdapat mineral lain atau batubara.
18. Ketentuan Pasal 44 ayat (1) diubah dan diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a), sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(1) Dalam hal pada lokasi WIUP mineral logam atau batubara yang diberikan dalam IUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral, pemegang IUP Eksplorasi mineral logam atau batubara dan IUP Operasi Produksi mineral logam atau batubara Angka 18 Pasal 44 Ayat (1) Bukan asosiasi mineral dalam ketentuan ini adalah yang keterdapatannya dan genesanya tidak secara bersama-sama dengan mineral utamanya, antara lain emas dengan
Pemegang WIUP mineral logam atau batubara yang pertama dalam mendapatkan WIUP mineral logam atau batubara melalui mekanisme lelang WIUP.
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 memperoleh keutamaan
dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya yang ditemukan tanpa melaui lelang.
galena, emas dengan bijih besi, emas dengan nikel.
(1a)Dalam hal pada lokasi
WIUP mineral bukan logam atau batuan yang diberikan dalam IUP ditemukan komoditas tambang mineral logam atau batubara, pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam atau batuan dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam atau batuan tidak memperoleh keutamaan dalam mengusahakan komoditas tambang mineral logam atau batubara yang ditemukan dan untuk mengusahakannya harus melalui mekanisme lelang dengan memperoleh hak menyamai. Ayat (1a) Cukup jelas. (2) Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus membentuk badan usaha baru. Ayat (2) Cukup jelas. (2) Dalam mengusahakan komoditas tambang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus membentuk badan usaha baru.
Ayat (2)
Badan usaha baru dalam ketentuan ini adalah badan usaha yang didirikan dan secara efektif dikendalikan oleh
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 pemegang IUP Eksplorasi atau IUP Operasi Produksi, yang kepemilikan saham dan kepengurusannya sama dengan kepemilikan saham dan kepengurusan badan usaha pemegang IUP Eksplorasi atau IUP Operasi Produksi dan/atau badan usaha baru sebagai afiliasi badan usaha pemegang IUP Eksplorasi atau IUP Operasi Produksi. (3) Apabila pemegang IUP
Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kesempatan pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara lelang atau permohonan wilayah.
Ayat (3)
Pihak lain dalam ketentuan ini adalah
badan usaha,
koperasi, atau perseorangan selain
pemegang IUP
Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi yang tidak berminat atas komoditas tambang tersebut.
(3) Apabila pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi tidak berminat atas komoditas tambang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kesempatan
pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dan diselenggarakan dengan cara lelang atau permohonan wilayah.
Ayat (3)
Pihak lain dalam ketentuan ini adalah badan usaha, koperasi, atau perseorangan
selain pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi yang tidak berminat atas komoditas tambang tersebut.
(4) Pihak lain yang mendapatkan IUP
Ayat (4)
Cukup jelas.
(4) Pihak lain yang mendapatkan IUP
Ayat (4)
PP NO 23 TAHUN 2010 ATAS PP NO 23 TAHUN 2010 berdasarkan lelang atau
permohonan wilayah harus berkoordinasi dengan pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi pertama.
berdasarkan lelang atau permohonan wilayah harus berkoordinasi dengan pemegang IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi pertama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUP baru sesuai komoditas tambang lain diatur dengan Peraturan Menteri.
Ayat (5)
Cukup jelas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUP baru sesuai komoditas tambang lain diatur dengan Peraturan Menteri. Ayat (5) Cukup jelas. 23. Pasal 45 (1) Permohonan
perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu IUP.
Pasal 45
Cukup jelas
19. Ketentuan Pasal 45 ayat (4) diubah dan ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (6), ayat (7), dan ayat (8), sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45 (1) Permohonan
perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.
Angka 19 Pasal 45 Cukup jelas Untuk memberi kesempatan kepada pemegang IUP membela kepentingan usahanya.