• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK ANTARA KONTRAKTOR DAN PEMILIK PROYEK YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN KLAIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFLIK ANTARA KONTRAKTOR DAN PEMILIK PROYEK YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN KLAIM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

KONFLIK ANTARA KONTRAKTOR DAN PEMILIK PROYEK YANG BERPOTENSI

MENIMBULKAN KLAIM

Sondang Dwiputra Paiding Lewa1 dan Harijanto Setiawan2

1 Program Magiter Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta Email: sondankpaidink27@gmail.com

2 Program Magister Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta Email: haris@mail.uajy.ac.id

ABSTRAK

Pembangunan proyek konstruksi yang melibatkan berbagai pihak sangat berpotensi menimbulkan konflik yang apabila tidak diselesaikan dengan baik akan berujung pada terjadinya klaim. Konflik yang paling berpotensi terjadi adalah antara kontraktor dan pemilik proyek karena dua pihak ini yang bekerja sama secara intensif dalam waktu relatif panjang selama proses pembangunan terjadi. Konflik yang terjadi mempunyai berbagai dampak negatif terhadap kinerja proyek, oleh karenanya konflik perlu diminimalkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyebab konflik yang terjadi antara kontraktor dan pemilik proyek yang berpotensi menimbulkan klaim, jenis klaim yang sering terjadi dan cara menyelesaikannya. Penelitian dilakukan di kabupaten Mimika, propinsi Papua yang merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang memiliki prospek pembangunan yang bagus. Pengumpulan data melibatkan 54 responden dari kontraktor, konsultan perencana, dan pengawas. Data diolah dengan metode statistik deskriptif yang berupa mean dan standard deviasi. Analisis selanjutnya untuk membedakan hasil antar kelompok responden dan antar jenis kontrak digunakan metode one-way anova dan t-test serta Spearman rank correlation. Hasil penelitian mendapati 8 penyebab konflik yang sering menimbulkan klaim yaitu curah hujan yang tinggi dari biasanya, perubahan desain, permintaan pemilik proyek untuk mempercepat pekerjaan, pengurangan tenaga kerja, perubahan metode pelaksanaan atas permintaan pemilik proyek, hujan yang turun berhari-hari tanpa henti, pekerjaan tambah yang diminta pemilik proyek, dan pemanfataan bangunan oleh pemilik proyek sebelum proyek diselesaikan. Jenis klaim yang sering diajukan kontraktor meliputi klaim tambahan biaya dan waktu, dan klaim tambahan waktu tanpa tambahan biaya. Cara penyelesaian konflik yang digunakan adalah arbritasi, negosiasi, dan engineering judgement. Kata kunci : konflik, klaim, kontraktor, pemilik proyek

1.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan pasar konstruksi di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan pembangunan infrastruktur terlebih dengan dicanangkannya program percepatan pembangunan infrastruktur seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pertumbuhan yang menjanjikan juga terjadi di kabupaten Mimika yang merupakan salah satu kabupaten di propinsi Papua karena kabupaten ini kaya sumber daya alam. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2025, kabupaten Mimika mempunyai visi sebagai berikut: ‘pada tahun 2009-2025, mimika menjadi pusat pelayanan jasa dan industri global berwawasan lingkungan menuju masyarakat madani’. Salah satu faktor pendukung tercapainya visi ini adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, oleh karenanya industri konstruksi mempunyai peluang besar di kabupaten ini.

Industri konstruksi merupakan industri yang berbasis proyek. Pembangunan proyek konstruksi melibatkan banyak pihak yang kadang mempunyai latar belakang dan kepentingan yang berbeda-beda padahal semua pihak tadi harus mengarah ke satu tujuan yaitu keberhasilan pembangunan proyek. Dalam kondisi ini salah satu faktor kunci yang mendukung keberhasilan pembangunan proyek adalah kerja sama yang baik antara pihak - pihak yang terlibat di dalamnya. Sementara proses pembangunan proyek konstruksi yang kompleks dan dengan ketidak pastian yang tinggi menyebabkan kemungkinan terjadinya perselisihan atau konflik antar pihak yang terlibat dalam kegiatan proyek konstruksi. Sampai saat ini hampir tidak ada proyek konstruksi yang terhindar dari konflik.

Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pembangunan proyek konstruksi antara lain adalah pemilik proyek (owner), konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor. Diantara pihak-pihak ini, konflik yang sering

(2)

terjadi, baik karena faktor kesengajaan maupun ketidaksengajaan, adalah konflik antara kontraktor dan pemilik proyek. Hal ini dikarenakan kerjasama antara kedua pihak ini sangat intensif dan terjadi dalam waktu yang relatif lama sepanjang usia proyek. Lebih lanjut apabila konflik tidak diselesaikan dengan baik akan berakibat timbulnya klaim.

Klaim akan berdampak negatif terhadap proses pembangunan proyek seperti tertunda atau bahkan terlambatnya penyelesaian pekerjaan pada proyek yang dapat mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim antara kontraktor sebagai penyedia jasa dan pemilik proyek sebagai pengguna jasa merupakan hal penting yang perlu diidentifikasi. Dengan diketahuinya penyebab konflik tersebut diharapkan klaim dapat dihindari atau diminimalkan demi tercapainya keberhasilan pembangunan suatu proyek konstruksi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan mengetahui apa penyebab konflik antara kontraktor dan pemilik proyek yang berpotensi menimbulkan klaim. Lebih lanjut akan diteliti juga klaim apa yang sering diajukan kontraktor kepada pemilik proyek, dan cara penyelesaian apa yang sering digunakan untuk menyelesaikan sengketa antara kontraktor dan pemilik proyek. Melengkapi tujuan tersebut, penelitian ini juga bertujuan mengetahui apakah antara kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas yang menjadi responden penelitian ini terdapat perbedaan pendapat mengenai penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim. Selain itu akan diteliti juga apakah ada perbedaan jika dilihat dari jenis kontrak yang digunakan dalam hubungan kontraktor dan pemilik proyek.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

Pihak - pihak yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

Menurut Levy (2012) proyek konstruksi melibatkan berbagai pihak yang terlibat sejak awal hingga akhir proyek. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi mempunyai peran, kewajiban dan tanggung-jawab yang berbeda-beda. Sepanjang tahapan proyek konstruksi, pihak-pihak ini bekerja sama dan berinteraksi dalam upaya mewujudkan proyek.

Pihak-pihak yang terlibat dalam setiap tahapan proyek konstruksi terdiri dari pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Berdasarkan fungsinya, konsultan dapat dibedakan lagi menjadi konsultan perencana dan konsultan pengawas. Ervianto (2002) menjelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam tahapan proyek konstruksi sebagai berikut ini.

1. Pemilik proyek

Pemilik proyek dapat perorangan maupun badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. 2. Konsultan perencana

Konsultan perencana dapat berupa perorangan atau badan yang bertugas membuat perencanaan bangunan secara lengkap. Konsultan perencanaan ini dapat dibedakan lagi berdasarkan spesialisasinya, misalnya konsultan perencana arsitektur, sipil, mekanikal elektrikal, dan sebagainya.

3. Konsultan pengawas

Konsultan pengawas merupakan perorangan atau badan yang ditunjuk pemilik proyek untuk melakukan pengelolaan dan pengawasan pelaksanaan proyek konstruksi mulai dari awal hingga proyek selesai dibangun. Konsultas pengawas bertugas untuk mengawasi kontraktor agar proyek dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

4. Kontraktor

Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dari pemilik proyek untuk membangun proyek sesuai waktu dan biaya yang telah ditetapkan dan disepakati sesuai perencanaan, baik gambar rencana maupun peraturan dan persyaratan, yang telah disiapkan.

Diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut, pemilik proyek dan kontraktor mempunyai hubungan dengan intensitas tinggi dan diikat dengan kontrak yang berkekuatan hukum. Dengan demikian besar kemungkinan terjadinya konflik antar kontraktor dan pemilik proyek. Penelitian ini berfokus pada konflik antara pemilik proyek dan kontraktor, namun berdasarkan pendapat dari kontraktor sendiri maupun konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan baik perencana maupun pengawas dilibatkan dalam penelitian ini karena kedua konsultan ini terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi dan berhubungan dengan pemilik proyek maupun kontraktor, dengan demikian mereka juga memahami konflik yang terjadi antara pemilik proyek dan kontraktor.

(3)

Kontrak konstruksi

Kontrak konstruksi sebagaimana kontrak pada umumnya, menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang membuat perjanjian. Menurut Undang Undang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi Bab 1 Pasal 1 butir 8, ‘kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi’.

Salah satu hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor yang diatur dalam kontrak konstruksi adalah cara pembayaran biaya proyek. Terkait dengan cara pembayaran biaya proyek, terdapat beberapa jenis kontrak yang dapat dipilih oleh pemilik proyek dan kontraktor. Disini akan ditinjau 3 jenis kontrak yang paling sering digunakan dalam industri konstruksi di Indonesia. Ketiga jenis kontrak tersebut seperti diuraikan berikut ini.

1. Kontrak Kontrak Harga Satuan (Unit Price)

Pada kontrak harga satuan, kontraktor menenentukan harga satuan tiap pekerjaan yang akan ditawarkan kepada pemilik proyek. Volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan saja, selanjutnya pada saat pekerjaan dilaksanakan, volume pekerjaan yang sesungguhnya akan ditentukan kembali dan dijadikan dasar pembayaran pemilik proyek kepada kontraktor (Ervianto 2002).

2. Kontrak Biaya Menyeluruh (Lumpsum)

Menurut Kwakye (1997) pada kontrak lumpsum, kontraktor menyetujui untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan pada proyek dengan biaya total yang telah disepakati. Lebih lanjut Levy (2012) menjelaskan jenis kontrak ini sering digunakan dalam penawaran pekerjaan yang kompetitif baik pada proyek pemerintah maupun swasta. Kontrak ini memerlukan perencanaan proyek yang lengkap yang telah disiapkan oleh pemilik proyek melalui konsultannya. Sementara jika terjadi perubahan baik desain, jenis material dan segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan biaya, Ervianto (2002) menjelaskan kontraktor akan menetapkan besarnya perubahan biaya tersebut yang besarnya dinegosisasikan antara pemilik proyek dan kontraktor.

3. Kontrak Biaya Plus Jasa

Menurut Levy (2012), pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran dari pemilik proyek untuk seluruh pengeluarannya sesuai pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan ditambah sejumlah biaya untuk biaya overhead dan keuntungan. Kontrak jenis ini memerlukan pertimbangan yang mendalam serta persiapan dan administrasi yang baik agar dapat terlaksana dengan baik. Selain itu kontrak jenis ini juga menuntut kepercayaan yang tinggi antara pemilik proyek dan kontraktor dan sarana komunikasi yang baik untuk menyampaikan status pekerjaan dan biaya yang menyertainya.

Klaim konstruksi

Menurut Kwakye (1997), tujuan pemilik proyek pada umumnya adalah penyelesaian proyek tepat waktu dan dengan biaya yang ekonomis. Di sisi lain kontraktor bertujuan menyelesaikan proyek sesuai ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak dengan biaya minimal agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Walaupun kedua pihak ini sama-sama menghendaki agar proyek dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan sesuai spesifikasi proyek tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa masing-masing pihak mempunyai pendapat yang berbeda terhadap ketentuan-ketentuan proyek. Dengan demikian sangat mungkin terjadi konflik antar kedua pihak ini.

Lebih lanjut, Levy (2012) menyatakan bahwa konflik biasanya diawali dari terjadinya salah paham antara pemilik proyek dan kontraktor yang melakukan kerjasama. Beberapa penyebab terjadinya konflik yang disampaikan Levy (2012) apabila ditelaah lebih lanjut dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok seperti diuraikan berikut ini.

1. Dokumen kontrak, antara lain: kesalahan dan ketidak-jelasan perencanaan dan spesifikasi proyek, pengaturan tanggung jawab yang tidak memadai

2. Pelaksanaan proyek, antara lain: kondisi lapangan, kondisi yang tidak terduga, persoalan produktivitas 3. Perbuatan pihak yang bekerjasama, antara lain: tidak ditanggapi atau lambatnya tanggapan atas pertanyaan

yang diajukan, tidak ada niat atau tidak sanggup memenuhi tuntutan kontrak, pemilik proyek tidak membayar tambahan biaya akibat perubahan pekerjaan, perubahan kondisi bangunan yang telah disepakai dalam kontrak, pekerjaan tambah, pelanggaran kesepakatan dalam kontrak, gangguan, penundaan, percepatan pekerjaan pada proyek, ketidak-mampuan secara finansial

Biasanya apabila konflik tidak diselesaikan dengan baik maka akan berakibat terjadinya klaim. Yasin (2004) menyatakan bahwa klaim yang paling sering terjadi adalah klaim yang timbul akibat keterlambatan menyelesaikan pekerjaan oleh penyedia jasa karena sebab dari pengguna jasa. Adapun jenis klaim yang terkait dengan keterlambatan menyelesaikan pekerjaan adalah permintaan tambahan waktu dan tambahan biaya oleh kontraktor.

(4)

Selain itu akibat keterlambatan menyelesaikan pekerjaan juga dapat menimbulkan klaim biaya tak langsung (overhead cost). Klaim biaya tak langsung dapat berupa biaya tak langsung lapangan seperti biaya untuk staf lapangan, fasilitas lapangan, pemakaian sarana komunikasi, dsb. Selain itu klaim biaya tak langsung dapat juga untuk kantor pusat seperti biaya administrasi, fasilitas di kantor pusat, dsb.

Selain kedua klaim tadi, Yasin (2004) juga menyatakan adanya klaim tambahan waktu tanpa tambahan biaya. Ada kalanya permintaan pemilik proyek mengakibatkan tertundanya pekerjaan tetapi untuk menyelesaikannya tidak ada tambahan biaya. Dalam kondisi seperti ini, kontraktor dapat meminta tambahan waktu saja tanpa tambahan biaya. Adakalanya kontraktor dapat juga mengajukan klaim kompensasi selain waktu dan biaya. Klaim tidak selalu dipenuhi seluruhnya karena ada kemungkinan keterlambatan tidak sepenuhnya diakibatkan kesalahan pemilik proyek. Pada kondisi demikian, kontraktor harus ikut bertanggung jawab atas keterlambatan yang terjadi.

Cara penyelesaian klaim

Apabila klaim terjadi maka klaim tersebut harus diselesaikan dengan baik karena jika klaim tidak diselesaikan dengan baik dan berakibat adanya pihak yang tidak puas maka klaim akan mengakibatkan terjadinya sengketa. Jika terjadi sengketa maka penyelesaiannya akan menjadi lebih sulit, oleh karenanya harus diupayakan agar klaim diselesaikan dengan baik dan sengketa dihindari.

Beberapa cara biasa digunakan untuk menyelesaikan klaim hingga sengketa agar dapat diselesaikan dengan baik dan adil. Adapun beberapa cara yang biasa digunakan untuk menyelesaikan klaim hingga sengketa konstruksi seperti dijelaskan oleh Barrie dan Paulson (1992) dan Malak et al (2002) akan diuraikan di bawah ini.

1. Penilaian ahli teknik atau engineering judgement dimana ahli teknk atau konsultan teknik ditunjuk oleh pemilik proyek untuk memberikan penilaian terhadap klaim yang diajukan. Hasil penilaian ini dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan akhir penyelesaian klaim.

2. Negosiasi dimana pihak-pihak yang berselisih mencari penyelesaian tanpa campur tangan pihak lain.

3. Mediasi dimana pihak-pihak yang berselisih menggunakan pihak ketiga yang netral untuk berlaku sebagai mediator untuk membantu menyelesaikan perselisihan

4. Arbitrasi dimana pihak-pihak yang berselisih menunjuk arbitrator dari badan arbitrase untuk menyelesaikan perselisihan

5. Litigasi terjadi apabila perselisihan perlu dibawa ke pengadilan, dimana masing-masing pihak akan diwakili oleh pengacaranya.

6. Mini-Trial dimana pihak yang berselisih diwakili oleh masing-masing manajer proyek dan adanya pihak ketiga yang netral sebagai penasihat sehingga terbentuk panel tiga anggota atau three member panel.

7. Dispute review boards dimana masing-masing pihak yang berselisih memilih satu perwakilan lalu perwakilan tersebut memilih pihak ketiga sehingga terbentuk panel tiga anggota atau three member panel.

3. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan di kabupaten Mimika, propinsi Papua dengan melibatkan 54 responden yang berasal dari kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas yang terdaftar di dalam GAPENSI dan INKINDO. Adapun perincian jumlah responden dari masing-masing tipe perusahaan adalah kontraktor: 20, konsultan perencana: 18 dan konsultan pengawas: 16. Sedangkan jabatan responden untuk kontraktor adalah direktur, project manager dan site manager, sementara untuk konsultan adalah direktur, team leader dan chief engineer.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang di bagian awal memuat pertanyaan-pertanyaan tentang latar belakang responden. Bagian berikutnya dari kuesioner merupakan bagian utama yang digunakan untuk mengumpulkan data terkait konflik yang berpotensi menimbulkan klaim. Pada bagian kedua ditampilkan 33 penyebab konflik yang dirangkum dari beberapa penelitian terdahulu (Fisk, 1997, Chandra, 2005 dan Acharya, 2006). Selain itu ditampilkan juga jenis klaim yang diajukan kontraktor kepada pemilik proyek dan cara penyelesaian sengketa antara kontraktor dan pemilik proyek. Dalam pengisian kusioner, responden diminta untuk responden diminta untuk memberikan penilaian menggunakan skala Likert dari 1 hingga 5 dimana 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 kadang-kadang, 4 sering dan 5 untuk sangat sering.

(5)

Analisis data

Analisis data pada masing-masing kelompok pernyataan yaitu konflik yang berpotensi menimbulkan klaim, jenis klaim dan cara penyelesaian sengketa dilakukan dengan metode deskriptif (mean dan standar deviasi). Selanjutnya berdasarkan mean dan standar deviasi ditetapkan ranking masing-masing pernyataan. Analisis dilanjutkan dengan menghitung natural cut off point yang merupakan nilai rata-rata dari mean terbesar dan terkecil dengan rumus natural cut-off point = (mean maksimal + mean minimal) / 2. Maksud dari dihitungnya natural cut off point ini adalah mereduksi jumlah variabel pada masing-masing kelompok sehingga diperoleh sekelompok variabel yang dapat dikategorikan sering terjadi atau sering digunakan sehingga perlu mendapat perhatian.

Analisis lanjutan dilakukan untuk membandingkan pendapat antar kelompok responden yaitu kontraktor, konsultan perencana dan konsultan pengawas. Perbandingan pendapat mengenai penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim antar ketiga kelompok responden dilakukan dengan one-way ANOVA untuk tiap penyebab konflik. Selain itu perbandingan juga dilakukan antar jenis kontrak, yang dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis kontrak yaitu kontrak harga satuan dan kontrak harga lumpsum. Pengujian antar dua jenis kontrak ini untuk tiap penyebab konflik dilakukan dengan analisis uji-T. Selain itu analisis Spearman rank correlation juga digunakan untuk perbandingan pendapat antar kelompok responden dan perbandingan antar jenis kontrak untuk urutan penyebab konflik.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penyebab konflik yang Berpotensi Menimbulkan Klaim

Pada awalnya analisis dilakukan pada seluruh penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim yang pada penelitian ini berjumlah 33 variabel dan dikelompokkan menjadi 8 kelompok variabel. Analisis dilakukan dengan menghitung mean dan standart deviasi masing-masing variabel. Selanjutnya berdasarkan mean ditentukan ranking tiap variabel berdasarkan nilai mean. Hasil analisis secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyebab konflik yang berpontensi menimbulkan klaim

Kode Penyebab konflik Mean SD Ranking

X1 Keterlambatan yang disebabkan oleh pemilik proyek

X1.1 Terlambat menyetujui shop drawing dan sample 2.50 1.04 31 X1.2 Terlambat menyetujui tes laboratorium untuk aktivitas berikutnya 2.72 1.12 24 X1.3 Keterlambatan pemilik proyek menanggapi penyelidikan lapangan oleh

kontraktor 2.93 1.20 11

X1.4 Perubahan - Perubahan desain 3.50 1.08 2

X1.5 Campur tangan pemilik proyek dalam pekerjaan kontraktor selama

pembangunan 2.93 1.13 10

X1.6 Perubahan dalam tingkat penyelidikan (inspeksi) 2.83 1.21 18 X1.7 Kegagalan dalam menyediakan jalan masuk kelapangan 2.81 1.20 20 X1.8 Terlambat mengeluarkan dokumen change order 2.91 1.10 12

X1.9 Pengurangan tenaga kerja 3.17 1.21 4

X1.10 Memperlambat pekerjaan (Directed slowdown) 2.80 1.14 21 X1.11 Keterlambatan pemilik proyek dalam menyediakan material yang

dibutuhkan

2.85 1.12 16 X2 Perubahan jadwal yang diperintahkan oleh pemilik proyek

X2.1 Pemilik proyek memerintahkan untuk mempercepat pekerjaan sehingga

pekerjaan selesai lebih cepat dari waktu yang ditetapkan dalam kontrak 3.19 1.10 3 X2.2 Pemilik proyek menunda pekerjaan selama beberapa waktu karena alasan-

alasan tertentu (seperti alasan keuangan, masalah hukum) 2.50 1.04 27 X2.3 Pekerjaan tambah yang diperintahkan pemilik proyek 3.00 1.06 7

(6)

Tabel 1. Penyebab konflik yang berpontensi menimbulkan klaim (lanjutan)

Kode Penyebab konflik Mean SD Ranking

X3 Perubahan konstruksi yang merugikan kontraktor

X3.1 Rancangan-rancangan dan spesifikasi yang cacat 2.50 1.04 29 X3.2 Kinerja yang lebih tinggi daripada standar spesifikasi 2.94 1.11 9 X3.3 Inspeksi dan penolakan yang tidak benar 2.87 1.08 15 X3.4 Perubahan metode pelaksanaan oleh pemilik proyek 3.07 1.13 5 X3.5 Pemilik proyek memerintahkan pelaksanaan kerja diluar urutan pekerjaan 2.72 1.20 25 X3.6 Gambar yang tidak mungkin dikerjakan dalam praktek 2.80 1.20 22 X4 Perbedaan kondisi lapangan yang merugikan kontraktor

X4.1 Kondisi lapangan yang berbeda dengan kontrak 2.83 1.19 17 X4.2 Kondisi fisik lapangan yang berbeda dengan kondisi awal pada saat

kontrak ditanda tangani 2.81 1.07 19

X5 Cuaca yang tidak lazim (tidak sesuai musimnya) yang merugikan kontraktor

X5.1 Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya 3.50 1.04 1 X5.2 Hujan yang turun berhari-hari tanpa henti 3.02 1.11 6

X5.3 Badai, topan, angin ribut 2.50 1.04 28

X6 Gagal membuat kesepakatan harga change order

X6.1 Kontraktor mengklaim biaya yang tidak termasuk dalam kontrak dengan

alasan biaya tersebut tidak diperkirakan saat kontrak dibuat 2.50 1.04 30 X7 Konflik dalam rancangan dan spesifikasi yang merugikan kontraktor

X7.1 Standar material dalam spesifikasi sudah tidak diproduksi lagi. 2.50 1.04 32 X7.2 Perbedaan interpretasi antara pemilik proyek dan kontraktor terhadap

dokumen kontrak 2.78 1.11 23

X8 Penyebab lain yang merugikan kontraktor

X8.1 Adanya kesalahan kerja/kerusakan yang dilakukan oleh kontraktor utama

sebelumnya. 2.46 1.09 33

X8.2 Pemanfaatan proyek (baik keseluruhan maupun sebagian) oleh pemilik

proyek sebelum penyelesaian 3.00 1.17 8

X8.3 Pemilik proyek tidak membayar kontraktor dengan tepat waktu 2.91 1.17 13 X8.4 Pemilik proyek menolak untuk menerima pekerjaan yang sudah

diselesaikan 2.50 1.04 26

X8.5 Tidak adanya pemberitahuan dari pemilik proyek akan fakta-fakta penting

yang berkaitan dengan kondisi lapangan 2.91 1.22 14 Hasil analisis memperoleh mean terbesar dan terkecil masing-masing besarnya 3,50 dan 2,46 dengan demikian didapat natural cut off point sebesar 2,98. Berdasarkan natural cut off point ini, variabel yang mempunyai mean lebih besar dianggap sebagai penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim di proyek konstruksi yang penting untuk diperhatikan. Setelah direduksi berdasarkan nilai natural cut off point, didapat delapan variabel diantara 33 variabel yang dikategorikan sering terjadi. Delapan variabel tersebut beserta mean, standard deviasi dan rankingnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim yang sering terjadi

Kode Penyebab konflik Mean SD Ranking

X5.1 Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya 3.50 1.04 1

X1.4 Perubahan - perubahan desain 3.50 1.08 2

X2.1 Pemilik proyek memerintahkan untuk mempercepat pekerjaan 3.19 1.10 3

X1.9 Pengurangan tenaga kerja 3.17 1.21 4

X3.4 Perubahan metode pelaksanaan oleh pemilik proyek 3.07 1.13 5 X5.2 Hujan yang turun berhari-hari tanpa henti 3.02 1.11 6 X2.3 Pekerjaan tambah yang diperintahkan oleh pemilik proyek 3.00 1.06 7 X8.2 Pemanfaatan proyek oleh pemilik proyek sebelum penyelesaian 3.00 1,17 8 Jika ditelaah lebih lanjut, kedelapan variabel tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu penyebab dari faktor eksternal (X5.1, X5.2), pemilik proyek (X1.4, X2.1, X2.3, X3.4, X8.2) dan kontraktor (X1.9). Hasil ini

(7)

menunjukkan bahwa penyebab terjadinya konflik yang berpotensi menimbulkan konflik mayoritas diakibatkan dari pemilik proyek.

Jenis Klaim yang Diajukan Kontraktor Kepada Pemilik proyek

Menggunakan analisis yang sama seperti sebelumnya, analisis data untuk klaim yang sering diajukan kontraktor kepada pemilik proyek mendapati mean dan standard deviasi masing-masing variabel seperti pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan mean terbesar 3,61 dan terkecil 2,11 sehingga natural cut off point nya adalah 2,86. Berdasarkan natural cut off point ini, diantara empat variabel hanya dua variabel yang dipertimbangkan sering terjadi yaitu: X9.1 klaim biaya dan waktu, serta X9.3 klaim tambahan waktu tanpa tambahan biaya.

Tabel 3. Jenis Klaim yang diajukan kontraktor kepada pemilik proyek

Kode Jenis Klaim Mean SD Ranking

X9.1 Klaim biaya dan waktu 3.61 0.90 1

X9.2 Klaim biaya tidak langsung (overhead) 2.11 0.74 4 X9.3 Klaim tambahan waktu tanpa tambahan biaya 2.93 0.97 2

X9.4 Klaim kompensasi lainnya 2.31 1.06 3

Hasil di atas menunjukkan bahwa klaim yang muncul dari kontraktor kepada pemilik proyek lebih mementingkan hal yang terkait langsung dengan penyelesaian proyek, yaitu biaya dan waktu, sementara biaya tidak langsung tidak menjadi perhatian kontraktor. Hal ini dikarenakan biaya tidak langsung sering kali kurang diperhatikan oleh kontraktor, padahal kontraktor harus menyadari bahwa keterlambatan proyek menimbulkan biaya tidak langsung juga.

Cara penyelesaian sengketa

Berdasarkan analisis data seperti yang diterapkan sebelumnya, diperoleh hasil cara penyelesaian yang sering digunakan untuk menyelesaikan konflik antara kontraktor dan pemilik proyek seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis menunjukkan mean terbesar dan terkecil masing-masing adalah 3,61 dan 2,19 sehingga diperoleh natural cut off point sebesar 2.90. Dengan demikian cara penyelesaian perselisihan akibat klaim yang sering digunakan ada tiga yaitu X10.4 arbitrasi, X10.2 negosiasi dan X10.1 engineering judgement.

Tabel 4. Cara penyelesaian sengketa

Kode Cara penyelesaian Mean SD Ranking

X10.1 Engineering judgement 3.20 0.83 3 X10.2 Negosiasi 3.33 0.95 2 X10.3 Mediasi 2.76 1.08 4 X10.4 Arbitrasi 3.61 1.00 1 X10.5 Litigasi 2.39 1.09 5 X10.6 Mini Trial 2.35 1.08 6

X10.7 Dispute review boards 2.19 1.12 7

Perbandingan pendapat antar kelompok responden terhadap penyebab konflik yang berpotensi

menimbulkan klaim

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah antara kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas terdapat perbedaan pendapat mengenai penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan konflik. Uji one-way ANOVA menjumpai ada perbedaan pendapat yang signifikan pada 14 penyebab konflik seperti dapat dilihat pada Tabel 5.

(8)

Tabel 5. Uji one-way ANOVA konflik yang berpotensi menimbulkan klaim

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan pendapat antar kelompok responden untuk seluruh variabel, dilakukan analisis Spearman rank correlation. Analisis ini menguji hubungan ranking penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim antar satu kelompok responden dengan kelompok responden lainnya. Hasil analisis antar kontraktor dengan konsultan perencana, kontraktor dengan konsultan pengawas dan konsultan perencana dan pengawas dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum pendapat satu kelompok responden dengan kelompok responden lainnya atas penyebab konflik yang berpontensi menimbulkan klaim tidak berhubungan, kecuali kontraktor dan konsultan perencana yang mempunyai hubungan tetapi hubungannya lemah dan tidak searah.

Tabel 6. Uji Spearman rank correlation pendapat antar kelompok responden Kelompok responden Nilai p dan koefisien korelasi Keterangan Kontraktor dengan konsultan perencana p = 0.047 < 0.05 dan rs = -.348 Ada hubungan signifikan,

hubungan lemah dan tidak searah Kontraktor dengan konsultan pengawas p = 0.775 > 0.05 dan rs = 0.052 Tidak ada hubungan signifikan konsultan perencana dengan pengawas p = 0.165 > 0.05 dan rs = 0.247 Tidak ada hubungan signifikan

Perbandingan penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim berdasarkan jenis kontrak

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim apabila dilihat dari jenis kontrak yang digunakan. Jenis kontrak yang digunakan dalam proyek yang menjadi obyek penelitian ini adalah kontrak harga satuan dan lumpsum. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-T. Hasil uji-T mendapati perbedaan yang signifikan (p < 0.05) terjadi pada enam penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim antara proyek dengan kontrak harga satuan dan lumpsum. Hasil uji-T pada enam variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Lebih lanjut uji Spearman rank correlation digunakan untuk menganalisis urutan seluruh variabel penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim. Uji ini menghasilkan koefisien korelasi antara jenis kontrak harga satuan dan lumpsum yang menunjukkan hubungan urutan dari kedua jenis kontrak ini lemah dan searah. Selain itu didapat nilai p = 0.210 > 0.05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim pada proyek dengan kontrak harga satuan dan lumpsum terhadap penyebab konflik yang terjadi.

Kode Konflik Sig. Keterangan

X1.1 Terlambat menyetujui shop drawing dan sample 0.009 Signifikan X1.2 Terlambat menyetujui tes laboratorium untuk aktivitas berikutnya 0.003 Signifikan X1.5 Campur tangan pemilik proyek dalam pekerjaan kontraktor selama

pembangunan 0.028

Signifikan X1.7 Kegagalan dalam menyediakan jalan masuk kelapangan 0.000 Signifikan X1.8 Terlambat mengeluarkan dokumen change order 0.000 Signifikan

X1.9 Pengurangan tenaga kerja 0.001 Signifikan

X2.3 Pekerjaan tambah yang diperintahkan pemilik proyek 0.042 Signifikan X3.1 Rancangan-rancangan dan spesifikasi yang cacat 0.000 Signifikan X3.2 Kinerja yang lebih tinggi daripada standar spesifikasi 0.013 Signifikan X4.1 Kondisi lapangan yang berbeda dengan kontrak 0.021 Signifikan X4.2 Kondisi fisik lapangan yang berbeda dengan kondisi awal pada saat

kontrak ditanda tangani 0.009

Signifikan X5.1 Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya 0.010 Signifikan X6.1 Kontraktor mengklaim biaya yang tidak termasuk dalam kontrak dengan

alasan biaya tersebut tidak diperkirakan saat kontrak dibuat 0.000

Signifikan

X8.4 Pemilik proyek menolak untuk menerima pekerjaan yang sudah

diselesaikan 0.019

(9)

Tabel 7. Uji-T konflik yang berpotensi menimbulkan klaim berdasarkan jenis kontrak

Kode Konflik Sig. (2-tailed) Keterangan

X1.4 Perubahan - Perubahan desain 0.042 Signifikan

X1.9 Pengurangan tenaga kerja 0.034 Signifikan

X5.1 Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya 0.008 Signifikan

X5.3 Badai, topan, angin ribut 0.008 Signifikan

X6.1 Kontraktor mengklaim biaya yang tidak termasuk dalam kontrak

dengan alasan biaya tersebut tidak diperkirakan saat kontrak dibuat 0.017

Signifikan

X8.5 Tidak adanya pemberitahuan dari pemilik proyek akan fakta-fakta

penting yang berkaitan dengan kondisi lapangan 0.002

Signifikan

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data terkait penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim, jenis klaim yang diajukan kontraktor kepada pemilik proyek dan cara penyelesaiannya, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini. 1. Delapan variabel penyebab konflik antara kontraktor dan pemilik proyek yang berpotensi menimbulkan klaim yang dikategorikan penting adalah: curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, perubahan-perubahan desain, pemilik proyek memerintahkan untuk mempercepat pekerjaan sehingga pekerjaan selesai lebih cepat daripada waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak, pengurangan tenaga kerja, perubahan metode pelaksanaan oleh pemilik proyek, hujan yang turun berhari-hari tanpa henti, pekerjaan tambah yang diperintahkan pemilik proyek, pemanfaatan proyek (baik keseluruhan maupun sebagian) oleh pemilik proyek sebelum penyelesaian. 2. Jenis klaim yang sering diajukan kontraktor kepada pemilik proyek adalah klaim biaya dan waktu, dan klaim

tambahan waktu tanpa tambahan biaya.

3. Cara penyelesaian yang sering digunakan kontraktor dan pemilik proyek dalam mengatasi perselisihan akibat klaim adalah arbritasi yang melibatkan para ahli di bidang konstruksi, negosiasi yang hanya melibatkan dua pihak yang mengalami konflik tanpa melibatkan pihak lain, dan penilaian ahli teknik yang melibatkan ahli teknik atau konsultan teknik untuk memberikan pertimbangan yang menjadi dasar pegambilan keputusan. 4. Analisis perbandingan pendapat antar kelompok responden kontraktor, konsultan perencana dan konsultan

pengawas mendapati bahwa ketiga kelompok responden mempunyai perbedaan yang signifikan pada 14 penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan klaim. Sementara secara keseluruhan tidak terdapat hubungan yang signifikan pada urutan penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan konflik berdasarkan pendapat kelompok responden.

5. Dilihat dari jenis kontraknya, diperoleh kesimpulan adanya enam penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan konflik yang berbeda secara signifikan antara jenis kontrak harga satuan dan lumpsum. Sementara jika ditinjau secara keseluruhan tidak terdapat hubungan yang signifikan pada urutan penyebab konflik yang berpotensi menimbulkan konflik antara kontrak harga satuan dan lumpsum.

Kesimpulan ini diharapkan akan memberikan masukan kepada kontraktor dan pemilik proyek yang menjalin kerjasama untuk mewujudkan proyek agar kedua pihak ini mengetahui berbagai penyebab yang dapat menimbulkan konflik yang berpotensi menimbulkan klaim. Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kedua pihak dapat berupaya untuk meminimalkan terjadinya klaim yang berpotensi menimbulkan klaim. Walaupun hasil penelitian ini didapat berdasarkan data yang dikumpulkan di kabupaten Mimika, propinsi Papua namum kontraktor pada umumnya dapat memanfaatkan hasilnya setelah mempertimbangkan kondisinya masing-masing.

Penelitian sejenis dapat dilakukan di daerah lain dan untuk jenis kontrak lainnya agar diperoleh perbandingan hasilnya dengan daerah lain dan jenis kontrak lain. Dengan perbandingan ini, diharapkan dapat ditarik kesimpulan yang lebih umum.

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, N.K., Lee Y.D., dan Im, H.M. (2006). “Conflicting factors in construction projects: Korean perspective”. Journal Engineering, Construction and Architectural Management. Vol. 13 (6), 543-566.

Barrie, D.S. and Paulson, B.C. Jr. (1992). Professional Construction Management 3rd ed. McGraw-Hill, New York, Chandra, H.P., Tunardih, E.C., dan Soetiono, I. (2005). “Studi Pengajuan Klaim Konstruksi dari Kontraktor ke

Pemilik Bangunan”. Jurnal of Civil Engineering Dimension. Vol.7 (2), 90-96. Ervianto, W.I. (2002). Manajemen proyek konstruksi. Andi Offset, Yogyakarta.

(10)

Fisk, E. R. (1997). Construction Project Administration. Prentice Hall Inc. Kwakye, A.A. (1997). Construction project administration in practice. Longman

Levy, S.M. (2012). Project management in construction, sixth edition. The McGraw-Hill Companies Malak, A., Asem, M.U., El-Saadi, M.M.H., dan Abou-Zeid, M.G. (2002). “Process model for administrating

construction claims”. Journal of Construction Engineering and Management. Vol.18 (2), 84-94.

Yasin, H. N. (2004). Mengenal klaim konstruksi dan penyelesaian sengketa konstruksi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Penyebab konflik yang berpontensi menimbulkan klaim (lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal tidak hanya mencatat kegiatan yang dilakukan kontraktor dengan pihak lain seperti supplier material dan pemilik proyek, tapi juga mencatat perpindahan yang terjadi

Penyebab yang mempengaruhi suatu klaim itu gagal diajukan oleh kontraktor ke owner pada daerah Jakarta dan Jawa Tengah adalah klaim yang diajukan tidak

Dan akibat terjadinya konflik terhadap organisasi menurut kontraktor adalah bersemangat menyelesaikan setiap pekerjaan yang diberikan dan menurut pekerja adalah dapat

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik pada proyek konstruksi adalah kondisi kontrak pada proyek konstruksi di Kota

Metode yang digunakan untuk mengurangi dampak faktor penyebab konflik yaitu, pada faktor penyebab konflik karena prioritas proyek adalah Compromise, Pada faktor penyebab

Jurnal tidak hanya mencatat kegiatan yang dilakukan kontraktor dengan pihak lain seperti supplier material dan pemilik proyek, tapi juga mencatat perpindahan yang terjadi

Keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena dampak keterlambatan adalah konflik dan

Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Provinsi Aceh adalah disebabkan oleh faktor owner, faktor konsultan, faktor kontraktor, faktor