• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II skripsiku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II skripsiku"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II BAB II

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A.

A. Kajian Mesin PencacahKajian Mesin Pencacah II ssolator olator  PVC Kabel PVC Kabel 1.

1. Isolator PVC KabelIsolator PVC Kabel  Polivinil Clorida

 Polivinil Clorida biasa disingkat PVC, adalah biasa disingkat PVC, adalah polimer termoplastik  polimer termoplastik  urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah

urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena polietilena dandan  polipropilena.

 polipropilena.  Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi  Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan

fleksibel dengan menambahkan plasticizer  plasticizer ,, umumnya PVC yang fleksibel umumnya PVC yang fleksibel dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan

dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan  Isolator  Isolator (PVC) (PVC) kabelkabel listrik.

listrik.

PVC diproduksi dengan cara

PVC diproduksi dengan cara  polimerisasi polimerisasi monomermonomer vinil kloridavinil klorida (CH2=CHCl). Karena 57% massanya adalah

(CH2=CHCl). Karena 57% massanya adalah klor klor ,,  PVC adalah  PVC adalah  polimer polimer yang menggunakan bahan baku

yang menggunakan bahan baku minyak bumiminyak bumi terendah di antara polimerterendah di antara polimer lainnya.

lainnya.

2.

2. Mesin PencacahMesin Pencacah II ssolator olator  PVC Kabel PVC Kabel

Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang limbah/sampah, khususnya digunakan untuk merajang isolator (PVC) limbah/sampah, khususnya digunakan untuk merajang isolator (PVC) kabel. Pencacahan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam kabel. Pencacahan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan daur ulang bahan PVC, sehingga dapat memperoleh nilai melakukan daur ulang bahan PVC, sehingga dapat memperoleh nilai ekonomi yang tinggi.

(2)

Mesin pencacah ini menggunakan motor listrik sebagai sumber Mesin pencacah ini menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Mesin ini mempunyai sistem transmisi tunggal yang tenaga penggerak. Mesin ini mempunyai sistem transmisi tunggal yang  berupa

 berupa sepasangsepasang  pulley pulley dengan perantaradengan perantara v-belt.v-belt. Saat motor listrikSaat motor listrik dinyalakan, maka putaran motor listrik akan langsung ditransmisikan ke dinyalakan, maka putaran motor listrik akan langsung ditransmisikan ke  pulley

 pulley 1 1 yang yang dipasang dipasang seporos seporos dengan dengan motor motor listrik. listrik. DariDari  pulley pulley 1,1,  putaran

 putaran akan akan ditransmisikan ditransmisikan keke  pulley pulley 2 melalui perantara2 melalui perantara v-belt,v-belt, kemudian

kemudian pulley pulley 2 berputar, maka poros yang berhubungan dengan2 berputar, maka poros yang berhubungan dengan  pulley pulley akan berputar sekaligus memutar pisau perajang. Hal tersebut akan berputar sekaligus memutar pisau perajang. Hal tersebut dikarenakan pisau perajang dipasang seporos dengan

dikarenakan pisau perajang dipasang seporos dengan pulley pulley 2.2.

Meski terkesan memiliki fungsi yang sederhana namun mesin Meski terkesan memiliki fungsi yang sederhana namun mesin  berperan

 berperan cukup cukup besar besar dalam dalam proses proses pencacahan. pencacahan. Mesin Mesin pencacah pencacah iniini terdapat beberapa bagian utama seperti; motor penggerak, poros,

terdapat beberapa bagian utama seperti; motor penggerak, poros, casing casing ,, sistem transmisi dan pisau perajang.

sistem transmisi dan pisau perajang.

B.

B. Tuntutan Alat dari Sisi Calon PenggunaTuntutan Alat dari Sisi Calon Pengguna Mesin pencacah isolator (PVC)

Mesin pencacah isolator (PVC) kabel ini merupakan kabel ini merupakan sebuah alat yangsebuah alat yang  berfungsi untuk

 berfungsi untuk membantu membantu pencacahan pencacahan bagi bagi masyarakat. masyarakat. Mesin Mesin ini ini memilikimemiliki  berbagai

 berbagai tuntutan tuntutan yang yang harus harus dipenuhi dipenuhi sehingga sehingga nantinya nantinya mesin mesin ini ini dapatdapat diterima dan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan pengguna.

diterima dan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan pengguna. Adapun tuntutan dari alat tersebut antara lain:

Adapun tuntutan dari alat tersebut antara lain: 1.

1. Ukuran mesin yang tidak terlalu besar.Ukuran mesin yang tidak terlalu besar. 2.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pencacahan tidakWaktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pencacahan tidak terlalu lama dan menghasilkan hasil yang baik.

(3)

3. Mudah untuk dipindahkan.

4. Dapat dioperasikan oleh semua orang. 5. Mudah perawatannya.

6. Suku cadang yang murah dan mudah diperoleh

C. Analisis Morfologi Alat

Analisis morfologi suatu mesin dapat terselesaikan dengan memahami karakteristik mesin dan dimengerti akan berbagai fungsi komponen yang akan digunakan dalam mesin. Dengan segala sumber informasi, selanjutnya dapat dikembangkan untuk memilih komponen-komponen mesin yang paling ekonomis. Analisis morfologis sangat diperlukan dalam perancangan mesin  penyuir pencacah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

D. Morfologi Mesin Pencacah I solator  PVC Kabel

Analisis morfologi merupakan suatu pendekatan yang sistematis dan terstruktur untuk mencari alternatif penyelesaian dengan menggunakan matriks sederhana. Analisis morfologi ini dibuat sebagai pertimbangan yang sistematis untuk memilih komponen dan mekasnime mesin yang terbaik. Spesifikasi mesin dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Keharusan (demands) disingkat D, yaitu syarat mutlak yang harus dimiliki mesin (jika tidak terpenuhi maka mesin merupakan solusi yang tidak diterima).

(4)

2. Keinginan (wishes) disingkat W, yaitu syarat yang masih dapat dipertimbangan keberadaannya agar dapat dimiliki oleh mesin yang dirancang.

Tabel 1. Petimbangan perancangan Mesin Pencacah PVC Kabel No. Tuntutan

Perancangan

Persyaratan Tingkat

Kebutuhan 1. Energi

a. Menggunakan tenaga motor

 b. Dapat diganti dengan penggerak lain

D W

2. Kinematika

a. Mekanismenya mudah beroperasi  b. Menggunakan transmisi untuk

memperoleh keuntungan mekanis

D D

3. Material

a. Mudah didapat dan murah harganya  b. Baik kualitas mutunya

c. Sesuai dengan standar umum

d. Memiliki umur pakai yang panjang e. Mempunyai sifat mekanis yang baik

D W D D D 4. Geometri

a. Panjang area kerja ± 65 cm  b. Lebar ±50 cm

c. Tinggi ± 60 cm

d. Dimensi dapat diperbesar/diberkecil

D D D W

5. Ergonomi

a. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan  b. Mudah dipindahkan c. Tidak bising d. Mudah pengoperasiannya D D D D 7. Keselamatan

a. Konstruksi harus kuat dan kokoh  b. Bagian yang berbahaya ditutup

c. Tidak menimbulkan polusi

D D W

(5)

8. Produksi

a. Dapat diproduksi bengkel kecil  b. Suku cadang murah dan mudah

didapat

c. Biaya produksi relatif murah d. Dapat dikembangkan lagi

D D

W W

9. Perawatan

a. Biaya perawatan murah

 b. Perawatannya mudah dilakukan c. Perawatannya secara berkala

D D W

10. Transportasi

a. Mudah dipindahkan

 b. Tidak perlu alat khusus untuk memindahkan

D D

Dilihat dari spesifikasi diatas, maka didapat gambaran mengenai komponen pembentuk mesin pencacah PVC Kabel. Dengan demikian dapat disusun suatu skema klasifikasi dengan matriks morfologi seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2. matriks morfologi Analisis Mesin Pencacah isolator (PVC) kabel

NO. VARIABLE VARIAN A B C 1 Sumber tenaga

(6)

2

Profil rangka

mesin

Profil L Profil U Profil I

3

Sistem transmisi

v-belt  dan pully

roda gigi gear dan rantai

4 Poros Besi Besi Berlapis Stainles 5 Pisau perajang

Persegi Panjang Bulat

6 Tempat pencacahan Bulat kotak 7 Bantalan

(bearing ) Pilow blok  bearing

(7)

8

Saluran masuk dan

keluar Persegi Panjang Prisma Kerucut

9 Casing 

Plat besi Plat aluminium Plat stainles

10

Penutup Komponen

berputar

lonjong Bulat Kotak

E. Identifikasi Analisis Teknik Yang Digunakan Dalam Perancangan 1. Teori Desain Perancangan

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam  proses pembuatan produk. Tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya (Dharmawan, 2004: 1). Sehingga, sebelum sebuah produk dibuat terlebih dahulu dilakukan proses perancangan yang nantinya menghasilkan sebuah gambar skets atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Gambar skets yang telah dibuat kemudian digambar kembali dengan aturan gambar sehingga dapat dimengerti oleh semua orang yang ikut terlibat dalam proses pembuatan produk tersebut. Gambar hasil perancangan adalah hasil akhir dari proses perancangan dan sebuah

(8)

 produk dibuat setelah dibuat gambar-gambar rancangannya dalam hal ini gambar kerja.

Ada tiga macam perancangan yaitu : (1) asli yaitu merupakan desain penemuan yang benar-benar didasarkan pada penemuan belum  pernah ada sebelumnya, (2) pengembangan/ modifikasi yaitu merupakan  pengembangan produk yang sudah ada dalam rangka peningkatan efisiensi, efektivitas, atau daya saing untuk memenuhi tuntutan pasar atau tuntutan zaman, (3) adopsi yaitu merupakan perancangan yang mengadopsi/ mengambil sebagian sistem atau seluruhnya dari produk yang sudah ada untuk penggunaan lain dengan kata lain untuk mewujudkan alat mesin yang memiliki fungsi lain (Epsito and Thrower.R.J., 1991: 6).

Perancangan dan pembuatan produk adalah dua kegiatan yang  penting, artinya rancangan hasil kerja perancang tidak ada gunanya jika rancangan tersebut tidak dibuat. Sebaliknya pembuat tidak dapat merealisasikan benda teknik tanpa terlebih dahulu dibuat gambar rancangannya (Dharmawan, 2004:2). Mengenai gambar rancangan yang akan dikerjakan oleh pihak produksi berupa gambar dua dimensi yang dicetak pada kertas dengan aturan dan standar gambar kerja yang ada.

2. Gaya Potong Isolator  Kabel

Langkah utama yang menjadi awal perancangan mesin pencacah isolator   (PVC) Kabel adalah mengetahui besarnya gaya potong yang

(9)

dibutuhkan untuk dapat memotong batang isolator   (PVC) Kabel. Besarnya gaya potong kemudian digunakan untuk menghitung daya yang diperlukan mesin untuk dapat memotong isolator  (PVC) Kabel. Data ini selanjutnya akan sangat menentukan dalam perancangan daya tenaga  penggerak, transmisi, dan penghitungan lain.

Besarnya gaya potong dapat diketahui melalui uji gaya potong dengan memberi beban secara berkala pada pisau. Caranya dengan memberikan  beban (Kg) secara berkala pada batang pisau pencacah, kemudian isolator   (PVC) kabel ditaruh pada bagian mata pisau yang ujung  pisaunya telah dibebani.

Gbr.1. Analisa gaya potong menggunakan beban berkala Pisau

Tali

(10)

Dari analisa gaya potong menggunakan beban berkala didapat data sebagai berikut :

Tabel.3 percobaan gaya potong beben berkala

Percobaan Gaya Potong

(Kg) I II III IV V 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6

Percobaan diatas didapat gaya potong maksimal adalah 3,6 Kg dan diperoleh hasil rata-rata Gaya potong isolator (PVC) Kabel adalah 3,4 Kg.

3. Daya Mesin Dan Tenaga Penggerak 

Setelah gaya potong isolasi (PVC) Kabel diketahui maka daya motor listrik yang dibutuhkan bisa dihitung. Untuk menghitung daya mesin (P) terlebih dahulu dihitung torsinya (T), yaitu:

T = F x R (Robert L. Mott, 2009:81) ... (1) Keterangan:

F = gaya potong isolasi (PVC) Kabel (kg) R = panjang pisau, titik potong terluar (m)

Setelah mengetahui besarnya torsi yang dihasilkan gaya potong, bisa dihitung daya mesin. Daya mesin (P) dihitung dengan:

(11)

T =



... (2) (Achmad, 1999:21)

ω

 =





... ... ... (3) Pd  = P X F C ... (4) Dimana : T = Torsi ( N.m ) n = Putaran Poros (rpm)

F C = Faktor Koreksi daya

Pd  = Daya Rencana (Watt)

P = Daya Nominal (Watt)

ω

= Kecepatan Sudut (rad/s) 4. Poros Pencacah

Poros merupakan salah satu bagian dari setiap mesin penting. Karena hamper semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan  putaran, oleh karenanya poros memegang peranan utama dalam transmisi dalam sebuah mesin. Poros dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan  penerusan dayanya (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2002:1) yaitu :

(12)

Poros macam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi,  puli sabuk dan sprocker rantai dll.

 b. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin  perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran yang disebut spindel.Syarat utama yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

c. Gandar 

Poros seperti dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban punter, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar hanya memperoleh beban lentur kecuali jika digerakkan oleh penggerak dia akan mengalami beban punter juga.

Tabel .3 . Penggolongan Bahan Poros Golongan Kadar C (%)

Baja lunak  -0,15

Baja liat 0,2-0,3

Baja agak keras 0,3-0,5

Baja keras 0,5-0,8

Baja sangat keras 0,8-1,2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:4)

Pada poros yang memiliki jari-jari atau cabang maka pada tiap cabang saat berputar akan terjadi gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal adalah gaya yang terjadi apabila benda bergerak melingkar yang

(13)

Apabila cabang pada poros saling berpasangan maka akan saling meniadakan gaya sentrifugal yang dialami tiap cabang.

Perhitungan yang digunakan dalam perencanaan poros penyuir antara lain:

a. Tegangan geser ijin

Ʈa  =





... (6)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:8) Keterangan: Ʈa  = Tegangan geser ijin (kg/mm2)



= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

  

= Faktor koreksi  b. Diameter Poros

s

*(





)√ 



 



+

 ⁄

...(7)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga,2004:18) Keterangan :

s = Diameter Poros (mm)



 = Tegangan Geser yang diijinkan (Kg/mm2)

 = Faktor koreksi

 M = Momen Lentur (Kg.mm)

 = Faktor Koreksi

(14)

c. Tegangan maksimal

Ʈmax =







√ 



 



...(8)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga,2004:18) Keterangan : Ʈmax = Tegangan Geser yang diijinkan (Kg/mm2)

s = Diameter Poros (mm)

 = Faktor koreksi

 M = Momen Lentur (Kg.mm)

 = Faktor Koreksi

T  = Momen Puntir (Kg.mm) 5. Transmisi Dan Sabuk V

Jarak yang cukup jauh yang memisahkan antara dua buah poros mengakibatkan tidak memungkinkannya mengunakan transmisi langsung dengan roda gigi. V-Belt merupakan sebuah solusi yang dapat digunakan. V-Belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam  penggunaannya V-Belt dibelitkan mengelilingi alur  pulley yang  berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada  pulley akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan  bertambah besar (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1991:163).

(15)

Gambar 2. Penampang Sabuk-V

Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam  penanganannya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keungulan lain dimana sabuk-V akan menghasilkan transmisi daya yang  besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak  bersuara. Berdasarkan penampang sabuk-V terdapat beberapa tipe seperti terlihat pada Gambar 3. Selain memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan yaitu memungkinkan terjadinya slip.

Oleh karena itu, maka perencanaan V-Belt perlu dilakukan untuk memperhitungkan jenis sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang akan digunakan. Berikut adalah perhitungan yang digunakan dalam  perancangan V-Belt antara lain:

a. Daya Rencana

 Pd = fc x P ...(9) (Sularso dan Kiyotsu Suga, 2004:7) Keterangan:

(16)

 fc = faktor koreksi  P = daya nominal (kW)  b. Diameter Puli

i =





 =





...(10)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:166). Keterangan : i = Angka Perbandingan

n1 = Putaran Poros Motor (rpm) n2 = Putaran Poros Pisau (rpm)

Dp = diameter puli Poros Pencacah (mm) dp = Diameter Puli poros Motor (mm) c. Momen Puntir

T = 9,74 x 105





...(11)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:7). Keterangan : T = Torsi (Kg.mm) n2 = Putaran Poros (rpm) Pd = Daya Rencana (kW) d. Kecepatan Sabuk V =



  

... (12)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:166) Keterangan: v = Kecepatan sabuk (m/detik)

d  p= Diameter puli motor (mm)

(17)

e. Panjang Sabuk

   

 



   

... (13)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:170) Keterangan:  L = Pamjang sabuk (mm)

C = Jarak sumbu (mm)

 D p = Diameter puli poros (mm)

d  p= Diameter puli motor (mm)

f. Sudut Kontak

Ɵ = 1800 -

 

 ... (14)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:173) Keterangan: Ɵ = Sudut kontak (o)

C = Jarak sumbu (mm)

 D p = Diameter puli poros (mm)

d  p = Diameter puli motor (mm)

g. Kapasitas transmisi daya tiap sabuk

 P o=

  



  ... (15)

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004:173)

Keterangan :  P o= Kapasitas transmisi daya tiap sabuk (kW)

 P d= Daya rencana (kW)

 N = Jumlah sabuk  K Ɵ = Faktor koreksi

(18)

6. Rangka

Kekakuan dan kekokohan rangka dapat dilihat dari material yang ada, yaitu berupa besi siku. Kekakuan dan kekokohan kerangka dapat ditambah dengan cara pengelasan dan pembautan. Dalam perencanaan konstruksi rangka mesin pencacah ini menggunakan sambungan las, karena lebih mudah dan hasilnya lebih kuat. Untuk menghitung kekokohan konstruksi rangka dapat dihitung menggunakan program inventor.

Gambar. 4 Profil siku 7. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi merupakan salah satu bagian dari  pertimbangan dalam perencanaan sebuah produk yang berupa mesin. Pertimbangan tersebut dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama menghasilkan produk.

1. Biaya

Biaya dalam termologi keuangan didefinisikan sebagai  pengorbanan sumber-sumber daya yang diadakan untuk

(19)

mendapatkan keuntungan atau untuk mencapai tujuan dimasa datang (Arman Hakim Nasution, 2006). Pada sebuah usaha manufaktur terdapat 3 elemen pokok biaya, ketiga elemen pokok itu adalah :

a.  Material Cost (biaya bahan baku)

Biaya bahan baku terbagi menjadi dua elemen yaitu : 1). Direct material cost 

Merupakan biaya semua bahan secara fisik yang dapat diidentifikasi sebagai bagian dari prosuk jadi dan biasanya merupakan bagian terbesar dari material pembentuk harga  pokok produksi.

2). Indirect material cost 

Segala biaya yang merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka sebagai biaya bahan penolong dalam  pembentukan produk.

 b.  Labor Cost (biaya tenaga kerja)

Biaya tenaga kerja terbagi menjadi dua elemen yaitu :

1). Direct labourl cost

Semua biaya yang menyangkut gaji dan upah dari seluruh  pekerja yang secara praktis dapat diidentifikasi dengan

kegiatan dari pengolahan bahan baku menjadi bahan  produk jadi.

(20)

2). Indirect labour cost 

Semua biaya dimana biaya ini dikeluarkan untuk upah dari  para pekerja dimana pekerja itu tidak secara langsung  berhubungan pada pengolahan produk secara langsung.

c.  Indirect Manufacturing Expense (biaya overhead usaha)

 Indirect Manufacturing Expense (IME) adalah semua biaya  produksi selain dari ongkos atau biaya utama ( Direct material cost dan  Direct labourl cost ) yang bersifat menunjang atau memperlancar dari proses produksi. Biaya yang termasuk dalam  Indirect Manufacturing Expense (IME) antara lain adalah biaya bahan penolong, baiay tenaga kerja tidak langsung, biaya perawatan mesin dan peralatan-peralatan lainnya.

2. Penerimaan (renenue)

Penerimaan dalam hal ini adalah penerimaan yang didapatkan oleh  produsen penghasil produk dari hasil penjualan produknya ke  pasaran. Ada beberapa konsep penerimaan yang sangat penting

digunakan untuk meganalisa perilaku produsen yaitu : a. Total Rvenue

Total Rvenue adalah penerimaan total yang diperoleh  produsen penghasil produk. Penerimaan total ini didapat dari  perkalian dari banyaknya produk yang dij ual dikalikan

(21)

b.  Average Renenue

 Average Renenue adalah penerimaan perunit produsen penghasil  produk atas penjualan produk yang berhasil terjual dipasaran.  Average Renenue didapat dari hasil bagi penerimaan total dibagi

dengan unit yang terjual. c.  Marginal Revenue

 Marginal Revenue merupakan kenaikan dari penerimaan total yang disebabkan karena terjadinya pertambahan penjualan satu unit hasil produksi. Marginal Revenue diperoleh dari pembagian keseluruhan total produk dibagi dengan keseluruhan produk yang terjual.

3. Titik Impas

Titik impas atau sering disebut dengan  Break event Point (BEP) merupakan sebuah sarana untuk menentukan kapasitas produksi yang harus dicapai oleh suatu operator produksi untuk mendapatkan keuntungan. Penganalisisan titik impas dalam permasalahan produksi  biasanya digunakan untuk menetukan tingkat akan sebuah produk yang bisa mengakibatkan produsen produk berada dalam kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas dari sebuah produk harus dicari fungsi biaya maupun pendapatan, dimana total biaya sama dengan total pendapatan.

(22)

Terdapat tiga komponen yang harus dipertimbangkan dalam analisis titik impas ini, yaitu :

a. Biaya-biaya tetap ( Fixed Cost )

 b. Biaya-biaya variabel (Variabel Cost ) c. Biaya-biaya total (Total Cost )

Dalam kondisi titik impas ketiga komponen tersebut diatas akan berlaku sebagai berikut : TC = FC + VC = FC + Cx Jika TR = pX Maka TR = TC atau pX = FC +Cx X = FC / p  –  c Dimana :

TC = ongkos total untuk pembelian X produk FC = ongkos tetap

VC = ongkos variabel untuk pembelian X produk C = ongkos variabel untuk pembelian 1 produk TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk  p = harga jual persatuan produk

Gambar

Tabel 1. Petimbangan perancangan Mesin Pencacah PVC Kabel No.  Tuntutan
Tabel 2. matriks morfologi Analisis Mesin Pencacah isolator (PVC)  kabel
Tabel .3 . Penggolongan Bahan Poros
Gambar 2. Penampang Sabuk-V

Referensi

Dokumen terkait

a.) Invensi (penemuan), merupakan jasa atau proses yang benar-benar baru yang sebelumnya tidak ada. b.) Ekstensi (pengembangan), merupakan pemanfaatan baru atau penemuan

Dari hasil pengembangan basis data yang terdapat didalam jurnal Perancangan Sistem Basis Data Operasional Pada Smp StradaSanto Fransiskus Xaverius

Landa (2010) menyatakan bahwa penggunaan Visual Hierarchy pada suatu desain saat proses perancangan desain dapat sangat membantu dalam mengarahkan sudut pandang

Pekerjaan yang saya lakukan pada departemen ini adalah melakukan desain perancangan untuk alat demo set onlimo menggunakan 3 sensor dengan metode 2 dimensi adalah ikut serta

Keseimbangan dalam perancangan desain layout ini yang juga perlu diperhatikan adalah kepekaan estetis dan keseimbangan dari unsur-unsur desain, sehingga unsur-unsur

Pendapat lain mengenai manfaat pendidikan karakter yaitu menurut (Afandi, 2011: 89) terdapat tiga manfaat pendidikan karakter yaitu:.. 1) Wahana pengembangan, yaitu

Penemuan fiber optic sebagai media transmisi pada suatu sistem komunikasi didasarkan pada hukum Snellius untuk perambatan cahaya pada media transparan seperti pada kaca yang

Metode Metode yang kami gunakan terkait pengembangan Gadget Pelangi adalah model penelitian dan pengembangan, yaitu 1 kajian teori, 2 perancangan konsep dan pembuatan desain produk