• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh (Mulyasana, 2012: 2). Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kepribadian dan kemampuan unggul.

Menurut Wiyani (2013: 25) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter, jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya.

Pengertian mengenai pendidikan dan karakter tersebut menghasilkan berbagai pengertian tentang pendidikan karakter yang berbeda-beda. Menurut Winton dalam Samani, dkk (2010:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan

(2)

mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dalam hubungannya dengan Tuhannya (Samani, dkk, 2013 : 44). Pendapat lain mengenai pendidikan karakter yaitu menurut Fakry Gaffar dalam Wiyani (2013 : 26) pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu.

Menurut Anne Lockword dalam Wiyani (2013 : 27) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa. Berdasarkan definisi Anne Lockword tersebut, bahwa pendidikan karakter dihubungkan dengan setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyrakat lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku yang muda. Dengan demikian, idealnya pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemen pendidikan sekolah.

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya seorang guru untuk menanamkan atau mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu.

(3)

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mempunyai tujuan yang berhubungan dengan pembentukan karakter atau kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter sangat banyak. Tujuan pendidikan karakter menurut Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa “Pendidikan nasioanl berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter sering juga disebut sebagai pendidikan nilai. Karakter adalah value in action, nilai yang diwujudkan dalam tindakan. Karakter juga sering disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan. Sehingga, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam proses menginternalisasikan, menghadirkan, dan mengembangkan nilai-nilai kebijakan pada diri peserta didik (Wiyani, 2013:70).

Menurut (Wiyani, 2013:70) tujuan pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah yaitu:

(1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih bersekolah maupun setelah lulus; (2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif; (3) Membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyrakat dengan memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. Jika pendidikan di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sulit tercapai.

(4)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Memiliki sasaran untuk meluruskan perilaku negatif peserta didik menjadi positif serta membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat.

3. Manfaat Pendidikan Karakter

Selain mempunyai tujuan, pendidikan karakter juga mempunyai manfaat. Secara umum, manfaat pendidikan karakter sesuai dengan manfaat pendidikan nasioanl. Pendidikan karakter dimaksudkan untunk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Hasan, dkk (2010:5) ada 3 manfaat utama pendidikan karakter, yaitu: (1) pendidikan karakter bermanfaat membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berprilaku baik; (2) Memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia; (3) Memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Pendapat lain mengenai manfaat pendidikan karakter yaitu menurut (Afandi, 2011: 89) terdapat tiga manfaat pendidikan karakter yaitu:

(5)

1) Wahana pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berprilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter; 2) wahana perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat, dan; 3) wahana penyaring, yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter. Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan karakter adalah menjadikan peserta didik menjadi seseorang yang mempunyai karakter yang baik. Selain itu, pada dasarnya setiap manusia mempunyai karakter yang baik, akan tetapi karakter yang baik itu haru tetap di arahkan dan di bentuk sebaik-baiknya agar kedepannya karakter itu akan menjadikan suatu kebiasaan yang mempunyai nilai kebaikan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

1. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Moral

Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang dibuatnya Suyatno dalam Setiawan (2013 : 55).

Menurut Golemen dalam Setiawan (2013 : 55) pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter yang menghasilkan karakter, didalamnya juga terdapat tiga komponen moral yang baik, yaitu: (1) Pengetahuan tentang moral (moral knowing); (2) Perasaan tentang moral (moral feeling); (3) Perbuatan moral (moral action) Lickona dalam Setiawan (2013 : 56).

(6)

Ketiga komponen tersebut dalam aplikasi pendidikan karakter harus terbangun secara terkait. Moral knowing yang meliputi: kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri, adalah hal esensial yang perlu diajarkan kepada peserta didik.

Pendidikan karakter sebatas moral knowing tidaklah cukup. Untuk itu perlu berlanjut pada sampai pada moral feeling yang meliputi: kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. Bahkan terus berlanjut pada tahap yang paling penting, yaitu moral action. Dalam tahap ini motif dorongan sesorang untuk berbuat baik, tampak pada aspek kompetensi, keinginan dan kebiasaan yang ditampilkannya. Ketersusuan tiga komponen moral yang saling berhubungan secara sinergis, menjadi syarat aktualisasi pendidikan karakter dalam mengembangkan kecerdasan moral peserta didik (Setiawan, 2013: 56).

Menurut Borba dalam Setiawan (2013: 57) kecerdasan moral (moral intelligence) adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah dengan keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinannya tersebut dengan sikap yang benar serta perilaku yang terhormat. Pendidikan berbasis kecerdasan moral menjadi sesuatu yang urgen, karena kecerdasan moral terbangun dari beberapa kebajikan utama yang kelak akan membantu peserta didik dalam menyikapi dan menghadapi tantangan hidup. Menurut Borba dalam Setiawan (2013: 57) ada tujuh kebajikan utama yang perlu dimiliki peserta didik dalam mengembangkan kecerdasan moral, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.

(7)

Desain pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral yang diurutkan secara sistematis dan berkelanjutan, peserta didik akan memiliki sejumlah kebajikan utama yang berguna bagi dirinya dalam menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Dengan demikian, pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral merupakan upaya pengembangan kemampuan peserta didik yang berorientasi pada kompetensi kecerdasan dan karakter.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan ada 18 nilai karakter yang digunakan untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan yaitu:

1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan menghargai terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

(8)

5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan. 6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan perasaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. 9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan

penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dipelajari secara lebih mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap atau tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain serta mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi lebih tinggi.

(9)

13) Bersahabat atau Komunikatif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama dengan baik.

14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyrakat tertentu.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu untuk membaca berbagai informasi, sehingga menumbuhkan kebijakan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyrakat, bangsa, negara maupun agama.

Pendidikan karakter mempunyai nilai-nilai yang baik untuk menjadi bekal manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan nilai-nilai pendidikan karakter, kehidupan akan berjalan dengan damai dan sejahtera. Selain itu, setiap manusia akan mempunyai karakter yang bisa membuat nyaman orang lain.

(10)

B. Pramuka

1. Pengertian Pramuka

Pramuka merupakan proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011 : 20). Pendapat lain mengenai pengertian pramuka juga diungkapkan oleh Abas, dkk (2011: 31) bahwa pramuka adalah suatu perkumpulan yang berstatus non-govermental (bukan badan pemerintah) dan yang berbentuk kesatuan. Kegiatan kepramukaan diselenggarakan menurut jalan aturan demokrasi, dengan pengurusnya (Kwartir Nasional, Kwartir Cabang, dan Kwartir Ranting) dipilih didalam musyawarah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pramuka adalah suatu perkumpulan yang bukan berbentuk badan pemerintahan dan di dalamnya mempunyai kegiatan yang dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang mempunyai tujuan membentuk watak dan kepribadian seseorang.

2. Tujuan Pramuka

Tujuan dari pramuka yaitu: (1) Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi dalam mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, serta tinggi kecerdasan dan keterampilannya, dan kuat serta sehat fisiknya; (2) Menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan

(11)

patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelenggarakan

pembangunan bangsa dan negara (Online)

(http://pramuka.lk.ipb.ac.id/files/2012/11/Sejarah-Gerakan-Pramuka.pdf), diakses 12 Mei 2016 jam 17.16.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 “Tentang Implementasi Kurikulum 2013”, dijelaskan bahwa tujuan kegiatan ekstrakulikuler pramuka pada satuan pendidikan adalah untuk: (1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik; (2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pramuka adalah mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia.

3. Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka mengacu pada Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada lapiran III, secara jelas dituliskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional kurikulum yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53

(12)

ayat 92) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedudukan ekstrakurikuler dalam sistem kurikulum hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang serta sistematis untuk membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Secara keseluruhannya didedikasikan kepada peserta didik, maksudnya menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi peserta didik. Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di Sekolah, agar sejalan dan relevan dengan amanat Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013, maka pelaksanaan harus didesain dalam bentuk Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang memiliki kekuatan hukum yang jelas, tentunya tidak saja berdasarkan Peraturan Mentri No. 81A Tahun 2012 tetapi ditindak lanjuti dengan adanya SKB Mendiknas dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaanya.

Joko Mursito dalam Utomo (2015 : 24) menjelaskan cara mengolah satuan pramuka di sekolah yaitu:

(1) Pembina bersama peserta didik menyusun program kegiatan yang sesuai dengan keinginan peserta didik; (2) Menetapkan sarana kegiatan pada kegiatan-kegiatan pramuka; (3) Menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan dan menantang serta mengandung pendidikan di alam terbuka, seperti : (a) Berkemah; (b) Penjelajahan; (c) Survival training; (d) Api unggun; (e) Pelantikan; (f) P3K dan pengabdian masyrakat; (4) Memfungsikan peserta didik sebagai subyek pendidikan, di samping juga sebagai objek; (5) Pembina pramuka menempatkan posisi sebagai motivator, dinamisator, konsultan, fasilitator, dan innovator kegiatan; (6) Pembina pramuka hendaknya selalu berada di tengah-tengah peserta didik dalam semua kegiatan kepramukaan untuk dapat menerapkan Prinsip Dasar

(13)

Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Pelaksanaan Kode Kehormatan, menerpkan Kiasan Dasar, dan perwujudan Motto Gerakan Pramuka. Kemendikbud Tahun 2014 Tentang Kepramukaan juga menjelaskan strategi dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah, agar ekstrakurikuler pramuka dapat berjalan dengan apa yang diharapkan, yaitu:

1) Perencanaan Program Kegiatan

Revitalisasi gerakan pramuka perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan kepramukaan dapat terselenggara secara lebih berkualitas, menarik minat dan menjadi pilihan peserta didik, dan mewujudkan peserta didik yang berkarakter kuat untuk menjadi calon pemimpin bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna menunjang dan memperkuat kebijakan tersebut perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler pramuka harus diperlukan yaitu: (1) Program Kerja Kegiatan Pramuka; (2) Rencana Kerja Anggaran Kegiatan Pramuka; (3) Program Tahunan; (4) Program Semester; (5) Silabus Materi Kegiatan Pramuka; (6) Rencana Pelaksanaan Kegiatan; dan (7) Kriteria Penilaian Kegiatan.

2) Pelaksanaan Kegiatan Pramuka

Persyaratan Pelaksanaan Proses Pelatihan Pramuka. Alokasi Waktu Jam Pelatihan Pramuka per Minggu : SD/MI : 2 x 35 menit. SMP/MTs : 2 x 40 menit. SMA/SMK : 2 x 45 menit.

a. Pengelolaan Pelatihan Pramuka

Pelatih menyesuaikan tempat pelatihan peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses Pelatihan Pramuka. Volume dan intonasi suara Pelatih dalam proses Pelatihan Pramuka harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

(14)

Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Pelatih menyesuaikan materi dengan kecepatan dan kemampuan penerimaan peserta didik. Pelatih menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan kesejahteraan dalam menyelenggarakan proses pelatihan pramuka.

Pelatih memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses Pelatihan Pramuka berlangsung. Pelatih mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Pelatih berpakaian sopan, bersih, dan rapi. Pada tiap awal semester, pelatih menjelaskan kepada peserta didik silabus bahan materi pelatihan dan pelatih memulai dan mengakhiri proses pelatihan pramuka sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. b. Pelaksanaan Pelatihan Pramuka

Pelaksanaan pelatihan pramuka merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pada kegiatan inti model pelatihan pramuka, metode pelatihan pramuka, media pelatihan pramuka, dan alat serta bahan yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik pramuka. Pengoprasionalan pendekatan saintific, model pembelajaran inkuiri, discoveri, project based learning, dan problem based learning disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan, dan peserta didik. Kompetensi tersebut mencakup 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(15)

Penilaian wajib diberikan terhadap kinerja peserta didik pramuka dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka. Penilaian dilakukan secara kualitatif. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Nilai kurang memuaskan dalam dua semester atau satu semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi mereka.

Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik yang memiliki prestasi sangat memuaskan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka. Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu waktu akademik tertentu, misalnya pada setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajarannya. Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan penghargaan terhadap peserta didik akan menjadi bagian dari diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.

Teknik penilaian yang dilakukan guru yaitu: (1) Penilaian dilakukan melalui berbagai cara yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam bentuk tes dan non-tes, baik tulis maupun praktik; (2) Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur; (3) Penilaian sikap dilakukan melalui penguatan, penilaian teman sejawat, maupun dengan menggunakan jurnal; (4) Pelaporan nilai dituangkan dalam bentuk deskriptif dengan mengacu kriteria.

(16)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrakulikuler pramuka di sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang serta sistematis untuk membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

C. Pendidikan Karakter pada Ekstrakurikuler Pramuka

Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat relavan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan tanggung jawab (Online)

(https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/02/ks-04-kepramukaan-2.pdf) di akses pada tanggal 15 Mei 2016 jam 21.07.

Menurut (Suaidinmath, 2014: 24) beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka yaitu:

1) Intervensi

Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan pembimbing ekstrakurikuler pramuka terhadap peserta didik. Dalam jenis kegiatan ekstrakurikuler pramuka, terdapat banyak karakter yang dapat diintervensikan oleh pembimbing terhadap peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pembimbing dapat melakukan intervensi

(17)

melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan memberlakukan aturan ketat agar dipatuhi oleh peserta didik yang mengikuti (Suaidinmath, 2014: 24). 2) Pemberian Keteladanan

Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model bagi peserta didik. Banyak yang ditiru oleh peserta didik dengan apa yang mereka miliki. Oleh karena itu, berbagai karakter positif yang mereka miliki, sangat bagus jika ditampakkan kepada peserta didik dengan maksud agar mereka mau meniru atau mencontohnya. Karakter disiplin yang ingin disampaikan pada peserta didik, haruslah dimulai dengan contoh keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, termasuk ketika dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Karakter disiplin yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir tepat waktu saat latihan/kegiatan ekstrakurikuler pramuka, mentaati waktu dan jadwal latihan yang disepakati (Suaidinmath, 2014: 25).

3) Pembiasaan

Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik: “hati dengan kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu”. Ini berarti bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal menjadi karakter (Suaidinmath, 2014: 25).

(18)

4) Mentoring/Pendampingan

Pendampingan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pendamping kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, agar karakter positif yang sudah disampaikan, dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan oleh peserta didik. Dalam proses pendampingan ini, bisa terjadi terdapat persoalan aktual keseharian yang ditanyakan peserta didik kepada pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal ini berfungsi sebagai mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta didik tidak keluar dari karakter positif yang hendak dikembangkan (Suaidinmath, 2014: 26).

Pembimbing peserta didik, dalam proses-proses pendampingan juga bisa mengedepankan berbagai kelebihan dan kekurangan, efek positif dan negatif setiap tindakan manusia, serta keuntungan dan kerugian (jangka pendek dan jangka panjang), baik tindakan yang positif maupun negatif. Dengan demikian, sebelum dan selama peserta didik bertindak, senantiasa diarahkan dengan tujuan-tujuan yang positif dan juga dengan menggunakan cara-cara yang positif. Untuk mencapai tujuan yang baik hanya boleh dengan menggunakan tindakan yang baik dan dengan menggunakan cara yang baik juga.

5) Penguatan

Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh pembimbing ekstrakurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat perilaku peserta didik. Oleh karena itu, jangan sampai pembimbing peserta

(19)

didik kalah start dengan peer group peserta didik yang sering mencuri start dalam hal memberikan penguatan perilaku sebayanya (Suaidinmath, 2014: 27).

6) Keterlibatan Berbagai Pihak

Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru pembimbingekstrakurikuler pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah dan orang tua siswa (Suaidinmath, 2014: 27). Berbagai bentuk keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat bertanggung jawab sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah Sebagai Ketua Mabigus b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

c. Pembimbing Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Sebagai Ketua Gugus Depan Pramuka

d. Pengawas Sekolah e. Komite Sekolah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah sangat relavan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

(20)

Penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan pendidikan karakter sebelumnya telah dilakukan oleh Arfi Ningsih (2015) dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler Pramuka Kelas V SDN Mojolangu 2 Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, dan hambatan apa saja yang terjadi didalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian terdahulu adalah pendekatan kualitatif dengan data yang dijabarkan berupa data deskriptif. peneliti bertindak sebagai pengamat, penganalisis data dan pembuat laporan. Sumber data dalam penelitian tersebut yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Prosedur pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, interview, dokumentasi. Teknik analisis data tersebut berupa reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pelaksanaan pendidikan karakter dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, pada tahap perencanaan pembina hanya membuat program perencanaan kegiatan ekstrakulikuler pramuka dalam bentuk catatan buku dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang sesuai dengan kegiatan tersebut. Pada tahap pelaksanaannya pendidikan karakter dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka yang sedang berlangsung, mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir. Dan pada tahap evaluasi, tidak dilakukan evaluasi pendidikan karakter dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada fokus permasalahan yang diteliti. Penelitian terdahulu lebih difokuskan pada

(21)

pelaksanaan pendidikan dalam proses ekstrakulikuler pramuka, namun pada penelitian yang sekarang lebih focus pada nilai-nilai pendidikan karakter pada ekstrakulikuler pramuka. Subjek yang diteliti penelitian terdahulu adalah siswa kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, sedangkan penelitian sekarang adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar. Persamaan pada penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama menggunakan kegiatan ekstrakulikuler pramuka sebagai penelitiannya.

(22)

C. Kerangka Pikir

Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Ekstrakurikuler Pramuka di SDN Lorejo 2

Kabupaten Blitar

Ekstrakurikuler Pramuka di SD Adanya nilai-nilai pendidikan karakter pada ekstrakurikuler pramuka meliputi 10 butir yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial,

dan tanggung jawab

Nilai-nilai pendidikan karakter apa sajakah yang ditanamkan pada ekstrakulikuler pramuka di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar

Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter ditanamkan dalam ekstrakulikuler pramuka di SDN

Lorejo 2 Kabupaten Blitar

Kendala dan upaya apa dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada ekstrakulikuler pramuka

di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar

a. Wawancara b. Observasi c. Dokumentasi a. Reduksi b. Pemaparan c. Verifikasi

Analisis nilai-nilai pendidikan karakter siswa pada ekstrakurikuler pramuka

1. Menyebutkan nilai-nilai pendidikan karakter 2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter 3. Mendeskripsikan penyebab kurangnya nilai pendidikan

karakter pada siswa

(23)

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir penelitian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar dengan melihat kegiatan ekstrakurikuler pramuka terlebih dahulu pada sekolah tersebut. Selanjutnya penelitian yang dilakukan yaitu mengamati nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang mencangkup 10 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kebiasaan atau cara yang ditunjukkan siswa pada saat proses kegiatan ekstrakurikuler pramuka tersebut merupakan nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa. Dengan begitu, peneliti bisa mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter siswa pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka berdasarkan 10 butir nilai-nilai pendidikan karakter.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Saat admin mengklik tombol “Change” maka akan muncul dialog box untuk memastikan apakah admin yakin untuk mengganti password atau tidak.. Jika admin mengklik “No” maka

media sosial dapat dilihat lebih banyak orang dan dapat lebih mudah disebarluaskan. Perbedaan yang signifikan adalah website seringkali hanya dapat dibuka dan dilihat oleh

Jika FUSE baik atau sudah diganti baru tetapi masih juga tidak dapat mengeluarkan tegangan DC, maka lanjutkan dengan memeriksa transistor power switching 2SC3039 (dua buah)

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah penghayatan individu terhadap hal-hal yang dianggap penting, dirasakan

Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan agar guru menggunakan metode pembelajaran Question Students Have pada proses pembelajaran di SMA N 7 dan SMA N 8

Urusan pemerintahan kabupaten Badung pada bidang pariwisata juga diserahkan kepada Desa Pecatu antara lain: (a) pengelolaan obyek wisata dalam desa diluar rencana