• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran darah komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran darah komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

YENSEN. Blood Profile of Komodo Dragons (Varanus komodoensis) at Ragunan Zoo. Under direction of RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI.

This study was conducted to get the hematology and blood biochemistry profile of Komodo dragons at Ragunan Zoo. A total of 18 adult dragons were used. Blood was drawn as much as 2 mL whole blood for hematology and 3 mL for blood biochemistry in serum. Hematology examinations were done by automatic hemavet® machine except differential leukocytes were done manually and blood biochemistry examinations were done by biosystem® machine. Examinations results of erythrocyte parameters of total erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, MCV, MCH, and MCHC in row are (1,24±0,21) × 106/mm3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dL, (311,4±49,9) fL, (109,4±18,7) pg, and (35,1±1,2) g/dL. Trombocytes count is (3,1±1.6) × 103/mm3 and erythrocyte sedimentation rate is (3,9 ± 1.7) mm/h. Leukocytes parameters indicate the values of total leukocytes, heterophils, lymphocytes, monocytes, eosinophils, and basophils in row are (6,53±9,47) × 103/mm3, (3,478±4,972) × 103/mm3, (2,959±4,694) × 103/mm3, (0,096±0,187) × 103/mm3, (0,00) /mm3, and (0,00) /mm3. Biochemical parameters indicate the values of total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, and creatinine in row are (10,19±3,39) g/dL, (2,51±0,39) g/dL, (7,68±3,07) g/dL, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dL, and (0,29±0,11) mg/dL. The result of examinations averagely showed values tend to normal. Some individual results demonstrated abnormalities which are suspected as acute infection in 1 dragon, foliculogenesis in 1 dragon, muscle disease in 2 dragons, and liver disease in 5 dragons.

(2)

YENSEN. Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hematologi dan biokimia darah komodo di Taman Margasatwa Ragunan. Sebanyak 18 ekor komodo dewasa digunakan dalam penelitian ini. Darah diambil sebanyak 2 mL darah utuh untuk pemeriksaan hematologi dan 3 mL untuk biokimia darah pada serum. Pemeriksaan hematologi dilakukan dengan mesin automatic hemavet® kecuali diferensial leukosit secara manual dan pemeriksaan biokimia darah dengan mesin biosystem®. Hasil pemeriksaan parameter eritrosit antara lain total eritrosit, hematokrit, hemoglobin, MCV, MCH, dan MCHC berturut-turut yaitu (1,24±0,21) × 106/mm3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dL, (311,4±49,9) fL, (109,4±18,7) pg, dan (35,1±1,2) g/dL. Jumlah trombosit adalah (3,1±1,6) × 103/mm3 dan laju endap darah adalah (3,9±1,7) mm/jam. Parameter leukosit menunjukkan nilai total leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil berturut-turut yaitu (6,53±9,47) × 103/mm3, (3,478±4,972) × 103/mm3, (2,959±4,694) × 103/mm3, (0,096±0,187) × 103/mm3, (0,00) /mm3, dan (0,00) /mm3. Parameter biokimia darah menunjukkan nilai total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, dan kreatinin berturut-turut yaitu (10,19±3,39) g/dL, (2,51±0,39) g/dL, (7,68±3,07) g/dL, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dL, dan (0,29±0,11) mg/dL. Hasil pemeriksaan hematologi dan biokimia darah rata-rata menunjukkan nilai yang cenderung normal. Beberapa hasil pemeriksaan individual menunjukkan adanya kelainan nilai yang diduga antara lain 1 ekor mengalami infeksi akut, 1 ekor sedang folikulogenesis, 2 ekor mengalami penyakit otot, dan 5 ekor mengalami penyakit hati.

(3)

GAMBARAN DARAH KOMODO (

Varanus komodoensis

)

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

YENSEN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

(5)

YENSEN. Blood Profile of Komodo Dragons (Varanus komodoensis) at Ragunan Zoo. Under direction of RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI.

This study was conducted to get the hematology and blood biochemistry profile of Komodo dragons at Ragunan Zoo. A total of 18 adult dragons were used. Blood was drawn as much as 2 mL whole blood for hematology and 3 mL for blood biochemistry in serum. Hematology examinations were done by automatic hemavet® machine except differential leukocytes were done manually and blood biochemistry examinations were done by biosystem® machine. Examinations results of erythrocyte parameters of total erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, MCV, MCH, and MCHC in row are (1,24±0,21) × 106/mm3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dL, (311,4±49,9) fL, (109,4±18,7) pg, and (35,1±1,2) g/dL. Trombocytes count is (3,1±1.6) × 103/mm3 and erythrocyte sedimentation rate is (3,9 ± 1.7) mm/h. Leukocytes parameters indicate the values of total leukocytes, heterophils, lymphocytes, monocytes, eosinophils, and basophils in row are (6,53±9,47) × 103/mm3, (3,478±4,972) × 103/mm3, (2,959±4,694) × 103/mm3, (0,096±0,187) × 103/mm3, (0,00) /mm3, and (0,00) /mm3. Biochemical parameters indicate the values of total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, and creatinine in row are (10,19±3,39) g/dL, (2,51±0,39) g/dL, (7,68±3,07) g/dL, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dL, and (0,29±0,11) mg/dL. The result of examinations averagely showed values tend to normal. Some individual results demonstrated abnormalities which are suspected as acute infection in 1 dragon, foliculogenesis in 1 dragon, muscle disease in 2 dragons, and liver disease in 5 dragons.

(6)

YENSEN. Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hematologi dan biokimia darah komodo di Taman Margasatwa Ragunan. Sebanyak 18 ekor komodo dewasa digunakan dalam penelitian ini. Darah diambil sebanyak 2 mL darah utuh untuk pemeriksaan hematologi dan 3 mL untuk biokimia darah pada serum. Pemeriksaan hematologi dilakukan dengan mesin automatic hemavet® kecuali diferensial leukosit secara manual dan pemeriksaan biokimia darah dengan mesin biosystem®. Hasil pemeriksaan parameter eritrosit antara lain total eritrosit, hematokrit, hemoglobin, MCV, MCH, dan MCHC berturut-turut yaitu (1,24±0,21) × 106/mm3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dL, (311,4±49,9) fL, (109,4±18,7) pg, dan (35,1±1,2) g/dL. Jumlah trombosit adalah (3,1±1,6) × 103/mm3 dan laju endap darah adalah (3,9±1,7) mm/jam. Parameter leukosit menunjukkan nilai total leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil berturut-turut yaitu (6,53±9,47) × 103/mm3, (3,478±4,972) × 103/mm3, (2,959±4,694) × 103/mm3, (0,096±0,187) × 103/mm3, (0,00) /mm3, dan (0,00) /mm3. Parameter biokimia darah menunjukkan nilai total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, dan kreatinin berturut-turut yaitu (10,19±3,39) g/dL, (2,51±0,39) g/dL, (7,68±3,07) g/dL, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dL, dan (0,29±0,11) mg/dL. Hasil pemeriksaan hematologi dan biokimia darah rata-rata menunjukkan nilai yang cenderung normal. Beberapa hasil pemeriksaan individual menunjukkan adanya kelainan nilai yang diduga antara lain 1 ekor mengalami infeksi akut, 1 ekor sedang folikulogenesis, 2 ekor mengalami penyakit otot, dan 5 ekor mengalami penyakit hati.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

GAMBARAN DARAH KOMODO (

Varanus komodoensis

) DI

TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

YENSEN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Nama : Yensen NRP : B04080163

Disetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drh. Retno Wulansari, MS, PhD. Drh. Ekowati Handharyani, MS, PhD, APVet. NIP. 19620220 198803 2 001 NIP. 19591217 198601 2 001

Diketahui

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Drh. H. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet. NIP. 19630810 198803 1 004

(10)

Panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2010 dengan judul Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, terima kasih penulis ucapkan kepada pimpinan, dokter hewan, dan paramedis Taman Margasatwa Ragunan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian pada hewan yang digunakan dan pimpinan Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor (RSH IPB) yang telah memberikan izin dalam pemeriksaan laboratorium. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Drh. Retno Wulansari, MS, PhD selaku dosen pembimbing 1 dan Drh. Ekowati Handharyani, MS, PhD, APVet selaku dosen pembimbing 2 dan pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis ucapan kedua orang tua, Wiwie Hartanto dan Rinda Kwantana, yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat. Serta terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan Avenzoar 45, Himpro Satwaliar FKH IPB, UKM Uni Konservasi Fauna, UKM Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB, Wcc Veteriner, dan segala pihak yang telah sangat banyak membantu serta menemani perjalanan saya menuntut ilmu selama di IPB sampai saatnya skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tanah air tercinta Indonesia demi kepentingan nusa dan bangsa.

Bogor, September 2012

(11)

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 15 Juni 1990 dari ayah Wiwie Hartanto dan ibu Rinda Kwantana. Penulis merupakan putra ke tiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Swasta Hang Kesturi Medan dan lulus tahun 2002. Pendidikan penulis dilanjutkan ke SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan (2002-2005). Masa SMA penulis diselesaikan di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan dan lulus pada tahun 2008 dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN. Mayor yang dipilih penulis di IPB adalah Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan.

(12)

DAFTAR ISI

Besaran dan Cara Pengambilan Sampel Darah ... 15

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo ... 17

Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimia darah komodo ... 23

Tabel 3 Dugaan kisaran normal hematologi dan biokimia darah komodo ... 26

Tabel 4 Kisaran referensi hematologi dan biokimia darah komodo ... 32

Tabel 5 Hasil pemeriksaan individual hematologi komodo ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis ... 3

Gambar 2 Eritrosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii) ... 8

Gambar 3 Morfologi dan ukuran relatif sel-sel leukosit normal bangsa kadal. .... 10

Gambar 4 Trombosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii) ... 11

Gambar 5 Eritrosit komodo ... 27

Gambar 6 Heterofil komodo ... 27

Gambar 7 Limfosit kecil komodo ... 27

Gambar 8 Limfosit besar komodo ... 27

Gambar 9 Monosit komodo ... 27

(15)

Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa. Sumber daya alam berupa keanekaragaman hayati mencakup flora dan fauna yang sangat melimpah adalah salah satu buktinya. Komodo (Varanus komodoensis), kadal terbesar di dunia, mewakili bukti keanekaragaman fauna Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan. Satwa langka ini merupakan satwa endemik Indonesia yang secara alami hanya berada di alam Indonesia tepatnya di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Perkiraan populasinya di alam hanyalah sekitar 3000-4000 ekor (Ciofi 1999; Gillespie et al. 2000). Menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (CITES), komodo digolongkan sebagai spesies Appendix 1 (Auffenburg 1981; Gillespie et al. 2000), sedangkan menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), komodo berada dalam daftar merah dengan status rentan punah (IUCN 1996; Gillespie et al. 2000).

Komodo telah banyak memberi manfaat bagi Indonesia, misalnya dengan menambah devisa negara melalui daya tarik pariwisata dan penelitian, membuat Indonesia lebih dikenal dunia, dan memberi kebanggaan bagi bangsa, terlebih lagi setelah belakangan ini ditentukan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Selain itu, komodo juga turut menjadi bagian dari jati diri bangsa melalui hubungannya yang kuat dengan adat dan budaya masyarakat lokal. Singkatnya, komodo merupakan aset negara, kebanggaan dan jati diri bangsa yang harus dilindungi dan dilestarikan melalui berbagai upaya konservasi.

(16)

kelestarian komodo dengan upaya medik konservasi, penelitian, studi, dll. Komodo telah sejak lama menarik minat banyak ilmuwan dalam dan luar negeri untuk menjadikannya objek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku dan dokumentasi tentang biologi dan ekologi komodo yang telah dipublikasikan. Namun studi medis, referensi, dan data dasar yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan komodo sangat jarang, sedangkan data dasar seperti nilai fisiologis darah sangat diperlukan sebagai acuan dalam interpretasi kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada pemeriksaan hematologi dan biokimia darah sebagai salah satu alat bantu diagnostik yang sangat umum dan mudah diterapkan, terutama untuk mengawali pengetahuan medis pada satwa liar seperti komodo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran darah komodo di Indonesia dan daerah-daerah lain dengan iklim serupa.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran darah dan kesehatan komodo di Taman Margasatwa Ragunan.

Manfaat

(17)

Biologi Komodo

Naga komodo (bahasa Inggris : Komodo dragon) secara fisik tampak seperti hewan naga dalam berbagai mitologi bangsa seperti Cina dan Barat. Masih banyak nama lain yang dimiliki komodo misalnya komodo monitor. Hal ini karena komodo termasuk dalam famili kadal monitor Varanidae dan genus Varanus. Beberapa masyarakat lokal di pulau Komodo, Rinca, dan Flores, menyebutnya sebagai buaya darat, sedangkan yang lain menyebutnya biawak raksasa. Namun, umumnya orang secara sederhana menyebutnya komodo (Ciofi 1999). Komodo merupakan satwa purba, jenis kadal tertua yang masih hidup, dan diduga merupakan keturunan dari kadal yang lebih besar Megalania presca dari Jawa atau Australia yang hidup 30.000 tahun lalu (Erdmann 2004).

Menurut Hutchins et al. (2003), klasifikasi komodo dalam taksonomi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Famili : Varanidae Subfamili : Varanine Genus : Varanus

Spesies : Varanus komodoensis (Ouwens 1912)

(18)

Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di Kepulauan Sunda Kecil, Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia (Erdmann 2004). Secara alami, komodo hanya ditemukan di beberapa pulau-pulau kecil beriklim arid dalam kawasan Taman Nasional Komodo antara lain pulau Komodo, Rinca, Gili Motang, Padar, dan Flores (O’Shea & Halliday 2001). Komodo memiliki ukuran tubuh raksasa, kaki yang kokoh, dan kepala yang lebar dan kuat. Rata-rata panjang tubuhnya dapat mencapai 2,5-3,1 m (O’Shea & Halliday 2001). Bobot badan dewasa berkisar antara 45-140 kg dan pertumbuhan tubuhnya terus bertambah seiring bertambahnya umur dengan jangka hidup mencapai 50 tahun (Welsbacher 2002). Komodo dewasa berwarna abu-abu, sedangkan anakannya mempunyai pola tubuh lebih terang dan hidup arboreal (di atas pohon) demi keamanan. Komodo adalah pemangsa, ia memangsa mamalia besar (babi, rusa, kuda, kerbau), burung, reptil (temasuk komodo yang lebih kecil), bahkan manusia dan bangkai (O’Shea & Halliday 2001). Meskipun komodo dapat berlari sampai kecepatan 20 km/jam, ia lebih suka berburu dengan bersembunyi dan menunggu mangsanya selama berjam-jam pada satu titik (Ciofi 1999). Hewan yang berhasil kabur namun sempat tergigit dan terluka akan diintai sampai mati lalu dimangsa. Kematian mangsanya disebabkan infeksi bakteri virulen pada air ludah komodo yang dengan cepat menyebabkan kelemahan (O’Shea & Halliday 2001). Komodo melakukan perkawinan antara bulan Mei sampai Agustus. Komodo betina kemudian bertelur pada bulan September (Ciofi 1999) dengan jumlah telur berkisar antara 8-27 butir. Komodo aktif pada siang hari dan sering berada di savana dan hutan (O’Shea & Halliday 2001) sedangkan pada malam hari satwa ini tidak aktif dan biasanya menghabiskan waktu di dalam liang, cekungan, lereng berbatu, atau semak belukar yang menjalar (Lutz & Lutz 1997).

Fisiologi Darah

(19)

cairan yang beredar melalui saluran-saluran tertutup yang membentuk jejaring. Darah umumnya berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu zat pigmen merah di dalam sel darah. Darah vena berwarna lebih gelap dan kebiruan jika dibandingkan dengan darah arteri karena pengaruh oksigenasi. Tekanan osmotik darah kurang lebih sebesar 28 mmHg. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh jumlah garam, sisa metabolit, protein, dan gula yang terlarut dalam plasma darah. Darah memiliki pH sekitar 7,35 dan mempunyai kemampuan sebagai penyangga (buffer) sehingga pH dapat dipertahankan dalam batasan tertentu. Akibat fatal dapat dialami individu jika terjadi peningkatan pH sampai 8 atau penurunan jauh dibawah 7. Hampir semua organ memerlukan darah untuk menjalankan fungsi penting tubuh yaitu :

 Respirasi : transportasi oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan

karbon dioksida dari berbagai jaringan ke paru-paru.

 Transpor zat makanan : darah adalah satu-satunya medium pembawa

zat-zat makanan yang ke berbagai jaringan tubuh.

 Ekskresi : sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatin, air, karbon

dioksida, dll. dibawa darah ke ginjal, paru-paru, kulit, dan usus untuk dibuang.  Pengaturan suhu tubuh : darah berperan penting dalam menyalurkan panas

tubuh yang dihasilkan oleh otot melalui oksidasi karbohidrat dan lemak.  Menjaga keseimbangan asam basa : darah mempunyai daya penyangga

(buffer) dan mampu menjaga keseimbangan normal asam basa tubuh.

 Pengaturan keseimbangan cairan : keseimbangan cairan tubuh dijaga dengan pertukaran dengan cairan pada jaringan.

 Pertahanan : darah mampu melindungi tubuh terhadap infeksi dengan sistem

imun.

 Transpor hormon : darah adalah satu-satunya medium pembawa hormon ke

bagian tubuh yang berjauhan.

 Penggumpalan : mekanisme penggumpalan dilakukan trombosit untuk

mencegah kehilangan darah karena cedera.

 Transpor metabolit : darah menyediakan zat kimia dan metabolit penting bagi

(20)

Hematologi

Pemeriksaan hematologi dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan darah seperti anemia, peradangan, parasitemia, gangguan hematopoetik, hemostatik, dll. Nilai normal hematologi reptil dari berbagai laboratorium dan referensi berbeda-beda. Hal ini disebabkan sel darah reptil sangat peka terhadap berbagai perbedaan perlakuan (cara pengambilan, penanganan, teknik analisis darah, dan penggunaan anasthesia) dan lingkungan (habitat, status fisiologi, umur, dan jenis kelamin). Pemeriksaan hemotologi reptil meliputi pemeriksaan terhadap total eritrosit, hematokrit, total leukosit, dan diferensial leukosit (Campbell 2006). Sebagian besar darah tersusun dari plasma dan sel-sel darah. Jika darah disentrifugasi, akan terlihat dua bagian terpisah yang jelas yaitu sekitar 2/3 bagian plasma dan 1/3 sisanya sel-sel darah (Rastogi 2007). Volume plasma pada kebanyakan jenis reptil berkisar antara 60-75 mL/kg bobot badan sedangkan volume eritrosit berkisar antara 10-14 mL/kg bobot badan (Dessauer 1970). Plasma adalah bagian darah yang berwujud cair (Rogers 2011). Plasma darah pada kebanyakan reptil tidak berwarna (Campbell 2006). Plasma darah terdiri dari 90 % air dan 10 % zat-zat terlarut. Kandungan utama zat terlarut dalam plasma adalah protein yaitu mencapai 70 % (Nelson & Cox 2004). Selain itu, dalam jumlah kecil, plasma juga mengandung karbohidrat, lemak, ion-ion anorganik, nitrogen, gas, hormon, enzim, dan vitamin. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (platelet) (Rastogi 2007).

Eritrosit

Eritrosit reptil berbentuk lonjong dan melengkuk dengan penonjolan di sekitar inti sel. Sitoplasmanya berwarna kekuningan atau merah bata. Inti selnya sangat tidak beraturan dengan kromatin yang kasar dan padat (Frye 1991). Kromatin intinya akan semakin padat dan gelap seiring pertambahan umur sel (Gambar 2) (Irizarry-Rovira 2010).

(21)

mean corpuscular haemoglobin concentration (MCHC), dan laju endap darah (LED).

Eritrosit reptil berukuran lebih besar (MCV 200-1200 fL) dan berjumlah lebih sedikit (0,3-2,5 × 106/mm3) dibandingkan eritrosit burung dan mamalia. Jumlah eritrosit pada reptil berbanding terbalik dengan ukuran selnya. Bangsa kadal cenderung memiliki ukuran eritrosit paling kecil (MCV di bawah 300 fL) namun jumlah eritrositnya paling banyak (1-1,5 × 106/mm3). Reptil jantan cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih tinggi daripada betina (Campbell 2006). Eritrosit reptil mempunyai jangka hidup rata-rata (600-800 hari) lebih lama dibandingkan eritrosit mamalia karena laju metaboliknya yang lebih lambat (Irizarry-Rovira 2010).

Hematokrit adalah persentase volume eritrosit dalam darah utuh setelah proses sentrifugasi (Rastogi 2007). Hematokrit digunakan untuk memeriksa kesehatan umum dan tingkat hidrasi reptil (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Selang Hct normal reptil adalah sekitar 20-40 % dengan rata-rata 30 % (Campbell 2006).

Hemoglobin adalah protein mengandung besi yang ada dalam sel darah merah. Sebagian besar (95 %) berat kering dari eritrosit adalah Hb. Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Hampir semua jaringan tubuh memerlukan oksigen sehingga Hb sangat penting untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal tubuh. Hemoglobin yang teroksigenasi berwarna merah terang dan disebut oksihemoglobin, sedangkan Hb yang tereduksi berwarna kebiruan dan disebut deoksihemoglobin (Rogers 2011). Selang nilai kadar hemoglobin darah reptil berkisar antara 6-10 g/dL (Campbell 2006). Hasil pemeriksaan kadar Hb tergantung pada banyaknya jumlah eritrosit dan jumlah Hb per setiap eritrosit (Rastogi 2007).

(22)

hemoglobin rata-rata pada setiap butir eritrosit dan MCHC menentukan konsentrasi hemoglobin rata-rata pada setiap butir eritrosit (Rosenfeld & Dial 2010). Selang normal MCHC reptil adalah sekitar 22-41 g/dL dengan rata-rata 30 g/dL (Campbell 2006).

Laju endap darah (LED) didapatkan dari lamanya waktu pengendapan eritrosit dalam darah utuh dan tidak menggumpal. LED berguna untuk menandakan adanya penyakit organ yang belum diketahui (Rastogi 2007).

Gambar 2 Eritrosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii), diamati dengan pewarnaan Pappenheim dan perbesaran mikroskop 10 × 100 (Knotkova et al. 2002).

Leukosit

Leukosit umumnya berukuran sedikit lebih besar daripada eritrosit, tidak berwarna/transparan, dan dapat didiferensiasi dengan mudah pada sediaan ulas darah di bawah pengamatan mikroskop. Leukosit dapat berinti satu, dua, atau lebih (Rastogi 2007). Leukosit reptil memiliki variasi morfologi yang tinggi antar spesies sehingga dapat terjadi kesalahan pengenalan jenis sel. Leukosit reptil digolongkan menjadi heterofil, limfosit, monosit, azurofil, eosinofil, dan basofil (Irizarry-Rovira 2010). Leukosit yang dominan pada kebanyakan reptil adalah heterofil dan limfosit, sedangkan pada beberapa spesies tertentu seperti kura-kura dan penyu didominasi oleh basofil (Fry 2009).

(23)

memiliki granul-granul kemerahan (eosinofilik) berbentuk batang pendek (Gambar 3a) (Campbell 2006). Warna dan morfologi granul berbeda-beda antar spesies reptil, namun umumnya berbentuk lonjong dan berwarna merah jingga atau coklat (Irizarry-Rovira 2010). Inti heterofil berbentuk bulat atau lonjong, berada di tengah, dan kromatinnya padat. Beberapa jenis kadal memiliki inti heterofil yang bergelambir (Campbell 2006). Fungsi heterofil reptil diduga sama dengan neutrofil mamalia. Bersama monosit, ia merespon peradangan akut dan berperan penting untuk fagositosis. Jumlahnya dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya musim. Seperti neutrofil mamalia, heterofil reptil juga menunjukkan perubahan morfologi saat peradangan seperti left shift dan bentuk toksik (Irizarry-Rovira 2010).

Limfosit juga merupakan leukosit yang dominan pada kebanyakan reptil (Slomka 2005). Fungsi limfosit reptil sama dengan limfosit mamalia (Redrobe dan MacDonald 1999; Stahl 2006). Secara morfologi, limfosit reptil terlihat mirip dengan limfosit mamalia. Bentuknya bulat dengan sedikit sitoplasma berwarna kebiruan (Irizarry-Rovira 2010) dan tidak memiliki granul maupun vakuola (Campbell 2006). Inti selnya dapat berbentuk bulat atau sedikit melekuk, terletak di tengah, dan kromatin intinya sangat padat pada sel dewasa (Campbell 2006). Reptil biasanya mempunyai limfosit besar dan kecil (Gambar 3b) (Irizarry-Rovira 2010). Volume sitoplasma limfosit besar lebih banyak dan berwarna pucat sedangkan sitoplasma limfosit kecil lebih sedikit dan warnanya agak kebiruan (Campbell 2006). Limfosit kecil terkadang sulit dibedakan dengan trombosit karena bentuknya mirip (Irizarry-Rovira 2010). Trombosit biasanya terlihat bergerombol (Campbell 2006) dan sitoplasmanya tidak berwarna (Fry 2009). Selain itu, tepi inti sel dan sitoplasma pada limfosit mempunyai tepi yang jelas dan rapi sedangkan pada trombosit tidak beraturan (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Jumlah limfosit reptil dapat berbeda-beda sesuai musim dan berbagai faktor lain (Irizarry-Rovira 2010).

(24)

Sitoplasmanya berwarna kebiruan atau keabuan, dengan atau tanpa vakuola (Gambar 3c). Selain itu, terdapat juga monosit dengan granulasi halus seperti debu dan berwarna merah muda (azurofilik) yang disebut azurofil (Irizarry-Rovira 2010). Azurofil adalah sel turunan monosit yang fungsinya belum diketahui (Fry 2009). Monosit berperan dalam respon peradangan kronis (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006).

Eosinofil mempunyai sitoplasma dan granul-granul yang berbentuk bulat. Inti selnya berbentuk bulat atau bergelambir (Gambar 3d). Ukuran, warna granul, bentuk inti sel, dan jumlah eosinofil reptil berbeda-beda antar spesies. Umumnya, granulnya berwarna merah terang atau jingga. Perbedaan jumlah eosinofil dipengaruhi berbagai faktor antara lain spesies, musim, dan infestasi parasit (Irizarry-Rovira 2010). Bangsa kadal biasanya mempunyai ukuran eosinofil yang paling kecil (Campbell 2006) dan jumlahnya sangat sedikit. Fungsi eosinofil reptil diduga sama dengan eosinofil mamalia (Fry 2009).

Basofil berbentuk bulat dan kecil (Campbell 2006). Inti selnya bulat atau lonjong dan terletak di tengah. Sitoplasmanya memiliki granul-granul bulat dan padat berwarna ungu gelap hingga menutupi inti sel (Gambar 3e) (Irizarry-Rovira 2010). Jika terlihat, inti selnya berbentuk bulat tidak bergelambir. Ukuran dan jumlah basofil reptil berbeda-beda antar spesies. Ukuran basofil kadal cenderung lebih kecil daripada kura-kura dan buaya (Campbell 2006). Jumlah basofil dipengaruhi spesies, infestasi parasit, dan faktor-faktor lain (Irizarry-Rovira 2010). Fungsi basofil reptil diduga sama dengan basofil mamalia (Fry 2009).

Gambar 3 Morfologi dan ukuran relatif sel-sel leukosit normal bangsa kadal, (a) heterofil, (b) limfosit kecil dan besar, (c) monosit, (d) eosinofil, (e) basofil (Reagan et al. 2008).

Trombosit

(25)

berwarna atau biru sangat pucat dan terkadang terdapat granul-granul azurofilik. Trombosit aktif sering ditemukan dan membentuk gerombol dalam sediaan ulas darah (Gambar 4). Tepi dan vakuola sitoplasmanya tidak beraturan. Trombosit tanpa sitoplasma sama sekali tampak saat bergerombol. Trombosit berperan penting dalam pembentukan trombus dan fungsinya sama dengan platelet mamalia dan burung (Campbell 2006). Reptil normal mempunyai 25-350 trombosit/100 leukosit (Slomka 2005). Trombosit berbentuk mirip dengan limfosit kecuali trombosit tepi inti selnya dan sitoplasmanya yang tidak beraturan, sedangkan limfosit mempunyai tepi yang jelas dan rapi (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006).

Gambar 4 Trombosit yang bergerombol pada kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii), diamati dengan pewarnaan Pappenheim dan perbesaran mikroskop 10 × 100 (Knotkova et al. 2002).

Biokimia darah

(26)

Total Protein

Kandungan utama plasma darah sebagian besar, yaitu mencapai 70%, adalah protein. Protein darah terutama terdiri dari albumin dan globulin. Protein plasma lainnya antara lain fibrinogen, haptoglobin, apolipoprotein, transferin, dan prothrombin (Rastogi 2007). Protein darah memiliki banyak peranan penting bagi tubuh antara lain mempertahankan tekanan osmotik koloid plasma, melakukan reaksi imunitas, mencegah defisiensi protein, dan menggumpalkan darah pada luka dengan fibrinogen (Rastogi 2007). Total protein plasma normal reptil berkisar antara 3-7 g/dL (Campbell 2006).

Albumin

Albumin adalah salah satu dari protein darah utama selain globulin. Setengah bagian dari total protein darah adalah albumin. Albumin menjalankan banyak fungsi penting bagi tubuh antara lain membantu penggunaan asam lemak bebas, menjaga osmolalitas plasma darah dan cairan interstisial, dan membantu ekskresi bilirubin (Nelson & Cox 2004). Albumin dibentuk di hati dan dilepaskan ke darah. Selain mendeteksi penyakit hati, kadar albumin juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal (Rosenfeld & Dial 2010).

Globulin

Globulin adalah salah satu dari protein darah utama selain albumin (Nelson & Cox 2004). Globulin terbagi menjadi tiga subfraksi yaitu -, -, dan -globulin, - dan -globulin melaksanakan tugas pengangkutan fraksi lemak

dalam protein, sedangkan -globulin mengandung antibodi untuk respon imun. Globulin dibentuk di sistem retikuloendotelial, makrofag, dan limfosit (Rastogi 2007).

AST/SGOT

(27)

enzim hati pada reptil mirip dengan enzim mamalia dan burung (Campbell 2006). Meskipun sangat sensitif, AST bersifat tidak spesifik karena aktivitas enzim ini dapat ditemukan pada banyak jaringan selain hati seperti otot, paru-paru, dan ginjal (Reavill 2005). Umumnya, nilai normal AST pada reptil berada di bawah 250 IU/L (Campbell 2006).

ALT/SGPT

Alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) adalah enzim yang dihasilkan oleh hati. Enzim ALT reptil bersifat tidak spesifik terhadap organ tertentu karena aktivitas ALT juga tinggi pada ginjal reptil. Meskipun demikian, uji ALT pada reptil tidak sensitif untuk mendeteksi penyakit ginjal karena kebanyakan enzim ini terbuang di urin dan sedikit yang masuk ke darah. Uji ALT juga kurang sensitif untuk mendeteksi penyakit hepatoseluler dibandingkan AST. Umumnya, nilai normal ALT pada reptil berada di bawah 20 IU/L (Campbell 2006).

Urea

(28)

Kreatinin

(29)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2010 sampai Agustus 2011 di Taman Margasatwa Ragunan dan Laboratorium Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor (RSH IPB). Sebanyak 18 ekor komodo (5 jantan dan 13 betina) dewasa berumur 5-18 tahun yang ditempatkan pada kandang terbuka digunakan dalam penelitian ini.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah syringe dan needle, tabung penampung darah tanpa antikoagulan dan dengan antikoagulan EDTA, mesin automatic hemavet®, mesin biosystem®, gelas objek, mikroskop, kertas saring, kapas, dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol, pewarna Giemsa, akuades, minyak imersi, dan alkohol 70%.

Besaran dan Cara Pengambilan Sampel Darah

Sebanyak 5 mL darah komodo diambil menggunakan syringe berukuran 5 mL dari vena coccygealis ventralis pada 1/3 kranial pangkal ekor. Sebanyak 2 mL darah ditampung dalam tabung dengan antikoagulan ethylenediamine tetra-acetic acid (EDTA) untuk pemeriksaan hematologi dan 3 mL lainnya dalam tabung tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan biokimia darah pada serum. Cara pengambilan darah pada vena coccygealis ventralis adalah yang paling mudah pada reptil. Vena ini terletak di ventral garis tengah ekor di antara vertebrae coccygealis. Bagian terbaik untuk mengambil darah adalah antara 1/4 sampai 1/2 bagian dari pangkal ekor (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006).

Pemeriksaan Sampel Darah

(30)

heterofil, eosinofil, dan basofil), total trombosit, dan LED. Pemeriksaan biokimia darah terdiri dari total protein, albumin, globulin, AST/SGOT, ALT/SGPT, urea, dan kreatinin. Sampel yang diperoleh diperiksa menggunakan mesin automatic hemavet® untuk hematologi dan mesin biosystem® untuk biokimia darah. Pemeriksaan diferensial leukosit dilakukan dengan metode pembuatan sediaan ulas darah dan diamati menggunakan mikroskop. Pembuatan sediaan ulas dibuat dari darah tanpa antikoagulan, lalu difiksasi dengan metanol, dan diwarnai dengan pewarna Giemsa. Pengamatan dengan mikroskop dilakukan dengan perbesaran 10 × 100 lalu jenis-jenis leukosit yang tampak dihitung sampai didapat total 100 sel.

Analisis Data

(31)

Hematologi

Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan dengan kisaran referensi (Tabel 4) pada lampiran.

Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo

Parameter Rataan±Simpangan Baku Rataan±Simpangan Baku Referensi*

Eritrosit (× 106/mm3) 1,24±0,21 1,46 ±0,42

Hematokrit (%) 38,00±4,57 39,40±5,00

Hemoglobin (g/dL) 13,33±1,59 13,80±1,90

MCV (fL) 311,43±49,88 290,10±135,70

MCH (pg) 109,37±18,74 128,00±30,70

MCHC (g/dL) 35,09±1,22 37,50±7,90

Leukosit (× 103/mm3) 6,53±9,47 7,23±5,24

Heterofil (× 103/mm3) 3,48±4,97 3,19±2,73

Limfosit (× 103/mm3) 2,96±4,69 2,82±2,65

Monosit (× 103/mm3) 0,10±0,19 0,42±0,52

Eosinofil (× 103/mm3) 0,00±0,00 0,01±0,10

Basofil (× 103/mm3) 0,00±0,00 0,09±0,07

Trombosit (× 103/mm3) 3,11±1,60 -

LED (mm/jam) 3,94±1,70 1,00±0,00

*Nilai fisiologis pada komodo dewasa berumur di atas 3 tahun (Teare 2002).

(32)

jumlah eritosit (anemia). Anemia pada reptil dapat disebabkan hemoragi, hemolisis, dan depresi. Anemia hemoragik dapat disebabkan oleh trauma, parasit penghisap darah, koagulopati, dan lesi ulseratif. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh septisemia, parasitemia, dan toksemia. Anemia depresi dapat disebabkan oleh agen infeksius, penyakit hati dan ginjal kronis, zat kimia, dan hipotiroidismus (Campbell 2006). Anemia pada reptil juga dapat disebabkan infeksi kronis dan malnutrisi (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Kelainan jumlah eritrosit juga dapat berupa peningkatan (eritrositosis/polisitemia) yang dapat disebabkan dehidrasi, kontraksi limpa, hipertiroidismus, dan neoplasia (Stockham & Scott 2008).

Nilai rataan dari hasil pemeriksaan hematokrit adalah 38,00±4,57 %, nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 39,40±5,00 %. Kisaran nilai yang didapat dari seluruh komodo adalah 28,50-48,20 %, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 25,00-50,00 % (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu 29,00-45,00 %, terdapat 1 ekor dengan nilai diatas kisaran yaitu 48,20 %. Komodo ini (nomor 8) diduga mengalami sedikit kekurangan cairan tubuh. Nilai hematokrit dapat menentukan tingkat hidrasi reptil (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Nilai hematokrit yang tinggi dapat menandakan polisitemia atau dehidrasi sedangkan nilai yang rendah menandakan anemia atau overhidrasi (Rastogi 2007).

(33)

yang cukup baik. Kelainan Hb yang mungkin terjadi adalah penurunan kadar Hb. Nilai Hb yang rendah dapat menandakan anemia (Rastogi 2007).

Hasil pemeriksaan MCV menunjukkan nilai rataan 311,43±49,88 fL. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 290,00±135,70 fL. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 233,12-443,53 fL dan seluruhnya berada dalam kisaran normal yaitu 134,10-952,40 fL (Teare 2002). Hal ini berarti tidak ada kelainan ukuran sel eritrosit. Kelainan nilai MCV dapat berupa penurunan ataupun peningkatan. Nilai MCV yang rendah menandakan ukuran eritrosit kecil (mikrositik), kelainan ini biasanya disebabkan defisiensi zat besi. Nilai MCV yang tinggi menandakan ukuran eritrosit besar (makrositik), kelainan ini dapat disebabkan defisiensi vitamin B12 atau asam folat (Rastogi 2007).

Nilai rataan dari hasil pemeriksaan MCH adalah 109,37±18,74 pg. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 128,00±30,70 pg. Sebanyak 14 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 98,6-158,8 pg, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 94,0-174,4 pg (Teare 2002). Empat ekor (nomor 6, 7, 8, dan 16) menunjukkan nilai lebih rendah dari kisaran yaitu antara 83,44-93,52 pg, namun penurunan ini tidak terlalu berarti sehingga masih dianggap normal. Hal ini menandakan kondisi jumlah hemoglobin yang cukup baik pada setiap eritrosit. Nilai MCH sangat dipengaruhi kadar hemoglobin dan total eritrosit.

Hasil pemeriksaan MCHC menunjukkan nilai rataan 35,09±1,22 g/dL. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 37,50±7,90 g/dL. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 33,01-37,72 g/dLdan seluruhnya berada dalam kisaran normal yaitu 26,90-52,70 g/dL (Teare 2002). Hal ini menandakan kondisi konsentrasi Hb yang cukup baik dalam eritrosit. Kelainan yang sering terjadi adalah penurunan nilai MCHC. Nilai MCHC yang rendah menandakan eritrosit hipokromik (Rastogi 2007) yang biasanya disebabkan status nutrisi buruk (Reavill 2005).

(34)

menunjukkan kisaran nilai antara 1,60-6,60 × 103/mm3, nilai ini berada dalam kisaran normal 1,00-24,00 × 103/mm3 (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu antara 3,00-10,90 × 103/mm3, sebanyak 3 ekor (nomor 2, 7, dan 12) menunjukkan nilai dibawah kisaran yaitu antara 1,60-2,80 × 103/mm3. Nilai ini diduga normal karena penurunan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kemungkinan lain adalah komodo ini hanya mengalami penurunan jumlah leukosit (leukopenia) ringan. Leukopenia dapat disebabkan stres, infeksi virus, septisemia, intoksikasi, penyakit imun, dan gangguan sumsum tulang (Mitchell & Tully 2009). Satu ekor (nomor 5) menunjukkan nilai 44,00 × 103/mm3, nilai ini jauh diatas kisaran baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Komodo ini mengalami peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) yang dipengaruhi oleh peningkatan heterofil (heterofilia) dan limfosit (limfositosis). Dengan demikian, komodo diduga kuat mengalami infeksi akut. Menurut Mitchell & Tully (2009), leukositosis dapat disebabkan infeksi akut, neoplasia, penyakit imun, trauma, dan gangguan endokrin.

(35)

Hasil pemeriksaan jumlah limfosit menunjukkan nilai rataan 12, dan 16) menunjukkan nilai dibawah kisaran yaitu antara 0,42-0,84 × 103/mm3. Namun, nilai ini masih dianggap normal karena penurunan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kemungkinan lain adalah komodo ini hanya mengalami penurunan jumlah limfosit (limfopenia) ringan. Limfopenia dapat disebabkan peradangan akut, endotoksinemia, gangguan limfoid, atau obat imunosupresif (Stockham & Scott 2008). Satu ekor (nomor 5) menunjukkan nilai 21,12 × 103/mm3, nilai ini cukup jauh diatas kisaran baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Komodo ini mengalami peningkatan jumlah limfosit (limfositosis) yang dapat disebabkan adanya penyembuhan luka, infeksi virus, dan infestasi parasit tertentu (Irizarry-Rovira 2010).

Jumlah monosit dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataan 0,01±0,19 × 103/mm3. Rataan jumlah monosit menurut Teare (2002) adalah 0,42±0,52 × 103/mm3. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 0,00-0,54 × 103/mm3. Hanya 6 ekor dari keseluruhan komodo yang menunjukkan adanya monosit dengan kisaran antara 0,05-0,54 × 103/mm3, nilai iniberada dalam kisaran normal yaitu 0,02-2,40 × 103/mm3 (Teare 2002). Namun, tidak ditemukannya monosit pada 12 ekor komodo lainnya dapat dikatakan normal karena rataan dan batas bawah kisaran jumlah monosit menurut Teare (2002) telah mendekati nilai nol. Selain itu, Gillespie et al. (2000) juga melaporkan kisaran jumlah monosit adalah 0,00-1,10 × 103/mm3. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah monosit (monositosis) yang dapat disebabkan infeksi akut maupun kronis, hemolisis, trauma, dan stres (Stockham & Scott 2008).

(36)

juga melaporkan tidak ditemukan eosinofil dalam pemeriksaan darah komodo. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah eosinofil (eosinofilia) yang biasanya disebabkan reaksi hipersensitifitas terhadap parasit (Stockham & Scott 2008).

Pemeriksaan pada seluruh komodo menunjukkan tidak ditemukannya basofil. Hal ini dianggap normal karena rataan dan batas bawah kisaran jumlah basofil menurut Teare (2002) telah mendekati nilai nol yaitu 0,09±0,07 × 103/mm3 dan 0,01-0,26 × 103/mm3. Selain itu, Gillespie et al. (2000) juga melaporkan kisaran jumlah basofil hanya 0,00-0,10 × 103/mm3. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah basofil (basofilia) yang dapat disebabkan reaksi alergi dan infestasi parasit (Stockham & Scott 2008).

Hasil pemeriksaan jumlah trombosit menunjukkan nilai rataaan 3,11±1,60 × 103/mm3. Nilai yang didapat dari seluruh komodo berkisar antara 1,00-6,00 × 103/mm3. Tidak ada nilai referensi yang didapat sebagai perbandingan untuk parameter ini sehingga nilai yang didapat dianggap normal. Kelainan yang mungkin terjadi pada trombosit adalah penurunan jumlah (trombositopenia). Trombositopenia pada dapat disebabkan penggunaan yang berlebih pada darah perifer, penurunan produksi (Campbell 2006), dan hemoragi (Redrobe dan MacDonald 1999), splenomegali, dan endotoksemia (Stockham & Scott 2008).

Rataan nilai dari hasil pemeriksaan LED adalah 3,94±1,70 mm/jam dengan kisaran 2,00-8,00 mm/jam. Nilai LED dari seluruh komodo berada jauh diatas nilai normal LED menurut Teare (2002) yaitu 1,00 mm/jam. Namun nilai LED ini diduga normal karena tidak ada peningkatan jumlah sel darah yang sangat tinggi pada kebanyakan komodo. Peningkatan nilai LED dapat saja disebabkan infeksi akut maupun kronis atau kondisi rheumatoid (Rastogi 2007).

Biokimia darah

(37)

Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimia darah komodo

Parameter Rataan±Simpangan Baku Rataan±Simpangan Baku Referensi*

Total Protein (g/dL) 10,19±3,39 8,10±1,20

Albumin (g/dL) 2,51±0,39 2,90±0,60

Globulin (g/dL) 7,68±3,07 5,10±1,00

AST/SGOT (IU/L) 49,39±20,71 16,00±18,00

ALT/SGPT (IU/L) 45,39±27,88 18,00±14,00

Urea (mg/dL) 13,53±5,88 3,00±1,00

Kreatinin (mg/dL) 0,29±0,11 0,30±0,10

*Nilai fisiologis pada komodo dewasa berumur di atas 3 tahun (Teare 2002).

Hasil pemeriksaan total protein menunjukkan nilai rataan 10,19±3,39 g/dL. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 8,10±1,20 g/dL. Sebanyak 13 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 7,06-10,82 g/dL, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 5,30-11,40 g/dL (Teare 2002). Empat ekor (nomor 10, 12, 15, dan 17) menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dari kisaran yaitu 11,60-12,06, namun nilai ini masih dianggap normal karena peningkatannya tidak terlalu berarti dan nilai parameter lainnya dari keempat komodo tersebut tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Satu ekor (nomor 14) menunjukkan peningkatan total protein yang jauh lebih tinggi diatas kisaran (hiperproteinemia) yaitu 22,05 g/dL. Hiperproteinemia pada reptil dapat disebabkan dehidrasi, hiperglobulinemia, atau hiperalbuminemia (Campbell 2006). Hiperproteinemia pada komodo ini dipengaruhi oleh peningkatan globulin (hiperglobulinemia). Nilai kadar albumin pada komodo ini normal sehingga penyebab hiperproteinemia diyakini tidak dipengaruhi oleh hiperalbuminemia. Selain itu, dapat juga terjadi hipoproteinemia yang disebabkan malnutrisi kronis, malabsorbsi, maldigesti, penyakit usus (enteropati), parasitisme, kehilangan darah berlebih, dan penyakit hati atau ginjal kronis (Campbell 2006).

(38)

penurunan (hipoalbuminemia). Hiperalbuminemia dapat disebabkan dehidrasi atau folikulogenesis pada reptil betina karena kebutuhan protein yang tinggi untuk pembentukan telur. Kadar total proteinnya akan kembali normal setelah ovulasi (Campbell 2006). Hipoalbuminemia dapat disebabkan penurunan sintesis, kehilangan darah, penyakit hati dan ginjal, malabsorbsi, dan maldigesti (Stockham & Scott 2008).

Hasil pemeriksaan total globulin menunjukkan nilai rataan 7,68±3,07 g/dL. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 5,10±1,00 g/dL. Sebanyak 11 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 5,13-7,26 g/dL, nilai ini masih berada dalam kisaran normal 3,40-7,40 g/dL (Teare 2002). Enam ekor menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dari kisaran yaitu 7,47-9,47 g/dL. Namun nilai ini dianggap normal karena peningkatannya tidak terlalu berarti. Satu ekor (nomor 14) menunjukkan nilai kadar globulin jauh diatas kisaran (hiperglobulinemia) yaitu 18,65 g/dL. Komodo ini adalah betina sehingga diduga hiperglobulinemia yang terjadi disebabkan aktifnya siklus reproduksinya. Menurut Campbell (2006), hiperglobulinemia pada reptil betina dapat disebabkan folikulogenesis karena peningkatan kebutuhan globulin untuk produksi kuning telur. Selain itu, hiperglobulinemia dapat juga disebabkan oleh peradangan kronis oleh agen infeksius. Namun kemungkinan ini tidak didukung oleh parameter leukosit yang cenderung normal pada komodo ini.

(39)

penyakit hati atau otot. Selain itu kerusakan eritrosit juga dapat meningkatkan kadar AST (Rosenfeld & Dial 2010). Namun kemungkinan ini tidak didukung oleh eritrosit yang cenderung normal dari seluruh parameter maupun komodo yang diperiksa. Nilai AST dari 11 ekor lainnya juga menunjukkan nilai diatas kisaran yaitu 32,00-47,00, namun nilai ini diduga masih normal karena rataan yang didapat pada komodo yang diperiksa cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000).

Hasil pemeriksaan ALT menunjukkan nilai rataan 45,39±27,88 IU/L. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 18,00±14,00 IU/L. Sebanyak 13 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 18,00-44,00 IU/L, nilai ini berada dalam kisaran normal 2,00-62,00 IU/L (Teare 2002). Lima ekor (nomor 2, 10, 15, 16, dan 18) menunjukkan nilai diatas dari kisaran yaitu 73,00-102,00 IU/L. Komodo ini diduga mengalami penyakit hati seperti yang telah dijelaskan di atas karena peningkatan ALT pada kelima komodo ini juga disertai nilai AST yang cenderung tinggi. Menurut Rosenfeld & Dial (2010), peningkatan nilai ALT dapat menandakan penyakit hati.

(40)

2005). Penurunan kadar urea juga dapat terjadi karena penyakit hati dan pakan rendah protein (Rosenfeld & Dial 2010).

Kadar kreatinin dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataaan 0,29±0,11 mg/dL. Nilai ini cenderung sama dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 0,30±0,10 mg/dL. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 0,17-0,60 mg/dL dan seluruhnya berada dalam kisaran normal 0,10-0,60 mg/dL (Teare 2002). Peningkatan kreatinin dapat terjadi saat dehidrasi (Reavill 2005). Sebagai inisiasi untuk data dasar komodo, data yang diperoleh dari penelitian ini ditentukan kisaran normalnya yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Dugaan kisaran normal hematologi dan biokimia darah komodo

Hematologi Biokimia Darah

Eritrosit (× 106/mm3) 0,85 -1,77 Total Protein (g/dL) 7,06 -12,06

Hematokrit (%) 28,50 -42,50 Albumin (g/dL) 1,93 -3,40

Hemoglobin (g/dL) 10,10 -16,20 Globulin (g/dL) 5,13 -9,47

MCV (fL) 233,12 -443,53 AST/SGOT (IU/L) 16,00 -47,00

MCH (pg) 83,44 -158,82 ALT/SGPT (IU/L) 18,00 -44,00

MCHC (g/dL) 33,01 -37,72 Urea (mg/dL) 7,60 -18,70

Leukosit (× 103/mm3) 2,60 -6,60 Kreatinin (mg/dL) 0,17 -0,60

(41)

sel-sel darah dari hasil penelitian ini ditampilkan pada Gambar 5-10. Seluruh gambar yang ditampilkan difoto dari sediaan ulas darah komodo yang diwarnai Giemsa dan diamati dengan perbesaran mikroskop 10 × 100.

Gambar 10 Trombosit Gambar 9 Monosit

Gambar 8 Limfosit besar Gambar 7 Limfosit kecil

(42)

Simpulan

1. Hasil pemeriksaan hematologi dan biokimia darah komodo di Taman Margasatwa Ragunan rata-rata menunjukkan nilai yang cenderung normal. 2. Beberapa hasil pemeriksaan individual komodo menunjukkan adanya

kelainan nilai antara lain :

a. Satu dari 18 (5,56 %) ekor mengalami leukositosis, heterofilia, dan limfositosis

b. Satu dari 18 (5,56 %) ekor mengalami hiperproteinemia, hiperglobulinemia, dan peningkatan kadar urea (azotemia)

c. Dua dari 18 (11,1 %) ekor mengalami peningkatan AST

d. Lima dari 18 (27,8 %) ekor mengalami peningkatan nilai AST dan ALT

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fisiologi dan patologi klinik darah komodo (meliputi nilai normal, respon terhadap penyakit, pengaruh lingkungan, umur, jenis kelamin, dll.) yang lebih memadai untuk mendapat nilai referensi dan melakukan interpretasi hasil pemeriksaan yang lebih baik. 2. Perlu dilakukan penelitian dari berbagai fokus bidang kedokteran hewan pada

(43)

Anonim. 2012. Komodo Dragons. [terhubung berkala]. http://www.dinosaurtypes.org/images/other_prehistoric-creatures/reptiles/ komodo/komodo/komodo_dragons.html. [30 Juli 2012].

Auffenburg W. 1981. The behavioral ecology of the Komodo monitor. Di dalam : Gillespie D, Frye FL, Stockham SL, Fredeking T. 2000. Blood Values in Wild and Captive Komodo Dragons (Varanus komodoensis). Zoo Biol 19 : 495-509.

Campbell TW. 2006. Clinical Pathology of Reptiles. Di dalam : Mader DR, editor. 2006. Reptile Medicine and Surgery. Ed ke-2. St. Louis : Elsevier Inc. hlm 453-470.

Ciofi C. 1999. The Komodo Dragon. Di dalam : Gillespie D, Frye FL, Stockham SL, Fredeking T. 2000. Blood Values in Wild and Captive Komodo Dragons (Varanus komodoensis). Zoo Biol 19 : 495-509.

Ciofi C. 1999. The Komodo Dragon. Sci Am 399: 1-8.

Dessauer HC. 1970. Blood Chemistry of Reptiles : Physiological and Evolutionary Aspects. Di dalam : Frye FL. 1991. Reptile Care : An Atlas of Diseases and Treatments. Volume ke-1. New Jersey : T.F.H. Publications, Inc.

Erdmann AM. 2004. Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo. Wasistini Baitoningsih, penerjemah. Bali : The Nature Conservancy, Indonesia Coastal and Marine Program. Terjemahan dari : A Natural History Guide to Komodo National Park.

Fry M. 2009. Avian and Reptile Hematology and Clinical Chemistry. Proceeding of the Latin American Veterinary Conference (LAVC); Lima, 16-19 Okt 2009. Tennessee : College of Veterinary Medicine, University of Tennessee. hlm 293-304.

Frye FL. 1991. Reptile Care : An Atlas of Diseases and Treatments. Volume ke-1. New Jersey : T.F.H. Publications, Inc.

Gillespie D, Frye FL, Stockham SL, Fredeking T. 2000. Blood Values in Wild and Captive Komodo Dragons (Varanus komodoensis). Zoo Biol 19 : 495-509.

(44)

Irizarry-Rovira AR. 2010. Hematology of Reptiles. Di dalam : Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Iowa : Blackwell Publishing Ltd. hlm 1004-1012.

IUCN. 1996. IUCN red list of threatened animals. Di dalam : Gillespie D, Frye FL, Stockham SL, Fredeking T. 2000. Blood Values in Wild and Captive Komodo Dragons (Varanus komodoensis). Zoo Biol 19 : 495-509.

Knotkova Z, Doubek J, Knotek Z, Hajkova P. 2002. Blood Cell Morphology and Plasma Biochemistry in Russian Tortoises (Agrionemys horsfieldi). Acta Vet Brno 71: 191–198.

Reagan W, Irizarry Rovira AR, DeNicola D. 2008. Veterinary Hematology : Atlas of Common Domestic and Non-Domestic Species. Di dalam : Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. Iowa : Blackwell Publishing Ltd. hlm 1006.

Reavill D. 2005. Selected Topics in Reptile Clinical Pathology. U. C. Davis Avian/Exotic Animal Symposium; Davis, 1994. Citrus Heights : Avian Medical Center of Sacramento and California Avian Laboratory. hlm 1-12.

Redrobe S, MacDonald J. 1999. Sample Collection and Clinical Pathology of Reptiles. Di dalam : Stahl SJ. 2006. Reptile Hematology and Serum Chemistry. Proceeding of the North American Veterinary Conference (NAVC). Volume ke-20; Orlando, Florida, 7-11 Jan 2006. Vienna : Stahl Exotic Animal Veterinary Services. hlm 1673-1676.

Rogers K, editor. 2011. Blood Physiology and Circulation. New York : Britannica Educational Publishing.

Rosenfeld AJ, Dial SM. 2010. Clinical Pathology for the Veterinary Team. Iowa : Blackwell Publishing Ltd.

(45)

Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology. Ed ke-2. Iowa : Blackwell Publishing.

Teare JA, editor. 2002. Reference Ranges for Physiological Values in Captive Wildlife. Apple Valley : International Species Information System (ISIS).

(46)

LAMPIRAN

Tabel 4 Kisaran referensi hematologi dan biokimia darah komodo

Parameter Kisaran1 Kisaran2

Nilai fisiologis pada komodo dewasa berumur di atas 3 tahun (Teare 2002).

2

(47)

33 Tabel 5 Hasil pemeriksaan individual hematologi komodo

Parameter

Nomor Hewan

1 2 3* 4 5 6 7 8* 9 10* 11 12 13* 14 15* 16 17 18

Eritrosit (× 106/mm3) 1,11 1,15 1,09 1,37 1,19 1,57 1,36 1,77 1,33 0,85 1,39 1,23 1,34 1,11 1,02 1,08 1,27 1,15 Hematokrit (%) 30,00 37,80 33,40 38,80 41,20 36,60 36,20 48,20 39,50 37,70 40,00 38,00 41,50 42,50 34,70 28,50 38,50 41,00 Hemoglobin (g/dL) 10,90 12,60 11,70 13,60 14,90 13,10 12,40 16,20 14,90 13,50 13,90 13,10 13,70 15,60 11,80 10,10 13,40 14,50 MCV (fL) 271,49 328,70 306,15 283,21 346,22 233,12 266,18 273,09 296,99 443,53 288,81 308,94 310,86 384,62 340,20 263,89 303,15 356,52 MCH (pg) 98,64 109,57 107,34 99,27 125,21 83,44 91,18 91,78 112,03 158,82 100,36 106,50 102,62 141,18 115,69 93,52 105,51 126,09 MCHC (g/dL) 36,33 33,33 35,06 35,05 36,2 35,79 34,25 33,61 37,72 35,81 34,75 34,47 33,01 36,71 34,01 35,44 34,81 35,37 Leukosit (× 103/mm3) 6,60 2,60 6,20 3,00 44,00↑ 5,00 2,80 4,20 6,20 3,20 6,60 1,60 4,80 3,80 3,40 3,40 5,00 5,20

Heterofil (%) 39 27 4 57 52 66 52 42 72 87 60 59 72 55 56 63 57 65

Limfosit (%) 59 73 89 41 48 33 30 58 28 13 40 41 28 45 44 21 43 35

Monosit (%) 2 0 7 2 0 1 18 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0 0

Eosinofil (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Basofil (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Heterofil (× 103/mm3) 2,57 0,70 0,25 1,71 22,88↑ 3,30 1,46 1,76 4,46 2,78 3,96 0,94 3,46 2,09 1,90 2,14 2,85 3,38 Limfosit (× 103/mm3) 3,89 1,90 5,52 1,23 21,12↑ 1,65 0,84 2,44 1,74 0,42 2,64 0,66 1,34 1,71 1,50 0,71 2,15 1,82

Monosit (× 103/mm3) 0,13 0 0,43 0,06 0 0,05 0,50 0 0 0 0 0 0 0 0 0,54 0 0

Eosinofil (× 103/mm3) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Basofil (× 103/mm3) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Trombosit (× 103/mm3) 2,00 3,00 2,00 5,00 1,50 4,00 2,00 6,00 3,00 3,50 1,00 5,00 2,00 1,00 4,00 6,00 3,00 2,00

LED (mm/jam) 5,00 5,00 8,00 6,00 4,00 2,00 5,00 5,00 4,00 3,00 3,00 2,00 2,00 3,00 6,00 2,00 3,00 3,00

(48)

34 Tabel 6 Hasil pemeriksaan pemeriksaan individual biokimia darah komodo

Parameter

Nomor Hewan

1 2 3* 4 5 6 7 8* 9 10* 11 12 13* 14 15* 16 17 18

Protein (g/dL) 7,96 7,85 7,30 8,47 9,27 8,38 7,06 9,91 8,15 11,60 10,82 12,06 8,78 22,05↑ 12,05 9,54 11,99 10,26

Albumin (g/dL) 2,23 2,12 1,96 2,30 2,56 2,34 1,93 2,95 2,17 2,89 2,68 2,92 2,36 3,40 2,58 2,28 2,74 2,79

Globulin (g/dL) 5,73 5,73 5,34 6,16 6,71 6,04 5,13 6,96 5,98 8,71 8,14 9,14 6,42 18,65↑ 9,47 7,26 9,25 7,47

AST/SGOT (IU/L) 42,00 55,00↑ 35,00 41,00 35,00 46,00 47,00 108,00↑ 32,00 76,00↑ 41,00 34,00 44,00 16,00 60,00↑ 55,00↑ 75,00↑ 47,00↑

ALT/SGPT (IU/L) 18,00 83,00↑ 31,00 24,00 27,00 24,00 31,00 38,00 20,00 73,00↑ 34,00 44,00 33,00 20,00 102,0091,00↑ 38,00 86,00

Urea (mg/dL) 9,40 9,50 12,10 8,90 8,30 10,50 7,60 8, 30 12,90 14,30 14,00 13,30 17,10 32,80↑ 15,40 17,50 18,70 12,90

Kreatinin (mg/dL) 0,17 0,20 0,17 0,21 0,21 0,19 0,18 0,40 0,38 0,29 0,29 0,25 0,33 0,60 0,23 0,40 0,36 0,36

(49)

Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa. Sumber daya alam berupa keanekaragaman hayati mencakup flora dan fauna yang sangat melimpah adalah salah satu buktinya. Komodo (Varanus komodoensis), kadal terbesar di dunia, mewakili bukti keanekaragaman fauna Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan. Satwa langka ini merupakan satwa endemik Indonesia yang secara alami hanya berada di alam Indonesia tepatnya di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Perkiraan populasinya di alam hanyalah sekitar 3000-4000 ekor (Ciofi 1999; Gillespie et al. 2000). Menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (CITES), komodo digolongkan sebagai spesies Appendix 1 (Auffenburg 1981; Gillespie et al. 2000), sedangkan menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), komodo berada dalam daftar merah dengan status rentan punah (IUCN 1996; Gillespie et al. 2000).

Komodo telah banyak memberi manfaat bagi Indonesia, misalnya dengan menambah devisa negara melalui daya tarik pariwisata dan penelitian, membuat Indonesia lebih dikenal dunia, dan memberi kebanggaan bagi bangsa, terlebih lagi setelah belakangan ini ditentukan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Selain itu, komodo juga turut menjadi bagian dari jati diri bangsa melalui hubungannya yang kuat dengan adat dan budaya masyarakat lokal. Singkatnya, komodo merupakan aset negara, kebanggaan dan jati diri bangsa yang harus dilindungi dan dilestarikan melalui berbagai upaya konservasi.

(50)

kelestarian komodo dengan upaya medik konservasi, penelitian, studi, dll. Komodo telah sejak lama menarik minat banyak ilmuwan dalam dan luar negeri untuk menjadikannya objek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku dan dokumentasi tentang biologi dan ekologi komodo yang telah dipublikasikan. Namun studi medis, referensi, dan data dasar yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan komodo sangat jarang, sedangkan data dasar seperti nilai fisiologis darah sangat diperlukan sebagai acuan dalam interpretasi kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada pemeriksaan hematologi dan biokimia darah sebagai salah satu alat bantu diagnostik yang sangat umum dan mudah diterapkan, terutama untuk mengawali pengetahuan medis pada satwa liar seperti komodo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran darah komodo di Indonesia dan daerah-daerah lain dengan iklim serupa.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran darah dan kesehatan komodo di Taman Margasatwa Ragunan.

Manfaat

(51)

Biologi Komodo

Naga komodo (bahasa Inggris : Komodo dragon) secara fisik tampak seperti hewan naga dalam berbagai mitologi bangsa seperti Cina dan Barat. Masih banyak nama lain yang dimiliki komodo misalnya komodo monitor. Hal ini karena komodo termasuk dalam famili kadal monitor Varanidae dan genus Varanus. Beberapa masyarakat lokal di pulau Komodo, Rinca, dan Flores, menyebutnya sebagai buaya darat, sedangkan yang lain menyebutnya biawak raksasa. Namun, umumnya orang secara sederhana menyebutnya komodo (Ciofi 1999). Komodo merupakan satwa purba, jenis kadal tertua yang masih hidup, dan diduga merupakan keturunan dari kadal yang lebih besar Megalania presca dari Jawa atau Australia yang hidup 30.000 tahun lalu (Erdmann 2004).

Menurut Hutchins et al. (2003), klasifikasi komodo dalam taksonomi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Famili : Varanidae Subfamili : Varanine Genus : Varanus

Spesies : Varanus komodoensis (Ouwens 1912)

(52)

Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di Kepulauan Sunda Kecil, Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia (Erdmann 2004). Secara alami, komodo hanya ditemukan di beberapa pulau-pulau kecil beriklim arid dalam kawasan Taman Nasional Komodo antara lain pulau Komodo, Rinca, Gili Motang, Padar, dan Flores (O’Shea & Halliday 2001). Komodo memiliki ukuran tubuh raksasa, kaki yang kokoh, dan kepala yang lebar dan kuat. Rata-rata panjang tubuhnya dapat mencapai 2,5-3,1 m (O’Shea & Halliday 2001). Bobot badan dewasa berkisar antara 45-140 kg dan pertumbuhan tubuhnya terus bertambah seiring bertambahnya umur dengan jangka hidup mencapai 50 tahun (Welsbacher 2002). Komodo dewasa berwarna abu-abu, sedangkan anakannya mempunyai pola tubuh lebih terang dan hidup arboreal (di atas pohon) demi keamanan. Komodo adalah pemangsa, ia memangsa mamalia besar (babi, rusa, kuda, kerbau), burung, reptil (temasuk komodo yang lebih kecil), bahkan manusia dan bangkai (O’Shea & Halliday 2001). Meskipun komodo dapat berlari sampai kecepatan 20 km/jam, ia lebih suka berburu dengan bersembunyi dan menunggu mangsanya selama berjam-jam pada satu titik (Ciofi 1999). Hewan yang berhasil kabur namun sempat tergigit dan terluka akan diintai sampai mati lalu dimangsa. Kematian mangsanya disebabkan infeksi bakteri virulen pada air ludah komodo yang dengan cepat menyebabkan kelemahan (O’Shea & Halliday 2001). Komodo melakukan perkawinan antara bulan Mei sampai Agustus. Komodo betina kemudian bertelur pada bulan September (Ciofi 1999) dengan jumlah telur berkisar antara 8-27 butir. Komodo aktif pada siang hari dan sering berada di savana dan hutan (O’Shea & Halliday 2001) sedangkan pada malam hari satwa ini tidak aktif dan biasanya menghabiskan waktu di dalam liang, cekungan, lereng berbatu, atau semak belukar yang menjalar (Lutz & Lutz 1997).

Fisiologi Darah

(53)

cairan yang beredar melalui saluran-saluran tertutup yang membentuk jejaring. Darah umumnya berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu zat pigmen merah di dalam sel darah. Darah vena berwarna lebih gelap dan kebiruan jika dibandingkan dengan darah arteri karena pengaruh oksigenasi. Tekanan osmotik darah kurang lebih sebesar 28 mmHg. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh jumlah garam, sisa metabolit, protein, dan gula yang terlarut dalam plasma darah. Darah memiliki pH sekitar 7,35 dan mempunyai kemampuan sebagai penyangga (buffer) sehingga pH dapat dipertahankan dalam batasan tertentu. Akibat fatal dapat dialami individu jika terjadi peningkatan pH sampai 8 atau penurunan jauh dibawah 7. Hampir semua organ memerlukan darah untuk menjalankan fungsi penting tubuh yaitu :

 Respirasi : transportasi oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan

karbon dioksida dari berbagai jaringan ke paru-paru.

 Transpor zat makanan : darah adalah satu-satunya medium pembawa

zat-zat makanan yang ke berbagai jaringan tubuh.

 Ekskresi : sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatin, air, karbon

dioksida, dll. dibawa darah ke ginjal, paru-paru, kulit, dan usus untuk dibuang.  Pengaturan suhu tubuh : darah berperan penting dalam menyalurkan panas

tubuh yang dihasilkan oleh otot melalui oksidasi karbohidrat dan lemak.  Menjaga keseimbangan asam basa : darah mempunyai daya penyangga

(buffer) dan mampu menjaga keseimbangan normal asam basa tubuh.

 Pengaturan keseimbangan cairan : keseimbangan cairan tubuh dijaga dengan pertukaran dengan cairan pada jaringan.

 Pertahanan : darah mampu melindungi tubuh terhadap infeksi dengan sistem

imun.

 Transpor hormon : darah adalah satu-satunya medium pembawa hormon ke

bagian tubuh yang berjauhan.

 Penggumpalan : mekanisme penggumpalan dilakukan trombosit untuk

mencegah kehilangan darah karena cedera.

 Transpor metabolit : darah menyediakan zat kimia dan metabolit penting bagi

Gambar

Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo ..................................................
Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis ....................................................
Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo
Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimia darah komodo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atau dalam definisi lain asuransi atau pertanggungan dapat diartikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan

Sonra Anna oğlunun yoluna bakarak oturdu ve onun gelişini gözetlerken (oğlunun) babasına: 'Oğlunun gelişini ve kendisi ile giden adamı gör' dedi. Sonra Anna ileri

memaha ahami mi mat materi eri yan yang g dib diberi erikan kan seh sehing ingga ga den dengan gan med media ia pem pembel belajar ajaran an diharapkan proses

 Kusta reaktif adalah merupakan reaksi tubuh yang hebat terhadap suatu invasi bakteri atau antigen, dimana menimbulkan manifestasi klinis yang sangat hebat, yang

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada bahan terkontaminasi yang sama, zat pendekontaminasi yang paling mampu mengurangi tingkat kontaminasi sehingga aktifitas

Hasil dan Pembahasan : sam- pel adalah 56 mahasiswa, jenis kelamin terbanyak laki-laki (51%), umur terbanyak 18-21 tahun (53,6%), jumlah IPK sama antara yang dibawah dan diatas 3 ada

Reaksi positif ini diperoleh dengan cara melihat ada tidaknya endapan coklat pada media disekitar koloni yang menunjukkan bahwa fungi tersebut dapat mendegradasi asam tanin