• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Asuransi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Asuransi"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SMK NEGERI 1 JOMBANG

Jl. Dr. Soetomo No. 15 Telp. 0321-861516, Fax. 861180 Jombang

[T

YPE THE COMPANY NAME

]

2012

Memahami

Perusahaan Asuransi

Konsepsi, Sejarah dan Mekanisme Perusahaan Asuransi

Untuk siswa SMK kelas XI Kompetensi Keahlian Perbankan

H A N Y A

U N T U K

K A L A N G A N

T E R B A T A S

(2)

TELAH DISAHKAN

DAN DIVERIFIKASI MODUL PEMBELAJARAN

Pada Tanggal __________________ Oleh

Ketua Kompetensi Kejuruan (K3) Guru Mata Pelajaran PERBANKAN TUTIK HARIATI, S.Pd HAFIS MU'ADDAB, S.Pd NIP.196809162000122003 NIP. 198210222011011005 Mengetahui, Menyetujui, Kepala Sekolah Waka Kurikulum Drs. SUPRIYADI, M.Kes Drs. SUPRAYITNO NIP. 19620610 198710 1 004 NIP. 19690112 199201 1 001

(3)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya modul ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam modul ini kami membahas kompetensi dasar mengenal perusahaan asuransi suatu komponen kompetensi kejuruan yang harus dikuasai siswa SMK Kelas XI Kompetensi Keahlian Perbankan di semester kedua.

Besar harapan modul ini dapat dimanfaatkan siswa untuk meningkatkan pemahaman akuntansi khususnya dalam mengikuti mata pelajaran perusahaan modal ventura. Terlebih siswa di SMK yang senantiasa dituntut memiliki ketrampilan selain pengetahuan dibidang kompetensi yang diampunya. Sehingga keberadaan modul ini diharapkan mampu membantu siswa untuk mencapai hal tersebut.

Dalam proses penyusunan modul ini pula, bimbingan, arahan, koreksi dan saran telah pula diberikan oleh berbagai pihak, dan untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan:

 Drs. Supriyadi, M.Kes, selaku Kepala SMK Negeri 1 Jombang

 Tutik Hariati, S.Pd selaku Ketua Kompetensi Kejuruan Perbankan

 Rekan-rekan guru yang telah banyak memberikan masukan untuk modul ini.

 Istri dan anakku yang senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi

Semoga kritik dan saran tetap hadir sebagai penyempurna modul ini, sehingga mampu menjadi lebih sempurna pada perkembangan selanjutnya. Dan selanjutnya, demikian modul ini saya buat, semoga bermanfaat.

Jombang, 14 Januari 2012

Penyusun

Hafis Mu’addab, S.Pd. NIP. 198210222011011005

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1

Lembar Pengesahan ... 2

Kata Pengantar ... 3

Daftar Isi ... 4

BAB I KONSEPSI DASAR ASURANSI A. Defenisi Asuransi ... 6

B. Fungsi dan Tujuan Asuransi ... 7

C. Dasar Hukum Perusahaan Asuransi ... 9

D. Manfaat Dan Unsur-Unsur Asuransi ... 9

E. Unsur-unsur Asuransi ... 10

BAB II SEJARAH PEMBIAYAAN ASURANSI A. Sejarah Asuransi Dunia ... 11

B. Sejarah Asuransi di Indonesia ... 12

C. Perkembangan Perusahaan Asuransi di Indonesia ... 14

BAB III JENIS USAHA PERASURANSIAN A. Penggolongan Secara Yuridis ... 15

B. Penggolongan berdasarkan Kriteria Ada Tidaknya Kehendak Bebas Para Pihak .... 15

C. Penggolongan Berdasarkan Tujuan ... 16

D. Penggolongan Berdasarkan Sifat Dari Penanggung ... 16

E. Penggolongan Berdasarkan Aspek Jenis Usaha Perasuransian ... 17

BAB IV PRINSIP DAN KONTRAK KERJA PERJANJIAN ASURANSI A. Prinsip Asuransi ... 28

B. Konsep Dasar Asuransi ... 34

C. Kontrak Asuransi ... 36

D. Aspek Hukum Kontrak Asuransi ... 37

BAB V MANAJEMEN RESIKO ASURANSI A. Risiko Asuransi ... 31

B. Bentuk-bentuk Risiko ... 40

C. Pengelolaan Risiko ... 41

D. Risiko Yang Dapat Diasuransikan ... 43

E. Risiko-risiko Yang Dapat Dipertimbangkan ... 48

F. Proses Seleksi Risiko Awal ... 49

BAB VI POLIS, PREMI DAN KLAIM ASURANSI A. Polis Asuransi ... 53

B. Premi Asuransi ... 56

(5)

BAB VII ASURANSI SYARIAH

A. Asuransi Dalam Dunia Arab ... 61

B. Pro Kontra Asuransi Modern ... 61

C. Asuransi Menurut Islam ... 63

D. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional ... 64

E. Kondisi Asuransi Syariah di Indonesia ... 65

(6)

BAB I KONSEPSI DASAR ASURANSI

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan konsepsi asuransi

2. menjelaskan fungsi dan tujuan asuransi

3. menjelaskan dasar hukum perusahaan asuransi 5. menjelaskan manfaat dan unsur-unsur asuransi

A. DEFINISI ASURANSI

Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut. Definsi-definisi tersebut antara lain :

1. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia :

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

2. Definisi UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peasuransian

Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

3. Definisi Asuransi Konsep Sederhana

Suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang yang bias tertimpa kerugian guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian akan disebarkan ke seluruh kelompok.

4. Pengertian Ekonomi

Suatu aransemen ekonomi yang menghilangkan atau mengurangi akibat yang merugikan di masa dating karena berbagai kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan (vermoegen) seorang individu.

(7)

5. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack :

“Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung”.

6. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green:

“Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu”.

7. Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, yang mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:

a. ”Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung”.

b. ”Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang :

“Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu”.

Atau dalam definisi lain asuransi atau pertanggungan dapat diartikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang nnrngkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

B. DASAR HUKUM ASURANSI

Peraturan yang mengatur usaha perasuransian di Indonesia diatur dalam: Undang-undang dan Peraturan Pemerintah

1. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tengang Usaha Perasuransian

2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Per-asuransian;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;

(8)

Keputusan Menteri Keuangan

1. KMK No.426/KMK/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

2. KMK No.421/KMK/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;

3. KMK No.422/KMK/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

4. KMK No.425/KMK/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi;

5. KMK No.424/KMK/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

6. KMK No.423/KMK/2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian Keputusan Direktur Jenderal Lembaga keuangan

1. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 5314/LK/1999 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas;

2. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 5289/LK/1993 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Serta Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Perasuransian;

3. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 1298/LK/2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 5289/LK/1993 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Serta Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Perasuransian;

4. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 1297/LK/2000 Retensi Sendiri Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi; beserta lampiran 5. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 4499/LK/2000

tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah;

6. Surat Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor S-4212/LK/2000 tentang Petunjuk Pengisian Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

7. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. 2833/LK/2003 tanggal 12 Mei 2003 tentang "Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank"

8. Lampiran SK DJLK No.2833/LK/2003 tanggal 12 Mei 2003 :

-- Pedoman PMN Perusahaan Asuransi

-- Pedoman PMN Perusahaan Reasuransi

-- Pedoman PMN Perusahaan Pialang Asuransi

-- Pedoman PMN Konsultan Aktuaria

Berdasarkan UU No. 2 tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 pasal 7 ayat 1 Bab VI tentang Bentuk Hukum Usaha Perasuransian, menyebutkan bahwa usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk:

a. Perusahaan Perseroan (Persero); b. Koperasi;

c. Perseroan Terbatas (PT); dan d. Usaha Bersama (Mutual).

(9)

C. FUNGSI DAN TUJUAN ASURANSI

Fungsi diselenggarakan perjanjian asuransi adalah pengalihan dan pembagian resiko. Hal demikian sesuai pula dengan pendapat Emmet J. Vaughan dan Curtis M. Elliot (1978) atau seperti dikemukakan oleh C. Arthur Williams, Jr. Dan Richard M. Heins (1985) bahwa asuransi berfungsi sebagai alat untuk mengelola resiko (risk management). Fungsi asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank adalah:

1. Transfer resiko, artinya dengan membayar premi yang relative kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya (resiko) ke perusahaan asuransi.

2. Kumpulan dana, artinya premi yang diterima dan dihimpun oleh perusahaan asuransi akan digunakan sebagai dana untuk membayar resiko tersebut

Tujuan pokok asuransi ialah mengurangi uncertainty (ketidakpastian, keraguan) yang disebabkan oleh kesadaran akan kemungkinan kerugian. Asuransi memberikan kepaslian kepada masing-masing anggota kelompok itu dengan memeratakan biaya kerugian. Kontribusi perorangan kepada kelompok itu ditentukan berdasarkan ramalan tentang bagiannya dalam kerugian yang diderita oleh kelompok itu. Imbalan dari kontribusinya, ia mendapatkan kepastian bahwa kelompok itu akan memikul setiap kerugian yang dideritanya. la memindahkan resikonya terhadap kelompok itu. Ia membayar premi tertentu sebagai ganti menghadapi ketidakpastian kemungkinan kerugian besar.

Secara umum mengenai tujuan dari asuransi adalah:

• Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.

• Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

• Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

• Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

• Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.

• Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja)

D. MANFAAT ASURANSI

Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi tertanggung (insured) antara lain sebagai berikut:

a. Rasa aman dan perlindungan. Dengan memiliki polis asuransi maka tertanggung akan terhindar dari kerugian-kerugian yang mungkin timbul.

(10)

b. Pendistribusian biaya dan manfaat Yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya, makin besar pula premi pertanggungannya.

c. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. d. Berfungsi sebagai tabungan.

e. Alat penyebaran risiko. Dengan asuransi, risiko kerugian dapat disebarkan kepada penanggung.

f. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Tertanggung akan melakukan investasi atas suatu bidang usaha apabila investasi tersebut dapat ditutup oleh asuransi yang dimaksudkan untuk mengurangi risiko.

E. UNSUR-UNSUR ASURANSI

Secara ekonomi asuransi bermakna suatu aransemen ekonomi yang menghilangkan atau mengurangi akibat yang merugikan dimasa yang akan datang karena berbagai kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan (vermogen) seorag individu. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu:

1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur. Dalam perjanjian asuransi pihak tertanggung memiliki kewajiban antara lain:

a. Menandatangani polis asuransi

Polis Asuransi adalah dokumen kontrak yang sangat berharga yang merupakan tanda bukti pengingatan perjanjian asuransi antara pihak tertanggung dengan pihak yang menanggung (perusahaan asuransi). Kontrak ini merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan jumlah yang akan dibayarkan.

b. Membayar premi asuransi

Premi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh Pemegang Polis kepada Penanggung dengan cara yang ditentukan dalam Polis dan menjadi syarat diperolehnya perlindungan asuransi. Setiap pembayaran premi diberikan bukti pembayaran premi. Pembayaran premi dimaksud sesaui dengan waktu dan besaran yang telah diperjanjikan di dalam polis asuransi.

c. Membayar nilai tunai atas pembatalan kontrak asuransi

Nilai Tunai adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan kepada Pemegang Polis, jika kontrak asuransinya dihentikan sebelum masa asuransinya berakhir. Untuk memastikan apakah Polis memiliki Nilai Tunai atau tidak,maka hal itu dapat diketahui dengan melihat Ketentuan Umum atau Ketentuan Tambahan Polis

d. Menerima pembayaran atas klaim asuransi yang dilakukan

2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur apabila teradi sesuatu yang mengandung unsure tidak tentu

3. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tertentu (tidak diketahui sebelumnya) 4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa

(11)

BAB II MENGENAL SEJARAH ASURANSI

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan sejarah asuransi di dunia

2. menjelaskan sejarah asuransi di Indonesia

A. SEJARAH ASURANSI DI DUNIA Tahun 2250 SM

Konsep asuransi bermula dari sekitar tahun 2250 SM oleh bangsa Babylonia hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris. Pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (Kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi pinjaman.

Kita dapat menganggap tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi” yang dikenal pada asuransi sekarang. Selain kapal yang dijadikan barang jaminan, barang-barang muatan (cargo) dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa). Transaksi seperti ini disebut “RESPONDENT/A CONTRACT”. Kemudian pada akhirnya transaksi ini semakin berkembang.

Tahun 215 SM

Pada tahun 215 SM Pemerintah Kerajaan Romawi didesak oleh para supplier pelengkapan dan perbekalan tentara kerajaan untuk menerima konsep yang melindungi mereka terhadap segala risiko kerugian yang mereka derita atas barang-barang mereka yang berada di kapal sebagai akibat dari bahaya maritim seperti halnya serangah musuh dan juga badai.

Tahun 50 SM

CICERO pada kira-kira tahun 50 SM memberi penjelasan tentang praktek pemberian proteksi atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang dan surat-surat berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalan maka pihak yang diberi proteksi memberikan semacam balas-jasa berupa uang premi kepada pihak pemberi proteksi.

Tahun 50 SM – 200 M

Kaisar CLAUDIUS mengeluarkan suatu jaminan kepada Importir terhadap semua kerugian yang mereka derita akibat angin badai. Tentunya dalam hal ini dikenakan pula premi. Pada sekitar tahun 200 ini di Romawi tumbuh perkumpulan- perkumpulan yang disebut “Collegia” yang merupakan kegiatan sosial untuk salah satunya, mengumpulkan dana untuk biaya pemakaman anggotanya yang meninggal atau gugur di medan perang. Para budak pun membentuk Collegia dengan tujuan apabila nantinya meninggal dapat dikubur dengan layak (disebut Collegia Nititum). Demikian

(12)

pula para saudara dan para aktor di Italia membentuk Collegia yang disebut “Collegia Tennorioum” dengan maksud untuk membantu para janda dan anak-anak yatim para anggotanya.

Tahun 1194-1266 M

Perekonomian manusia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dan periode ini dikenal dengan “Guild System” (Sistem Gilda), yaitu perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai profesi sama seperti gilda tukang kayu, gilda tukang roti dan sebagainya.

Tujuannya sama dengan tujuan Collegia pada zaman Romawi, yakni meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa “Collegia” dan “Sistem Gilda” merupakan penemuan-penemuan sosial yang memperoleh popularitas dan pengakuan masyarakat terhadap adanya risiko-risiko yang harus ditanggulangi. Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan akhimya pada masa pemerintahan RATU ELEANOR dari Belgia (1194 – 1266) dibentuk Undang-Undang Asuransi yang tercantum dalam “ROLE’SDE OLERON”

Tahun 1668 M

Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.

B. SEJARAH ASURANSI DI INDONESIA

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri kita ini sebagai akibat berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan.

1. Zaman penjajahan sampai tahun 1942

Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu adalah perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya. Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya sehingga manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat pribumi.

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya.

(13)

Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya pemisahaan perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris.

2. Zaman sesudah Perang Dunia II atau zaman kemerdekaan

Setelah Perang Dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris kembali beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di Indonesia masih dikuasai oleh Perusahaan Asing, terutama Belanda dan Inggris.Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang disebut "Bataviasche Verzekerings Unie" (BVU) pada tahun 1946, yang melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap penutupan, masing-masing anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini dilakukan mengingat keadaan pada waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi masih kurang sekali.

Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang pertama, yakni NV. Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal 2004 sudah menjadi PT MAI PARK. Pada saat itu, sebagai perintis perusahaan asuransi kerugian nasional yang pertama, maka perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang unggul baik dalam faktor permodalan maupun pengetahuan teknis. Dengan berdirinya perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut, keberanian pengusaha nasional dipacu untuk mendirikan perusahaan-perusahaan asuransi kerugian. Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan Pemerintah bahwa semua barang impor hams diasuransikan di Indonesia. Pengaturan ini dimaksudkan untuk menanggulangi pemakaian devisa untuk membayar premi asuransi di luar negeri.

Pada tahun 1953 berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa untuk membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk menanggulangi hal ini, didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan reasuransi profesional, yakni "PT. REASURANSI .UMUM INDONESIA" yang mendapat dukungan dari bank-bank pemerintah.Lembaga yang tersebut terakhir ini mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat untuk perusahaan-perusahaan asuransi asing untuk menggunakanjasa perusahaan reasuransi nasional. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam hal ini memberikan hasil yang diharapkan. Kegiatan PT. Reasuransi Umum Indonesia pada tahun 1963 diperluas dengan kegiatan reasuransi jiwa. Pada saat PT. Reasuransi Umum Indonesia didirikan, banyak perusahaan-perusahaan asuransi kerugian nasional bermunculan, tetapi perkembangannya masih terhambat oleh persaingan yang berat dari perusahaan-perusahaan asuransi swasta asing. Pada waktu perjuangan mengembaiikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan Inggris dinasionalisasi dalam peristiwa konfrontasi

(14)

C. PERKEMBANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi.

Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Aktuaria (actuarial) adalah fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/ memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari segi keuangan. Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di asuransikan atau yang jatuh tempo. Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada perusahaan reasuransi lain.

Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-an. Dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Dengan adanya deregulasi dan Undang-Undang tersebut pemerintah memberikan kemudahan dalam hal perijinan, yang tujuannya adalah untuk memacu tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, pada gilirannya akan meningkatkan hasil produksi/premi nasional. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat.

Laporan Research and Markets, bertajuk Indonesia Insurance Report Q3 2009 yang dikeluarkan awal Juli 2009 lalu menyebut, industri asuransi Indonesia tumbuh 43% tahun lalu. Lembaga riset yang berpusat di Dublin Irlandia ini menyebutkan, total premi asuransi di Indonesia tahun 2008 mencapai Rp 78,267 triliun. Diantaranya berasal dari asuransi jiwa Rp 54,400 triliun dan premi non jiwa Rp 23,867 triliun. Mereka memperkirakan pada 2013 nanti premi asuransi jiwa mencapai Rp 134,207 triliun sedang non jiwa Rp 29,109 triliun. Research and Markets memperkirakan tahun ini premi non jiwa akan meningkat lebih drastis meski perekonomian melambat. Lonjakan premi antara lain datang dari asuransi kendaraan, baik yang sukarela ataupun wajib karena dalam masa kredit. (www.kontan.co.id, 23 juli 2009).

(15)

BAB III JENIS USAHA PERASURANSIAN

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat:

1. menjelaskan penggolongan perusahaan asuransi secara yuridis

2. menjelaskan penggolongan perusahaan asuransi secara ada tidaknya kehendak bebas para pihak

3. menjelaskan penggolongan perusahaan asuransi secara tujuan

4. menjelaskan penggolongan perusahaan asuransi secara sifat dari penanggung 5. menjelaskan penggolongan perusahaan asuransi berdasarkan jenis usaha

perasuransian

Terdapat beberapa macam penggolongan asuransi, yaitu:

A. PENGGOLONGAN SECARA YURIDIS

Penggolongan ini terdiri dari:

Asuransi kerugian (schadeverzekering)

 Asuransi kerugian

Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi berupa memberikan ganti kerugian kepada tertanggung seimbang dengan kerugian yang diderita oleh pihak yang disebut terakhir. Beberapa ciri dari asuransi kerugian antara lain kepentingannya dapat dinilai dengan uang, dalam menentukan ganti kerugian berlaku prinsip indenmitas, serta berlaku ketentuan tentang subrogasi (pasal 284 KUHD). Termasuk dalam golongan asuransi kerugian adalah semua jenis asuransi yang kepentinganya dapat dinilai dengan uang, misalnya: asuransi pencurian, asuransi pembongkaran, asuransi perampokan, asuransi kebakaran, asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian

 Asuransi jumlah (sommenverzekering)

Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi ketentuan bahwa penanggung terikat untuk melakukan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang yang besarnya sudah ditentukan sebelumnya. Beberapa ciri dari asuransi jumlah antara lain, kepentinganya tidak dapat dinilai dengan uang, sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh penanggung telah ditentukan sebelumnya, jadi tidak berlaku prinsip indemnitas seperti halnya dalam asuransi kerugian serta tidak berlaku pula subrogasi. Contoh asuransi jumlah adalah: asuransi jiwa, asuransi sakit dan asuransi kecelakaan.

B. PENGOLONGAN BERDASARKAN KRITERIA ADA TIDAKNYA KEHENDAK BEBAS PARA PIHAK

Penggolongan ini terdiri dari:

 Asuransi sukarela (voluntary insurance)

Asuransi sukarela adalah suatu perjanjian asuransi yang terjadinya didasarkan kehendak bebas dari pihak-pihak yang mengadakannya. Hal itu berarti timbulnya perjanjian tidak ada paksaan dari luar. Yang termasuk golongan

(16)

asuransi sukarela yang diatur dalam KUHD adalah asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi terhadap bahaya laut, pengangkutan didarat, sungai dan perairan darat. Yang belum diatur dalam KUHD, misalnya asuransi perusahaan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan dan sebagainya.

 Asuransi wajib (compulsory insurance)

Asuransi wajib yang terbentuk diharuskan oleh suatu ketentuan perundang-undangan. Dalam beberapa jenis golongan asuransi wajib, terdapat sanksi apabila asuransi tersebut tidak dilakukan. Sebagai contoh asuransi wajib yaitu, Dana Kecelakan Lalu Lintas jalan (UU No 34 Tahun 1964 PP Nomor 18 Tahun 1965), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU No 3 Tahun 1992).

C. PENGGOLONGAN BERDASARKAN TUJUAN

Penggolongan ini terdiri dari :

 Asuransi komersial (commercial insurance)

Pada umumnya, asuransi komersial diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai suatu bisnis, sehingga tujuan utama adalah memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian ini misalnya, besarnya premi, besarnya ganti kerugian, didasarkan perhitungan-perhitungan ekonomis. Jenis asuransi ini adalah asuransi yang diselenggarakan oleh Swasta

 Asuransi sosial (social insurance)

Asuransi sosial diselenggarakan tidak dengan tujuan memperoleh keuntungan, tetapi bermaksud memberikan jaminan sosial kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat dan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Contohnya antara lain:

a. Asuransi kesehatan (ASKES)

b. Tabungan Asuransi Pensiun (TASPEN) c. Jaminan Sosial tenaga Kerja (Jamsostek) d. Asuransi ABRI(ASABRI)

e. Asuransi Kerugian Jasa raharja

f. Asuransi Kesehatan Orang miskin (ASKESKIN)

D. PENGGOLONGAN BERDASARKAN SIFAT DARI PENANGGUNG

Penggolongan ini terdiri dari :

 Asuransi premi (premieverzeekering)

Asuransi premi merupakan suatu perjanjian asuransi antara penanggung dan masing-masing tertanggung dan antara tertanggung yang satu dengan yang lain tidak ada hubungan hukum.

 Asuransi saling menanggung (onderlingeverzeekering)

Asuransi saling menanggung terdapat suatu perkumpulan yang terdiri dari para tertanggung sebagai anggota. Setiap anggota tidak membayar premi, tetapi membayar semacam iuran tetap kepada perkumpulan tersebut.

(17)

E. PENGGOLONGAN BERDASARKAN ASPEK JENIS USAHA PERASURANSIAN

Menurut Undang – Undang nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, pada pasal 3 dijelaskan produk Asuransi, dalam penggolongan ini usaha asuransi terdiri dari :

a. Asuransi kerugian (non life insurance). b. Reasuransi (reinsurance).

c. Asuransi jiwa (life insurance).

a. Asuransi Kerugian

Usaha asuransi kerugian adalah usaha yang memberikan jasa jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timliul dari peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha asuransi kerugian termasuk reasuransi. Selanjutnya, usaha asuransi kerugian dalam praktiknya di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut: '

1. Asuransi kebakaran. 2. Asuransi pengangkutan.

3. Asuransi aneka, yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenis asuransi aneka ini antara lain meliputi:

a. Asuransi kendaraan bermotor. b. Asuransi kecelakaan diri. c. Pencurian.

d. Uang dalam pengangkutan. e. Uang dalam penyimpanan. f. Kecurangan.

g. dan sebagainya.

Asuransi Kebakaran

Kebakaran adalah sesuatu yang terbakar yang seharusnya tidak terbakar, yang kejadiannya merupakan suatu kecelakaan bukan secara tiba-tiba, tidak ada unsur kesengajaan dan atau tidak dapat diperkirakan. Asuransi kebakaran pada dasarnya memberi penutupan atas hazards yang berupa kebakaran dan kena petir. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri, perusahaan asuransi umumnya telah memasukkan juga peledakan clan kebakaran secara mendadak, heating atau fermentation, kilat, kebanjiran, gempa bumi, dan berbagai peril dalam asuransi kebakaran. Polis asuransi kebakaran biasanya menutupi properti seperti pabrik, gedung kantor, gudang, toko dan rumah.

Polis Asuransi Kebakaran

Polis asuransi kebakaran yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1982 adalah Polis Standar Kebakaran Indonesia. Polis tersebut merupakan polis kebakaran yang diakui di Indonesia. Dalam polis standar kebakaran ini dimuat risiko yang masuk dalam pertanggungan akibat terjadinya kerugian atau kerusakan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan.

(18)

Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi kebakaran meliputi risiko kerusakan atau kerugian yang disebabkan:

a. Kebakaran.

Kebakaran dapat terjadi karena api sendiri, keteledoran, tetangga, musuh, perampok, clan lain sebagainya, atau karena sebab kebakaran lain yang tidak diketahui. Dalam kategori ini termasuk pula kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan, seperti kerusakan harta benda karena air atau alat-alat lain yang digunakan untuk memadamkan kebakaran.

b. Peledakan. c. Petir.

d. Kejatuhan kapal terbang.

Dalam polis asuransi kebakaran, terdapat hal-hal yang tidak dimasukkan atau dikecualikan dari pertanggungan, yaitu semua kerugian atau kerusakan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh:

a. Kebakaran atau peledakan yang disebabkan dari suatu cacat, kebusukan sendiri, atau yang langsung ditimbulkan dari sifat barang itu.

b. Perang, penyerbuan, pemberontakan, revolusi, huru-hara, pemberontakan militer, dan sebagainya.

c. Kerusuhan, pemogokan, perbuatan jahat, tertabrak kendaraan, letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, angin topan, kerusakan karena air.

d. Radiasi nuklir, reaksi nuklir, atau pencemaran radio aktif.

Extended Coverage

Sejak lama sekelompok peril di luar penutupan dalam standar polis kebakaran (yang hanya menutup risiko, kebakaran, petir, dan kerusakan akibat diangkatnya barang-barang dari gedung untuk menghindari kebakaran) telah dijual/ditutup bersama dengan nama extended coverage atau penutupan risiko tambahan.

Contoh kerugian yang dapat ditutup dengan extended coverage: a. angin topan yang merubuhkan sebagian bangunan;

b. rumah hancur karena kejatuhan pesawat;

c. kompor gas meledak menyebabkan kerusakan pada dapur;

d. mobil hancur karena lemparan ketika tiba-tiba terjadi kerusuhan di suatu wilayah; e. cat rumah rusak dan kotor pada saat rumah telah terbakar habis.

Time Element Coverage

Salah satu penentuan risiko tambahan untuk suatu usaha adalah time element insurance. Jika suatu rumah rusak disebabkan oleh suatu peril, pemiliknya akan mengalami kerugian atas barang tersebut dan mungkin akan menimbulkan biaya tambahan sementara rumah tersebut diperbaiki. Sama halnya dengan suatu usaha yang mengalami kerugian serupa, di samping rugi uang, ia juga akan mengalami kerugian akibat berhentinya atau menurunnya kapasitas produksi, yang berarti secara langsung akan mempengaruhi jumlah penjualan. Bahkan dampaknya akan menyebabkan banyak nasabah yang akan mencari dan pindah ke pemasok lain. Time element insurance yang paling umum digunakan dalam usaha adalah penutupan

(19)

pendapatan usaha atau business income coverage. Penutupan ini dapat dilakukan pada polis yang terpisah atau digabung.

Asuransi Pengangkutan

Dalam polis asuransi pengangkutan atau marine insurance, penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran. Polis asuransi pengangkutan meliputi tiga bidang pokok sebagai berikut:

a. Marine hull policy. b. Marine cargo policy. c. Freight.

Marine Hull Policy

Dalam polis ini dapat dibedakan 2 (dua)jenis penutupan pertanggungan yaitu:

a. Pertanggungan yang berkaitan langsung dengan kepentingan yang mungkin diderita pemilik kapal.

b. Pertanggungan yang berkaitan dengan tanggung jawab pemilik kapal.

Marine Cargo Policy

Polis ini memberikan jaminan atau pertanggungan atas barang-barang yang dikirim melalui kapal. Di samping pertanggungan atas barang-barang, biaya pengangkutan dan keuntungan yang diharapkan dapat pula dimasukkan sebagai objek pertanggungan.

Freight

Yang paling penting dalam polis ini adalah bill of loading freight, yaitu terjadinya kerugian/kehilangan muatan yang berarti kerugian pada pembayaran uang tambang.

b. Reasuransi

Pengertian sederhana reasuransi (reinsurance) pada prinsipnya adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Pengertian reasuransi, yaitu suatu sistem penyebaran risiko di mana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung lain. Pihak yang menyerahkan pertanggungan (tertanggung) disebut dengan ceding company dan yang menerima pertanggungan (penanggung) disebut reinsurer atau disebut juga reasurader. Sedangkan menurut UU No. 2 Tahun 1992, perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.

Segala masalah yang berkaitan dengan tertanggung, reasurader hanya akan berurusan dengan perusahaan asuransi yang melakukan penutupan langsung, dalam hal ini perusahaan asuransi yang menerbitkan polisnya atau ceding company. Oleh karena itu jika klaim, perusahaan asuransi bertanggung jawab penuh kepada tertanggung. Sedangkan resurader hanya akan bertanggung jawab pada ceding company sesuai dengan besarnya bagian klaim tersebut.

(20)

Koasuransi Dan Reasuransi

Dalam kegiatan usaha perasuransian, terutama dalam hal penutupan asuransi, merupakan suatu prinsip bahwa risiko yang ditutup harus disebarkan kepada pihak lain untuk menghindari beban risiko melebihi batas kemampuannya. Dengan adanya penyebaran risiko tersebut, maka sebagian risiko yang ditutupnya itu akan ditanggung sendiri, sementara sebagian lainnya dibebankan pada perusahaan asuransi lain yang ikut menanggung. Prinsip ini disebut dengan spreading of risk principle.

Selanjutnya, penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara, yaitu:

a. koasuransi (co-insurance) b. reasuransi (reinsurance).

Koasuransi pada dasarnya adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungan berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi tersebut, dalam rangka menyebarkan risikonya, perlu menawarkan atau mengajak beberapa perusahaan asuransi lain untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Suatu perusahaan asuransi yang akan melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar yang melebihi kemampuan keuangannya, akan melakukan cara koasuransi sebelum melakukan reasuransi. Selanjutnya, setelah koasuransi dilakukan, barulah kemudian mencari perusahaan reasuransi untuk menyebarkan risiko untuk bagian yang ditutupnya. Dalam melakukan koasuransi ini terdapat 2 (dua) cara penutupan, yaitu koasuransi yang penutupannya menggunakan satu polis saja dan koasuransi dengan menggunakan polis masing-masing sesuai dengan besarnya jumlah bagian yang ditutup. Cara penutupan manapun dipilih sangat tergantung pada kesepakatan perusahaan asuransi yang terlibat. Selanjutnya, skema koasuransi dan reasuransi masing-masing dapat diikuti pada Gambar 1 dan Gambar 2 dan mekanisme reasuransi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1.

(21)

Gambar 3. Fungsi Reasuransi

Dari penjelasan dan definisi reasuransi seperti yang telah dijelaskan di atas, maka fungsi reasuransi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kapasitas Akseptasi

Dengan melakukan reasuransi, penanggung dapat meningkatkan akseptasi sehingga pemasukan asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilai pertanggungan melampaui batas kemampuannya. Dalam praktiknya, perusahaan asuransi menetapkan jumlah retensi sendiri (own retention), yaitu jumlah kemampuan finansial perusahaan untuk memenuhi klaim dari setiap penutupan asuransi, dan jumlah retensi sendiri biasanya jauh lebih kecil dibanding jumlah klaim yang harus ditanggulangi untuk setiap penutupan asuransi. Untuk dapat menampung setiap risiko yang diminta oleh calon tertanggung, maka perusahaan asuransi akan menyebarkan risiko tersebut sejumlah kelebihan retensi sendiri. Misalnya, jumlah retensi sendiri perusahaan PT Asuransi ABC sebesar Rp500 juta dan akan menutup pertanggungan senilai Rp5 miliar. Untuk mengatasi risiko, dilakukan reasuransi atas jumlah yang melebihi retensinya sendiri, sehingga kemampuan atau kapasitas PT Asuransi ABC untuk menampung risiko semakin besar.

b. Alat Penyebaran Risiko

Penyebaran asuransi pada prinsipnya tidak menghendaki terkonsentrasi pada suatu jenis risiko atau asuransi. Dengan reasuransi, konsentrasi kerugian tersebut dapat diminimalkan.

c. Meningkatkan Stabilitas Usaha

Apabila terjadi klaim yang jumlahnya jauh melebihi yang diperkirakan, jelas akan sangat mempengaruhi stabilitas usaha dan kemungkinan menyebabkan kegiatan usaha terganggu. Namun dengan adanya reasuransi, maka kemungkinan atau kekhawatiran terganggunya stabilitas operasional perusahaan dapat diatasi. d. Meningkatkan Kepercayaan

Pada prinsipnya asuransi menambah kepercayaan bagi tertanggung karena kemungkinan risiko yang akan dialami mendapat jaminan dari perusahaan asuransi.

Jenis Reasuransi

Reasuransi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis yaitu: treaty dan facultative reasurance atau kombinasi antara keduanya. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.

(22)

Gambar 4. Treaty, Facultative Reinsurance, Hybrid

Dengan cara treaty reinsurance, yang disebut juga automatic reinsurance, reasurader harus menyediakan sejumlah pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak, dan reasurader harus menerima jumlah pertanggungan yang ditawarkan tersebut. Perjanjian kontrak meliputi sejumlah peril. Dengan kontrak, treaty ini dapat menghindari penggunaan waktu negosiasi yang biasanya memakan waktu cukup lama untuk menyepakati setiap kontrak. Selanjutnya, dengan facultative reinsurance, asurader menentukan setiap kontrak yang diinginkan, dan berhak menolak atau menerima setiap tawaran berdasarkan pertimbangan. Sebagaimana dalam Gambar 4, di samping 2 jenis reasuransi tersebut, juga dikenal hybrid reinsurance yang merupakan kombinasi antara treaty dan facultative reinsurance. Selanjutnya, hybrid reasurance memiliki 2 (dua) alternatif, yaitu:

a. Asurader memiliki opsi untuk memberikan suatu kontrak pertanggungan tetapi reasurader harus menerima semua reasuransi yang ditawarkan dan tunduk pada perjanjian, dan

b. Asurader memiliki opsi untuk menyerahkan suatu kontrak pertanggungan atau menahan, dan reasurader memiliki opsi untuk menerima atatt mengurangi setiap penyerahan pertanggungan.

Jenis jenis reasuransi sebagaimana disebutkan dalam Gambar 4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Reasuransi Proporsional

Sesuai dengan namanya, pembagian risiko antara perusahaan asuransi (ceding company) dengan perusahaan reasuransi atau reasurader dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Bentuk reasuransi proporsional ini lebih lanjut dapat dibedakan dalam 2 (dua) bentuk treaty, yaitu: Quota share treaty reinsurance dan surplus treaty reinsurance.

(23)

Quota Share.

Quota share treaty reinsurance adalah suatu perjanjian di mana ceding company mengikatkan diri untuk memberikan dan reasurader wajib mengakseptasi suatu bagian yang tetap dari setiap risiko yang diakseptasi atau ditutup oleh ceding company. Atau dengan kata lain, asurader akan menempatkan reasuransinya kepada reasurader secara proporsional dari setiap penutupan/akseptasi. Retensi tersebut masing-masing ditetapkan dalam persentase. Oleh karena itu, dalam hal terjadi kerugian reasurader akan menanggung semua kerugian secara proporsional pula.

Treaty, Ceding, Retensi.

Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan perusahaan reasuransi di mana reasurader mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.

Ceding company adalah

Perusahaan asuransi yang menempatkan sebagian risiko yang dit«tupnya kepada perusahaan reasuransi. Sedangkan retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company. Atau retensi sendiri adalah bagian dari jumlah pertanggungan atau setiap risiko yang menjadi tanggungan sendiri tanpa dukungan reasuransi.

Surplus Treaty Reinsurance.

Surplus treaty adalah suatu perjanjian pertanggungan ulang di mana ceding company mengikatkan diri untuk menyerahkan kepada reasurader, dan reasurader menerima semua jumlah kelebihan dari nilai pertanggungan yang ditutup oleh ceding company setelah dikurangi retensi sendiri. Retensi sendiri sering pula disingkat dengan O/R atau owned retention. Dengan kata lain, asurader atau ceding company mereasuransikan setiap akseptasi yang melebihi retensi sendiri. Jumlah penutupan risiko atau akseptasi yang lebih kecil daripada retensi sendiri akan ditutup sendiri oleh ceding company sehingga tidak ada jumlah yang perlu direasuransikan karena semua akseptasi akan ditahan sendiri. Akan tetapi, apabila jumlah akseptasi melebihi jumlah retensi sendiri (ceding company) yang telah ditetapkan, maka jumlah kelebihan (surplus) tersebut wajib diserahkan kepada reasurader sampai limit yang disepakati bersama dalam treaty. Apabila surplus tersebut melebihi jumlah yang ditetapkan dalam treaty, maka kelebihan tersebut dapat direasuransikan dengan cara fakultatif atau dengan treaty lain.

c. Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, hanya perusahaan asuransi jiwa yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan yang dapat melakukan kegiatan pertanggungan jiwa. Oleh karena itu, perusahaan asuransi kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan penutupan dalam bidang asuransi jiwa.

(24)

Manfaat Asuransi Jiwa

Pada prinsipnya manusia menghadapi 4 (empat) macam ketidakpastian yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, yaitu: kematian, cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. Dalam menghadapi kemungkinan ketidakpastian tersebut, asuransi jiwa merupakan instrumen finansial untuk:

a. memberikan dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan; b. membayar santunan bagi tertanggung yang meninggal;

c. membantu usaha dari kerugian yang disebabkan meninggalnya pejabat kunci perusahaan;

d. penghimpunan dana untuk persiapan pensiun, keperluan penting, dan penggunaan untuk bisnis;

e. menunda atau menghindari pajak pendapatan.

Fungsi-fungsi asuransi jiwa tersebut di atas merupakan alasan atau sebab yang mendorong orang untuk membeli polis asuransi jiwa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.

Jenis-Jenis Polis Asuransi Jiwa

Polis asuransi jiwa dapat dibagi menjadi 4 (empat)jenis, sebagai berikut: 1. Term.

2. Endowment.

3. Whole life dan Universal life. 4. Annuity contract.

Perbedaan pokok keempat jenis polis tersebut pada dasarnya terletak pada jangka waktunya, keuntungan, dan fleksibilitasnya. Keempat jenis asuransi jiwa ini digolongkan sebagai asuransi jiwa biasa atau ordinary life insurance.

Term Insurance. Asuransi berjangka atau term insurance mewajibkan penanggung untuk membayar jumlah nominal polis apabila tertanggung meninggal dalam suatu periode tertentu. Apabila tertanggung tetap hidup sampai jangka waktu yang ditetapkan dalam polis, maka kontrak berakhir dengan tanpa nilai.

1. Term insurance atau asuransi berjangka terdiri atas:

a. Straight term insurance, yaitu asuransi yang berjangka waktu satu atau beberapa tahun dan berakhir pada periode yang telah ditetapkan. Jangka waktu polis yang dimulai dari 1, 5, 10, atau 20 tahun dan berakhir pada umur 65 atau 70 tahun merupakan jenis polis yang cukup populer.

b. Renewable term insurance memungkinkan pemilik polis untuk memperpanjang polis sebelum jangka waktunya berakhir tanpa perlu membuktikan atau memenuhi kembali persyaratan, seperti pembuktian kesehatan tertanggung dalam keadaan baik yang biasanya dalam bentuk pernyataan sehat dari dokter (insurability).

c. Yearly renewable term pada prinsipnya merupakan bentuk asli dari asuransi berjangka. Atas opsi dari pemilik tanpa perlu pembuktian insurability, polis dapat diperpanjang setiap tahun. Fasilitas perpanjangan tersebut terbatas sampai jangka waktu tertentu atau sampai dengan umur tertentu, sesuai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak. Umumnya asurader membatasi perpanjangan tersebut pada umur 65 atau 70 tahun.

(25)

d. Convertible term memungkinkan polis untuk dikonversi menjadi program lainnya -- misalnya, program asuransi seumur hidup, endowment -- dalam suatu periode tertentu tanpa pembuktian insurability. Dalam hal ini, beberapa perusahaan asuransi j iwa meniadakan kemungkinan konversi oleh pemilik polis dengan cara menawarkan convertible term otomatis sebagai suatu opsi, yaitu konversi otomatis tersebut dinyatakan pada suatu tanggal tertentu dalam polis. Polis renewable dan convertible dapat digabung kedalam satu polis yang disebut dengan renewable and convertible term. Misalnya, polis dapat diperpanjang sampai 70 tahun dan dapat dikonversi sebelum umur 65 tahun.

2. Endowment Insurance.

Endowment insurance mewajibkan penanggung untuk membayar pihak tertanggung atau keluarga tertanggung (beneficiary) sejumlah uang kepada pemegang polis apabila tertanggung tetap hidup selama periode pertanggungan. Misalnya, polis asuransi endowment untuk jangka waktu 20 tahun dengan nilai sebesar Rp20 juta. Perusahaan asuransi akan membayar sejumlah Rp20 juta kepada keluarga tertanggung apabila dalam periode pertanggungan tersebut tertanggung meninggal dunia, atau akan dibayarkan kepada tertanggung apabila ia tetap hidup sampai pada akhir periode pertanggungan. Oleh karena itu, premi jenis pertanggungan ini biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga polis term insurance. Karena dapat dianggap sebagai program tabungan yang dilindungi dengan asuransi jiwa.

3. Whole Life Insurance.

Asuransi seumur hidup atau whole life insurance, juga dikenal dengan asuransi nilai ttmai atau nilai permanen, menawarkan perbandingan selama masa hidup tertanggung. Polis asuransi ini dapat dipandang sebagai suatu asuransi endowment untuk umur 100 tahun atau berjangka waktu sampai mencapai umur 100 tahun. Penentuan tingkat kematian tersebut dilakukan dengan menggunakan suatu daftar yang disebut Tabel Mortalita. Tabel tersebut mengasumsikan semua orang akan meninggal sebelum mencapai ulang tahunnya yang ke-100.

Selanjutnya, bagi mereka yang mencapai umur 100 tahun akan dibayar sebesar nilai polis karena mereka dapat tetap hidup sampai umur maksimum yang ditetapkan oleh aktuaris. Dengan alas an alasan tersebut, polis whole life dapat dipandang sebagai suatu endowment yang jatuh temponya pada saat umur mencapai 100 tahun.

Polis asuransi whole life ini dapat dibagi dalam 4 (empat)jenis polis sebagai be-rikut: a. Single premium plan, yaitu polis asuransi seumur hidup yang preminya biasanya

dibayarkan sekaligus untuk memperoleh suatu jumlah yang tercantum dalam polls. Misalnya, polis asuransi seumur hidup untuk single premium plan senilai Rp 10 juta yang diterbitkan kepada seorang laki-laki yang berumur 25 tahun. Untuk itu, tertanggung harus membayar premi sebesar Rp2,3 juta untuk memperoleh jumlah sebesar nilai polis tersebut.

b. Limiterd payment plan. Limited payment plan meliputi periode-periode pembayaran dengan berbagai macam jangka waktu jatuh temponya, misalnya, 10, 15, atau 20 tahun atau sampai berumur 65 tahun. Periode pembayaran premi dipilih untuk memenuhi kebutuhan pemilik polis.

(26)

c. Continuous premium whole life. Berdasarkan polis ini, pemilik polis membayar premi tahunan tetap selama masa hidup tertanggung. Premi untuk polis non participating whole life misalnya sebesar Rp 10 juta yang diterbitkan atas dasar continuous premium plan kepada lelaki berumur 25 tahun dengan harga Rp 10.500 dan dibayarkan secara tahunan.

d. Universal life insurance. Perusahaan asuransi menciptakan atau merancang program-program asuransi jiwa dengan mengombinasikan keunggulan-keunggulan asuransi jiwa nilai tunai (yaitu sifat terpaksa menabung dan sebagainya) dan berbagai pilihan program yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi. Program ini, pada saat awal diciptakannya dinamakan universal life insurance. Dalam perkembangannya, banyak perusahaan asuransi mengeluarkan jenis asuransi jiwa dengan program atau jenis polis yang sama disertai dengan keunggulan-keunggulannya masing-masing. Asuransi convertible life pada dasarnya pembayaran preminya didesain sebagai polis non participating, fleksibel, yang menawarkan proteksi kematian di bawah suatu kontrak, yang membagi proteksi kematian dan akumulasi nilai tunai ke dalam suatu komponen yang berbeda atau terpisah. Pembagian tersebutlah yang membedakannya dari polis nilai tunai tradisional, yang merupakan kontrak tidak terpisahkan dengan proteksi kematian akumulasi nilai tunai. Hal tersebut menimbulkan suatu perbedaan pokok terhadap polis universal life. Dengan universal life, persaingan tingkat keuntungan dapat terjamin dari tahun ke tahun terhadap akumulasi nilai tunai, dan fleksibilitas yang lebih besar dapat diperoleh dengan cara penyesuaian jumlah tabungan, proteksi, dan premi terhadap kebutuhan pemilik polis.

4. Annuity.

Menyediakan pemasukan secara periodic dan teratur bagi tertanggung untuk suatu periode tertentu. Anuitas yang menyediakan pendapatan selamam hidup disebut Life Anuity. Anuitas merupakan program yang penting selama menjalani masa pensiun. Program anuitas ada 2 (dua) cara:

a. Immediate annuity :

Yang dibayarkan segera setelah anuitas dibeli. b. Deffered Annuity :

Yang dibayarkan setelah berakhirnya suatu periode, umumnya sampai yang bersangkutan pensiun.

Polis-Polis Khusus Asuransi Jiwa a. Family income policy.

Polis ini menyediakan pendapatan bulanan khusus dari tanggal kematian tertanggung sampai tanggal tertentu yang disebut dalam polis. Pada akhir periode, jumlah nominal polis dibayarkan kepada ahli waris. Apabila tertanggung tetap hidup setelah periode tersebut, ahli waris menerima hanya sebesar jumlah nominal polis pada saat kematian tertanggung.

b. Family maintenance policy.

Polis ini menyediakan pembayaran bulanan untuk suatu periode tertentu begitu tertanggung meninggal.Polis ini adalah whole life ditambah level term.

(27)

Polis asuransi whole life dan term insurance. Perusahaan asuransi menyediakan jumlah nominal polis secara berlipat dari polis asuransi whole life jika tertanggung meninggal dunia setelah berakhirnya periode. Periode perlindungan secara berganda tersebut berakhir setelah beberapa tahun, misalnya 10 atau 15 tahun, atau apabila tertanggung mencapai suatu umur tertentu, misalnya 60 atau 65 tahun.

d. Family policy.

Dengan satu polis dan satu premi, polis ini menutup seluruh jiwa dari semua , anggota keluarga, yaitu: bapak, ibu, dan anak-anak. Perusahaan asuransi menjual polis dalam bentuk unit-unit, seharga misalnya Rp5 juta, untuk pertanggungan bapak yang biasanya dibuat dalam bentuk continuous premium whole life. Term insurance untuk asuransi jiwa ibu, yang besarnya premi tergantung umur ibu, lebih mahal apabila umurnya masih muda dan lebih murah apabila sudah tua. Term insurance juga ditutup untuk anak-anak yang biasanya sampai berumur 25 tahun.

e. Joint life policy,

Adalah pertanggungan yang dilakukan lebih dari satu jiwa. Biasanya polis menutup dua orang dengan nilai nominal yang dibayarkan atas tertanggung yang meninggal pertama. Premi untuk polls joint life didasarkan pada umur yang dipertanggungkan.

f. Adjustable life policy,

Polis yang menyediakan fleksibilitas atau memenuhi kebutuhankebutuhan yang beragam dari pemilik polis selama masa hidupnya. Polis dapat diubah-ubah sesuai keinginan pemilik polis antara term dan whole life insurance, tergantung dari perlindungan kematian yang diinginkan dan jumlah premi yang dapat dibayarkan pemilik polis.

g. Index linked policy.

Beberapa perusahaan asuransi menawarkan polis-polis yang dikaitkan dengan jumlah manfaat (benefit) atas kematian terhadap Indeks Harga Konsumen resmi guna melindungi jumlah nominal dari asuransi pemilik polis akibat terjadi penurunan nilai disebabkan oleh inflasi.

h. Deposit term

Polis berjangka yang mewajibkan membayar sejumlah premi (deposit premium) untuk tahun pertama yang melebihi biaya term insurance. Pada akhir periode jangka waktu, perusahaan asuransi menawarkan nilai tunai atas jumlah simpanan premi ditambah dengan pendapatan bunga dan bagian polis simpanan premi sebagai ganti ber-selangnya waktu. Apabila terjadi kematian sebelum berakhirnya periode yang ditentukan, perusahaan asuransi membayar simpanan premi tersebut ditambah bunga majemuk sebagai suatu manfaat tambahan dari kematian.

(28)

BAB IV PRINSIP-PRINSIP

DAN KONTRAK PERJANJIAN ASURANSI

Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan Anda dapat: 1. menjelaskan prinsip-prinsip asuransi

2. menjelaskan kontrak asuransi

3. menjelaskan aspek hukum kontrak asuransi

Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, tentang Perasuransian, asuransi atau pertanggungan didefinisikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada

pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa

yang tak tertentu.

Institusi yang mengelola asuransi disebut sebagai perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi menurut ketentuan undang-undang asuransi nomor 2 tahun 1992 dapat mengelola produk asuransi, yaitu asuransi jiwa dan atau asuransi kerugian atau asuransi umum. Keseluruhan dari kegiatan bisnis asuransi adalah menggambarkan keadaan industri perasuransian.

A. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI

Prinsip-prinsip asuransi atau kadang-kadang disebut sebagai doktrin asuransi, meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Insurable interest. 2. Utmost good faith. 3. Indemnity

4. Proximate cause.

5. Subrogation and contribution.

Kelima prinsip dasar itu disebut pula dengan doktrin asuransi.

(29)

Industri asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa, memiliki prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kegiatan perasuransian dimanapun berada

1. Insurable Interest

Insurable interest pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan. Masalah insurable interest merupakan prinsip yang paling fundamental karena menyangkut bentuk atau rupa pertanggungan yang dijamin dalam suatu kontrak asuransi. Sesuatu yang dipertanggungkan tersebut dapat berupa benda, harta, atau suatu kejadian yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara hukum. Dalam prinsip ini, yang perlu diperhatikan adalah pada dasarnya sesuatu yang dipertanggungkan itu semata-mata menyangkut kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan tertanggung atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut.

Unsur-unsur Insurable Interest

Unsur-unsur yang terkandung dalam prinsip insurable interest meliputi:

a. Harus berupa suatu harta, hak, kepentingan, jiwa, atau tanggung gugat.

b. Keadaan pada butir a harus merupakan sesuatu yang dapat dipertanggungkan (subject matter of insurance).

c. Tertanggung harus memiliki hubungan hukum dengan sesuatu yang dapat dipertanggungkan. Di mana pihak tertanggung memperoleh manfaat dari tidak terjadinya peristiwa kerusakan dan menderita kenigian bila yang dipertanggungkan mengalami kerusakan.

d. Antara pihak tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan harus memiliki hubungan sah menurut hukum.

Anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila Anda menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut. Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan harta benda atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka Anda tidak berhak menerima ganti rugi.

2. Utmost Good Faith

Terjemahan bebas prinsip utmostgoodfaith ini adalah "iktikad baik". Maksudnya, dalam menetapkan suatu kontrak atau persetujuan, harus dilakukan dengan iktikad baik. Tertanggung dan penanggung tidak diperbolehkan menyembunyikan suatu fakta yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian bagi pihak lain. Prinsip iktikad baik ini sebenarnya dapat berlaku umum pada setiap perjanjian atau persetujuan. Kewajiban memberikan informasi dan fakta oleh kedua belah pihak, tertanggung dan penanggung, disebut duty of disclosure.

(30)

Yang dimaksudkan adalah bahwa Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku:

• Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi

 selesai dibuat, yaitu pada saat kami menyetujui kontrak tersebut. • Pada saat perpanjangan kontrak asuransi.

• Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal-hal yang ada

 kaitannya dengan perubahan-perubahan itu.

Unsur-unsur di bawah ini merupakan pelanggaran terhadap prinsip utmost good faith:

a. Non-disclosure.

Unsur ini pada dasarnya mengemukakan bahwa tidak diungkapkannya suatu informasi atau fakta karena tidak mengetahui atau karena dianggapnya fakta tersebut tidak diperlukan atau penting, merupakan pelanggaran atas prinsip utmost good faith.

b. Concealment.

Kesengajaan tidak mengungkapkan atau menginformasikan suatu fakta yang materiil dengan maksud untuk menyembunyikannya.

c. Fraudulent misrepresentation.

Kesengajaan memberi gambaran yang tidak sebenarnya atas suatu fakta yang materiil.

d. Innocent misrepresentation.

Ketidaksengajaan memberi gambaran atau keterangan yang salah tentang fakta yang materiil.

3. Indemnity

Indemnity berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, indemnity merupakan prinsip ganti rugi oleh penanggung terhadap tertanggung. Prinsip ini tidak berlaku bagi kontrak asuransi jiwa atau asuransi kecelakaan karena prinsip indemnity ini berkaitan dengan penggantian kerugian finansial yang dialami tertanggung. Menurut prinsip ini, tertanggung tidak dibenarkan memperoleh pembayaran ganti rugi melebihi kepentingan tertanggung terhadap objek yang dipertanggungkan tersebut.

Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian maka kami akan memberi ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan Anda setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian. Dengan demikian Anda tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang Anda derita.

Contoh:

Harga pasar kendaraan sebesar 100 juta rupiah, diasuransikan sebesar 100 juta rupiah. Bila terjadi musibah sehingga kendaraan tersebut:

Referensi

Dokumen terkait

Masalah sampah tidak hanya sekedar bagaimana mengatasi permasalahan sampah saja tetapi juga diperlukan pengolahan agar sampah memiliki nilai jual agar para pekerja KUB

Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang akan dipasang dan atau brosur-brosurya

Dimaksudkan evaluasi disini adalah mengetahui sejauh mana langkah konseling yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dapat dilihat pada perkembangan selanjutnya

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar

Hasil tabulasi silang sikap orang tua dengan sibling rivalry diketahui bahwa sebagian besar sikap orang tua yang mempunyai sifat positif tidak mempunyai anak

Meskipun secara parsial persepsi harga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian namun penilaian terhadap harga serta kualitas dari suatu

Selain itu, juga ada penelitian oleh Elsas dan Carbonell [2] yang membahas mengenai mesin pencari di user forum, namun bukan pada strukturnya, akan tetapi pada

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur