• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO YANG DAPAT DIASURANSIKAN (INSURABLE RISK)

Dalam dokumen Modul Asuransi (Halaman 43-48)

BAB V MANAJEMEN RISIKO ASURANSI

D. RISIKO YANG DAPAT DIASURANSIKAN (INSURABLE RISK)

Bentuk-bentuk risiko yang dapat diasuransikan tersebut dapat dijabarkan, antara lain: a. Risiko tersebut harus bersifat homogen atau dalam jumlah yang cukup banyak

(homogeneus similarly).

b. Risikonya harus murni (pure risk).

c. Selain bentuk risikonya murni, harus merupakan suatu risiko khusus atau partikular.

d. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkannya, terjadi dari suatu peristiwa yang bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal yang dapat terjadi, dan atau dapat juga tidak terjadi.

e. Risikonya bukan suatu hal yang bertentangan dengan kebijakan umum atau kebijakan pemerintah (not against public policy).

f. Obyek risiko dan dampak kerugian yang mungkin timbul, harus dapat diukur atau dinilai dengan uang (financial value).

g. Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut kepada perusahaan asuransi atau akan mengasuransikan, harus mempunyai kepentingan (insurable interest) atau kepentingan yang melekat pada obyek atau orang yang diasuransikan.

h. Premi yang ditetapkan atas dialihkannya suatu risiko yang dimilikinya ditetapkan dengan wajar (reasonable premium).

Dari beberapa bentuk-bentuk risiko yang dapat diasuransikan di atas, maka ada beberapa karakteristik dari risiko-risiko tersebut yang sesungguhnya dapat diasuransikan yaitu:

1. Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous). 2. Kerugiannya riil atau nyata (definite).

3. Kerugiannya harus berarti (significant).

4. Tingkat kerugian harus dapat diperkirakan atau terprediksi (predictable).

5. Kerugian tidak menjadi bencana atau katastrofis (catastrophic) bagi penanggung. Kelima karakteristik tersebut menjadi dasar yang menentukan bahwa risiko tersebut dapat diasuransikan atau yang menjadi dasar dari bisnis asuransi. Kemungkinan kerugian yang tidak mengandung atau memiliki salah satu dari karakteristik tersebut, dianggap tidak layak untuk diasuransikan atau bukan sebagai suatu risiko yang dapat diasuransikan.

1. Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous)

Agar kerugian potensial layak di asuransikan, harus mengandung atau memiliki unsur ketidakpastiaan artinya terjadinya harus kebetulan (fortuitous). Kerugian harus disebabkan oleh karena suatu kejadian yang tidak diharapkan ataupun tidak sengaja dilakukan, sebagai contoh, umumnya orang tidak dapat mengetahui mereka akan menjadi cacat atau tidak dapat bekerja akibat kecelakaan/sakit. Dalam hal ini, Perusahaan Asuransi dapat menawarkan asuransi cacat untuk melindunginya dari kerugian finansial yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak pasti tersebut. Jika Asuransi jiwa menerapkan secara tegas prinsip kerugian ini timbul persoalan lain yaitu bahwa kematian adalah peristiwa yang pasti terjadi. Namun kapan tepatnya saat kematian terjadi seseorang tetap berada diluar kendali orang itu. Karenanya walaupun peristiwa yang dipertanggungkan, yakni kematian merupakan peristiwa yang pasti saat terjadinya peristiwa itu biasanya betul-betul mengandung ketidakpastian.

2. Kerugiannya riil atau nyata (definite)

Kerugian yang dapat di asuransikan harus riil atau nyata artinya dapat dibatasi dari segi waktu (time) dan jumlah (amount). Perusahaan asuransi harus mampu menetapkan kapan manfaat polis dibayarkan dan berapa besar atau jumlah manfaat yang harus dibayarkan. Kematian, cacat, ketidakmampuan dan usia lanjut atau tua, merupakan suatu keadaan yang umum dan dapat diidentifikasikan. Namun demikian besarnya kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kejadian tersebut tergantung pada penafsirannya dan keadaan inilah yang menjadi pokok permasalahannya.

Manfaat asuransi atau jumlah (amount) yang ditentukan dalam polis dapat dibayarkan oleh perusahaan asuransi jika risiko yang diperjanjikan terjadi pada waktu (time) kontrak asuransi masih berlaku (inforce). Jumlah dan waktu senantiasa akan menjadi batasan-batasan dalam kontrak asuransi, sehingga dari jumlah dan waktu ini akan menentukan hal-hal yang akan dibatasi atau dikecualikan dan diperkenankan. Adapun kontrak asuransi dapat dikelompokan sebagai Kontrak nilai atau kontrak sejumlah uang (valued contrac) dan kontak indemnitas atau ganti rugi (contrac of indemnity).

Value contract adalah kontrak dengan manfaat polis yang jumlah atau besarannya ditetapkan sebelumnya, atau jumlah manfaat yang akan dibayarkan apabila terjadi suatu kerugian yang diasuransikan tidak memperhatikan besar atau jumlah

kerugian yang dideritanya. Dalam polis asuransi jiwa besarnya santunan meninggal telah dicantumkan sejak polis diterbitkan. Misalnya, jika seorang Bapak sebagai tertanggung dan sekaligus pemegang polis mengasuransikan jiwanya sebesar Rp. 50 juta yang disebut dengan sejumlah uang pertanggungan (UP) atau disebut face amount “atau “face value”, maka jumlah UP tersebut akan dituliskan atau dicantumkan dalam polis asuransi yang diperjanjikannya tersebut. Jika risiko yang diperjanjikan dalam polis terjadi yaitu meninggal dunia, maka nilai atau besaran UP yang tercantum dalam polis menjadi kewajiban perusahaan asuransi untuk membayarkannya. Jumlah UP yang dibayarkan tidak dikaitkan dengan besarnya kerugian sesungguhnya yang ditimbulkan akibat kematiannya si wanita atau tertanggung tersebut.

Contract of indemnity adalah kontrak asuransi dengan besarnya jumlah atau manfaat santunan yang akan dibayarkan didasarkan atas jumlah aktual kerugian finansial yang diakibatkan oleh kerugian tersebut, atau sebagaimana ditentukan pada saat kerugian tersebut terjadi.

Kontrak idemnitas adalah suatu kontrak yang menyatakan bahwa jumlah manfaat setara dengan jumlah kerugian finansial yang ditanggung atau jumlah maksimum sebagaimana dinyatakan dalam kontrak tergantung mana yang lebih kecil. Karena itu, pemegang polis tidak dapat mengajukan tuntutan kerugian atau klaim (claim), atas jumlah manfaat yang lebih tinggi dari nilai kerugian yang sesungguhnya.

Prinsip indemnitas berlaku pada asuransi kesehatan yaitu perusahaan asuransi menanggung semua besarnya biaya rumah sakit yang dikeluarkan untuk membiayai pengobatan dan perawatan seseorang di Rumah Sakit, oleh karenanya hal ini termasuk dalam kontrak indeminitas. Misalnya, jika seseorang membeli polis asuransi kesehatan, maka dalam polisnya akan di cantumkan jumlah maksimum yang dapat diberikan untuk membayar biaya Rumah Sakitnya. Apabila biaya perawatanya kurang dari jumlah maksimum, perusahaan asuransi tidak akan membayar ganti rugi sejumlah maksimum tersebut, tetapi asuransi hanya akan membayar ganti rugi sejumlah uang biaya perawatan yang sebenarnya sesuai dengan kuitansi atau bukti tagihan yang dikeluarkan Rumah Sakit.

3. Kerugian harus berarti (significant)

Kehilangan sesuatu menimbulkan kekecewaan berkepanjangan. Seringkali kita lupa meletakkan Pulpen, Payung, Kunci mobil atau Kacamata. Dari segi finansial kehilangan seperti ini tidak dapat disebut sebagai sesuatu yang sangat berarti. Mengganti pena atau pulpen, bukanlah sesuatu yang berat bagi kebanyakan orang. Kerugian kecil itu akan membuat biaya perlindungan demikian tinggi, dan tidak ekonomis.

Sebaliknya, beberapa jenis kerugian menimbulkan beban keuangan yang berat bagi kebanyakan orang. Misalnya, jika seorang buruh terluka dalam suatu kecelakaan kerja yang menyebabkan orang itu tidak dapat bekerja selama setahun, maka risiko

hilangnya penghasilan termasuk sesuatu hal yang sangat penting. Kerugian semacam inilah yang layak diasuransikan.

4. Tingkat kerugian harus dapat diperkirakan atau terprediksi (predictable)

Perusahaan asuransi harus dapat memperkirakan kemungkinan tingkat kerugian (loss rate) yang akan dialami oleh tertanggung. Artinya perusahaan asuransi harus dapat memperkirakan tingkat kerugian kelompok atau sejumlah orang tertentu dalam jumlah dan waktu kerugian yang akan diasuransikan dapat terjadi terhadap kelompok tertanggung tersebut. Jika perusahaan asuransi dapat memperkirakan tingkat kerugiaan tersebut maka besaran premi yang layak untuk dikenakan kepada setiap pemeggang polis akan dapat ditentukan, sehingga perusahaan asuransi akan dapat memastikan cukupnya jumlah dana yang akan dicadangkan untuk membayarkan klaim atau jika risiko yang diperjanjikan terjadi.

Meski sepanjang tahun, manusia telah mencoba meramal dengan bola kristal, kartu tarot dan daun lontar untuk mengetahui nasibnya dikemudian hari, akan tetapi dari sudut pandang individu, kerugian yang mungkin dideritanya tidak dapat diduga sebelumnya. Demikian pula manusia maupun perusahaan asuransi tidak ada yang dapat meramalkan saat yang pasti (time) seseorang itu akan meninggal, akan menjadi cacat, atau harus dirawat dirumah sakit. Namun, dari sekelompok tertentu orang dapat diperkirakan secara akurat, berapa jumlah yang akan meninggal, cacat atau butuh perawatan rumah sakit dalam waktu atau periode tertentu.

Perkiraan mengenai kerugiaan dimasa yang akan datang tersebut didasarkan atas konsep bahwa walaupun kejadian secara perorangan, misalnya kematian dimasa yang lalu timbul atau tampaknya tidak beraturan, namun pada hakekatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola masa lalu tersebut dapat dikenal melalui observasi, kemungkinan bahwa kejadian tersebut akan dipastikan dapat terjadi dimasa yang akan datang atau disebut dengan probabilitas (probability). Adapun hal yang dapat membantu keakurasian prediksi terhadap probalitas suatu kejadian adalah hukum bilangan besar (the law of large numbers).

Menurut the law of large numbers menyatakan bahwa: semakin banyak jumlah observasi yang dilakukan atas suatu peristiwa atau kejadian, maka semakin besar kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi probabilitas yang sesungguhnya bahwa kejadian tersebut akan terjadi. Misalnya, jika anda melempar koin, maka kemungkinan koin jatuh dengan sisi atau bagian muka berada di atas atau bagian belakang ada di atas, sehingga probalitasnya adalah 50 : 50, contoh ini merupakan probabilitas yang dapat dikalkulasikan (calculable probability). Jika dua atau bahkan 12 kali lemparan, belum tentu menghasilkan hasil yang sama antara bagian muka dan bagian belakang dari koin tersebut. Tetapi jika anda melempar koin itu 1000 kali, anda dapat mengharapkan adanya hasil kemungkinan bagian muka 500 dan kemungkinan bagian belakang juga 500. Makin sering anda melempar koin, maka kemungkinan bahwa anda dapat mengamati proporsi yang kira-kira setara antara bagian muka berada di atas dan bagian belakang berada diatas adalah sama, dengan demikian anda akan mencapai atau mendapatkan suatu kemungkinan yang sesungguhnya semakin besar.

Hukum bilangan besar diterapkan di perusahaan asuransi sebagai metode untuk memprediksi mengenai kemungkinan kerugian di hari depan. Perusahaan asuransi mengumpulkan informasi tertentu tentang sekelompok orang agar dapat mengenali atau mengidentifikasikan pola kerugian yang dialami oleh orang-orang tersebut. Berdasarkan keterangan dan data yang dikumpulkan ini, Perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan timbul dalam kelompok tertentu dengan lebih akurat, artinya perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah yang akan meninggal, cacat atau sakit dari kelompok tertentu tersebut.

Perusahaan asuransi telah mencatat dan mengamati berapa jumlah tertanggung yang meninggal pada kelompok-kelompok usia tertentu, kemudian perusahaan asuransi tersebut membandingkan data yang diperolehnya dengan data kematian penduduk nasional. Berpedoman pada data statistik ini, perusahaan asuransi dapat menyusun tabel atau bagan-bagan yang disebut dengan tabel mortalitas (mortality tables) yang sangat akurat dalam mengidentifikasikan jumlah orang dalam kumpulan yang besar (100.000 atau lebih) yang mungkin akan meninggal pada usia tertentu. Tabel mortalita menggambarkan tingkat kematian (rate of mortality) atau banyaknya kematian menurut usia, diantara sekumpulan orang tertentu. Perusahaan asuransi dapat juga mengembangkan tabel yang sama yang di sebut Tabel morbiditas (morbidity tables) yang menggambarkan tingkat morbiditas (rate of morbidity) atau timbulnya penyakit atau kecelakaan, berdasarkan usia, yang dialami atau terjadi diantara sekelompok orang tertentu.

Dengan menggunkan tabel mortalita dan tabel morbiditas yang akurat, perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan dapat memprediksi tingkat kemungkinan kerugian untuk kumpulan tertanggung; menetapkan premi yang layak untuk membayar klaim. Cara-cara perusahaan asuransi menggunakan statistik ini untuk menetapkan premi (pricing of life insurance) akan dibicarakan lebih lengkap dalam bab selanjutnya.

5. Kerugian tidak menjadi bencana atau katastrofis (catastrophic) bagi penanggung

Kemungkinan suatu kerugian yang tidak dapat diasuransikan, jika risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian finansial yang sangat besar atau luar biasa atau katastropik. Kerugian tersebut tidak dapat diasuransikan karena perusahaan asuransi tidak bisa memberikan janjinya untuk membayar manfaat kerugian tersebut. Contoh: Perusahaan asuransi umum tidak akan mau menerima pelimpahan risiko untuk rumah-rumah yang lokasinya bedekatan dengan Gunung merapi, mobil-mobil atau kendaraan bermotor yang lokasinya rendah atau senantiasa kebanjiran. Adapun obyek-obyek tersebut dapat diasuransikan jika bersedia membayar premi besar dengan beberapa pengecualian-pengecualian. Perusahaan asuransi dapat mengasuransikan sesuatu, jika kerugian finansial yang diakibatkan oleh suatu risiko dapat diprediksi. Contoh: dari 1000 orang dengan usia tertentu yang membeli polis asuransi kematian diasumsikan 10 orang akan meninggal dinia, akan tetapi jika yang meninggal melebihi dari prediksi yaitu sampai

dengan 200 orang, maka dianggap sebagai suatu peristiwa kataspropik yang disebabkan oleh virus SARS, Flu burung, gempa bumi, ataupun peperangan. Risiko-risiko seperti ini dapat dikatakan sebagai Risiko-risiko katastropik. Perusahaan asuransi jiwa dapat juga mengamati seorang atau beberapa calon nasabah yang membeli polis-polis kematian dengan uang pertanggungan besar sekali (over insurance) atau tidak wajar yang dapat mengakibatkan kerugian fatal bagi penanggung.

Alternatif lain, perusahaan asuransi dapat menekan kemungkinan kerugian yang fatal dengan mengalihkan risiko (risk transferring) kepada perusahaan asuransi lain, artinya perusahan asuransi lain tersebut menerima tanggung jawab untuk membayar seluruh atau sebagian klaim jika risiko itu terjadi atau sesuai dengan bagian premi yang diterimanya.

Perusahaan asuransi (insurer, ceding company) yang mengalihkan (cede) kerugiaan finansial tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan atau mengasuransikan kembali kepada perusahaan asuransi kedua yaitu dengan istilah reasuransi (reinsurance) dan perusahaan yang menerima reasuransi tersebut dinamakan reasuradur atau reinsurer (Perusahaan Reasuransi). Perusahaan asuransi jiwa biasanya menetapkan jumlah asuransi maksimum atau retensi sendiri (retention limit) yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi atas risikonya sendiri untuk setiap jiwa tanpa mengalihkan sebagian dari risiko tersebut kepada perusahaan reasuransi.

Perusahaan reasuransi kadang-kadang dapat juga mengalihkan risikonya kepada perusahaan reasuransi lainnya dalam suatu transaksi yang disebut retrosesi (retrocession). Perusahaan reasuransi yang mereasuransikan risiko yang dialihkan oleh perusahaan asuransi dalam suatu transaksi retrosesi disebut retrocessionaire

Dalam dokumen Modul Asuransi (Halaman 43-48)

Dokumen terkait