Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution
106
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN
KARYAWAN TELADAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS
(STUDI KASUS : PT. MITRA MAYA INDONUSA)
Nanur NasutionMahasiswa Jurusan Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl.SisingamangarajaNo.338SimpangLimunMedan
www.stmik-budidarma.ac.id//Email: [email protected]
ABSTRAK
Dalam penentu karyawan teladan oleh Departemen Sumber Daya Manusia di PT. MITRA MAYA INDONUSA terdapat beberapa faktor yang menjadi penilaian. Penilaian ini berdasarkan penilaian kinerja, yakni pengetahuan tentang pekerjaan, kreativitas, kualitas kerja, kerjasama dan sikap, inisiatif, kehadiran, jujur dan tanggung jawab. Demi efisiensi dan efektifitas kerja maka pemgambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan. Skripsi ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem pendukung keputusan yang mempunyai kemampuan analisa pemilihan karyawan teladan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dimana masing – masing kriteria dalam hal ini faktor-faktor penilaian dan alternatif dalam hal ini para karyawan dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga memberikan output nilai intensitas prioritas yang menghasilkan suatu sistem yang memberikan penilaian terhadap setiap karyawan. Sistem pendukung keputusan ini membantu melakukan penilaian setiap karyawan, melakukan perubahan kriteria, dan perubahan nilai bobot. Hal ini berguna untuk memudahkan pengambil keputusan yang terkait dengan masalah pemilihan karyawan teladan, sehingga akan di dapatkan karyawan yang dapat di pertahankan sebagai karyawan di PT. Mitra Maya Indonusa.
Kata Kunci : Sistem pendukung keputusan, AHP, Penilaian Karyawan.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang berkembang ditentukan dari kemampuan pihak – pihak manajemen dalam menerapkan aturan yang baik bagi perusahaan dan mampu mengolah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang terampil dan ahli dalam bidangnya tentu dapat kredibilitas untuk kemajuan perusahaan, sehingga aktivitas kerja perusahaan dalam mencapai target dan perencanaan program kerja dapat dilaksanakan dengan baik.
dapat menghasilkan laba atau menambah nilainya sendiri. Manajemen sumber daya manusia didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin, dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan kebijakan dan parktek-praktek yang perlu dilaksanakan oleh manajer, mengenai aspek-aspek sumber daya manusia dari manajemen kerja.
Karyawan yang baik serta berkualitas biasa didapatkan jika dari pihak perusahaan melakukan penilaian – penilaian atau setidaknya usaha untuk memprediksinya dengan cara menilai dari kinerja karyawan tersebut. Karyawan merupakan penentu maju mundurnya perusahaan. Untuk itu, harus cara khusus bagi perusahaan untuk mengetahui karyawan – karyawan mana yang tergolong karyawan karyawan teladan yang memberikan
kontribusi besar demi majunya perusahaan tersebut. Penilaian adalah faktor penting utama dalam sebuah pekerjaan, di mana para karyawan akan merasa nyaman dan puas apabila mereka memperoleh penilaian yang baik akan tetapi para karyawan akan kecewa dan berpaling apabila penghargaan yang diberikan terhadap pekerjaan baik yang diberikan tidaklah memuaskan. Menjadi karyawan yang baik merupakan kewajiban setiap orang yang dipekerjakan oleh perusahaan. Kewajiban pekerja adalah bekerja dengan baik dan selanjutnya kewajiban perusahaan yang memberikan pekerjaan, memberikan gaji atau upah beserta tunjangan – tunjangannya. Semakin tinggi tanggung jawab yang diberikan perusahaan, maka semakin tinggi pula penghasilan yang didapat seorang karyawan. Dengan menjadi karyawan yang baik dengan hasil pekerjaan yang bagus dan berlangsung terus menerus maka Perusahaan akan bangga serta mungkin akan diberikan suatu penghargaan baik secara materil maupun non materil. Karyawan yang telah dipercaya oleh Perusahaan biasanya suatu saat akan diberikan kesempatan untuk menempati suatu posisi jabatan yang lebih tinggi dan pastinya tanggungjawab yang diberikan juga lebih berat.
Yang melatarbelakangi masalah pada PT. Mitra Maya Indonusa yaitu pihak manajemen pada PT. Mitra Maya Indonusa melihat karyawan yang bekerja pada PT. Maya Indonusa dinilai kurang disiplin dan kurang maksimal dalam bekerja, maka
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 107
dalam hal ini akan dibuat system pendukung keputusan untuk menentukan karyawan teladan pada PT. Mitra Maya Indonusa, sehingga PT. Mitra Maya Indonusa dapat menentukan Karyawan teladan yang dapat dipertahankan sebagai karyawan pada PT. Mitra Maya Indonusa.
Dalam proposal penelitian ini, penulis mencoba menerapkan suatu metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisa
bagaimana caranya memutuskan atau menentukan karyawan tersebut di nyatakan sebagai karyawan teladan. Analytical Hierarchy Process (AHP) ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan kedalam bagian– bagiannya. Proses menentukan karyawan teladan di PT. Mitra Maya Indonusa ini akan melibatkan kriteria– kriteria yang nantinya akan dinilai. Perumusan kriteria–kriteria pemilihan adalah pengetahuan, kreativitas, kualitas kerja, kerja sama, inisiatif, kehadiran, jujur dan bertanggung jawab . Tentunya kriteria-kriteria ini merupakan inti dari penilaian.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis mencoba merumuskan masalah-masalah tersebut agar lebih mudah mencapai tujuan yang ingin dicapai : 1. Bagaimana membuat kriteria penentu
karyawan teladan?
2. Bagaimana menerapkan metode AHP untuk menentukan karyawan teladan di PT. Mitra Maya Indonusa
3. Bagaimana Merancang sistem pendukung keputusan untuk menentukan karyawan teladan dengan menggunakan bahasa pemrograman ? 1.3. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, dan agar tujuan dari penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan, maka di bagian ini akan dibatasi pada beberapa poin pentingnya saja, yaitu :
1. Kriteria penentu karyawan teladan ditinjau dari pengetahuan, kreativitas, kualitas kerja, kerja sama dan sikap, inisiatif, kehadiran dan tanggung jawab dalam kerja .
2. Metode Analitycal Hierarchy Process akan diterapkan pada PT. Mitra maya indonusa dengan memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih dalam pengambilan keputusan.
3. Merancang sistem pendukung keputusan untuk
menentukan karyawan teladan dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual
Basic.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penentu karyawan teladan, menganalisis metode Analitycal Hierarchy Process dan menganalisis rancangan aplikasi yang digunakan untuk menentukan karyawan teladan pada PT. Mitra Maya Indonusa.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mempermudah pihak manajemen dalam menentukan karyawan teladan dengan Kriteria yang ada.
2. Agar metode Analitycal hierarchy Process dapat diterapkan pada PT. Mitra Maya Indonusa dalam menentukan karyawan teladan. 3. Untuk mempermudah pihak manajemen dalam menentukan karyawan teladan dengan menggunakan aplikasi yang di rancang.
Yaitu dengan melakukan percobaan atau pengujian terhadap rancangan yang telah diimplementasikan terhadap sistem yang baru. Di sini akan terlihat apakah sistem baru yang dipakai dapat memberikan hasil yang maksimal.
2. Landasan Teori
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik.
Moore dan Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.
Sedangkan menurut Keen dan Scoot Morton Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber-sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah-masalah semi struktur .
Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa SPK bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 108
dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan.
Menurut (Azhar, 1995), dari pengertian SPK maka dapat ditentukan karakteristik antara lain: 1. Mendukung proses pengambilan keputusan,
menitik beratkan pada management by
perception.
2. Adanya interface manusia atau mesin di mana manusia (user) tetap memegang kontrol proses pengambilan keputusan.
3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur.
4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan
5. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item.
6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.
Tabel 3.1. Penentu Prioritas Intensitas Kepentingan Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujua. 3 Elemen yang satu sedikit lebig penting daripada elemen yang lain Pengalaman dan penilaian seikir menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen disbanding elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 Satu lemen mutlak penting daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
(Sumber : Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), 2009 )
Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakn matriks. Misalkan, dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tunggu, diaman suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan pebandingan. Selanjutnya perhatikan elemen yang akan dibandingkan.
K1 K2 …. Kn K1 k11 k12 …. k1n K2 k21 k22 …. k2n . . . . . . . . . . . . . . . Kn kn1 kn2 …. kn3
Gambar 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan (Sumber : Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), 2009 )
Matriks An x n merupakan matriks resiprokal. Dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w1,w2,w3,…,wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai (judgement) perbandingan secara berpasangan antara (wi,wj) dapat direpresentasikan seperti matriks berikut.
Rumus perbandingan secara berpasangan : a(i,j);i.j=1,2,…n……….3.1
Dalam hal ini matriks perbandingan adalah matriks K dengan unsur-unsurnya adalah kij, dengan i,j = 1,2,……..,n
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 109
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur k11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi K1 dengan operasi K1 sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur k11 adalah sama dengan 1. Dengan cara yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks perbandingan sama dengan 1. Nilai unsur k12 adalah perbandingan kepentigan elemen operasi K1 terhadap K2. Besarnya nilai K21 adalah 1/k12, yang menyatakan tingkat intensistas kepentingan elemen operasi K2 terhadaap elemen operasi K1. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi K1,K2,…Kn tersebut dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (W1, W2,…. Wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi K1 dibandingkan K2 dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi K1 terhadap K2 yakni W1/W2 yang sama dengan a12, sehingga matriks perbandingan pada gambar 2.4 dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
K1 K2 … . Kn K 1 w1/w 1 w1/w 2 … . w1/w n K 2 w2/w 1 w2/w 2 … . w2/w n . . . . . . . . . . . . . . . K n wn/w 1 wn/w 2 … . wn/w n
Gambar 3.2 Matriks Perbandingan Preferensi (Sumber : Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), 2009 )
Nilai-nilai wi/wj dengan I,j = 1,2,3,….n, dijajagi dari partisipan, yaitu orang-orang yang berkompeten dalam permasalah yang dianalisis. Untuk hirarki di atas (gambar 3.5) kita dapat melakukan penentuan prioritas (pembobotan elemen). Misalkan untuk kriteria : niali Akademik, Nilai Kehadiran, organisasi, siswa miskin. Penentuan prioritas untuk kriteria-kriteria tersebut dilakukan dalam bentuk matriks, contohnya sebagai berikut :
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Pemilihan Siswa Baru Penerimaan Beasiswa Nilai Akadem ik Kehadir an Aktif Organisa si Sisw a miski n Nilai Akademik k11 k12 k13 k14 Kehadiran k21 k22 k23 k24 Aktif berorganis asi k31 k32 k33 k34 Siswa miskin k41 k42 k43 k44
(Sumber : Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), 2009
2.3.3 Konsistensi
Dalam teori matriks diketahui bahwa kesalahan kecil pada koefisiena akan menyebabkan penyimpangan kecil pula pada eigenvalue. Dengan mengkombinasikan apa yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal utama dari matriks A bernilai satu dan jika A konsisten, maka penyimpangan kecil dari kij akan tetap menunjukkan eigenvalue terbesar, nilainya akan mendekati n dan eigenvalue sisanya akan medekati nol.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi, dengan persamaan.
Rumus indeks konsistensi : CI=
……… ………3.2
Dimana : = eigen value maksimum
n = ukuran matriks CI = Indeks Konsistensi Tabel (Saaty) Apabila C1 bernilai nol, maka pair wise comparasison matrix tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (R1) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Whartin school.
Matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai dengan 9) besertas kebalikannya Indeks Random (R1). Berdasarkan perhitungan Saaty engan menggunakan 500 sampel, jika “judgement” numerik diambil secara acak dari skala 1/9,1/8,…,1,2,…,9 akan diperoleh rata-rata konsisten untuk matriks dengan ukuran erbeda, sebagai berikut :
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 110
Tabel 2.3 Nilai Indeks Random
(Sumber : Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), 2009
Perbandingan antara C1 dan R1 untuk suatu matriks didefenisikan sebagai Rasio Konsisrensi (CR
CR = ……… ………3.3 CR = rasio konsistensi CI = indeks konsistensi RI = indeks random 2.3.4 Bobot Prioritas
Hasil perbandingan berpasangan AHP dalam bobot prioritas yang mencerminkan relatif pentingnya elemen-elemen dalam hirarki.
Terdapat dua jenis bobot prioritas yaitu sebagai berikut.
1. Local priority weights (LPW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen dibandingkan dengan induknya.
2. Global priority weight (GPW), menyatakan relatif pentingnya sebuah elemen terhadap tujuan keseluruhan.
3. Analisa Dan Perancangan 3.1 Analisa Masalah
Dalam Penelitian ini, penulis menganalisa masalah dalam suatu perusahaan PT. Mitra Maya Indonusa, penulis menganalisa suatu penilaian kinerja karyawan yang mempunya prestasi yang bagus. Maka penuis dalam penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process(AHP) untuk diaplikasikan pada sistem
pengembangan SDM. Khususnya untuk menentukan pemilihan karyawan teladan pada PT. Mitra Maya Indonusa.
Adapun langkah-langkah metode AHP sebagai berikut :
3 Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocokbagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
4 Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
5 Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Uk ura n M atr ix 1 , 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 In de ks Ra nd om 0 . 0 0 0 . 5 8 0 . 9 0 1 . 1 2 1 . 2 4 1 . 3 2 1 . 4 1 1 . 4 5 1 . 4 9 1 . 5 1 1 . 4 8 1 . 5 6 1 . 5 7 1 . 5 9
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 111
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
4. Implementasi Dan Evaluasi 4.1 Implementasi
Implementasi sistem merupakan tahap dimana sistem informasi telah digunakan oleh pengguna atau user, Sebelum benar – benar bias di gunakan dengan baik oleh pengguna, Sistem harus melalui tahap pengujian terlebih dahulu untuk menjamin tidak ada kendala fatal yang muncul pada saat penggunaan memanfaatkan sistemnya.
1. Cara melakukan Login
Form login merupan form pertama kali muncul
ketika sistem dijalankan. Pada form login, user diminta untuk menginputkan username dan
password agar bisa masuk ke sistem.
Gambar 5.1 Form Login 2. Input data karyawan
Input data karyawan merupakan tempat untuk
melakukan penginputan data-data karyawan yang dibutuhkan dalam pemilihan karyawan teladan.
Gambarb 5.2. Form Data Karyawan 3. Input data kriteria
Input data kriteria merupakan sistem untuk
menetukan ataupun menginput data-data kriteria yang ditetapkan sebagai dasar penentuan nilai.
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 112
Gambar 5.3 Form Kriteria 4. Form Input Nilai Kriteria
Form input nilai kriteria adalah suatu sistem
untuk menginput nilai kriteria sekaligus menghitung atau menentukan nilai lamda maksimum.
Gambar 5.4 Form Input Nilai Kriteria 5. Form Input Nilai Karyawan
Form input nilai karyawan adalah suatu sistem
untuk menginput data nilai karyawan berdasarkan kriteria, sekaligus sebagai sistem untuk menentukan nilai prioritas global nilai karyawan. Dimana prioritas global ini adalah sebagai penentu nilai karyawan tersebut.
Gambar 5.5 Form Input Nilai Karyawan 6. Form Proses AHP suatu sistem yang akan
melakukan penentuan nilai tertinggi karyawan dari prioritas global. Dimana nilai tertinggi inilah sebagi data penentu untuk ditetapkannya karyawan teladan
Gambar 5.6 Form Proses AHP 5. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dalam penulisan ini adalah:
1. Bobot yang dipakai untuk penilaian karyawan ini adalah 0 – 4, Semakin tinggi nilai bobot penilaian dokumen maka semakin tinggi pula nilai intensitas total penilaian karyawan.
2. Hasil perhitungan AHP yang diterapkan ini akan menghasilkan keluaran nilai intensitas prioritas karyawan tertinggi sehingga karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk di pertahankan sebagai karyawan tetap.
5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan hendaklah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dalam pemilihan karyawan teladan, karena metode ini baik digunakan untuk pemilihan karyawan teladan pada perusahaan ini
2. Penekanan pada kriteria perlu ditingkatkan pada saat sekarang ini, karena sumber daya manusia telah menjadi factor penting dalam menentukan kinerja perusahaan.
3. Perusahaan harus menilai kinerja karyawannya secara berkala agar tetap baik dan lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Karyawan Teladan Dengan Menggunakan Metode
Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus : PT. Mitra Maya Indonusa). Oleh : Nanur Nasution 113
Daftar Pustaka
1. Usman Nurdin “ Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum “, 2002
2. Setiawan Guntur, “ Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan”, 2004
3. Aulia Vitari dan Muhammad Said Hasibuan (2010), Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa Menggunakan Metode Analytical hierarchy Process, Magister Teknologi Informasi IBI Darmajaya, Konferensi Nasional Sistem dan Informatika
2010; Bali,November
2010..http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/30464/3/3Chapter%20011.pdf Tgl.Akses 25/06/2012
4. Lusi Luzaenah, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Met ode Analytical Hierarchy Process (AHP),2009.
5. http://infoduit.com/menjadi-karyawan-teladan.tgl.akses.25/06/2012