• Tidak ada hasil yang ditemukan

martabat-tujuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "martabat-tujuh"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I

Pendahuluan

1.1 Identifikasi Naskah

Identifikasi naskah Martabat Tujuh merupakan pengidentifikasian yang dilakukan terhadap wujud konkret naskah dengan melihat aspek-aspek kodikologi, yaitu ilmu yang khusus mempelajari bahan tulisan tangan, seluk-beluk semua aspek naskah, termasuk di dalamnya bahan, umur, tempat penulisan, dan perkiraan penulisan naskah. Tujuan dari kodikologi ini adalah untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai proses pembuatan dan pemakaian naskah, termasuk di dalamnya orang-orang yang berkaitan dengan naskah. Dengan diperolehnya pengetahuan kodikologi ini diharapkan identifikasi sebuah naskah dapat tersedia secara jelas sehingga memaknai isi naskah menjadi lebih mudah dan setidaknya dapat mengurangi salah penafsiran makna isi kandungan naskah.

Identifikasi yang dilakukan terhadap naskah Martabat Tujuh adalah mendeskripsikan segi fisik naskah dengan melihat hal-hal sebagai berikut. Pertama, hal-hal umum, seperti pengoleksi, nomor naskah, judul, penyalin, bahasa, dan penanggalan naskah. Kedua, bagian buku (naskah), seperti bahan, kondisi naskah, cap kertas, jumlah halaman, halaman pelindung, susunan kuras, ukuran halaman, sampul naskah, dan jumlah baris. Ketiga, hal-hal yang berkaitan dengan tulisan, seperti teks ditulis oleh berapa orang (jumlah penyalin), apakah ada koreksi, rubrikasi, dan hiasan. Keempat, hal-hal yang berhubungan dengan penjilidan, seperti bahan sampul, ukuran sampul, motif

(2)

dan warna sampul, cara penjilidan, dan pemotongan kertas. Kelima, hal yang berkaitan dengan sejarah naskah, seperti kolofon, kepemilikan, dan catatan lain yang terdapat di dalam naskah.

Salah satu naskah koleksi filologika yang terdapat di Balai Pengelolaan Permuseuman Negeri Propinsi Jawa Barat “Sri Baduga” dengan nomor inventarisasi naskah 07.07 yang dalam daftar koleksi Filologika Balai Permuseuman Negeri Propinsi Jawa Barat “Sri Baduga” berjudul Pelajaran Fiqih, yang merupakan naskah tunggal (codex unicus). Setelah dibaca dan ditelaah isinya naskah ini berisi tentang Martabat Tujuh, Doa-Doa, dan Primbon, berdasarkan isi tersebut selanjutnya naskah ini diberi judul Martabat Tujuh, karena sebagian besar isi naskah adalah mengenai ajaran martabat tujuh atau emanasi Tuhan dalam martabat tujuh, yaitu salah satu ajaran tasawuf yang menjelaskan hakikat keberadaan Tuhan. Naskah ini berasal dari Majalengka dan pemiliknya tidak diketahui, tidak ada keterangan lain yang menjelaskan asal-usul naskah sebelum naskah ini disimpan di Balai Pengelolaan Permuseuman Jawa Barat “Sri Baduga”.

Naskah yang berjudul Martabat Tujuh ini diawali dengan beberapa doa istigfar yang dilanjutkan dengan cerita Abdullah dan istrinya, Baginda Ali, serta Nabi Muhammad. Nabi Muhammad memberikan pelajaran hidup dan doa yang dapat menghapuskan segala dosa. Selain doa, penulis juga menambahkan mantra (berupa primbon) dalam bahasa Jawa. Selanjutnya, dari halaman delapan barulah dipaparkan mengenai ajaran martabat tujuh, hakikat mengenai keberadaan Tuhan, melalui bagan yang dikombinasikan dengan simbol-simbol berupa garis, lingkaran, serta teks-teks yang mendukung makna dari simbol-simbol tersebut. Bagan-bagan ini terdapat pada halaman 26 sampai 32, serta halaman 36 sampai 39, pada halaman-halaman tersebut teks naskah berilustrasi berbentuk diagram atau skema. Pada halaman berikutnya dipaparkan penjelasan dari bagan-bagan tersebut, diperkaya dengan doa-doa, bahkan berupa primbon dalam bahasa Jawa.

Naskah ini teksnya berbentuk prosa, namun seperti sudah dijelaskan di atas, sebagian teksnya ada yang ditulis dalam bentuk

(3)

diagram atau skema. Semua tulisan dan bagan ditulis dengan tulisan yang kurang jelas karena terlalu rapat dan hurufnya kecil, dengan menggunakan alat tulis berupa pena yang runcing serta tintanya berwarna hitam. Kalau dilihat dari kerapihan dan kerapatan tulisan, terdapat dua jenis tulisan, yaitu yang satu hurufnya lebih besar, tebal, serta memakai tanda baca, dan kerapatannya tidak terlalu rapat, jarak antarbaris sekitar 1 cm, sedangkan yang satunya lagi hurufnya kecil, tipis, serta tidak memakai tanda baca dengan kerapatan sangat padat, jarak antarbaris sekitar 0,3-0,5 cm. Ada kemungkinan teks naskah ini disalin oleh dua orang penyalin, karena karakteristik huruf yang berbeda, seperti yang dijelaskan di atas.

Keadaan naskah sudah rusak, mulai mengkhawatirkan, beberapa lembar sudah sobek dan tidak dapat dibaca lagi, terutama di halaman akhir kertasnya sudah tidak utuh lagi. Bahan naskah dari kertas tradisional berupa kertas saeh berwarna putih kekuning-kuningan, sedangkan aksaranya berhuruf pegon (Arab-Sunda atau Jawa) berbahasa Arab dan Jawa Cirebon, sebagian huruf Arabnya gundul, tanpa ada pemarkah. Hampir semua teks berbahasa Jawa Cirebon kecuali bagian berupa doa-doa yang ditulis dalam bahasa Arab, begitu juga pada teks yang dibuat bagan atau skema bahasanya beberapa kata atau istilah digunakan bahasa Arab, sedangkan penjelasannya menggunakan bahasa Jawa Cirebon.

Naskah ini berukuran 13,8 X 18,8 cm dengan ukuran ruang tulisan 12,5 X 17,7 cm, tebal naskah/jumlah halaman 46 halaman. Jumlah baris per halaman antara 5 sampai dengan 22 baris per halaman, halaman awal 5 baris, sedangkan halaman akhir 12 baris. Beberapa halaman yang jumlah barisnya cukup banyak di antaranya, halaman 44 sebanyak 20 baris, halaman 35 sebanyak 22 baris, sementara halaman yang lainnya rata-rata 12-15 baris.

Naskah sudah tidak terlihat kurasnya karena sudah sobek dan tidak berjilid lagi. Bahkan beberapa lembar terutama bagian luar sudah hampir lepas dari bagian bukunya. Sementara di bagian pinggir beberapa halaman sobek dan melipat, selain itu ada

(4)

juga yang bagian tengahnya sobek-sobek dimakan rayap. Hampir dipastikan beberapa tahun lagi naskah ini akan lapuk.

Di bagian awal naskah tertulis kolofon yang berbunyi, “Kang kembara ki ngimpi ti rasul (...) asta ki beukeul jaga wista nuli nini apu-apu terah Nyimas Anggadita apu-apu terah ratu dipati-pati apu-apu terah sulton anom sewarga apu-apu terah Sultan Imam Mudabih Sultan Komarudin Hariri aja Caribon ingkang rai Sultan Imam Mudabih Sultan Komarudin ingkang jumeuneung iki ingkang jumeuneung iki. Taun 1249 wa Allahu a‟lam”. Ini menjelaskan kepemilikan atau sejarah naskah pada saat naskah ini ditulis atau disalin, yaitu dari keluarga raja Sultan Komarudin Hariri yang merupakan Sultan Cirebon pada tahun 1249.

(5)
(6)

6

Bab II

Ringkasan Isi

Naskah “Martabat Tujuh” ini adalah naskah yang berisi tentang ajaran adanya Tuhan yang digambarkan dalam tujuh sifat atau tujuh martabat, yaitu martabat Ahadiyah, martabat Wahdah, martabat Wahidiyah, martabat alam arwah, martabat alam misal, martabat alam ajsam, dan martabat alam insan. Tiga martabat yang pertama, Ahadiyah, Wahdah, dan Wahidiyah disebut juga alam ilahiyah, sedangkan martabat alam arwah, martabat alam misal, martabat alam ajsam, dan martabat alam insan disebut muhdas, yang serba ada atau baharu.

Martabat tujuh dalam naskah ini dapat diartikan sebagai hakikat keberadaan Allah yang terkandung dalam semua kekuasaan dengan sifat-sifatnya. Ketujuh martabat ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Martabat Ahadiyah adalah martabat yang pertama, yaitu wujud sunyi dari segala sifat dan bentuk kaitannya, atau la ta‟yin (tidak nyata). Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Ahadiyah adalah martabat Allah yang berupa zat kodim ajali, masih bersifat belum nyata, semuanya dalam keadaan gaib atau tidak nampak. Martabat ini menjelaskan keberadaan Allah merupakan hakikat dari Muhammad. Martabat yang kedua adalah martabat Wahdah, yaitu ta‟yin awal, hakikat Muhammad yang merupakan pengetahuan Tuhan secara umum, global, atau ijmal. Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Wahdah merupakan penjelasan bahwa Allah telah memiliki wujud yang berupa zat dada Muhammad, Allah ada dalam ilmu-Nya, yang diibaratkan dengan dinding kayu. Martabat yang ketiga

(7)

adalah martabat Wahidiyah, yaitu ta‟yin sani yang merupakan pengetahuan Tuhan yang terperinci atau tafsil tentang zat dan sifat serta segenap yang ada lainnya. Dalam naskah ini dijelaskan bahwa martabat Wahidiyah merupakan kehendak Allah yang berupa zat dan sifat yang terkandung dalam asma-Nya.

Martabat keempat adalah martabat alam arwah, yaitu alam yang sederhana tidak bersusun dari unsur-unsur dan tidak bersifat materi. Martabat ini merupakan martabat yang menyatakan kekuasaan Allah, kun payakun, untuk menciptakan semua makhluk (manusia) yang diberi pancaindra dohir dan batin berupa pikiran, karya, dan bicara. Alam arwah merupakan alam di mana nyawa belum menerima nasib, nyawa masih merupakan cahaya suci. Martabat kelima adalah martabat alam misal, yaitu alam yang sudah tersusun dari unsur-unsur yang halus, tetapi tidak akan mengalami cerai-berai, usang, atau rusak. Martabat ini merupakan kehendak Allah untuk mengadakan rupa yang nyata dalam wujud ilmu-Nya yang tersusun namun tidak beraturan dan tidak akan rusak, inilah yang dimaksud dengan cahaya gaib. Alam misal adalah alam segala rupa yang telah diisi dengan nyawa dan mulai menerima nasib.

Martabat keenam adalah martabat Alam Ajsam, yaitu alam yang tersusun dari unsur-unsur yang kasar dan dapat mengalami perceraiberaian. Martabat ini merupakan kehendak Allah yang diibaratkan susunan yang beraturan seperti bumi dan langit, ketika nyawa selah bertemu dengan pancaindra zahir. Alam Ajsam adalah alam segala tubuh, rupa tubuh sekalian insan, dan rupa kalbu serta rohnya. Dan martabat ketujuh adalah martabat alam insan, yaitu martabat yang menghimpun semua martabat sebelumnya. Dalam naskah ini, martabat ini disebut juga martabat alam insan kamil, yaitu martabat yang menyatakan kehendak dan kekuasaan Allah yang sangat nyata berupa insan (manusia) suci yang diberi nama Muhammad, atau manusia sempurna tempat berkumpulnya keenam martabat sebelumnya yang disatukan dengan pancaindra dohir dan batin. Alam insan adalah alam segala manusia, yakni adanya manusia anak keturunan Adam.

(8)

Berdasarkan naskah ini, kata Allah terdiri dari empat huruf dengan martabat-martabat-Nya. Keempat huruf itu adalah sebagai berikut. Pertama, huruf alif merupakan hakikat Allah dalam martabat alam arwah. Kedua, huruf lam yang merupakan hakikat dari martabat Wahidiyah. Ketiga, huruf lam alif merupakan hakikat dari martabat Wahdah. Dan keempat, huruf ha yang merupakan hakikat dari martabat Ahadiyah, yaitu kehendak dan kekuasaan Allah yang mencakup tujuh langit dan tujuh bumi yang merupakan zat Allah semua.

Sementara itu, kata Muhammad juga berasal dari empat huruf yang masing-masing mengandung makna sebagai berikut. Pertama, huruf mim (yang pertama) dalam mu- mengandung makna sukma, yaitu ingat akan zat kesempurnaan hidup yang disebut zat. Kedua, huruf ha dalam –ham- mengandung makna ingat akan aku yang merupakan kumpulan hidup yang disebut sifat. Ketiga, huruf mim (yang kedua) dalam mmad- mengandung makna ingat akan nama jati diri hidup yang disebut asma. Dan keempat, huruf dal dalam –mmad mengandung arti ingat akan nyawa untuk hidup yang disebut ap a‟ l.

Dalam ilmu tasawuf makhluk yang pertama sekali diciptakan Allah SWT adalah nur Muhammad yang disebut juga hakikat Muhammad atau roh Muhammad, setelah itu barulah diciptakan alam yang lainnya. Konsep nur Muhammad ini ada sehubungan dengan pencapaian manusia pada derajat insan kamil (manusia sempurna), yaitu manusia yang sudah mencapai tingkat tertinggi dari sifat kemanusiaannya atau manusia yang sudah memiliki nur Muhammad. Insan kamil merupakan wahdatul wujud (kesatuan wujud) antara manusia sebagai alkhaliq dengan hakikat Yang Esa atau al-Haqq.

Untuk memperoleh nur Muhammad sebagai pencapaian derajat insan kamil yang merupakan penampakan diri Tuhan ada tiga tingkatan, yaitu Ahadiyah (satuan Tuhan), Hawiyah (kediaan Tuhan), dan Aniyah (keakuan Tuhan). Pada tahap Ahadiyah, Tuhan dengan kemutlakan-Nya baru keluar dari al-ama atau kanzan makhfiyyah (kabut gelap tanpa nama dan sifat). Pada tahap Hawiyah nama dan sifat Tuhan telah mulai menampakkan

(9)

diri. Pada tahap Aniyah, Tuhan menampakkan diri dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya pada semua makhluk-Nya, namun Tuhan menampakkan diri terbatas pada insan kamil.

Berdasarkan nama dan sifat-Nya Allah memiliki empat sifat, yaitu sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma‟ani, dan sifat ma na‟ wiyah. Sifat nafsiyah adalah sifat yang tetap ada pada Allah (kekal) atau sifat yang berhubungan dengan zat Allah, yaitu wujud (ada). Sifat salbiyah adalah sifat yang tidak sesuai atau tidak layak terhadap perkara yang tidak pantas pada Allah, yaitu qidam, baqa, mukhalapah li alhawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyat. Sifat ma a‟ ni adalah sifat yang menetapkan hukum atau sifat yang wajib bagi Allah yang dapat digambarkan oleh pikiran manusia untuk meyakinkan bahwa kebenarannya dapat dibuktikan dengan pancaindra, yaitu sama‟ basar, kalam, qudrat, iradat, ilmu, dan hayat. Sifat ma na‟ wiyah adalah sifat yang tetap pada Allah atau sifat yang berhubungan dengan sifat ma a‟ ni, yaitu sami a‟ n, basiran, mutakaliman, qadiran, muridan, aliman, dan hayan. Jadi, inilah yang dinamakan dengan Allah sebagai al-Haqq yang patut disembah, yang terkandung dalam makna La ilaha illa Allah (tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah).

Jika dikaitkan dengan tujuh martabat pada Allah, nama dan sifat Allah dapat dipaparkan sebagai berikut. Martabat Ahadiyah merupakan hakikat Allah yang bersifat hidup, Yang Maha Hidup tergambar dalam badan kita. Martabat Wahdah merupakan hakikat Allah yang bersifat ilmu dan aliman, Yang Maha Mengetahui yang tergambar dalam hati kita. Martabat Wahidiyah merupakan hakikat Allah yang bersifat iradat dan muridan, Yang Maha Kersa yang tergambar pada nafsu dan kehendak kita. Martabat alam arwah merupakan hakikat Allah yang bersifat qudrat dan qaridan, Yang Maha Kuasa yang tergambar dalam gerak anggota badan kita. Martabat alam misal merupakan hakikat Allah yang bersifat sama dan sami a‟ n, Yang Maha Mendengar yang tergambar dalam telinga kita. Martabat alam ajsam merupakan hakikat Allah yang bersifat basor dan basiran, Yang Maha Melihat yang tertanam dalam mata kita. Dan martabat alam insan kamil merupakan hakikat Allah yang bersifat

(10)

kalam dan mutakaliman, Yang Maha Berkata melalui firman-Nya yang tergambar dalam lidah kita. Ketujuh martabat ini terdapat dalam sifat ma a‟ ni dan sifat ma na‟ wiyah.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa naskah ini selain berisi ajaran martabat tujuh, penulis menambahkan doa-doa yang sering dibaca oleh Rasulullah dan para wali, di antaranya doa yang dibaca oleh Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Kalijaga. Selain itu, ditulis juga beberapa mantra atau primbon dalam bahasa Jawa, di antaranya, mantra untuk anjala, mantra untuk menaklukkan hati perempuan, mantra ketika mendapatkan kesusahan atau masalah, dan sebagainya. Doa-doa dan mantra-mantra ini, dijelaskan juga cara dan waktu pembacaannya, begitu juga khasiat-khasiatnya.

Sepertinya naskah ini memiliki nilai fungsi sosial pada masyarakat pemiliknya sebagai naskah yang dipakai dalam mempelajari ajaran ilmu tasawuf, atau kemungkinan sebagai sarana untuk menyampaikan ajaran ilmu mistik, dan emanasi Tuhan dalam martabat tujuh. Naskah ini menarik untuk dipelajari jika kita ingin mencapai kesempurnaan hidup sebagai makhluk insan kamil, manusia yang sempurna, seperti yang dipelajari oleh para sufi.

Dalam Ensiklopedia Islam, dijelaskan bahwa manusia (sufi) akan dapat mencapai derajat insan kamil dengan melakukan taraqqi (usaha kecil) melalui tiga tahap, yaitu (1) bidayah (sufi disinari oleh nama-nama Tuhan), (2) tawassut (sufi disinari oleh sifat-sifat Tuhan), dan (3) khitam (sufi disinari zat Tuhan sehingga Tuhan bertajali dengannya). Pada tahap terakhir inilah sufi memperoleh nur Muhammad menjadi insan kamil.

(11)

Bab III

Transliterasi dan Terjemahan

3.1 Trasliterasi

//... /1/Kang kembara ngimpi ti rosul (...) asta beukeul jaga wista nuli nini apu-apu terah nyimas anggadita apu-apu terah ratu dipati-pati apu-apu terah sulton anom sewarga apu-apu terah Sulton Imam Mudabih Sulton Komarudin Hariri aja Caribon ingkang rai Sultan Imam Mudabih Sulton Komarudin ingkang jumeuneung iki ingkang jumeuneung iki. Taun 1249. Wa Allahu „a‟lam./2/

Punika pangleumeusé baraja sir (....) nyaka tekaléné siro ing nur ilmu jatining baraja weuri lungguh ing kulit waja lungguh ing dading panemur lungguh ing geutih rupa lungguh ing tingal landep lungguh ing tangan baraja lungguh ing pengucap iya isun kang (....) amisésa ing baraja kabéh. Punika panalukan sakéhé kang ana sangkul lenggang sangkul hérang sang kasep rasa, sang kasép rasa sang kasép rasa siro apeusa siro anut maring isun ana siro saking isun iya isun pangéran niro sang nur dat baya putih niro matwa. Punika panalukan sakéhing cucumah siro anut maring isun ana niro saking isun iya isun pangéran niro sang nur dat sakti sakurulang miceun gibong gambaré sakurulang kuat/3/ déning yén (...) iné getar ora susi yén atur katon gaton kaya ségara yén ing katon kaya gunung susi yén alumaku katon sing siwa alala kumat weudang sang dading kumat pacel sang sikut mati sikuting jari jiku sang dén karep sang dén asup teka jagat jagat cur macur cahayané sang jabang bayi dadi kawasan baraja

(12)

misti panguku sang karep sang dak asup pada leubur teka leubur musna tanan-tananné (....) aja anglada-lada.

Punika pertélané iku dat kita sadung tamba maring bapa babu kita iku misti anané iku ambuhé maring sifating (....) ing aranan kudrat kita iku kahanan jatining nuli tumipil kudrat kita iku maring sipating élo anur tumipil malih kudrat kita iku ing nétra iné/4/ kudrat kita iku maring kuping karo ing aranan ilmu kudrat Allah ing aranan tuladan kuping karo anuli tumepil malih kudrat kita iku maring geroan ing aranan nur Allah kudrat Allah, ana mapar tuladan geroan anuli tumepil malih kudrat kita iku maring pangucap ing aranan suhud kudrat Allah, ana mapar tuladan pangucap tamoran kudrat kita iku maring teteg tanempilan déning para sambong babu ing aranan ruh kudrat sifat Allah, ana mapar tuladan teteg anuli tamuran malih kudrat kita iku maring dadi tanimpilan para sambing bapa babu ing aranan akal kudrat sifat Allah, ana mapar tuladan dadi rosul tamuran malih kudrat kita iku maring suku karo tanimpilan para sambing ing bapa babu ing aranan kalam kudrat sifat Allah, ana mapar tuladan suka karo anuli tamoran malam kudrat kita iku maring tangan karo tanimpelan para sambing bapa babu ing aranan nur kudrat sifat Allah, ana mapar tuladan suka karo anuli tetemu babu anuli ngaran dakah karo puji andé kang mati déngé lawon bapa mati déngé lanang lamun babu mati déngé dadi wadon saya anut tuli bapa babu ing aranan kudrat kita iku dat Allah, lanang yuniné iku ingkang ing aranan kipasan anuli agawé alam papat wujud karna nétra karo nyata/5/ tahu karna ing pengucap karo nyatané aliné nisut wujud ilmu iku dadi cahaya ning Allah, eunuli suhud iku dadi sipating Allah eunuli agawé malaikat papat sarta sipat rong puluh Jabarail Mikail suka karo Izrail Asrafil tangan karo nyatané andén nyatané parasambing bapa babu iné iku pitung perkara ingkang kocap ing dalem tulis rupané saking bapa mani dadi wong kuwasa madi dadi kakuh rupané saking bapa wadi dadi ari-ari man kama dadi geutih suci.

Punika pipikkan dat Allah iku ing dalem sangan wulan anu handal saking kalut ing aranan sipat Allah tangayon awal dén ari surga kapindo wis salsé jajaluké dat Allah iku wis jumeuneung

(13)

sipat Allah sarta eugawé makom papat makom bako ing teu gaga wujud nyatané eumako jumeuneung ing dalem nyatané lilimaning ing tangan karo anuli nyatané makom parawang suka karo suhud nyatané. Andé nyatané mani kang dadi wong kawasan ing sama samangké dadi lelangit wadi kang dadi kukuh samangké iku dadi euwong-euwong madi kang dadi ari-ari iku amangké kang dadi bumi menikam kang dadi geutih samangké iku kang dadi tutuwuhan.

Anuli teu muran malih kudrat kita iku maring antara kodim (...) anyar ing aran surga, kaping teulu ing aranan ki kudrat iku hakikating sipat jumeuneung ratu ing déwék Allah sir tutuhanné lan paréntah ing malaikat papat suka karo/6/ tangan karo nyatané lan sampurna malih kudrat kita maring antonaning akal balig ing aranan surga, kaping pat sarta eunyatakakeun ing martabat ing déwéké, andéni nyatané ahadiyah pusar kita nyatané wadah kebal kayati nyatan wahidiyah jalibir kita nyatané ing aranan martabat kidam azali abdi, andéni martabat anyar alam arwah, ucap kita nyatané alam misal, ambu kita nyatané alam ajsam, rungu kita nyatané alam insan kamil, tinggali kita nyatané ing aranan kudrat kita iku hakikati dat Muhammad jatining sifat iné iku kang amangkon sifat kabéh. Nuli eusujud bumi ing eumapar seunokan atawa teuka kancingan ing aranan napsu amarah, palawa anu pangrungu eusujud malih tutuhan eungalap malih rahasané sani kabéh manusa seunokan makom geutih daging ing aranan napsu liwamah, palawangané pengucap ambeuné malih ing euwong-euwong ing alap malih rahasané sani kabéh ing gaganjal seunokan makom suwung saum dibilang ing aranan napsu muatmainah, palawangané pengambung eusujud malih kuluput eungalap rahasané sani kabéh ing lilimango sinwakan makom awal kulit ing aranan napsu sawiyah palawangané paningal.

Nuli nur pakeun cahaya kudrat saking surga kaping sané kabéh ing jajating janeulukan/7/ Rosulullah ing aranan jajating iku surga. Kaping pat iné iku kang amangkoné rahasa kabéh iné iku kang ing aranan sir éling jatining hurip. Anuli wujud napsu sawiyah semokan surga tatagag ing aranan huriping wujud Allah,

(14)

eusujud malih napsu amrahu samokan surga dadi ing aranan akal ilmu kudrat Allah, eusujud malih napsu mutmainah seunokan surga karo ing aranan ilmu eunur af‟al Allah, eusujud napsu liwamah seunokan surga tangan karo ing aranan nur suhur af‟al Allah. Utawi éling iku ing aranan hati sanubari iné iku sur kita nyatané ing aranan Muhammad hakikat iné iku ingkang amangko ing sariat kabéh wawayangan sarngéngé ing aranan sarngéngé ing Muhammad majazi dadi panutanning sifat kabéh. Andéni siro iku ing aranan haté manawi euning kita nyatané ing aranan Rasulullah hakéki iné iku kang ing hakikat kabéh wawayangan mulané ing aranan Rasulullah majazi panutané napi kabéh. Utawi hakikat jagat iku kang dehan masrika baga nyatané mulané ing aranan masrika bagai ku déning pakupulaning kudrat Allah, kaping dua magribu ambo-amboné kitané mulih ing aranan magrib/8/ ambo-ambo nan iku déning wateuning kudrat Allah.

Kaping teulu pusar bumi weudaling kita nyatané mulané ing aranan pusar bumi weudal iku déning panjating kudrat Allah, kaping pat arana weureung kita nyatané mulané ing aranan rama weuteung iku déning panggonaning kudrat Allah, kaping lima sir jajating kita nyatané mulané ing aranan sir jajating iku barheunang kudrat Allah, kaping neuneup Cirebon dadi kita nyatané mulané ing aranan Cirebon dadi iku pacar meuneung kudrat Allah, kaping pitu kabitah Allah teunggak kita nyatané mulané ing aranan kabitah Allah teunggak déning paliro palerenaning kudrat Allah, kaping wolu kersa pangucap kita nyatané mulané ing aranan kersa pangucap iku déning hormating kudrat Allah, kaping sanga balé irus pangambung kita nyatané mulané ing aranan balé irus déning sahing kudrat Allah, kaping sapuluh dadang jalak kuping karo nyatané mulané ing aranan dadang jalak kuping iku déning kaheloning kudrat Allah, kaping sawelas Mekah netra iku déning nyataning kudrat Allah gunawé kartonning Rasulullah gunawé pahéning kudrat Allah, kaping rolas Madinah wujud kita nyatané mulané/9/ langné Madinah ing aranan wujud kita iku sirnaning Rasulullah nyata muhid wujud Allah sirna maring kudrat Allah. Andéni sakéhing nusa iku ora

(15)

kacarita malih wis gunawé kasugihaning kudrat Allah dadi wawayangning wujud Allah, wa Allahu ala kuli syaiin qadir.

Punika awis (...) tis banyu oranana banyu ning tengah banyu andé kang tengah awak kang tengah-tengah tanagah déning Allah. Punika lamun arep karep déning kodamah iku wawacané jagat mandala kalasukahah suri kang koh bumi anabisa jagat mun saban kabéh maka panggawéné iku dén lalang rupané. Punika ngalibir panguwasaning wong manusa iki wawacané kolaang labur dina adinyana anglabur kola kola kubur kawadi nyananih kola kubur kawali nyana. Punika maring salujah hérang mata hérang jahaning mata heuneung mata hérang supaya sumurup ka mata putih mata putih sumurup ka mata hérang sureum banyu natruk caniro aran niro sang réka kuliyat tapan aja mangan andas.

Punika kaweruhna diri tahuné hakekating nabi ingkang neuneum iku sawiji Nabi Adam gunawé sajagating kudratullah jisim kita nyatané mulané ing aranan/10/ reubagan jisim iku déning wujud Allah ing aranan jagat kudrat Allah gunawé limala kamil ning Allah lan kapindo nabi gunawé akroning kudrat Allah talangan kita nyatané mulané ing aranan talangan dening nyata ing datullah gunawé uleukan déning Allah, lan kaping teulu Nabi Musa euakroting kudrat Allah nétra kita nyatané ing dat Allah gunawé kesucian déning Allah, lan kaping pat Nabi Ibrahim ukiran kudrat Allah pangambung karo nyatané mulané ing aranan pangambung déning nyata ing dat Allah gunawé sahing Allah, kaping lima Nabi Nuh gunawé i karoning kudratullah pangucap kita nyatané mulané ing aranan pengucap déning nyata ing dat pancari déning Allah ing aranan jagat maripat Allah wis nyata kamuhitna ing kudrat Allah, lan kaping neup Nabi Muhammad gunawé atawa saning kudrat Allah nyawa kita nyatané mulané ing aranan ngalu déning wis nyata ing asma Allah gunawé kanyataan déning Allah ing ngaranan jagat thariqat wis nyata kamuhitna déning kudrat Allah.

Punika lamun arep alinggih ing martabat kudrating, martabat ahadiyah iki ti buté iya isun bibilang ngedunub nur Allah sakéhé Allah tetep langgeng haku pulihing Allah iku iki sabuté lagalé ing wahdah neumurub tanpa badan déning nyawa isun

(16)

Allah iné isun Rasulullah iya nisun tuwahid kang dat/11/ iya isun kanyataan dat Allah iya isun kanyataan rosul Allah. Iki ing martabat wahidiyah iya isun nu ngalinggang jati tanana insan-insan iya isun nu ngaraga tanana sang insan-insan-insan-insan, punika araning bedil sang klinis maya aroning mimis ketunggalan lan kukusé, kakageuraha unine sang buyar euning aron uru beteut-buteut.

Punika doa sanggama, Allahuma bibildiyati, saperti mah tari bureu cahyaning wulan iya isun kakasihing Allah. Punika lamun arep kawasan pangaweruh iya isun wahyu widiyatullah sadurungé ana keursa paningali isun nurkah pengucap isun berkah jenengan isun haji putih terus gumuling kaweruhna dinir tatawiné datullah aran isun. Punika hakikating para wali sasing ing gawéné karomaning sipat Allah kang dehan boning lan kapinda pangéran majagang gunawé teur sadiding kudratullah sing susu dibilang kita nyatané mula ing aranan karomaning sipat Allah gunawé sanga lungguhan déning Allah, lan kaping pat lemah abang gunawé teur sadi déning kudrat Allah geutih daging nyatané mulané ing aranan geutih daging wis nyata karomang sipat Allah gunawé sipatemon déning Allah, kaping lima syah (....) lan kaping lima syeh-syeh lan magrib gunawé teur sada déning kudrat Allah eutut kakandangan kita nyatané mulané ing aranan eutut kakancangan déning/12/ wis nyata karokang sipatullah geunawé sarasa déning Allah, lan kaping pat susuhunan Ampel dinta lan kaping teulu susuhunan ing Giri iya gunawé tersada déning kudrat Allah wali kawalat kita nyatané mulané ing aranan wali kawalat wis nyata ing sipatullah gunawé ketinggalan ing Allah, kaping sanga susuhunan Kalijaga gunawé wiwinganing kudratullah nyatané ing wiwinganing sipatullah ing aranan jagat hakekating Allah ing kudrat Allah. Utawi hakikating malaikat papat iku kang dehan Malaikat Jibril gunawé sandingining kudrat Allah saka tangan nyatané, kaping do Malaikat Mikail gunawé sandingining kudrat Allah suka kayu nyatané mulané malaikat roro iku dén ing suka kuru, dén uwis nyata ing ap‟al Allah dadi kenyataan sipat jalalullah (....) sakit déning Allah, lan kaping teulu Malaikat Izroil tangan-tangan nyatané, lan kaping pat Malaikat Isroil tangan kayu nyatané, mulané malaikat-malaikat roro dén kari maka ing tangan

(17)

kuru déning wis nyata ing ap al ‟ Allah seunokeun kagunan déning Allah ing aran jagat saritullah gunawé kajambaran déning tamat sakéhing, lan parainé malaikat wis ora kucap tamalih wis gunawé kasugihaning kudratullah gunawé wiwinganing wujud Allah ing sakur mahing bumi sakur ing langit iku idopi tegesé warna-warna./13/

Punika kaweuruhna diri satahuné hakikat sampurna pulih kita ranciké sawiji-wiji sampurnaning pulih iku ing aranan sariatillah, mulané ing aranan sariatillah déning weus nyatané kaliputan déning tariqat Allah kapindo sampurna ausak lan angucap ing aranan torikotillah, mulané ing aranan torikotillah iku déning wis nyata kalipaté déning sipatullah. Kaping teulu sampurnaning wong meuneung ing aranan sipatullah, mulané ing aranan sipatullah iku déning weus nyata kalipeutan déning dat Allah. Kaping pat sampurnaning wong atur ing aranan dat Allah mulané ing aranan dat Allah iku déning wis nyata kaliputan déning kudrat Allah. Kaping lima sampurnaning dat pati ing aranan kudratullah mulané ing aranan kudrotullah déning wis nyata angalimput ambuhé maring dat sipatullah asma Allah, ap al‟ Allah ing aranan jagat kudrat Allah mulané ing aranan jagat kudratullah iku déning wis nyata ing wujud Allah iya iku ingkang arani kanan manusa sampurna.

Punika kaweruhna diri satahuné malih ilmu hakikoting jagat limang perkara kang dihan jagat kudratullah ing aranan punika gumeling kapingdo jagat datullah ing aranan manik gumanceung. Kaping teulu jagat sipatullah ing aranan manik gamilit, kaping pat ing aranan asma Allah ing aranan manik gumiwibir, kaping lima jagat ap al‟ Allah ing aranan manik gumibir. Andéni ringkeusé ingkang kudrat iné diri kita ingkang dat iya diri kita ingkang sipat iné diri kita ingkang asma,/14/ i diri kita apal i diri kita iku ingkang sadaja mantep. Punika langgeng ing déwéké ing aranan manik wujud bada Adam sampurna ora wiwitan ora weukasan, ora tua ora anom, ora lanang ora wadon, ora weuruh ora eunggon, ora jahat ora sanah, ora kayu ora tangan, andé nyatané ingkang ing aranan Adam hakéki lan Adam majazi. Andéni Adam hakéki iku iya wujuding diri kita, junlukeun

(18)

Muhammad kang ameungaku jagat sogir lan kabir jumeuneung ratuning sipat ingkang ameungaku sipat-sipat kabéh gunawé keunyatahan ing dat Allah ingkang ngadaton ing jagat mapar peuteng diri kita. Andéni Adam majazi iku rahasaning diri kita, junlukeun Rasulullah iné iku ingkang amengakuné rahasané jagat sogir lan kabir jumeuneung rataning rahasa kabéh gunawé kenyataan ning dat Allah ingkang ngadaton ing jagating hakikating diri kita, Muhammad jumeuneung ratuning ing sipating diri kita, Rasulullah jumeuneung ku ratuning ing rahasaning diri kita mulané ana dohir lan batin, wiwitan lan wekasan neupi lan isbat rosul ingkang Nabi Muhammad, ingkang isbat andé nyatané saringating Muhammad pengucap guru kang amangaku rahasa kabéh, torikoting Muhammad pengambung karo guru kang amangaku hurip kabéh, hakikoting Muhammad tangan guru kang ameungaku ilmu kabéh, maripating Muhammad paningal karo kang ameungaku sipat kabéh, angaranan huriping dat Allah eunyatakakeun ing wujud Allah. Wa Allahu „a‟lam./15/

Andéhi saringating rosul tangan karo katingal mangkon panggawé kabéh torikoting rosul suku karo ingkang amangka kekalahan kabéh. Hakikoting rosul aca-aca ingkang amangkoné angan-angan kabéh maripating rosul tenggak sampurnaning rahasa kabéh ing aranan rahasaning dat Allah ingkang enya teka ing sipat Allah.

Punika hakikating rosul lan hakikating Muhammad andéhi pasti nyané-nyané rosul iku élinging diri kita ingarané iman ingadeg déwéké tegesé berheuning Allah. Andéhi-andéhi pastinyaning Muhammad iku ucaping diri kita ingaranan sahadat angaja déwéké tegesé ananing Allah andéhi pasti nyanéning Adam kahaning diri kita ingaranan ana ing Bismillah tegesé kudroting Allah iku kahaning diri iki aja asak aja mangmang malih karana ingkang agama déning para nabi, para wali, para mumin, sadaya ingkang sampon sampurna mapar pati ingkang rarasané iku ingkang gendungan amonaca kaum-kaum maring kang déning dawai guru kang sampurna karana (....) karana salah natanangani.

Punika ingkang pangandika susuhan Ratu Giri nya isun kang jumeuneung ratuning Suryanala manik menur inten pamerta

(19)

sorma taya ing weulasé rahasé/16/ akur atawa ing urip. Punika ingkang pangandika susuhan ing Kalijaga iné isun jumeuneung ratu susuhan tayaluh alasan wulan angamurus anaris peuteng bumi peuteng langit eumacangé iku ing jagat kabeh. Punika ingkang pangandika Pangéran Cirebon iné isun ingkang mulya jumeuneung ratu sukma wisésa eumeungaku ing sanihing bawan kabéh iya isun peutengkaning arep kabéh. Wa Allahu „a‟lam.

bismi

Tegesé bis iku manané seumuning wujud. Tegesé

mil iku ananing

wujud manané ananing wujud Allahi Tegesé Allahi iku namaning wujud. alrahman

Tegesé rroh iku manané pangucapning wujud

pakumpulning rahasé kabéh. Tegesé man iku

man iki manané

pangranganing wujud

pakumpulané nur kabéh.

alrahim

Tegesé ahé iku manané pangambuné wujud pakumpulané urip kabéh. arrohimmin iku manané paningalang wujud pakumpulané sipat kabéh./17/

Punika paranti analukakeun wong wadon, bismillahir-rohmannirrohim jajaka junduk pernama eming lintiran wong wong wadon sang utara sironing rahésa arep haténé wong wadon ngisun (....) nu cahya sarining nu matih sir semujud maring ingsun iya isun panutan nurning purba wis nu tinggal sajatining meuneung teka sewujud sakedip teka karti secipta nisun teka kedap sajujulukeun jatining lanang.

Punika sarah doa Sulaiman sima sing sopo eumaca doa iki ing saban-saban dina atawa barang kang dén karo karepakeun tanakeun déning Allah maka lamun ingon-ingon ayam atawa kebo atawa (...) maka enero ing siro saking barkating doa iku, maka wacané pang tiga puluh maka lamun arep déning dén kahé déning wawacané doa iku pang weulas, lamun arep kenahé déning pandet

(20)

maka waca tatkala arep aturning sigit lan lamun arep kenahé dening wong akéh ing tengah weungi wawacané tatkala arep turu./18/

Maka lamun arep dén déning wong wadon maka winaca tatkala arep atur pangpat lan tatkala surup sarngéngé ping pindoné tengah weungi pan tiga waktu subuh kiwacané malem ping pat. Maka lamun arep dén kasihé déning raray maka winaca ing tengah weungi maka lan pang tegas niscaya raray ing wadasé iku pada asih, lamun arep dén ketemu teni déning sang alas dén waca pang peuteng dén sarta aja mangan iwak kang lian (....) balak sanapat kalawan weus lan aja atuh kalawan wong dén peuteng puluh dina insyaallah saking barkating doa iku. Maka lamun arep weuruh ing syaiton atawa jin maka dén wacaha atawa jin wamaka wacaha tatkala weulan peuting weulan dina sarta imaca saping puluh niscaya asih ing sirohé. Maka arep dén kasihi déning robiné kalawan asih dén asih ing siro maka tulisé dén iku ing panggan putih maka aksarané nukun ing kendi niscaya asih atawa rarayné sangkono oga barang karepé niscaya asih atawa pindonti ikilah doané.

Allahuma Sulaiman ibni alrahman ibni alrahimi alrahim zati yulika yatinil watu fa kulli alsamawati wa al-ardi. Summa ya Allah 3x, summa ya Muhammad 3x, summa ya Abdullah,/19/ summa yaa Allah 3X, summa ya Muhammad 3X, summa ya Abda Allah ya habiba Allah. La ilaha illa Allahu Muhammadun rasulu Allahi „adada khalkihi wa ridha nafsika wa zinata „arsyihi wa milka alsamawati wa al-ardi wa ma baina dzalika wa adafu zalika, wa alhamdu „ala zalika daiman „abadan ila yaumi aldin.

Punika doa panetep iman iku ingkang winaca, Allahuma bi hurmati Husain wa akhihi wa jaddihi wa ummihi wa abaihi najjini min algammi allazi ana fihi ya Hayyu ya Qayyum. Ya La ilaha illa anta ya Zal jalali wa al-ikram, inni as-aluka an tuhibba alqalba binuri ma‟ripatika, ya Allah, ya Allah, ya Allah bi rahmatika ya arhama alrahimin./20/

Punika doa parantiné adus istilah ingkang winaca mandi Allah, mandian badan jasmani badé mandian nyawa rohani mandian nyawa roh idopi bur Allah bur Rasullullah. Allahu akbar.

(21)

Iki susé adusé asyhadu wuluku-wuluku kuman kulit kami kaleumba kasturi daging sekar pawana getih meunyan kuyar urot ku kumanning rot. Alif tunggal kang mulya iyahu-iyahu urip tan kenang paning pati, pati tan kenang ing owah. Punika doa pangkubur dosa lamun winaca sapisan maka lineubur darakeun dosa wong iku déning Allah, lamun winaca kapindo lineubur dosa dosané anak rabiné. Allahuma inni asbahtu laka wa ashadu jumlata „arsyika wa malaikatika wa jami i‟ khalkika, innaka anta La ilaha illa anta wahdahu la syarika lahu, wa abduka wa rasulika birahmatika ya arhama alrahimin./21/

Punika masalah ingkang pangandika Pangéran Bonang arep sayogya lan angaweruhé wong mumin kang angawikani lampah lima perkara pan pilih kang angawikani ing lampah. Punika yén tan weruh durung mumin pada senaka ana sén lampah lima perkara wenang kang lima perkara iku paguru keuna kang hasil pangaweruhé karana wong mumin iku pada ana sén lampah lima perkara iku paguru keuna mangkana tingkahing kang dinuron lamun ora amartakakeun lampah iku tan yogya ginuroné kang lilima iku niat sampurnaning takbir, sampurnaning sahadat, sampurnaning sekarat, sampurnaning urip. Anapon sampur-naning niat iku orana anduweni karep kawula déning wus murid dadi sirna kareping kawula anging sih anging lulut iro kawula, anapon sampurnaning takbir iku ora anduweni tingal (...) kawula iku sabab weus kawiyahan/22/ déning sifat basir dadi sirna tingali ing kawula anging eusih iro kang anjaténi, anapon sampurnaning sahadat ora anduweni pangucap kawula ikuh déning wus kawiwihan déning sifat kalam dadi sirna pangucap ing kawula anging iné iku tilik ing pangéran, anapon sampurnaning sahadat iku orana patiné waluya maring jatiné iku dadi sirna uripé kawiwihan déning sifat dadi sadaya uripé kawula, anapon sampurnaning urip iku dadi lampah yén piryan sifating roh idopi ing dattullah mananing sampurnaning datullah kawula tegesé tisun isun wujud tunggal, tunggaling wujud sampurna aja malih.

Punika masalah dén sami angaweruhi mulané dadi alam iku kabéh wiyosé saking karsaning kang purba kang andadekakeun Pangéran Ampél deunte sastera ingkang/23/ puluh

(22)

ikuh ana ing Nabiyullah ingkang barkah Pangéran Ampél deunta lan Pangéran Kalijaga dén sami waspada ing tawuh ing na nokot amanjingakeun ing pangaweruh ikuh euba euta. Maring kang dineudekateun déning Allah barmula tegesé orana kéhétan wiwilangan ing dadi neeu dadi langit. Euba séréngéngé euna, dadi rambut eusta, dadi lintang euja, dadi méga euhe, dadi ujan eupa, dadi angin euda, dadi gunung eudza, kakayu ingkang sarwa nelah-nelah eula, dadi bangawan euza, dadi enok endah ésa, nyawa ésa dadi ésa dadi napsu/24/ eudo dadi geuni eudo dadi asreup eudo, dadi rahina eupa dadi rasa geuniné eudo eukap dadi watu, eupa weusi eula, dadi urung ing banyu eumim, dadi cahya euwaning euna dadi padang wawu, dadi sarwaka weulipit eja, dadi gelap lan ora alawas-alimima agampang mintul. Wallahu a‟ lam.

Punika doa anjala, Bismillah nini kuru nyinyi aki kuru nyinyi angaing ménta ngakasan dititah ku batara sang keuna larang nu aya di nagara di Panggarangan. Batara sangkulan dara ngiang ménta cocoowan sia hayam nitik bulu hiris sang rayak-rayak réa anak sika kulawu abu-abu tut seuri bangbang kuning. Batara ari teka ing sangkulan seuri nu aya di cai. Ngiang ménta hayam nitik bulu hiris sang rayak-rayak anaknya sika kulawu abu-abu tut seuri bangbang kuning./25/

(23)

Léngné martabat sifat kodim ajali abadi maka ing aranan maklumah suun datiyah ing aranan hakikat Muhammadiyah lan ing aranan naktu gaib lan ing aranan hurup kang mahalur.

Huwa Ahadiyah

Asiq

Martabat dat qadim ajali abadi. Léngné istip huma na ikuh sipating ahadiyah pangéran asik kang ambidekakeun.

Léngné ahadiyah iku martabat ing Allah taala lan ing aranan katayun tegesé orana nyatané lan ing aranan goibal kuyub lan ing aranan imahuwiyah lan ing aranan (....) tegesé jatining Allah taala lan ing aranan datul bahti tegesé dat kang sawakcané mapan durung ana sawiji nyata mengku ora keuna ing ucapakeun kidam bako lan lian pon durung nyata lan orana anduga ngangaling para waliyullah karana orana martabat malih ing kang saduhuring martabat ahadiyah./26/

(24)

Wahadiyah Allah Ma’suq Wahdah

Barhuma

Léngné martabat wahidiyah iku ngibarat Allah taala angandikané ing daté lan sipaté lan ing asmané déwéké lan angandikan ing sakéhé kang maujud dat atas dada lan munpasor tegesé weus dén pisahakeun satengahé saking satengahé maklumat ikilah kaya bumi langit tatapi durung lahir ikilah dat ana déwéké

Léngné martabat wahdah iku ibarat Allah taala angandikané ing déwéké karana déwéké lan angandikané ing sakéhé kang maujud dat atas dada lan Muhammad tegesé durung dén pisahakeun satengahé saking

satengahé karana maksih umpetan ing dalem ilmuning Allah taala kaya upamané dinding kayu dadi kang dongé lan pangé sadurungé tuwuh ikilah maksih umpetaning wiji./27/ Léngné Allah taala ikilah angliputi ing hurip-huriping makhluk kabéh.

Allah

Muhammad

Mu’min

Léngné asma Allah nyata ing asma

Muhammad insan kamil.

(25)

Ikilah maka arep betah ora turu guruning cahyaning sarining buana sarining Allah muru cahya muruning cahyaning Allah. La ilaha illa Allah, doa kalawan arep betah ora amangan isun arep acucu tatkala nepangané ing dalem patih ingeté isun katerahan rosul Allah, betah doa La ilaha illa Allah, iné ikilah doané malih darapon betah ora palsu cahya maké rasa-rasa maparin rara kaya jahanam rasa kang pinalingan La ilaha illa Allah./28/

Rahman Allah Huwa Alam arwah Wahidiyah Wahdah Ahadiyah

Allah

Léngné Allah taala iku angleung keupi ing pitung langit lan pitung bumi kalimputan déning dating Allah taala kabéh.

sukma, éling ing dat iku sampurnaning hurip namaning dat.

éling ing nyawa iku jenening hurip ikilah namaning ap a‟ l.

Muhammad

éling ing siro iku kumpuling

hurip namaning sifat. /29/ éling rasa ikilah jenening jatining hurip namaning asma.

(26)

Iftiqar

akareup

Léngné iftiqar iku sipating kaula wajib akareup maring Allah

Alam misal Alam arwah

Léngné alam misal iku mula-mula Allah taala angdadekakeun rupa kang nyata ing dalem ilmuning Allah taala iku eususun-eususun latip ora anarima sukuh-sukuh ora anarima tengah-tengah lan ora anarima genglah rusak maksudné ikilah cahya gaib.

Léngné alam arwah iku mula-mula Allah taala anganakakeun makhluk kabéh saking pangandika kun payaku iné iku jisim alus ora tinemu déning pancaindra dohir batin maka pancaindra iku lilima paningali lan pangrungu lan pengambung lan pangrasa lan panggeupok lan pancaindra batin ikilah teteluh kaya pikir lan cipta lan amicara./30/

(27)

Alam insan kamil Alam ajsam

Léngné alam insan kamil iku weugeusan iné sakéhé martabat kang karuhun tegesé wekasan eunggon kang nyata Allah taala iku ing alam insan iku ini ikilah salehi manusa maka kang ing aranan insan kamil iku Muhammad tegesé manusa kang sampurna lan iné iku eunggoning kumpul sakéhing martabat kang karuhun kang nenem kaya ahadiyah, wahdah, wahidiyah, alam arwah, alam misal, alam asam, geus kumpul ing alam insan kamil maka iné ikilah katemu déning

pancaindra dohir batin./31/

Léngné alam ajsam iku ngibarat sakabéh ing sekang ono susun-susun kang kapinda kang anarima tengah-tengah iné iku dohiring bumi langit lan kayané kang ora na nyawané kang ketemu déning

(28)

Dohiring wujud ikilah ilmu leh batining ilmu ikilah wujud nur ikilah cahyaning ilmu suhud ikilah kumpuli ilmu sipat ilmu ikilah terus saring ati kita.

Bakaling roh Suhud Léngné basa suhud ikilah tunggaling Muhammad kalawan Allah nyata Allah ing Muhammad kalawan dohiring Allah ing Muhammad batining Muhammad ikilah Allah- Allah Muhammad- Muhammad Allah./32/ Iki papat Nur Léngné nur ikilah cahaya Muhammad padang cahaya ikilah padang Muhammad lah padang iku ilmu Muhammad kang padang ikilah Muhammad kang amadangi ikilah allah ini ikilah sabenering nur. Sir batin Ilmu Léngné basa ilmu ikilah angaweruhé kanganga weruh ikilah Muhammad kang dén kaweruhi ikilah Allah iné ikilah sabenering ilmu.

Napon Wujud Ing basa wujud ana kang ikilah kang nyata ikilah kang angana kang Allah maka Allah ing Muhammad- Muhammad weus kasimpeun Allah tala anging kang ono.

Pangaweruh kita tegesé pangaweruhing Allah ta‟ala lan nur ikuh padanging ati kita lah suhud ikuh tunggal panarima kita, hati kita hati manawi ikuh hati sanubari.

Punika liriking naga saditané pon sayogyané maka dén kaweruh tingkahing. Opo karya sawiji-wiji atawa aperang atawa ana nadur atawa alulungan liriking naga weunang sininggahan, ing dina sabtu-ahad liriké naga ikilah angalér, ing dina isnén-salasa liriké naga ikilah angétan, lan lamun ing dina arba-khomis liriké naga ikilah angidul, lan lamun dina jumat liriké naga ikilah angulon, maka punika sampurnana ning sahadat dat, sahadat ing rat sampurna badan kalawan nyawa, leunyeup tunggal

(29)

sampur-naning hurip wit saking kudrot Allah mulih saking arodat Allah sah sampurna badan kalawan nyawa./33/

Punika doa anolak sakéhé pakewuh ing ati atawa balahi cocoba saking Alloh atawa saking pitnahing manusa maka amacaha ing doa ikilah ing saban-saban wengi utamané ikilah barang surup-surup saréngéngé maka ikilah doané : “Allahuma afina min jami i‟ albala i‟ wa albaliyyati min syarri al-insi wa aljinni wa alsyayatin, bi barakati Muhammadin wa jami i‟ al-anbiya i ‟ wa almursalin, wa almalaikati almuqarrabin wa sunadii wa alsalihin, nasrun min Allahi wa fathun qarib wa basysyir almu‟minin. Allahuma „afina min jami i‟ albalwai wa albis libasa altaqwa wa ihdina tariqa alhuda, wa istamilna amalan salihan fima tuhibbu fatardha, innaka „ala kulli syaiin qadir”.

Punika doa paranti angraksa umah darapan aja katon déning wongkan seusaha ala maka saraté dén waca ing saban-saban wengi lamun arep alulungan maka dén waca doa ikilah hari dén i deuri umah ikilah kabéh waca doa ikilah sarta madep maring madhab papat insyaallah ora katon umah saking berkating doa iki ikilah doané kang dén waca : “Allahumma/34/ subhana man ihtajaba bi aljabaruti an khalaqani fa la aina tarahu, lahidan mala fidan siwahu wa Allahu al-Qawiyyu al„Ajiz”. Ikilah sirah doa pukoro, lamun ana panggawéan maka dén wacaha doa iku insyaalloh dadi asih wong wadon ikilah maka kalawan arep lan madep ajari maka dén usapakeun ing rarahé maka barang kang aningali sami asih wadoné maka lamun arep sawiji maka dén wacaha iki ing saban-saban wengi seupiné balak analloha ta‟ala, tanaken doa déning Allah taa‟la.

Lamun arep gawai berkat tamba maka tinulis ing tembaga maka nuli dén waca doa iki maka peundeum ing panduning imah insya Allah ta‟ala kang maling lan aduh balahi waring kita maka, lamun arep ana wong padu maka dén wacaha doa ikilah insyaallah ta‟ala dadi wurung padoané, maka lamun arep ora kersa nakah dén wong akéh maka dén cintaha doa iki insyaalloh ta‟ala ora kersa dadi tamba, lan lamun tutung parunguné ing parané ikilah eupuasa pitung dina lan sarwa sawiji lan paningali ing enggon

(30)

kang sepi maka doa ikilah dén wacaha tinulis ing teritis maka dén bunga ikilah lan dén wacaha doa ikilah insyaallah ta‟ala katon yén mataha utawi yén-yén aripa maka lamun ana tamah-tamah sagara katonné banyu maka dén wacaha doa ikilah insyaallah ta‟ala dadi tubacah ikilah maka lamun ono ora dawai sirna sandungku maka dén wacaha doa ikilah insyaallah ta‟ala dén hormaté déning wong akéh maka lamun ana hatiné wong ikilah kaya wong édan lan dén wacaha doa ikilah matih.

Lamun ora bisa eumaca maka dén talisaken ing pagan putih maka lamun banyu nuli maka dén inum insyaallah ta‟ala hatiné wong dadi waras saking berkating doa ikilah, ikilah doané walpakri. “Bismi Allahi alrahmani alrahim. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta alrahmanu alrahim. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta rabbu al „alamin. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta kalamu almu min‟ in. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta almaliku alquddus. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta almuhaimin al a‟ zizu. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta aljabbaru almutakabbiru. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta almusawwiru alhakimu. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta altawwabu alwahhabu. Subhanaka anta Allah la ilaha illa anta lam yalid wa lam yulad wa lam yakun lahu kufuwan ahad. Subhanaka inni kuntu min alzalimin, pa istajaba istajaban lahu wa najjina lahu min Allah./35/

(31)

Wahidiyah Wahdah Ahadiyah irodat, muridan ilmu, aliman hayat, hayan budi akarep ati anganweruh sim urip kalawan kersaning kalawan Allah kalawan Allah Allah Wahidiah iradat karep Allah Wahidah ilmu weruh Allah Ahadiah hayat urip Allah Muridan eukang akarep Allah Aliman kang weruh Allah Hayan kang urip Allah

nafsu kita ati kita badan kita karep kita /36/

(32)

Alam insan kamil

Alam ajsam Alam misal Alam arwah

kalam, mutakaliman lidah angucap kalawan Allah basar, basiran netra aningali kalawan Allah sama, sami‟an talingan angrungu kalawan Allah qodrat, qadiran anggahota pasil meuneung kalawan Alloh

alam

insan

kamil

kalam angandika Allah

alam

ajsam

basar aningali Allah

alam

misal

sama amharsa Allah

alam

arwah

kudrot usik Allah mutakali -man kang angandika Allah basar kang aningali Allah sami’an amharsa Allah qadiran kang kawasa Allah

ilat kita mata kita kuping kita usik kita Anggahota kita / 37 /

(33)

mukhalafah li alhawadis qiyamuhu binafsih baqa wujud qidam qadiran muridan qudrat „aliman iradat hayan ilmu sami‟an hayat basiran sama ‟ matakaliman basar kalam Allah arané /38/

(34)

istigna sama sawelas iftikor

sifat nafsiyah wujud

qidam sifat salbiyah baqa

mukhalafah li alhawadisi qiyamuhu binafsih sama

basar sifat ma’ani kalam

sami‟an

basiran sifat ma’nawiyah mutakaliman kudrat iradat ilmu hayat qadiran muridan aliman hayan wahdaniyat/39/

Punika doa paranti anjala, nini kuru cici aki kuru cici ing aing ménta ngakasan dititah ku batara sangkana karang nu aya panggarangan, batara sang kulan dara ngiang ménta cocooan sia, hayam nitik bulu hiris sang rayak-rayak, réa anak siku lawu abu-abu, tut seuri bangbang kuning, sira teka ing kali batari, sangkulan batara dara ngiang ménta hayam nitik bulu hiris sang rayak-rayak,

(35)

réa anakna siku lawu abu-abu, tut seuri bangbang kuning, curuluk janduk ti parung, taralak datang di batara, ti bantar nangtung, ngaing bantar tutur kang aing, ka bantar nangtung ngaing di leuwi, tutur kang ngaing ka leuwi-leuwi, tutur kang ngaing ka Leuwi Sipatahunan, sangai wong ngaing dong salidang, sang lara kubang maka neneh cageur maka ayangan anu pandeuri.

Punika doa purba nagara : “Allahumma unsur imamana sahiba haza albaladi a l‟ ayya alaihi nasran zahiran, wa thawwil umurahu umuran azizan, wa ij-al baladihi baladan aminan wa ikhlud mulkahu malakan./40/„Aziman wa ma fi yadihi ya za sahiyan wa haliman „adilan wa amalihi amalan salihan wa ikhpiz bi zikrihi wa ma fihi hifzan kamilan wa ajalan. Allahumma waduwalatan muwasi a‟ n wa a l‟ in darajatahu mukarrama wajibun „alaihi wa ra i‟ yatan muhibatan muakidan au ikfifhu fi bi zikrihi „alayya jaminatan mudarratan min syarri umuri aldunya wa a‟ zabi al akhirah. Allahumma ij‟al imamana fi kulli ri a‟ yatihi wa jaisyihi wa aqyan ra‟iyan „adilan sadiqan, wa abdilhu „an sukrati al mulki wa alzulmi wa aljauri wa ‟antahal wa aharijihi min kulli amrin. Huma filihi ila intibai ajalihi wa kiha a l‟ ayya kulli balai aldunya wa alakhirah, maka ala kulli syaiin qadir wa salla Allahu „ala khairi khalqihi Muhammadin wa „ala alihi wa ashhabihi ajma in ‟ bi rahmatika ya arhama alrahimin”. Punika doa istigpar agung sawabané carita saking Abdulloh ibnu Istir radiya Allahu „anhu, halé ana agung Abdullah iki panggawéné./41/

Saban-saban panggawénané ikilah dén lakoné kabéh kayané jinah kamaling eunginum sajeung lan totohan halé ana Abdullah jaman Rosululloh ikilah amaca ing saban-saban wulan atawa saban-saban weungi nuli neuka Abdulloh kabéh ing patiné pisan nuli oranana pisan wong sawiji kang teka maring mayité Abdullah malem-malem Rasulullah ora kungsi anglawad nuli ana wong sawiji matur maring Rasulullah, “Hé gusti Rasulullah (....) matur maring tuan kedos pandi tuan teu anglawad dateng abdi tuan Abdullah lamané ono nuli kalawané ka Rasulullah ora anglawad pisan orenan sawabané masiat ora nana teu ka he(...) engilono.” Nuli angandika siro kang agung maring Malaikat

(36)

Jabrail siro ngumuruna maring alam dunya kabéh pisan Muhammad konon anglawad konon adusi kanubur pisan karana Abdullah iki olih nur gahan saking isun nuli lunga Malaikat Jabrail saking ayuné ing pangéran maring Nabi Muhammad halé rupa lanang bagus rupané, “Hé angandika sampurné layad dateng abdi sampean pun Abdullah”./42/ Enjing ngandika adusi andika (...) andika kanu (burpa) karana abdi sampéyan.

Nuli Abdullah panik antuk nur gahana saking Allah taala nuli kesah Rasullullah sumeja anglawad Ki Abdullah sarta maring gamparan karo nuli angadusi Rasulullah halé (....) ameuto kaki jarijiné mongkono nuli matur sahabat sawiji maring Rasulullah kudi pundi tuan wahu punik sarta miniding gamparané angadusi tuan weudalaken jarijiné sarta mesem tuan sapunidi kula supsap ing kono nuli angandika nabi kita mulané isun miring gamparan isun sen (...) déning pirang-pirang malaikat ora kena winilang malaikat ayu kabéh saking akéhé ikilah peuting keuti maha tegas ora jembar isun angadusi ana denan isun mesem isun kalawan uwong-uwong widadari ing pada meulok-meulok rupané pada tumurun saking surga pada anggo baju naléné (....) widadari ikilah pitung puluh ayu rupa-rupa leuwih saking ayuné widadari ikih yén wetu kala maring alam dunya bukti pada kaédanané orana pisan-pisan wong ikilah kabéh kaliwat demené maring widadari carita anggoan-anggoanné kang sarwa pitung apis yakti katon begahané widadari ikilah saking ayuné ing saban-saban widadari sawiji angucap, “Ki Abdullah, andika kaula siro sami rerebutan widadari ikilah kabéh.”

Nuli ki nubur Abdullah iki déning Nabi Muhammad bubar iki sarta para sohabat saking pakuburané Abdullah maka kersané Rasulullah maring umahé Abdullah kersa amariksa robinané Abdullah nuli kitako,/43/ nuli engimbalan lawang rabiné Abdullah ikilah nuli engucap ing sapa wongé kang madeg maring andané wong doraka. Nuli eungucap, “Hé embok ayu aja anginé bakeun lawang karana gusti andika Rasullullah antariksa lakuné laki andika nuli melebet nabi kita alingi ing umahé maka angandika nabi, “Hé ayu ingsun atakon ing siro wadon laki siro kapeuriban”. Nuli matur embok ayu, “Kaula nuhun gusti boten

(37)

aningali kaula ing abdi yén pun Abdullah panik yén adamel kang padamelan ingkang peteng amung abdi yén adamel wong batahaus boten amagih kaula ing abdi sampéyan panika rokaat kaula boten pisan-pisan lan puasa sadinten sangamurné boten amagih kaula ing abdi sampéyan punika jinah eunginum sajeung kalawan totohan pun barang kalah dalu sampéyan boten angilang saban wulan ing malam ingkang dén eupadol malam-malam kaula kungsi (...) kaula malah ing konon”. Nuli angandika Rosullulloh maring Baginda Ali, “Iku siro turunan nuli dén turun déning Baginda Ali maka susu ikilah”, nuli angandika Nabi Muhammad, “sing seupa maca dua ikilah sangkan maka lebur dosané kusemahané sing sapa eumaca malihupindo maka leubur dosané sauhuné badané pon ora sabab bisa dua ikilah lamun amaca tengah-tengah weungi sapisan atawa saban-saban enggeus pitung puluh sewarga saban-saban sewarga sawiji ikilah pitung puluh, saban-saban kebonan sawiji pitung puluh gedong saban-saban gedong sawiji aya widadari saban-saban widadari sawiji pitung ayu papajangan ing saban/44/ papanjangan sawiji iku pirang eunggon.

Papag doanané aa : “Astagfiru Allah, Astagfiru Allah, Astagfiru Allah alladzi la ilaha illa huwa alhayu alqayyum, wa atubu ilaih min jami i ‟ ma kuriha Allah qaulan wa fi l‟ an, wa sami a‟ n wa basiran wa naziran. Allahumma inni astagfiruka ma qaddamtu wa ma akhkhartu wa ma asraftu wa ma asrartu wa ma „a l‟ antu wa ma anta a‟lamu bihi minni, Anta muqaddimu wa anta muakhkhiru wa anta „ala kulli syaiin qadir. Allahuma inni astagfiruka min kulli zanbin tubtu ilaika minhu summa „udtu fihi. Wa astagfiruka bi ma aradtu bihi min wajhika alkarim fa khalathahu laisa laka bihi ridha. Wa astagfiruka bi ma da a‟ ni ilaihi alhawa min qabli alrahsi mimma asybatuhu „alayya wa huwa „indaka mahdurun. Wa astagfiruka min al ni a‟ mi allati an amta ‟ biha „alayya fa saraftaha wa taqwaita biha „alayya ma a‟ hika. Astagfiruka min alzunubi allati la ya‟rifuha gairuka wa la yatla u‟ „alaiha ahadun siwaka wa la yas‟uha ila rahmatika wa la yunjibu minha ila „afwaka, wa astagfiruka min kulli yamini salaka minni fasahat fiha wa ana indaka ma a‟ khaufun

(38)

biha. Wa astagfiruka la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu min alzalimin./45/

Wa astagfiruka la ilaha illa anta a‟ limu algaib, wa alsyahadati min kulli syaiin amaltuhu fi bayadi alnahari wa aswadi allaili, fi malai wa khali wa sirri wa a‟ laniyati, wa anta „alayya nadiran dar fakatabtuhu wa asbutuhu bima min alis ya halimu ya Karim. Wa astagfiruka la ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu min alzalimin. Rabbi igfirli wa irham wa anta khairu alrahimin. Wa astagpiruka li kulli farimatin wajabat a‟ layya fi anaa allaili wa atrafa alnahar fataraktaha amdan au khataan, wa niyyatan wa ana mas-ulun biha wa nastagfiruka min kulli sunnatin almursalin, wa khatim alnabiyyin Muhammadin salla Allahu a‟ laihi wa sallam. Fa taraktuha gaflatan wa sahwan wa juhlan, wa tahawuna wa anaqilatan mubalatin biha. Wa astagfiruka la ilaha illa anta wahdahu la syarika laka subhanaka ya Rabba al a‟ lamin, laka almulku wa laka alhamdu anta hasbuna Allah wa ni ma‟ al wakil wa ni ma‟ almaula wa ni ma‟ alnasir, la haula wa la quwwata illa billahi al „aliyi al „azim”./46/

3.2 Terjemahan

// ... /1/ Kang kembara memimpikan rasul menjadi bekal untuk nanti Sultan Anom di surga, Sultan Imam Mudabih Sultan Komarudin Hariri asal Cirebon pada Sultan Imam Mudabih Sultan Komaruddin. Ini pada menghadapnya tahun 1249. Wallahualam./2/

Doa untuk melemahkan hati nyatanya tekad kita cahaya ilmu jati diri dalam kulit baja menjadi bertemu dalam rupa darah serta ada dalam tangan dan ucapan saya semua. Doa menaklukkan diri, banyaknya sanggul lapang sanggul gelap sang tampan rasa, sang tampan rasa, sang tampan rasa terhadap aku ada kamu supaya menjadi pangeran dalam dzat cahaya putih. /3/ Seperti terlihat hutan, terlihat seperti gunung suci, terlihat dalam cahayanya si jabang bayi menjadi kawasan dalam keinginan yang bergabung menjadi satu dalam angan-angan. Dzat kita tambah

(39)

terhadap bapak babu kita itu adanya itu terhadap sifat disebut kodrat kita itu terhadap jati diri yang menempel pada kodrat kita itu oleh sifat cahaya dalam kodrat kita ini menjadi nyata/4/ ilmu kodrat Allah dinamakan teladan telinga kodrat kita itu terhadap tangisan disebut cahaya Allah kodrat Allah, teladan tangisan kodrat kita terhadap ucapan disebut sujud kodrat Allah, teladan ucapan kodrat kita terhadap ucapan disebut akal kodrat sifat Allah, teladan menjadi rasul kodrat kita terhadap pendengaran menjadi perempuan saya tuli bapak babu disebut kodrat kita itu dzat Allah, sedangkan laki-laki disebut kipasan membuat alam empat wujud dan/5/ nyatanya wujud ilmu, ilmu itu menjadi cahaya pada Allah, malaikat empat serta sifat dua puluh, Malaikat Jibril, Mikail, Ijrail, dan Izrail tangan dan nyatanya bapak babu tujuh perkara dalam tulis rupanya dari bapak menjadi orang berkuasa lalu menjadi darah suci.

Dzat Allah di dalam bulan handal dalam surga bertambah meminta dzat Allah, sudah sifat Allah serta wujud nyata di dalam nyatanya pada tangan nyatanya menjadi orang kuasa di bumi maka menjadi darah sehingga akan menjadi tumbuhan.

Setelah itu kodrat kita kepada antara qodim barulah disebut surga, yang ketiga disebut kodrat hakikat sifat ratu pada diri Allah dan perintah kepada malaikat empat suka pada kodrat kita terhadap telinga dinamakan/6/ tangan dan nyatanya sempurna kodrat kita kepada akal balig disebut surga, yang keempat menyatakan martabat dirinya, nyatanya wadah kekal disebut martabat kidam azali abadi, martabat baru alam arwah, ucapan kita nyatanya alam misal, penciuman kita nyatanya alam ajsam, pendengaran kita alam insan kamil, penglihatan kita nyatanya disebut kodrat kita itu disebut hakikat dzat Muhammad. Lalu wujud bumi disebut nafsu amarah yang terdengar, sujud lagi merupakan rahasia semua manusia pada makam darah daging yang disebut nafsu limawah. Ucapan, penciuman orang-orang, juga rahasia semua yang merupakan makam kosong disebut nafsu mutmainah. Wujud rahasia semua makam awal kulit disebut nafsu sawiyah.

(40)

Lalu cahaya kodrat dari surga/7/ Rasulullah disebut jajating surga. Yang keempat rahasia semuanya yang disebut sir eling jatining hurip, wujud nafsu sawiyah surga disebut huriping wujud Allah. Wujud nafsu amarah semua surga menjadi disebut ilmu kodrat Allah, wujud nafsu mutmainah disebut ilmu af‟al Allah, wujud nafsu limawah disebut cahaya af‟al Allah. Ingatan disebut hati sanubari yang disebut Muhammad. Hakikat Muhammad sariat adalah semua perwayangan matahari disebut matahari pada Muhammad Majazi yang menjadi panutan sifat semua. Sujud kamu disebut hati kita nyatanya disebut Rasulullah merupakan hakikat semua pewayangan awalnya disebut Rasulullah Majazi panutan hati semua. Hakikat jagat Muhammad disebut masrika. Yang kedua baunya kita pulang disebut magrib/8/ ambo-ambo kodratullah yang ketiga pusar bumi kita nyatanya mulanya disebut pusar bumi itu dipanjatkan kodrat Allah, yang keempat nyatanya awalnya disebut rama weuteung, pada pemakaian kodrat Allah. Yang kelima kita nyatanya awalnya disebut sirjatining kodrat Allah, yang keenam Cirebon menjadi nyatanya mulanya disebut Cirebon menjadi pacar kodrat Allah. Yang ketujuh keinginan Allah kita nyatanya mulanya kodrat Allah, yang kedelapan baik ucapan kita nyatanya awalnya disebut ucapan baik hormat kodrat Allah. Yang kesembilan bale irus kita nyatanya disebut bale irus kodrat Allah. Yang kesepuluh nyatanya awalnya disebut dadang jalak puping kodrat Allah, yang kesebelas mekah nyatanya kodrat Allah. Yang kedua belas madinah wujud kita nyatanya awalnya/9/ madinah disebut wujud kita nyata wujud Allah sirna terhadap kodrat Allah, kekayaan kodrat Allah menjadi pewayangan wujud Allah. Wa Allahu „a l‟ am ala kuli syai in‟ qadir.

Tidak ada air di tengah air yang tengah-tengah tenaga pada Allah. Jika ingin kodamah bacaannya jagat mandala, bumi jagat semua maka dibuatlah rupanya penguasaan manusia bacaannya kila an labor, mata gelap supaya nyala ke mata putih, mata putih nyala ke mata gelap suram air namamu jangan makan kelapa.

Pengetahuan diri hakikat nabi enam, salah satunya Nabi Adam sejagat kodratullah kita nyatanya awalnya disebut/10/

(41)

nyatanya wujud Allah dinamakan jagat kodratullah limalakamil pada Allah dan ditambah nabi nyatanya kodrat Allah, diganti kita nyatanya awalnya dinamakan diganti pada nyata dzat Allah pada Allah, dan yang ketiga Nabi Musa dinamakan kodratullah kesucian Allah, yang keempat Nabi Ibrohim kodrat Allah dengan nyata awalnya disebut penciuman pada nyata dzat Allah, yang kelima Nabi Nuh nyata kodratullah pada alat bicara kita nyatanya awalnya disebut pengucap nyata pada dzat pencari Allah disebut jagat makrifat Allah telah nyata pada kodrat Allah, yang keenam Nabi Muhammad atau kodrat Allah nyata kita nyatanya awalnya disebut ngalu telah nyata asma Allah kenyataan disebut jagat tarikot telah nyata kodrat Allah.

Jika ingin meninggikan martabat, martabat ahadiyah ini aku membawa cahaya Allah, sesungguhnya Allah tetap abadi menyala tanpa badan pada nyawa saya, Allah, Rasulullah satu yang dzat/11/ kenyataan dzat Allah kenyataan rosul Allah. Ada martabat wahidiyah saya yang ngalinggang jati manusia-manusia yang beraga manusia-manusia, senjata-senjata, bunyinya hancur.

Doa senggama, Allahuma bibildiyati, seperti cahaya bulan kekasih Allah. Jika ingin mengetahui wahyu widyatullah sebelum ada, melihat saya mengucap saya berkah dinamakan saya haji putih terus dzatullah nama saya. Hakikat para wali pada perbuatan sifat Allah yang dan Pangeran Majagang kodratullah yang sudah dibilang kita nyatanya awal bernama juga sifat Allah sembilan sifat pada Allah, yang keempat tanah merah pada kodrat Allah, darah daging mulanya pada nama darah daging sudah nyata sifat Allah, yang kelima Syah Magribi nyatanya kodrat Allah kita nyatanya awalnya pada nama Ketut Kakancangan/12/ sudah nyata dengan sifat Allah serasa dengan Allah, dan yang keempat Sunan Ampel, yang ketiga Sunan Giri Gumawe pada kodrat Allah, wali kita nyatanya awalnya dinamakan wali kuwalat sudah nyata pada sifat Alah. Ketinggalan pada Allah yang kesembilan Sunan Kalijaga, kodratullah nyatanya pada sifatullah dinamakan jagat hakikat Allah. Pada kodrat Allah hakikat malaikat empat itu malaikat Jibril nyatanya kodrat Allah pada tangan nyatanya, yang kedua Malaikat Mikail nyatanya kodrat Allah awalnya malaikat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Metode pengisian Hot Fill hanya cocok diaplikasikan pada minuman fungsional kolang kaling dalam cup jika dikombinasikan dengan suhu penyimpanan refrigerator (9 o C) dengan

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa coping stress adalah segala usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi, mengatur, dan besikap sabar

dikenai tindakan yaitu surat itu yang terdapat pada kalimat B.. Penggunaan kata ulang secara tepat menurut norma bahasa

This research shows the effect of female executives on firm performance in various sectors including the trade, the service and investment sector, the

High School: Fatima National High School Fatima General Santos City March 2011- 2012. Vocational: Cronasia Fondation

PERBANDINGAN F ORCE DAN KNEE ANGULAR VELOCITY JANGKAUAN SERANG ANTARA ATLET UKM UPI DAN ATLET KOTA BANDUNG CABANG OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA

Penutur Kutai akan menggunakan sapaan tua ketika menghadapi mitra tutur yang usianya dianggap sama atau lebih tua dari usia orang tuanya, meskipun mitra tutur

Contohnya : bahwa orang dapat membedakan antara kata benda dengan kata kerja dalam suatu bahasa merupakan hasil dari strategi kognitif dalam membedakan antara objek dan