• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Fisika

a. Hakikat Fisika

Fisika berasal dari bahasa Yunani physikos yang berarti alamiah dan physics yang berarti alam. Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam seperti halnya kimia dan biologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, sedangkan fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang waktu.

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA), sehingga karakteristik yang dimiliki IPA berlaku juga untuk Fisika yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran fisika. Menurut Gerthsen (1985) yang dikutip oleh Druxes, H., dkk (1986) : “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut”. Sedangkan menurut pendapat Brockhaus (1972) yang dikutip oleh Druxes, H., dkk (1986) “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum”. Dari beberapa pengertian Fisika tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menguraikan dan menganalisis gejala-gejala alam yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, percobaan, serta teori.

Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta konsep, prinsip, hukum, dan teori. Fisika meliputi proses, sikap, dan produk. Proses Fisika berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan menyelediki kejadian alam. Sikap Fisika berupa sikap ,emtal yang

(2)

diperlukan selama melakukan proses kegiatan Fisika. Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.

b. Pembelajaran Fisika

Menurut Piaget yang dikutip dari Suparno, S (2007): “pengetahuan datang dari tindakan”. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Perkembangan kognitif bukan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih kepada pengkonstruksian oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka. Sehingga, dalam pembelajaran fisika, guru seharusnya hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya.

Menurut Harlen (dalam Purwati, I. 2010), karakteristik pembelajaran fisika antara lain: 1) merupakan ilmu yang berhakekat pada proses dan produk, artinya dalam belajar fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya melainkan juga menguasai cara memperoleh produk tersebut; 2) produk fisika cenderung bersifat abstrak dan dalam bentuk pengetahuan fisik dan logika matematik. Oleh karena itu, pembelajaran fisika yang penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari segi mental maupun fisik dan bersifat nyata (konstekstual) akan menjadi semakin menarik. Dengan demikian pembelajaran Fisika memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari, mempertanyakan dan mengeksplorasi pengetahuan.

2. Hakikat Model Pembelajaran ARCS a. Pengertian Model Pembelajaran ARCS

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dikembangkan oleh Keller (1987) yaitu model yang mengutamakan adanya pengelolaan motivasional siswa selama mengikuti pembelajaran (Nurrany, F. 2013). Model ini dapat digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar.

(3)

Dalam model ini, guru harus dapat memberikan perhatian dan menjelaskan manfaat dari materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Selama proses pembelajaran guru juga harus mampu menumbuhkan kepercayaan siswa akan kemampuan yang dimilikinya. Pada akhir pembelajaran diberikan rasa puas kepada siswa agar siswa terdorong untuk selalu belajar. Melalui model pembelajaran ARCS diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mengenal, memahami serta mempelajari beberapa konsep baru. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat meningkat.

Model pembelajaran ARCS secara sistematik direka bentuk berasaskan teori motivasi, prestasi dan pengajaran yang dibangunkan oleh Keller (Ubaidullah, N.H. 2011). Model pembelajaran ini membantu pendidik untuk mengidentifikasi komponen pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang ketertarikan dan ketbutuhan siswa. Model pembelajaran ARCS ini menarik menurut Aryawan, I (2014) karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehingga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal.

Dalam artikelnya Irsaf, Z. (2014) mengatakan model pembelajaran ARCS memiliki beberapa unsur yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu membangkitkan perhatian siswa selama pembelajaran, menyajikan materi yang berkaitan dengan kehidupan sekitar siswa, menanamkan rasa percaya diri siswa dan menumbuhkan rasa puas siswa terhadap pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan mengutamakan perhatian siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.

(4)

b. Komponen Model Pembelajaran ARCS

Model pembelajaran.ARCS memiliki 4 (empat) komponen yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dan saling berhubungan pada setiap komponennya. Ciri-ciri yang terdapat dalam masing-masing komponen model ARCS menurut Dayana, N. (2006) adalah seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Ciri-ciri Komponen Model Pembelajaran ARCS

Komponen Ciri-ciri penerapannya dalam pembelajaran Attention

(Perhatian)

a. Guru memperkenalkan tujuan awal pembelajaran

b. Guru menunjukkan contoh konkrit dan visual yang menarik

c. Guru menggunakan berbagai unsur multimedia Relevance

(Relevansi)

a. Guru menyampaikan objek pembelajaran secara eksplisit sesuai yang diharapkan

b. Guru memberikan alternatif jalan penyelesaian dari suatu masalah

Confidence (Keyakinan)

a. Guru menyusun bahan pembelajaran berdasarkan aturan (dari mudah ke sukar)

b. Guru memberikan pernyataan tentang apresiasi yang akan diberikan apabila siswa dapat menjawab soal, sehingga siswa lain berani menjawab untuk soal selanjutnya

Satisfaction (Kepuasan)

a. Guru memberikan hadiah yang menarik dan pujian secara lisan

b. Guru memberikan penjelasan apabila ada materi yang kurang dipahami atau siswa kurang tepat dalam memahami materi

c. Guru mengulang pembelajaran yang telah dilaksakan terutama yang berkaitan dengan konsep yang baru

(Sumber: Dayana, N. 2006) Dalam artikelnya Sutriningsih, N. (2005) mengatakan secara ringkas setiap komponen model ARCS memiliki tujuan masing-masing, antara lain sebagai berikut:

1. Attention

Komponen Attention untuk meningkatkan perhatian terhadap materi pelajaran dan juga untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik. Menurut Suprijono (2014) salah satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Attention bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas.

(5)

Menurut Slameto (2010) terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru berkaitan dengan perhatian, yaitu:

a) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, hal-hal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya.

b) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas kemampuan orang tersebut.

c) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan kebutuhannya.

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Relevance

Komponen Relevance bertujuan untuk menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman sehari-hari siswa, kebutuhan saat ini, saat mencatang dan manfaatnya dalam kehidupan siswa. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

Strategi untuk menunjukkan relevansi pembelajaran dan kebutuhan peserta didik menurut Suprijono (2014) secara ringkas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah memelajari materi pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menyampaikan indikator-indikator yang hendak dicapai.

(6)

b) Jelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti atau bertanyalah kepada siswa bagaimana materi pembelajaran akan membantu mereka untuk melaksanakan tugas dengan lebih baik di kemudian hari.

c) Memberikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik.

3. Confidence

Komponen Confidence bertujuan untuk meningkatkan keyakinan siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini guru harus berusaha untuk menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan kriteria-kriteria evaluasi, mengorganisasi materi pelajaran sesuai dengan tingka kesulitannya, menanamkan sikap kepada siswa bahwa dalam belajar yang lebih penting adalah menunjukkan prestasi asli, dan sebagainya.

Menurut Bandura (1987) yang dikutip oleh Salamah (2006) dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil secara ringkas dapat dilakukan dengan beberapa langkah, misalnya:

a) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa. Misalnya menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, diurutkan dari materi yang mudah ke sukar.

b) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus.

c) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.

d) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.

(7)

e) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai “hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”

f) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.

4. Satisfaction

Komponen Satisfaction bertujuan untuk memberikan siswa kepuasan akan materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan teori yang diperoleh ke dalam situasi yang sesungguhnya, memberikan dukungan yang dapat meningkatkan motivasi intristik, memberikan pujian atas prestasi yang diperoleh siswa, memberi kesempatan kepada siswa yang telah menguasai tugas untuk membantu temannya yang belum mengerti. Dengan demikian akan timbul rasa berguna dalam diri siswa yang merupakan salah satu kebutuhan moril seseorang.

Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan (reward) baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan (Rusdiana, H. 2006).

Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Al Hudhori, M. (2013) reward diberikan dapat berupa (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak, (6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi

(8)

A S R C Attention Relevance Confidence Satisfaction

dalam memberikan semangat siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang bersangkutan.

Hubungan antara ke empat komponen model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) adalah seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model ARCS

(Sumber: Baharuddin, 2002) c. Kelebihan Model Pembelajaran ARCS

Winaya, I.M.A., dkk. dalam Jurnal Pendidikan Dasar Volume 3 (2013) dengan judul “Pengaruh Model ARCS Terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD CHIS Denpasar” mengatakan bahwa model ARCS memiliki beberapa keunggulan seperti:

1. Memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa.

2. Cara penyajian materi dengan model ARCS dilakukan dengan cara menarik.

3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa.

4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik. 5. Penilaian yang dilakukan menyeluruh terhadap kemampuan-

kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif.

(9)

3. Hakikat Metode Pembelajaran Eksperimen dan Demonstrasi a. Hakikat Metode Pembelajaran

Untuk memahami metode pembelajaran terlebih dahulu harus mengerti pengertian metode. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Sumantri, M. & Permana, J. 2001).

Winarno, S. (1986) berpendapat bahwa “metode pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Arifin, M. (1995) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan efisien serta bermakna bagi siswa.

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat, efisien serta efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan kepada mereka.

Menurut Margono (1995), untuk menentukan metode mengajar yang lebih baik perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain :

1. Tujuan Pembelajaran

Berisi perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, ketrampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan pemilihan metode yang tepat.

(10)

2. Materi Pelajaran

Tiap bidang studi memiliki isi dan struktur yang berbeda. IPA berbeda dengan matematika, hal ini akan memberikan corak yang khusus pada metode yang dipilih.

3. Siswa

Perlu diperhatikan jumlah siswa, perbedaan tingkat kemampuan dan tingkat perkembangan, perbedaan kesempatan, kecepatan dan ragam belajarnya.

4. Guru

Harus memperhatikan profesionalnya, kepribadiannya dan gaya mengajarnya.

5. Fasilitas

Perlu diperhatikan ketersediaan alat, media, ragam dan penggunaan waktu yang dimiliki siswa.

b. Metode Eksperimen

Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Sagala (2009) mengemukakan, “eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pernyataan atau hipotesis tertentu, eksperimen dapat dilakukan di laboratorium atau di luar laboratorium”. Menurut Sutikno (2013), melalui metode eksperimen guru dapat mengukur kecepatan reaksi siswa terhadap stimulus tertentu dalam pembelajaran baik yang terjadi secara spontan maupun direncanakan. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sediri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengganti suatu obyek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sesuai dengan obyek, keadaan, atau proses sesuatu.

Keuntungan menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran disampaikan oleh Roestiyah, N.K. (2008) dan Sagala (2009)

(11)

yaitu dapat melatih siswa menggunakan metode ilmiah sehingga tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang belum pasti kebenarnya; siswa lebih aktif berpikir dan berbuat; dalam melaksanakan eksperimen disamping memperoleh pengetahuan juga mendapatkan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat–alat; siswa dapat membuktikan sendiri kebenaran teori; dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan sikap eksploratoris tentang sains dan teknologi. Selain itu, Trna, J. & Novak, P. (2010), juga mengatakan bahwa salah satu teknik pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan kognitif siswa baik siswa yang berkemampuan berpikir tinggi ataupun siswa yang berkemampuan berpikir rendah yaitu melalui metode eksperimen.

Adapun kelemahan metode eskperimen yang dikemukaan Sagala (2009) yaitu: alat dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan karena da faktor yang berada di luar jangkauan kemampuan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Roestiyah, N.K. (2008) mengungkapkan dengan cara berikut, guru hendaknya menerangkan sejelas–jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai dan guru bersama–sama dengan siswa memecahkan masalah–masalah dalam eksperimen. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat memberikan gambar yang jelas tentang konsep apa yang dipelajari karena siswa melakukan percobaannya sendiri untuk menemukan konsep sesuai dengan bimbingan guru.

c. Metode Demonstrasi

Fat Hurrahman dalam Rohendi, D., dkk (2010), menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami.

(12)

Kelebihan metode demonstrasi juga disampaikan Fat Hurrahman dalam Rohendi, D., dkk (2010), diantaranya membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda; memudahkan berbagai jenis penjelasan; dan kesalahan–kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan obyek sebenarnya. Sedangkan kelemahannya, diantaranya peserta didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan; sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan; dan tidak semua benda dapat didemonstrasikan. Dengan memanfaatkan media pendukung, diharapkan siswa menjadi lebih memahami tentang materi yang dijelaskan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan siswa mendapatkan hasil maksimal. 4. Motivasi Belajar

Proses pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh perkembangan peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dari aspek siswa adalah sifat yang dimiliki siswa yang meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan motivasi belajar siswa.

Dahar, R.W. (1991), mendefinisikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling yang didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang tersebut berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dilakukan untuk mencapainya. Hal senada diungkapkan oleh Wollfolk (dalam Dahar, R.W. 1991) yang mengatakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal diri yang dapat membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku. Motivasi menjadikan individu melakukan berbagai aktivitas seperti makan, belajar, bekerja, berbelanja atau mengejar jabatan.

Berdasarkan pendapat dari Sardiman (2014) motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, dimana adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan

(13)

adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik. Oleh karena itu motivasi belajar siswa harus senantiasa dijaga dan diperkuat secara terus menerus mengingat peranannya ikut andil dalam menentukan keberhasilan proses belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki konstribusi dalam menentukan hasil belajar Fisika. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik akan memiliki minat dan antusias yang tinggi dalam belajar sehingga siswa merasa tertantang dalam mengikuti pembelajaran Fisika, selain itu siswa akan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya hasil belajar Fisika.

Menurut Winkel, W.S. (1996) motivasi terbagi menjadi dua bentuk yaitu motivasi intristik dan motivasi ekstristik.

a. Motivasi Intristik

Motivasi intristik adalah motivasi yang fungsinya tidak dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini mengacu pada keinginan melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena adanya nilai atau manfaat aktivitas itu sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi intristik merupakan keinginan yang timbul dari dalam diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi ini muncul karena kesadaran diri sendiri sehingga siswa bersungguh-sungguh untuk berusaha mendapatkan pengetahuan maupun ketrampilan.

Pada penelitian ini perubahan afektif siswa yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi secara intristik dpat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) adanya kemauan untuk mempelajari materi baik sebelum maupun sesudah diberikan guru, (2) berusaha mengerjakan tugas secara mandiri, (3) berusaha menanyakan setiap kesulitan belajar, (4) terbuka

(14)

menyampaikan ide/pendapat/jawaban yang dimiliki, (5) gemar memecahkan soal.

b. Motivasi Ekstristik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena ada rangsangan dari luar. Seseorang akan melibatkan diri ke dalam sebuah aktivitas kkarena beranggapan bahwa dengan cara itu ia akan mencapai tujuan tertentu, seperti mendapatkan hadiah, pujian, dan lain sebagainya.

Pada penelitian ini motivasi ekstrinsik dapat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) menginginkan adanya penghargaan dari orang lain, (2) menginginkan imbalan atas usaha yang dilakukan, (3) antusias terhadapa pembelajaran yang menarik, (4) berusaha menciptakan lingkungan belajar yang selalu kondusif.

5. Materi Hukum Newton dan Penerapannya a. Hukum I Newton

Gaya adalah suatu pengaruh pada suatu benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya. Hukum I Newton menyatakan bahwa sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali ia dipengaruhi gaya yang tak seimbang atau gaya eksternal netto. Gaya netoo yang bekerja pada sebuah benda juga dinamakan gaya resultan, adalah jumlah vektor semua gaya yang bekerja padanya: 𝐹𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜 = ∑ 𝐹. Kecenderungan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu Hukum I Newton seringkali dinamakan dengan hukum kelembaman.

Perhatikan bahwa hukum I Newton tidak membuat perbedaan antara benda diam dan benda bergerak dengan kecepatan konstan. Pertanyaan tentang apakah sebuah benda sedang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan tergantung pada kerangka acuan dimana benda tersebut diamati. Hukum I Newton tidak berlaku ntuk semua kerangka acuan. Sebuah kerangka acuan dimana hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersial. Tiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap suatu kerangka acuan inersial adalah juga kerangka acuan

(15)

inersial. Suatu kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi sebenarnya bukan kerangka acuan inersial karena percepatan kecil permukaan bumi (relatif terhadap pusat bumi) yang disebabkan rotasi bumi, dan karena percepatan sentripetal yang kecil dari bumi itu sendiri sehubungan dengan peredarannya mengelilingi matahari. Namun, percepatan-percepatan ini berorde 0,01 m/s2 atau kurang, sehingga dalam

pendekatan yang baik, kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi adalah kerangka acuan inersial.

b. Hukum II Newton

Hukum II Newton menyatakan percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya dan sebanding dengan gaya eksternal netto yang bekerja padanya, secara matematis dapat ditulis:

m F anetto atau

ma

F

netto

dengan netto

F

= Gaya eksternal netto yang bekerja pada benda (N)

m

= Massa benda (kg)

a

= Percepatan benda (m/s2)

Satuan gaya menurut SI adalah newton (N). Dengan demikian, satu newton adalah gaya yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s2 kepada massa 1 kg. Dari definisi tersebut, berarti 1 N = 1 kg.m/s2.

Dalam satuan cgs, satuan massa adalah gram (g). Satuan gaya adalah dyne, yang didefinisikan sebagai besar gaya yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 cm/s2 kepada massa 1 g. Dengan demikian, 1 dyne = 1 g.cm/s2. Hal ini berarti 1 dyne = 10-5 N.

(16)

c. Hukum III Newton

Hukum III Newton menyatakan gaya-gaya selalu terjadi pasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.

reaksi aksi

F

F

Hukum III Newton kadang-kadang dinamakan hukum interaksi atau hukum aksi reaksi. Hukum ini menggambarkan sifat penting dari gaya, yaitu bahwa gaya-gaya selalu terjadi pasangan. Namun gaya aksi reaksi tidak pernah dapat saling mengimbangi karena mereka bekerja pada benda-benda yang berbeda.

d. Gaya Gesekan 1) Gesekan Statik

Gaya gesekan statik maksimum fs,makssebanding dengan gaya normal antara permukaan-permukaan:

n s maks

s F

f , 

dengan

sdinamakan koefisien gesekan statik. Koefisien gesekan statik ini bergantung pada sifat permukaan kotak dan meja. Jika kita mengerjakan gaya horizontal yang lebih kecil dari fs,m aks pada kotak, gaya gesekan akan tepat mengimbangi gaya horizontal ini. Secara umum kita dapat menulis

n s maks

s F

(17)

2) Gesekan Kinetik

Gaya gesekan kinetik berlawanan dengan arah gesekan. Seperti gesekan statik, gesekan kinetik adalah gejala yang rumit dan belum dimengerti secara lengkap. Koefisien gesekan kinetik

kdidefinisikan sebagai rasio besarnya gaya gesekan kinetik

f

k dan gaya normal

F

n, maka, n k k

F

f

(Tipler, P. A. 2001) B. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah aspek kognitif.

1. Pengaruh model ARCS melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran dan metode pembelajaran yang diterapkan guru. Setiap model pembelajaran dan metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang akan diterapkan yakni model ARCS melalui metode eksperimen untuk kelas eksperimen dan model ARCS melalui metode demonstrasi untuk kelas kontrol. model pembelajaran ARCS merupakan model yang diarahkan untuk memotivasi siswa agar mempunyai keinginan untuk belajar. Model pembelajaran ARCS yang merupakan akronim dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi/keterkaitan), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan) menitikberatkan motivasi kepada siswa selama pembelajaran hingga berujung pada kepuasan belajar siswa.

(18)

2. Pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan dorongan internal maupun eksternal yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa ini dapat dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Motivasi belajar yang tinggi akan menimbulkan dampak yang baik terhadap kenaikan kemampuan kognitif. Hal ini dikarenakan siswa dengan motivasi belajar tinggi cenderung akan aktif dalam proses pembelajaran, memiliki perhatian yang tinggi, memiliki keinginan yang besar untuk belajar, dan keinginan memperoleh nilai yang baik, sehingga akan memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan kognitif. Sebaliknya, apabila motivasi belajar rendah, maka akan mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif. Dengan demikian, terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif.

3. Interaksi pengaruh antara penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi Hukum Newton dan Penerapannya.

Model pembelajaran dan metode pembelajaran merupakan foktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kemampuan kognitif siswa. Sedangkan motivasi belajar merupakan faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka pengkategorian motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah juga akan memberikan perbedaan pengaruh terhadap kemampuan kognitif. Apabila faktor eksternal (model pembelajaran dan metode pembelajaran) tersebut berinteraksi dengan faktor internal (motivasi belajar) maka interaksi tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kemampuan kognitif.

(19)

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

C. Pengajuan Hipotesis

1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS dengan metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi terhadap kognitif siswa.

2. Ada perbedaan pengaruh motivasi belajar terhadap kognitif siswa.

3. Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran ARCS melalui metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap kognitif siswa. Keadaan Awal Sama Model ARCS melalui Metode Eksperimen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Model ARCS melalui Metode Demonstrasi Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Sedang Motivasi Belajar Rendah Motivasi Belajar Tinggi Motivasi Belajar Sedang Motivasi Belajar Rendah Kemampuan Kognitif Siswa

Gambar

Gambar 2.1 Model ARCS
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang akan digunakan untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris adalah model pembelajaran

Dalam menyelesaikan fungsi pembangkit momen, momen ke-r, fungsi karakteristik, serta skewness dan kurtosis dari distribusi dagum dibutuhkan beberapa fungsi khusus

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengeluaran

Pada sumur bor BH-3 yang mengandung gas biogenik, kandungan bakteri metanogenik sebesar 1,5% dari total bakteri umum, kandungan karbon total sekitar 4%, unsur utama, unsur logam

Proses pembuatan peta potensi area mikro hidro diawali dari data SRTM DEM yang diubah menjadi peta slope, dilanjutkan overlay dengan peta curah hujan yang berasal dari data

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mandailing Natal Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan

Melakukan sosialisasi Apoteker Kecil (Apcil) di SD Negeri 2 Sukoharjo sangat diperlukan karena pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak usia dini jauh lebih baik