• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

STANDAR KOMPETENSI DAN PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 huruf c dan Pasal 32 ayat (3) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2012 tentang Jabatan Pengawas Radiasi dan Angka Kreditnya, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Standar Kompetensi dan Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5494);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547);

(2)

4. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 235);

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322);

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 877);

7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 748);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI.

(3)

Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan:

1. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disingkat BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

2. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

4. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.

5. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi.

6. Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas untuk melaksanakan dan/atau mendukung kegiatan pengawasan radiasi.

7. Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi adalah PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi yang diangkat oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan dan mendukung kegiatan pengawasan radiasi.

8. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS berupa gabungan antara pengetahuan (knowledge), kecakapan atau kemahiran (skill), dan sikap perilaku (attitude) yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat melaksanakan tugas secara profesional, efektif, dan efisien.

(4)

9. Standar Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja.

10. Rumpun Jabatan Fungsional adalah himpunan jabatan fungsional keahlian dan/atau jabatan fungsional keterampilan yang mempunyai fungsi dan tugas yang berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas umum pemerintahan.

Pasal 2

(1) Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi merupakan Kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh pemangku Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dalam melaksanakan tugas jabatan.

(2) Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai dasar pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

(3) Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

Pasal 3

(1) Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi harus memiliki 4 (empat) kuadran Kompetensi, baik dari aspek kognitif, psikomotorik (skill), maupun afektif (attitude soft skill).

(2) Ke-4 (keempat) kuadran Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Kompetensi yang berkaitan dengan:

a. aspek regulasi dan organisasi;

b. ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir; c. pengetahuan praktis pengawasan; dan d. aspek kepribadian dan hubungan personal.

(5)

(3) Ke-4 (keempat) kuadran Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi secara seimbang pada tingkat tertentu sesuai dengan jenjang jabatannya.

Pasal 4

(1) Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi diselenggarakan untuk menyiapkan Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi.

(2) PNS yang diangkat untuk pertama kali dalam Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

(3) Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi yang akan naik jenjang jabatan setingkat lebih tinggi harus mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan penjenjangan.

(4) Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

Pasal 5

(1) Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dilaksanakan untuk mengukur tingkat Kompetensi Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi.

(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu persyaratan bagi Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi untuk naik jabatan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pasal 6

(1) Peserta uji Kompetensi dari BAPETEN diusulkan oleh kepala unit kerja kepada Sekretaris Utama BAPETEN selaku ketua tim penilai Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

(2) Peserta uji Kompetensi dari instansi lain di luar BAPETEN diusulkan oleh kepala unit kerja instansi pengusul yang membidangi pembinaan pejabat fungsional kepada

(6)

Sekretaris Utama BAPETEN selaku ketua tim penilai Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

Pasal 7

(1) Setiap peserta uji Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dinilai oleh tim penguji.

(2) Tim penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang penguji meliputi: a. unsur atasan langsung peserta uji Kompetensi;

b. unsur Pejabat Pimpinan Tinggi pembina Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi; dan

c. unsur Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi.

(3) Penguji dari unsur atasan langsung paling kurang setingkat kepala unit kerja.

(4) Dalam hal penguji dari unsur atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhalangan, dapat digantikan oleh pejabat setingkat di bawahnya yang membawahi Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi yang diuji.

(5) Penguji dari unsur Pejabat Pimpinan Tinggi untuk Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi utama paling kurang Pejabat Pimpinan Tinggi madya.

(6) Penguji dari unsur Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi paling sedikit menduduki Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi setingkat lebih tinggi dari Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi yang diuji.

(7) Penguji dari unsur Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berasal dari Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi dalam satu rumpun jabatan. (8) Dalam hal penguji dari unsur Pejabat Fungsional Pengawas

Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak tersedia, dapat digantikan oleh Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi yang menduduki Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi setingkat dan mempunyai bidang keahlian serupa dengan Pejabat Fungsional Pengawas Radiasi yang diuji.

(7)

Pasal 8

(1) Tim penguji dalam melaksanakan uji Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi pada setiap kuadran Kompetensi menggunakan 4 (empat) metode yaitu:

a. pengamatan performa kerja; b. penulisan makalah;

c. presentasi; dan d. wawancara.

(2) Pengamatan performa kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan berdasarkan capaian kinerja dan perilaku kerja sehari-hari selama satu tahun terakhir, serta informasi lain yang dapat mempengaruhi penilaian unsur 4 (empat) kuadran Kompetensi dari peserta uji Kompetensi.

(3) Penulisan makalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dinilai berdasarkan:

a. identifikasi masalah;

b. analisis dan perumusan alternatif untuk penyelesaian masalah;

c. kesimpulan dan saran; dan d. keaslian makalah.

(5) Presentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dinilai berdasarkan:

a. kesesuaian antara isi presentasi dengan makalah; b. struktur presentasi;

c. manajemen waktu; dan d. gaya presentasi.

(6) Wawancara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dinilai berdasarkan:

a. kecepatan menjawab; b. akurasi jawaban; dan c. argumentasi ilmiah.

Pasal 9

(1) Presentasi dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilaksanakan secara langsung atau bertatap muka antara penguji dan peserta uji Kompetensi.

(8)

(2) Dalam hal presentasi dan wawancara tidak dapat dilaksanakan secara langsung atau bertatap muka dengan alasan yang dapat diterima maka dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, antara lain dengan menggunakan rekaman audio visual atau tele-conference.

Pasal 10

(1) Setiap anggota tim penguji memberikan nilai pada setiap kuadran Kompetensi berdasarkan pengamatan performa kerja, penulisan makalah, presentasi, dan wawancara.

(2) Nilai uji Kompetensi di setiap kuadran diberikan dengan kategori sebagai berikut:

a. sangat memuaskan dengan nilai A atau 4; b. memuaskan dengan nilai B atau 3;

c. cukup memuaskan dengan nilai C atau 2; dan d. kurang memuaskan dengan nilai D atau 1.

(3) Kriteria setiap kategori sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut:

a. sangat memuaskan, dengan kriteria memenuhi semua Kompetensi yang diperlukan pada jabatan yang akan didudukinya;

b. memuaskan, dengan kriteria memenuhi sebagian besar Kompetensi yang diperlukan pada jabatan yang akan didudukinya dan potensial untuk dikembangkan;

c. cukup memuaskan, dengan kriteria memenuhi sebagian Kompetensi yang diperlukan pada jabatan yang akan didudukinya;

d. kurang memuaskan, dengan kriteria memenuhi hanya sebagian kecil Kompetensi yang diperlukan pada jabatan yang akan didudukinya dan sulit untuk dikembangkan.

Pasal 11

(1) Peserta uji Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dinyatakan lulus apabila hasil nilai uji Kompetensi di setiap kuadran sama atau lebih tinggi dari tabel batas nilai

(9)

kelulusan yang tercantum dalam pedoman penilaian uji Kompetensi Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

(2) Nilai Kompetensi di setiap kuadran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan nilai rata-rata dari para penguji. (3) Pedoman penilaian uji Kompetensi Jabatan Fungsional

Pengawas Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

Pasal 12

(1) Sertifikat kelulusan uji Kompetensi diterbitkan oleh Sekretaris Utama BAPETEN selaku ketua tim penilai Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi.

(2) Dalam hal tidak lulus uji Kompetensi, peserta dapat mengikuti uji Kompetensi ulang pada kesempatan berikutnya paling cepat 1 (satu) tahun setelah uji Kompetensi sebelumnya.

Pasal 13

(1) Peserta uji Kompetensi dapat mengajukan keberatan terhadap hasil uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) kepada Kepala BAPETEN selaku kepala instansi pembina Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dan ditembuskan kepada Sekretaris Utama.

(2) Keberatan terhadap hasil uji Kompetensi disampaikan kepada Kepala BAPETEN selaku Kepala Instansi Pembina Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dan ditembuskan kepada Sekretaris Utama paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima surat hasil uji Kompetensi.

(3) Keputusan Kepala BAPETEN terbit paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah menerima surat pernyataan keberatan.

Pasal 14

Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2007 tentang

(10)

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 15

Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 Desember 2016

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA,

JAZI EKO ISTIYANTO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Januari 2017

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 129

Referensi

Dokumen terkait

• Praktek ekonomi di Barat yang diadopsi dan diadaptasi dari dunia Islam, misalnya: syirkah (partnership), suftaja (bills of exchange), hawala (letter of credit),

Permasalahan prioritas mitra yang diatasi melalui kegiatan ini adalah aspek produksi dan manajemen industri kertas handmade dalam rangka meningkatkan K3 pada hulu (mitra I)

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 75 Tahun 2020

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (2) huruf e Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 28 Tahun

Hubungan tidak langsung dari iklim berpendapat terhadap kesiapan individu untuk berubah akan semakin kuat pada karyawan yang memiliki keterikatan kerja yang

Analisis tambahan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang menghasilkan aspek ketrampilan sosial sebagai aspek dari variabel kecerdasan emosi yang paling

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 tentang

Stasiun III nilai INP terbesar ditemukan pada jenis Avicennia alba (Api-api hitam)dan pada Stasiun V nilai INP didominasi olehjenis Avicennia marina (Api-api putih)