• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Traditional Fishermen Society Studies in Kampung Batu Kalang Kenagarian Ampang Pulai Koto Subdistrict XI Tarusan Pesisir Selatan

Ogi Sepri*Slamet Rianto**Ade Irma Suryani** Email:prodipendidikangeostkippgri@yahoo.co.id

Students of Geography Education Departement of STKIP PGRI West Sumatera* Lecturer of Department of Geography Education Departement

STKIP PGRI West Sumatra**

ABSTRACT

This study aims to determine the study of traditional fishing communities in Kampung Batu Kalang, namely: (1) Completeness of traditional fishing equipment when fishing. (2) Strategies traditional fishermen when fishing. (3) Processing of traditional fishing catches.

This research is classified as qualitative research. The data used are primary data and secondary data. Primary data, data taken through observation, interviews and documentation, while secondary data is data taken relevant agencies, while the informant in this research is the traditional fishing communities. The sampling technique by way of Snow ballsampling.

The results showed that the study of traditional fishing society in the hometown of stone prop, among others: (1) Completeness of traditional fishing equipment using simple tools such as: small-sized nets, canoes, buckets, baskets, a machete, a fishing rod. (2) strategy, traditional fishing time to catch fish by using a net, net stretcher scaled back while in the middle of the ocean then wait for about 1 or 2 hours, after which the net is pulled up the boat, captured tersebutlah fish on stuck, in a day traditional fishing takes about 5-7 hours to get satisfactory results. (3) Processing of traditional fishing catches made by people around, who bought the fish at the fishermen. Processing is done if at the time the number of fish that are too many get by fishermen. If there is no longer the distribution of fish, the fish are forced to process into salted fish. With the aim especially fish that is more durable and can alter the taste of the fish to be somewhat salty.

Key Word: Completeness of traditional fishing equipment when fishing, Strategies traditional fishermen when fishing, Processing of traditional fishing catches.

PENDAHULUAN

Kemiskinan sebagai salah satu isu global yang dihadapi oleh Negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Kemiskinan menjadi persoalan yang paling mendasar dalam banyak aspek dan saling terkait. Kemiskinan telah berkembang menjadi persoalan yang multidimensi yang mencangkup keseluruhan bidang, baik bidang ekonomi, sosial politik, pendidikan maupun sosial masyarakat.Kemiskinan bukanlah sesuatu terwujud sendiri tetapi terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.Suhartodalam Yuliadi (2014:1).

Akses masyarakat pesisir pada sumber-sumber ekonomi sampai kini,

khususnya masyarakat miskin di desa pantai masih memprihatinkan. Dengan demikian usaha pemberdayaan masyarakat desa pantai (pesisir) serta upaya untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan di pedesaan pantai masih harus menjadi agenda penting dalam kegiatan pembangunan. Dengan perkataan lain, pembangunan masyarakat pesisir miskin di pedesaan pantai masih sangat relevan untuk ditempatkan sebagai prioritas pembangunan, mencangkup implementasi program peningkatan pemberdayaan masyarakat (community development) dan tidak hanya melalui distribusi dan bantuan langsung tunai (BLT) uang dan jasa untuk

(3)

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Word Bank (2002).

Konsep tentang kemiskinan sangat beraneka ragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, sampai pada pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial moral, kemiskinan merupakan suatu realita sosial ekonomi yang senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat, bahkan membentuk kultural. Bappenas dalam Yuliadi (2014:2).

Menurut Rengasamy dalam achmadi (2013:144) kita harus memiliki seperangkat asumsi dan prinsip-prinsip yaitu:

1. Masyarakat mampu mengembangkan kapasitas untuk menyelesaikan masalah mereka.

2. Masyarakat ingin berubah dan maju. 3. Masyarakatmau berpartisipasi untuk

melakukan sesuatu tindakan, menyesuaikan, mengendalikan diri dan berperan.

4. Pendekatan holistik harus dikedepankan. Tidak ada suatu permasalahan yang berdiri sendiri. Penyelesaian sektoral juga tidak akan berhasil.

5. Demokrasi memerlukan partisipasi dan kerja sama, masyarakat harus mampu menjadikan sesuatu menjadi mungkin. 6. Sering kali masyarakat memerlukan

bantuan, sebagaimana manusia biasa atau individu memerlukan bantuan.

Masyarakat nelayan atau yang bermata pencaharian sebagai nelayan adalah masyarakat yang hidup dekat air dengan cara menangkap ikan,itulah yang digunakan sebagai sumber pengahasilan atau penghidupan kesehariannya. Dalam kenyataannya, ada kalanya seorang menjadikan aktifitas menangkap ikan sebagai mata pencaharian pokok dan ada pula yang hanya dijadikan sebagai kegiatan tambahan yang memungkinkan bisa meningkatkan pendapatan untuk

menopang hidup dan terpenuhiyang dibutuhkannya, seperti halnya masyarakat yang tinggal di tepi pantai di KampuangBatu Kalang. Yuliadi (2014).

Batu Kalang merupakan sebuah Kampung yang berada di Kenagarian Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan Kebupaten Pesisir Selatan.Dimana kampung Batu Kalang tersebut posisinya tepat di pinggir pantai.Oleh karena itu masyarakat yang berada di Kampung Batu Kalang tersebut pada umumnya bermata pencarian nelayan.

Berdasarkan observasi awal, masyarakat Kampung Batu Kalang umumnya bermata pencarian sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan dengan cara tradisional, dengan memakai alat-alat sederhana seperti perahu dengan jangkauan melaut tidak terlalu jauh sehingga hasil tangkapan ikan tidak terlalu banyak dibawa ke daratan. Mereka mulai beraktivitas sebagai nelayan pada pagi hari sekitar jam lima subuh dan kembali kedaratan jam sepuluh pagi. Dan ada juga yang berangkat jam empat sore dan kembali kedaratan jam sepuluh malam, banyak sedikitya hasil tangkapan yang mereka dapat mereka harus pulang dikarenakan mereka tidak membawa bekal tetapi cuman sekedar cemilan, dan peralatan yang kurang memadai seperti pancingan dan jaring yang tidak terlalu besar.

Selain alat-alat yang sederhana yang mereka pergunakan, banyak hambatan lain saat melaut yang mereka hadapi, misalnya cuaca yang tidak mengizinkan. Jadi mereka saat akan melaut harus memperhatikan cuaca terlebih dahulu,apabila cuacanya kurang bagus maka mereka tidak jadi melaut. Sering kali mereka membawa ikan ke daratan hanya untuk sekedar dimasak. Kemudian ada juga sebagian masyarakat nelayan tradisional melakukan kerja sama. Seperti nelayan yang tidak memliki perahu, sehingga mereka memakai perahu orang lain untuk menangkap ikan, tetapi hasil tangkapanya di bagi dua dengan

(4)

pemilik perahu. Maka dari itulah masyarakat nelayan tradisional sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Masyarakat nelayan di Kampung Batu Kalang sering kali mendapatkan hasil tangkapan laut yang kurang maksimal sertaalat tanggap ikan yangkurang memadai dan tempat penjualan atau tempatpelelangan ikan kurang menjanjikan. Kondisi seperti ini yang dirasakan oleh masyarakat nelayan Batu kalang. Dengan potensi laut yang kaya akan ikan dan tersedianya sumber hayati, tidak seharusnya masyarakat nelayan di Kampung Batu Kalang hidup dalam kemiskinan, kebijakan pemerintah belum sepenuhnya memihak kepada nasip nelayan. Banyak nelayan yang tinggal di daerah ini belum seutuhnya merasakan manfaat pembangunan, ini terbukti masih banyak sarana dan prasarana mereka yang masih minim.

Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk mengkaji fenomena ini melalui suatu penelitian dengan mengangkat judul ” Studi Masyarakat Nelayan Tradisional di KampungBatu Kalang Kenagarian Ampang Pulai

Kecamatan Koto XI Tarusan

Kabupaten Pesisir Selatan ”.

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan judul penelnelitian dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia.

Informan peneltia yaitu orang yang terlibat langsung dalam objek penelitian atau orang-orang yang menjadi sumber informan yaitu Masyarakat Nelayan Tradisional. Semua data dan keterangan yang dibutuhkan peneliti akan didapat dengan informan dengan teknik dan cara

yang sesuai. Penentuan informan diambil dengan teknik snowball sampling, yaitu peneliti menghubungi informan secara berantai. Proses bola salju ini berlangsungterus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai dengan kebutuhan, Dalam memperoleh informasi tentang objek penelitian maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan tradisional dan informan kuncinya adalah masyarakat pengelola ikan

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan variabel pendidikan di atas dapat diperoleh hasil penelitian, bahwa pendidikan terakhir penambang pasir di DAS Batang Tarusan adalah tamat SD dengan memiliki pendidikan yang rendah tersebut menjadi penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir untuk tetap bekerja sebagai penambang pasir karena bekerja sebagai penambang pasir tidak mengutamakan pendidikan. Selain tidak memiliki pendidikan yang tinggi mereka juga tidak memliki pendidikan informal atau keahlian lain yang bisa mereka manfaatkan untuk memperoleh kesempatan bekerja ditempat lain. Sedangkan biaya pendidikan anak sangat tinggi yang harus mereka penuhi karena biaya pendidikan anak tersebut rata-rata biaya sendiri. Hal tersebut menjadi penyebab bertahannya mereka bekerja sebagai penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo.

Berdasarkan variabel pendapatan penambang pasir maka diperoleh hasil penelitian bahwa pendapatan penambang pasir dari 65 responden pendapatan pokok/bulan yang mereka peroleh yaitu Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000/bulan, pendapatan yang mereka peroleh tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sedangkan rata-rata mereka tidak memilki pekerjaan sampingan sehingga tidak memperoleh pendapatan selain pendapatan bekerja sebagai penambang pasir. Hal tersebut menjadi penyebab mereka bertahan bekerja sebagai penambang pasir.

Berdasarkan variabel lingkungan fisik didapat hasil penelitian bahwa penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo

(5)

disebabkan karena adanya kedekatan jarak rumah penambang pasir ke DAS batang Tarusan yang berjarak 0 km – 1 km, dan perubahan fisik DAS yang terjadi akibat penambang pasir yang mereka lakukan tidak mempengaruhi mereka untuk tetab bertahan bekerja sebagai penamang pasir.

Berdasarkan variabel lingkungan sosial penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo maka di dapatkan kesimpulan bahwa penyebab mereka bertahan bekerja sebagai penambang pasir karena adanya tuntutan ekonomi yang harus mereka penuhi, dan karena pengaruh keluarga juga, pekerjaan sebagai penambang pasir telah mereka tekuni rata-rata selama 3 tahun, sehingga mempengaruhi mereka untuk tetap bertahan, sedangkan pekerjaan sebagai penambang pasir tidak setiap hari. Selain hal itu lapangan pekerjaan untuk mereka beralih pekerjaan tidak ada yang sesuai dengan pendidikan mereka.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan sesuai dengan tujuan peneliti maka dapat disimpulkan studi masyarakat nelayan tradisiaonal di kampung batu kalang sebagai berikut:

Pertama, kelengkapan peralatan Nelayan Tradisional di Kampung Batu Kalang seperti: jaring, sampan, pendayung sampan, mesin, parang, palu, ember, keranjang dan lampu. Melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tradisional yang disebutkan di atas, maka nelayan yang berada di Kampung Batu Kalang tersebut tentunya mendapatkan hasil tangkapan lebih sedikit di banding dengan nelayan yang menggunakan kapal besar dan canggih. Dengan faktor perekonomian yang tidak mendukung, maka mereka menangkap ikan dengan alat-alat yang sudah mulai rusak.bahkan mereka pergi dengan sampan yang tidak mempunyai mesin, tetapi dengan menggunakan dayung. Karna tidak sanggup untuk membeli yang lebih baru.

Seperti jaring yang udah sobek (bolong), dan mesin yang sudah tua, kadang mengalami kerusakan pada saat menagkap ikan.Dengan ukuran sampan yang kecil tentunya mereka tidak bisa pergi melakukan penangkapan ikan untuk jarak lebih jauh, dan juga dengan ukuran jaring yang kecil dan keadaan yang sudah rusak tentunya hasil tangkapan mereka tidak sebanyak yang diinginkan. Adapun bantuan dari pemerintah untuk masyarakat nelayan tersebut dengan cara mereka membentuk kelompok sekitar 10 orang, kemudian mereka membikin proposal untuk di ajukan ke dinas perikanan, akan tetapi bantuannya datang dalam waktu yang cukup lama, sampai-sampai 3 atau 4 tahun bantuannya di berikan oleh pemerintah setempat.Akan tetapi ada juga proposal mereka yang tidak ada balasannya dari dinas perikanan atau pmerintahan setempat.

Menurut Siombo (2010:4) Bermacam-macam alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan tergantung pada kategorisasi nelayan. Nelayan tradisional /nelayan kecil biasa menggunakan motor temple atau kapal ikan di < 10 GT (gross tonase) dan pada umumnya menggunakan pancing, jaring nilon, pukat, bubu, pursein mini, dalam penangkapan ikan.

Kedua, strategi nelayan tradisional di Kampung Batu Kalang saat penangkapan ikan.Nelayan tradisional melakukan penangkapan ikan pada saat malam hari dan juga ada pada saat siang hari. Tetapi dengan cara atau strategi yang sama. Mereka yang melakukan penangkapan ikan pada siang hari berangkat pada saat pagi hari sekitar jam 4 subuh dan kembali ke tepian pada jam 10 pagi, sedangkan mereka yang malakukan penangkapan ikan pada saat malam hari berangkat jam 4 sore dan pulang ke tepian jam 10 malam.

Berarti lama mereka manangkap ikan di lautan pada saat malam dan siang

(6)

hari sama-sama sekitar kurang lebih 6 jam. Cara mereka menangkap ikan dengan menggunakan jaring yaitu pada saat mereka berada di tengah laut kurang lebih dari 2 mil dari tepian, akan tetapi nelayan yang tidak mempunyai mesin pada sampannya cuman tidak bisa pergi untuk terlalu jauh, karena mereka harus mendayung sampannya dengan menggunakan tenaga sendiri. Jadi mereka cuman pergi kurang lebih 1 mil dari tepian pantai. Penangkapan ikan mereka lakukan dengan cara menurunkan jaring di sekeliling sampan mereka, dan kemudian di biarkan sekitar kurang lebih 2 jam. Sambil menunggu mereka tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi mereka melakukan aktifitas memancing.Ada juga sebagian dari mereka berpendapat memencing untuk menambah hasil tanggapan dan ada juga berpendapat untuk sekedar hobi.Setelah kurang lebih 2 jam mereka menarik jaring tersebut dengan menggunakan tenaga sendiri.Jadi di jaring itulah ikan pada nyangkut dan tertarik ke atas.kadang ada yang dapat banyak, ada yang kurang, bahkan ada yang tidak dapat, apa lagi mereka yang pempunyai jaring yang sudah tua dan mudah sobek, tentunya banyak ikan yang lolos pada saat penangkapan.

Akan tetapi mereka melakukan penurunan jaring sekitar 3 atau 5 kali. Tetapi dangan cara harus pindah ketempat lain. Dengan keterbatasan alat dan bekal makanan yang mereka bawa waktu menuntut mereka untuk pulang.Kalau waktu pulang udah datang banyak sedikit nya ikan yang mereka dapat mereka harus pulang, bahkan ada sebagian dari mereka yang membawa ikan ke tepian cuman untuk sekedar di masak.

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan manusia.Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal(Neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan Sarhange dkk dalam Sudirman dkk(2000:1)dengan menggunakan tangan

kemudian profesi ini berkembang terus secara perlahan-lahan dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk.

Ketiga, pengolahan hasil tanggapan ikan nelayan tradisional di Kampung Batu Kalang. Pengolahan dilakukan supaya ikan bisa menjadi labih awet. Pengolahan bukan dilakukan oleh nelayan, tetapi masyarakat yang berada di pinggir pantai yang membeli hasil tanggapan nelayan.Pengolahan dilakukan apabila ikan yang di dapatkan oleh nelayan terlalu banyak pada saat itu.

Dengan banyaknya hasil tanggapan yang didapatkan oleh para nelayan yang mempunyai kapal dan peralatan yang canggih, maka harga ikan menjadi murah.Nelayan tradisionalpun kesulitan untuk menjual hasil tangkapan mereka walaupun sedikit.Dengan banyaknya ikan yang di dapat pastinya terjadi kesulitan untuk pemasaran ikan tersebut, disanalah terjadi pengolahan ikan menjadi ikan asin dengan alasan supaya ikan tersebut bisa lebih awet dan di jual untuk kemudian harinya.

Pengolahan ikan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu, pertama masukkan ikan ke tempat yang cukup besar seperti ember atau box. Setelah itu di campur dengan garam sampai-sampai box atau ember tersebut dipenuhi dengan garam.Lalu di biarkan sekitar 2 atau 3 hari.Setelah waktu yang ditentukan lalu ikan tersebut di bersihkan, dan dipisahkan dari garam.Dengan jangka waktu 2 atau 3 hari berarti rasa asin garam sudah menyerap ke dalam ikan.Setelah di bersihkan lalu ikan di jemur di bawah terik matahari. Setelah ikannya kering baru bisa ikan tersebut di pasarkan atau di makan. Akan tetapi apabila pada saat penjemuran hari musim hujan maka mereka mangalami kesulitan untuk mengeringkan ikan

(7)

tersebut, bahkan bisa-bisa ikan tersebut sudah ada jamurnya.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Mutia (2014) “Pengolahan Ikan Kering Di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat” Teknik dalam proses pengelolaan ikan kering di Kenagarian sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat masih Tradisional, masih menggunakan alat-alat sederhana, menggunakan tangan, dan bergantung pada sinar matahari dalam melakukan proses pengeringan.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PustakaSetia.

Fauzi, Akhmad dkk.2005. Pemodelan

Sumber Daya Perikanan dan

Kelautan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Helmiwati.2012. Fungsi Lapau Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Di

Kenagarian Padang Laweh

Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung.Padang STKIP PGRI. Kusnadi, 2002, Konflik Sosial Nelayan,

Kemiskinan dan Perebutan Sumber

Daya Perikanan, LKIS,

Yogyakarta.

Moleong, (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. EdisiRevisi. Bandung: Remaja Rosda karya.

Siombo Marhaeni Ria. 2010. Hukum

Perikanan Nasional dan

Internasional, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sudirman dkk. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono.2013.Metode Penelitian

Administrasi, Bandung: CV

Alfabeta.

Syani, Abdul. 2013. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Undang-Undang. Nomor 31 Tahun 2004.Tentang Penangkapan Ikan. Yuliadi, Nofridon. 2014. Studi Tentang

Kemiskinan Nelayan Di

Kenagarian Pulau Rajo Inderapura Kecamatan Airpura Ka bupaten

pesisir Selatan.Padang STKIP

Referensi

Dokumen terkait

Tuhan semesta alam yang berkat rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Perhitungan Drop Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer 20 kV

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Indri Yuliafitri, SE.M.Si., SAS Ivan Yudianto, S.E.,M.Si.,Ak Fury Khristianty Fitriyah, SE.,M.Ak.,Ak Evita Puspitasari, S.E.,M.Si.,Ak Adisti Gilang Cempaka,SE., M.ProfAcc..

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk strategi pemerintah desa dalam upaya melakukan pemberdayaan petani alami di desa kaloling, metode penelitian ini

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, penulis telah mengangkat alat musik tiup tersebut sebagai objek penelitian Tugas Akhir dengan judul Ensembel Instrumen

Dari nilai rata-rata tingkat kesembuhan hisopatologis luka bakar antara K2 dengan K3, tingkat kesembuhan K2 sedikit lebih baik daripada madu nektar kopi walaupun kedua sampel ini

Untuk memenuhi fungsi penggetaran, penggetar mole plow terdiri dari beberapa bagian, yaitu unbalanced (piringan exciter+plat pengapit exciter), poros penggetar,

Sampaikan kepada peserta bahwa mereka akan berpartisipasi dalam kegiatan satu komputer yang terakhir dalam portofolio ini – kegiatan yang sangat berpusat pada siswa,