SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA JENIS
KATROL PADA SISWA KELAS V SEMESETER II MI
MUHAMMADIYAH NGASINAN KECAMATAN WONOSEGORO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
CHOIRUL AMRI
NIM
-
-
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar . Telp. fax. kode pos. Salatiga
Http//www.salatiga.ac.id e-mail akademik@iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka SkripsiSaudara:
Nama : Choirul Amri
NIM : - -
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA
JENIS KATROL PADA SISWA KELAS V MI
MUHAMMADIYAH NGASINAN KECAMATAAN
WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN
/
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, Agustus
Pembimbing,
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN ALAT
PERAGA JENIS KATROL PADA SISWA KELAS V SEMESETER
II MI MUHAMMADIYAH NGASINAN KECAMATAN
WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALITAHUN PELAJARAN
DI SUSUN OLEH
CHOIRUL AMRI NIM - -
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal...dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Choirul Amri
NIM : - -
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau
temuan lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus
Yang menyatakan,
Choirul Amri
MOTTO :
“ Jadikan Hidupmu Berguna Bagi Sesama Jalani Hidup Dengan Penuh Keikhlasan ”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
. Kedua orang tuaku (Bapak Turyanto dan Ibu Reni Astuti), yang selalu
memberikan bimbingan, mengarahkan dengan penuh kesabaran, selalu memberi semangat dengan materiil dan spriritual serta selalu berkorban dan mendoakanku setiap saat.
. Kakakku (Arma Susanto), yang selalu memberikan dorongan, semangat,
bimbingan, pengarahan serta dukungan baik moril dan materiil.
. Adikku (Aryan Risaldi) yang aku sayangi semoga cita-citanya tercapai dan
dapat menjadi anak yang sholih yang dapat berguna bagi agama dan mengharumkan nama keluarga.
. Keluarga besarkuyang senantiasa membantu dan memberi semangat dan
turut medoakanku.
. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmunya kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadikan seperti sekarang ini.
. Teman-temanku (Khulkul Kuzaefi, Susanto, Aditya Dwi Y, Sigit Zunianto
Muhammad Nur Ihwan, Muhammad Munif,Muhamad Yusuf dan yang tidak bisa saya sebutkan semuanya)yang senantiasa memberikan dukungan.
. Teman-teman kelas Konsentrasi IPA dan kelas PGMI angkatan .
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafaat’a besok di yaumul
qiyamah.
Penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Penggunaan Alat Peraga Jenis Katrol Pada Siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan Kecamataan Wonosegoro Kabupaten
Boyolali Tahun ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar akademik Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam
. Bapak Sukron Makmun, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penulisan skripsi ini.
. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya kepada penulis.
. Bapak Muslih, S.Pdi, selaku Kepala Sekolah MI Muhammadiyah Ngasinan
turut membantu dalam penelitian.
. Seluruh siswa-siswi kelasV Muhammadiyah Ngasinan yang telah mendukung
dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya hingga penulis dapat , menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutukan guna menyempurnakan penulisan laporan skripsi ini. Semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Amri, Choirul . Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Penggunaan Alat Peraga Jenis Katrol Pada Siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan Kecamataan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun . Skripsi, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Peni Susapti, S.S.i. ,M.Si.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Pesawat Sederhana, Katrol, IPA
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Salah satu faktornya adalah guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan tanpa menggunakan media, sehingga kemampuan siswa dan kreativitas siswa kurang aktif, menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Masalah yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah: apakah penggunaan alat peraga jenis katrol dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi pesawat sederhana pada Siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan Kecamataan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun ?
Pada dasarnya alat peraga adalah alat bantu pendidikan artinya alat- alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
Penggunaan alat peraga akan mempermudah siswa dalam merumuskan atau menggolongkan konsep pesawat sederhana. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus, yaitu siklus I, dan siklus II. Setiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, post test lembar
pengamatan dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Pesawat Sederhana pada siswa kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan Wonosegoro. Hal ini dilihat dari hasil analisis data akhir yaitu nilai rata-rata hasil belajar
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
HALAMANMOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
. Teknik Pengumpulan Data ... . Analisis Data Penelitian ... H. Sistematika Penulisan ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... . Pengertian Belajar ...
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...
E. Alat Peraga ... . Pengertian Alat Peraga ...
. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga ...
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...
A. GambaranUmum MI Muhammadiyah Ngasinan ...
. Tabel . Data Guru
. Tabel Data Siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan
. Tabel Aspek yang diamati terhadap aktivitas guru
. Tabel Aspek penilaian afektif siswa
. Tabel Aspek penilaian psikomotorik siswa siklus I
. Tabel Aspek penilaian psikomotorik siswa siklus II
. Tabel Nilai Pre-test Hasil Belajar Siswa
. Tabel Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Siswa pada Pra Siklus
. Tabel Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
.Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Siswa pada Siklus I
.Tabel Lembar Pengamatan guru siklus I
.Tabel Pengamatan Siswa Siklus I
.Tabel Lembar Pengamatan Siswa pada Siklus II
.Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Siswa pada Siklus II
.Tabel Lembar Pengamatan Guru Siklus II
.Tabel Lembar Pemgamatan Siswa
.Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Gambar Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Gambar Katrol Tetap
Gambar Katrol Bebas
Lampiran Rencana Pelaksanaan Siklus I
Lampiran Rencana Pelaksanaan Siklus II
Lampiran Kunci Jawaban Soal Siklus I
Lampiran Kunci Jawaban Soal Siklus I
Lampiran Hasil Nilai Siswa Siklus I
Lampiran Hasil Nilai Siswa Siklus II
Lampiran Dokumentasi Penelitian
Lampiran Surat Permohonan Ijin Penenelitian
Lampiran Surat Balasan Ijin Penenelitian
Lampiran Daftar Nilai SKK
Lampiran Lembar Konsultasi Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses yang dilakukan untuk membentuk perubahan pada diri peserta didik yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk menuju
kearah yang lebih baik, dan merupakan upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak
didik menjadi manusia paripurna, dewasa dan berbudaya (Susanto, ).
Pendidikan dimulai dari jenjang dasar. Jenjang pendidikan dasar di Indonesia adalah Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Banyak mata pelajaran yang
diajarkan ditingkat Sekolah Dasar termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(IPA).
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah pada pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui berbagai macam pengetahuan yang berguna bagi
kehidupannya kelak yang berkaitan dengan keadaan lingkungan di sekitar, akan tetapi proses belajar tidak hanya terjadi di Sekolah, secara tidak langsung anak telah menerima pendidikan dari orang terdekat disekitarnya.
IPA memiliki peranan penting untuk menyiapkan generasi masa depan yang memiliki sumber daya manusia yang unggul dan memilki pengetahuan
pembelajaran IPA berorientasi pada pengembangan kemampuan berfikir, mengamati dan menganalisa gejala yang terjadi atau timbul di sekitar.
Proses belajar dapat terjadi apabila terjadi hubungan yang serasi antar pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat ditempuh melalui kreatifitas guru
dalam memodifikasi proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif, salah satunya dengan menghadirkan contoh konkrit yang berhubungan dengan
materi pembelajaran yang sedang dijalani. Dalam pembelajaran IPA dapat menghadirkan keadaan alam sekitar, benda-benda, hewan, tumbuhan dan manusia yang dapat digunakan oleh siswa sebagai bahan belajar.
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya
guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial dan lain-lain. Namun dari faktor-faktor itu guru dan siswa merupakan faktor-faktor terpenting. Pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen
antara lain tujuan, peserta didik, pendidik, isi/ bahan, cara/ metode dan situasi/ lingkungan. Hubungan ke enam faktor tersebut berkaitan satu sama lain dan
saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan (Hadikusumo,
; ).
Tujuan dari belajar ialah terjadinya perubahan pada diri peserta didik baik
itu mencakup pengetahuan, sikap, dan pemahaman siswa menuju ke arah yang lebih baik dan dapat mencapai hasil yang maksimal dan salah satunya adalah
penggunaan pesawat sederhana ini adalah untuk melipat gandakan hasil yang dicapai manusia tetapi dengan memperkecil usaha manusia. Pesawat sederhana
yang ada disekitar kita dibagi menjadi empat macam, yaitu : pengungkit (tuas), bidang miring, katrol, dan roda berporos.
Proses pembelajaran IPA tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru akan menemukan
berbagai permasalahan, baik permasalahan siswa, permasalahan metodologis, permasalahan akademis maupun permasalahan nonakademis lainnya. Semua permasalahan tersebut tentu berimplikasi langsung atau tidak langsung
terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Semua permasalahan tersebut harus dianggap sebagai tantangan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
Knapp & Schell (dalam Depdiknas, ) mengidentifikasi beberapa
masalah dalam pembelajaran, antara lain bahwa peserta didik kesulitan dalam
menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah kompleks dan dalam setting yang berbeda, seperti masalah pada bidang lain atau masalah
di luar sekolah. Begitu juga dalam pembelajaran IPA dalam keterampilan menggunakan alat peraga, siswa kurang mampu menghubungkan konsep-konsep dasar dengan kehidupan di lingkungannya. Pembelajaran yang
diterapkan selama ini di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang bersifat teoritik dan mekanistik.
dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum terpisahkan secara tersendiri.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (BSNP, ), dimaksudkan untuk:
. Memperoleh keyakinan tehadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan dalam
ciptaan-Nya.
. Mengembangkan pengetahuan dan pmahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
. Mengembangkan rassa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat (Susanto, ).
Namun yang sering terjadi di sekolah bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran IPA, hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi, proses pembelajaran yang masih tradisional misalnya proses pembelajaran yang masih terfokus didalam kelas
dan hanya mengacu pada buku mata pelajaran semata. Proses pembelajaran tersebut dapat menyebabkan siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran dan mereka merasa malas dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Dilihat dari perilaku belajar siswa, juga akan ditemukan berbagai
yang tidak mampu membuat suatu kesimpulan terhadap permasalahan, hasil belajar yang masih rendah, belum bisa memenuhi nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu , dan berbagai permasalahan lainnya. Di dalam kelas
seorang guru juga dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan
maksimal. Oleh karena itu diperlukan kreativitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di kelas terutama
pada mata pelajaran IPA. Kreativitas dan gagasan baru yang dimaksud di sini adalah kemampuan seorang guru dalam memilih pendekatan, metode, strategi ataupun media pembelajaran IPA untuk menghadapi permasalahan yang ada.
Begitu beragamnya permasalahan siswa dalam belajar sehingga para ahli pembelajaran mengembangkan berbagai strategi pembelajaran. Adanya
berbagai permasalahan belajar dan tersedianya beragam strategi
pembelajaran, menuntut adanya kemampuan seorang guru untuk memadukan antara strategi pembelajaran yang digunakan dengan karakteristik metode
belajar siswa (Wena, : ).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas MI Muhammadiyah
Ngasinan bahwa hasil pembelajaran IPA masih rendah dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Dalam masalah ini siswa masih belum mengetahui manfaat dari penggunaan pesawat sederhana sebagai salah satu alat untuk
mempermudah pekerjaan manusia.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami siswa kelas MI
bosan siswa terhadap mata pelajaran IPA seperti halnya yang selama ini siswa rasakan. Pada saat proses pembelajaran berlangsung pendidik tidak
menerapkan media yang sesuai dengan kebutuhan siswa yakni tidak menampilkan alat peraga, sehingga anak mudah jenuh dan tidak fokus
mengikuti proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu suatu upaya yang dapat mengatasi permasalahan di atas antara lain melalui
penggunaan alat peraga. Berdasarkan hal tersebut, maka alat peraga perlu digunakan agar dapat membantu dan memudahkan siswa memahami konsep pesawat sederhana sehingga pembelajaran menjadi aktif, menarik,
komunikatif, bermakna dan tidak menjenuhkan.
Penggunaan alat peraga pada mata pelajaran IPA ini disebabkan karena
mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak
membutuhkan contoh yang nyata atau alat peraga tersebut, yang berguna untuk
menjabarkan materi yang sedang diberikan sepeti halnya materi pesawat
sederhana. Oleh sebab itu penggunaan alat peraga sangatlah tepat untuk
membantu proses pembelajaran . Hal ini pula dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan prestasi dalam mata pembelajaran IPA. Melihat kondisi di atas, maka diperlukan keterampilan seorang guru untuk memanfaatkan alat
peraga agar lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Setelah mengetahui permasalahan pembelajaran IPA di kelas V dan
keuntungan menggunakan alat peraga pembelajaran peneliti tertarik untuk
Siswa Kelas V MI Muhammadiyah Ngasinan Kecamataan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali Tahun “.
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan alat peraga jenis katrol dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas MI Muhammadiyah
ngasinan, Kec. Wonosegoro , Kab Boyolali Tahun ?
C. Tujuan Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana
melalui pengunaan alat peraga pada siswa kelas MI Muhammadiyah
ngasinan, Kec. Wonosegoro , Kab Boyolali Tahun ?
D. Hipotesis
Penggunaan Alat Peraga jenis katrol dapat meningkatkan hasil belajar
mata IPA materi Pesawat Sederhana kelas MI Muhammadiyah Ngasinan
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun ajaran / .
E. Manfaat Penelitian
. Manfaat Teoritik
belajar mengajar khusunya dalam mata pelajaran IPA, terutama dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi Pesawat
Sederhana.
. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh
guru dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Manfaat bagi siswa
) Siswa memperoleh pelajaran IPA yang lebih menarik,
menyenangkan, dan memungkinkan dirinya untuk memahami
materi IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
mandiri, kelompok, yang terstruktur dan yang tidak terstruktur.
) Meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat, ide,
pertanyaan, dan saran.
) Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menyampaikan
hasil karyanya.
c. Manfaat bagi Sekolah
) Menciptakan rasa saling membantu dan kerjasama dengan
lembaga lain sehingga suasana intensif tersebut menjadi lebih
) Dapat mengangkat nama baik sekolah tersebut karena dapat
mengembangkan model pembelajaran yang tepat dan
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan.
) Membantu sekolah tersebut berkembang dikarenakan adanya
guru-guru yang profesional dan mempunyai kompetensi yang
memadai.
d. Manfaat bagi Pendidikan
) Dapat menemukan kekurangan dan kelebihan dalam
pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat.
) Dunia pendidikan akan semakin maju karena guru semakin
profesional dan kreatif dalam meningkatkan pembelajaran. F. Definisi Operasional
. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. ( Menurut Suprijono, :
). Menurut Winkel dalam Purwanto ( ) Belajar adalah aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
. IPA
Menurut H.W. Fowler et-al (Ali dan Rahma ) “IPA
merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan induksi” IPA adalah salah satu mata pelajaran pokok
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini
dianggap sulit oleh sebagian peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menegah . Anggapan sebagian peserta didik yang
menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas
masih sangat jauh dari standar yang diharapkan (Susanto, ) .
. Alat Peraga
Menurut Permana alat peraga mempunyai pengertian sebagai berikut
alat peraga berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang berati perantara yang dipakai untuk menunjukan alat peraga diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Alat peraga adalah segala alat fisik yang dapat dijadikan peran serta perangsang peserta didik untuk belajar,buku, film, kaset, film,
dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan (Kastolani,
).
Agar alat peraga dapat digunakan dengan baik, beberapa persyaratan
yang di sampaikan Rusefeendi ( ) untuk membuat alat peraga di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan konsep
b. Peragaannya supaya menjadi dasar untuk timbulnya konsep abstrak
c. Alat peraga supaya dapat dimanipulasi (digerakkan dan
dikutak-katik) Http: //dispendik. Surabaya.go.id. jurnal pdf diakses
tanggal Mei jam: .
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan alat peraga adalah sebagai
berikut:
a. Membangkitkan minat dan motivasi anak
b. Merangsang siswa untuk belajar penuh semangat
c. Menjadikan pelajaran lebih konkret
d. Meningkatkan pengertian siswa terhadap materi yang disajikan.
(Triyono, ).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan kemampuan guru untuk memilih dan menggunakan alat peraga dengan
tepat. Karena proses generalisasi dalam kegiatan belajar IPA tidak datang dengan sendirinya. Pengalaman-pengalaman siswa harus mampu
Pengertian dari konsep atau objek IPA yang ingin disampaikan. Dengan kata lain, manfaat alat peraga untuk dapat menyampaikani ide
yang sedang diajarkan, sangat bergantung pada kesanggupan guru dalam menyajikannya.
G. Metodologi Penelitian
. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom
Action Research (CAR) dan di Indonesia dikenal dengan sebutan PTK. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukkan isi yang terkandung di
dalamnya. Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (dalam Mulyasa,
: - ) ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka
ada tiga pengertian pula yang dapat diterangkan, yaitu sebagai berikut :
a. Penelitian, adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untu memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
c. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru. Kelas bukan
wujud ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.
. Penelitian Tindakan Kelas
Merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
mutu pembelajaran dikelas (Basrowi dan Suwandi, ). Penerapan
PTK dalam penelitian ini didasarkan pada temuan permasalahan dalam bentuk problem pembelajaran yaitu tingkat pemahaman siswa pada mata
pelajaran IPA yang masih rendah dan adanya keinginan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan
melakukan kegiatan Subjek Penelitian.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V MI Muhammadiyah
Ngasinan yang berjumlah siswa, laki-laki siswa dan perempuan
siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran IPA kelas V. Peneliti menggunakan pola observasi yaitu peneliti yang mengamati dan guru
sebagai pelaku. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester
tahun ajaran .
. Langkah-langkah Penelitian
Arikunto ( : ), mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting,
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Adapun skema dan penjelasan untuk masing-masing tahapan, sebagai berikut:
Gambar . Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
arikunto ( )
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum
seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Ada empat kegiatan dalam
tahap perencanaan yaitu : ) menentukan target kompetensi, )
mendesain pembelajaran yaitu membuat skenario pembelajaran dengan penerapan pemanfaatan lingkungan alam sekitar sekolah dan
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaa
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaa
pendekatan keterampilan proses (silabus, RPP, alat pembelajaran),
) mendesain alat tes, dan ) membuat jadwal pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa
penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dan perencanaan tindakan. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
c. Pengamatan (Observation)
Observasi hasil tindakan dilakukan selama pelaksanaan
tindakan dengan catatan guru mengikuti teknik pengajaran yang dirancang peneliti. Instrumen observasi menggunakan pedoman
observasi yang berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Dalam hal ini berisi indikator yang mewakili data. Tujuan pedoman tersebut untuk mendiskripsikan hal-hal yang terjadi dalam
proses penelitian tindakan. Di samping itu peneliti juga menggunakan alat bantu rekam yaitu kamera dan video untuk
menambah validitas data. Pemantauan terfokus pada kegiatan siswa dan kegiatan guru yaitu mencatat apa yang dilihat, didengar, dan diamati selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk
catatan lapangan.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tindakan
dilakukan tindakan khususnya dalam tingkat pemahaman siswa. Dengan refleksi akan diperoleh masukan yang dapat untuk
memperbaiki tindakan berikutnya. Adapun bahan yang direfleksikan adalah hasil dari langkah perencanaan, pelaksanaan tindakan dan
pengamatan (observasi). Kemudian hasil catatan tersebut
didiskusikan bersama-sama antara peneliti dan guru (pola
kolaboratif). Hasil yang dicapai dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
a. Lembar observasi, alat yang digunakan untuk mengamati secara
langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
b. Soal tertulis, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa
nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi dalam mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana.
c. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang akan peneliti kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah RPP, nilai
siswa sebelum penerapan Alat Peraga dan foto atau gambar selama proses belajar mengajar berlangsung sebagai tanda bukti konkret
. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah :
a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan selama proses penelitian
tindakan kelas dilakukan.
b. Tes tertulis, tes ini dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPA dan untuk mendapatkan data kuantitatif dari siswa dalam materi pesawat sederhana.
c. Dokumentasi, dilakukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran berupa foto dan gambar hidup (Hartiny,
: ). Instrumen yang dapat peneliti kumpulkan dalam teknik
dokumentasi adalah RPP, nilai siswa sebelum penerapan metode Alat Peraga, dan foto atau gambar selama proses belajar mengajar
berlangsung sebagai tanda bukti konkret dalam pelaksanaan penelitian.
Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum
Selanjutnya, untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolok ukur kriteria ketuntasan klasikal. Adapun KKM
yang dipilih sebesar (Trianto, : ).
Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan
dilakukan analisis dengan:
a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus sebagai berikut:
∑
:
Nilai rata-rata
∑ = Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
b. Rumus presentase ketuntasan klasikal sebagai berikut:
P = x % Keterangan:
P = Persentase
= Jumlah siswa yang tuntas belajar
= Jumlah semua siswa (Djamarah, : - ).
H. Sistematika Penulisan
. Bagian awal terdiri dari : Sampul, Lembar berlogo, Judul, Persetujuan
. Bagian inti terdiri dari :
BAB I, Pendahuluan. Pada bab ini berisi Latar belakang, Rumusan masalah,
Rumusan tujuan penelitian, Hipotesis, Manfaat penelitian, Definisi operasional, Metodologi penelitian, Instrumen penelitian, Teknik
pengumpulan data, Analisis data penelitian, dan Sistematika penulisan. BAB II, Kajian Pustaka. Pada bab ini berisi kajian yang membahas tentang
teori-teori atau landasan dari permasalahan yang ada di dalam penelitian
yaitu ( ) Hasil belajar, ( ) Pesawat Sederhana, dan ( ) Alat Peraga.
BAB III, Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini berisi tentang gambaran
umum MI Muhammadiyah Ngasinan, keadaan lokasi, keadaan gedung, keadaan guru, keadaan peserta didik, visi dan misi, subjek penelitian, dan
objek penelitian. Pada bab ini juga berisi tentang deskripsi pelaksanaan siklus I (Rencana, Pelaksanaan, Pengumpulan data/pengamatan, Refleksi), (Deskripsi pelaksanaan siklus II (Rencana, Pelaksanaan,
Pengumpulan data/pengamatan, Refleksi).
BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini dianalisis hasil
penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri atas ( ) Deskripsi hasil
belajar per siklus dan ( ) Pembahasan.
BAB V, Penutup. Pada bab ini terdiri atas Kesimpulan dan Saran.
. Bagian akhir terdiri dari : Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
. Pengertian Belajar
Kata “belajar” sering kita dengar dan temui dalam kehidupan kita
Belajar sudah terjadi pada diri manusia sejak ia dilahirkan didunia tanpa ia sadari mereka sudah mengalami kegiatan belajar. Sebagian orang berpendapat bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian akan merasa bangga ketika
anak-anaknya telah mampu meyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang
diajarkan oleh guru (Syah, ).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluran,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
Ada berbagai macam definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ilmuwan/pakar pendidikan untuk mendefinisikan kata belajar
tersebut. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( : ) belajar merupakan
proses internal yang kompleks, yang melibatkan seluruh mental meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Namun, proses belajar
tersebut akan tampak pada perilaku individu yang setelah mengalami belajar. Hal itu ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku manupun pengetahuan yang baru.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh
sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar disekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan (Suprijono,
).
Berdasar segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara
tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses
belajar tersebut “tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan
belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindak-tindak belajar tentang matematika, kesusasteraan, olahraga, kesenian, dan, agama
mengajar atau tindak pembelajaran dari guru (Dimyati dan Mudjiono,
: ).
Menurut Susanto ( ) Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu
yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan
belajar ini masing-masing para ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktik masing-masing kita sudah
sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut, berikut ini dikemukakan berbagai definisi belajar menurut para ahli.
Menurut R. Gagne ( ), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak
dapatt dipisahkan satu sama lain. Bagi Gagne, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
a. Definisi Belajar Menurut Pakar Pendidikan.
Belajar menurut kamus besar bahasa indonesia, secara
etimologi belajar memilki arti “berusaha memperoleh kepandaian
atas ilmu” definisi ini memilki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian (Burhanuddin, :
). (Sardiman, ) menurut pendapat Cronbach, Harold
Spears, mengungkapkan definisi belajar sebagai berikut:
memberikan definisi, “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.(belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
) Harold Spears
memberikan batasan, “Learning it to observe, to read,, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”.belajar adalah, mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti pentunjuk
(Hamdani, ).
) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku
(Suprijono, )
Belajar adalah sebuah usaha yang dilakukan sesseorang
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya(Slameto, ).
Belajar Menurut Pandangan Skinner “belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menuru. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
b) Respons si pebelajar, dan
c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi terebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons
yang baik diberi hadiah. Dan sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman (Dimyati dan
mudjiono, ).
Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber
belajar, baik sumber yang didesain maupun yang bermanfaat. Belajar juga mengandung pengertian terjadinya perubahan
persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai perubahan
perbuatan melaluai aktifitas, praktik dan pengalaman
(kusnandar, : - ).
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning
and Memory berpendapat, Learning is a change in organism
due to experience which can affect the organism’s behavior.
Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman
oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme (Syah, ).
Adapun prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt antara lain: (Djamarah, : - ).
a) Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan
pelajaran yang lain. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak bisa dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia
sebagai organisme yang berkembang, kesediaannya
mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh
kematangan jiwa, tapi juga perkembangan sebab lingkungan
dan pengalaman.
c) Anak didik sebagai organisme keseluruhan
Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d) Terjadi transfer
Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain.
menguasai dapat dipergunakan dalam masalah jual-beli bahan tertentu.
e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Belajar timbul bila seseorang menemui situasi baru dalam
kehidupannya. Dalam menghadapi hal itu ia akan menggunakan semua pengalaman yang telah dimilikinya.
Anak akan mengadakan reorganisasi pengalamannya. Misalnya seorang anak kulitnya mengelupas akibat terbakar saat bermain api. Anak belajar dari pengalamannya bahwa
api itu panas dan bisa membakar kulit manusia. Karena pengalaman itu anak didik tidak akan mengulangi untuk
bermain-main dengan api.
f) Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang
melihat (insight) hubungan tertentu dalam unsur yang
mengandung suatu problem. Misalnya peristiwa banjir yang
dihubungkan dengan faktor-faktor lain.
g) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,
keinginan dan tujuan.
h) Belajar berlangsung terus-menerus.
Belajar tidak hanya disekolah, tetapi juga diluar sekolah. Anak
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang
dilakukan secara terus menerus yang terjadi karena adanya interaksi/hubungan timbal balik antara individu yang satu
dengan individu yang lainnya maupun dengan lingkungannya,
belajar juga meliputi ranah yaitu ranah afektif, kognitif dan
pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Dari sejumlah definisi belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat
penting untuk diketahui yakni kata “perubahan”
Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan maka
pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari
masalah belajar. Apa pun formassi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya
tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi dalam diri
individu yang belajar.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir
belajar. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah
laku. Perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya,
bukanlah kategori belajar yang dimaksud. Oleh kar`ena itu, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak
setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar (Djamarah, :
).
c. Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri
belajar. Adapun ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
) Perubahan yang terjadi secara sadar, individu yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau individu merasakan
telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya.
) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, individu
mengalami perubahan yang berlangsung terus menerus dan tidak statis.
) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, individu
mengalami perubahan-perubahan yang selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari
) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Djamarah,
: - ).
) Perubahan perilaku relative permanent, perubahan tingkah laku
yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau
tidak berubah-ubah (Baharuddin & Esa : ).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar yang dimaksud dalam penelitian ini antara
lain : ) siswa mengalami perubahan secara sadar, siswa menyadari
bahwa pengetahuannya tentang materi Puisi bertambah; ) siswa
mengalami perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung seperti aktif
bertanya, mengungkapkan pendapat, maju ke depan kelas untuk
mengerjakan tugas dari guru, dan sebagainya; ) siswa mengalami
perubahan tingkah laku yang terarah, yaitu sesuai dengan
kompetensi atau tujuan pendidikan yang telah ditentukan; ) siswa
mengalami perubahan baik dari segi afektif, kognitif, dan
psikomotorik; ) siswa mengalami perubahan yang bersifat
fungsional dan permanen, siswa mengalami proses pembelajaran
d. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar dapat dijadikan sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual (Dimyati & Mudjiono, : ).
Menurut Soekamto (dalam Baharuddin & Esa : ), di
dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar sebagai berikut :
) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan
orang lain. Untuk itulah, siswalah yang harus bertindak aktif.
) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selam proses
belajar.
) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
semakin baik. Hal ini dikarenakan bahwa prinsip-prinsip belajar
memberikan pedoman berharga bagi guru untuk dapat
ditindaklanjuti dengan benar, sehingga pelaksanaan pembelajaran
dapat diarahkan secara efektif dan efisien (Kastolani, : ).
e. Proses Belajar di Sekolah
Proses belajar di sekolah merupakan serangkaian aktivitas
yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau individu pada saat belajar di sekolah. Selama di sekolah, proses belajar terjadi tidak hanya pada aspek kognitif, namun juga meliputi afektif,
maupun psikomotoriknya (Baharuddin & Esa : ).
Menurut Syah (dalam Sriyanti, dkk, : ),
pengembangan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam proses belajar di sekolahan memerlukan dua strategi. Strategi
pertama, guru perlu mengupayakan agar siswa dapat memahami isi materi pelajaran. Strategi kedua, guru harus mengupayakan agar
siswa dapat meyakini arti pentingnya isi materi pelajaran dan mengaplikasikannya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
Menurut Gagne (dalam Baharuddin & Esa : ),
proses belajar yang terjadi di sekolah itu melalui tahap-tahap :
motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali . menggali . hasil,
Pada tahap motivasi, muncul motivasi dan keinginan dalam diri siswa untuk mempelajari sesuatu yang akan dipelajari. Oleh
karena itu, pada saat memulai pelajaran guru harus dapat membangkitkan motivasi yang ada dalam diri siswa (Sriyanti, dkk,
: ).
. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Depdikbud ( : ) bahwa setiap siswa dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban siswa ≥ %, dan
suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam
kelas tersebut ≥ % siswa yang telah tuntas belajarnya. Berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh
masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan
setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Dengan
demikian, setiap sekolah dan setiap mata pelajaran memiliki KKM yang
dapat berbeda dengan sekolah lain (Trianto, : - ).
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam melakukan
penilaian hasil belajar, yaitu:
) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assesment), adalah
) Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa dengan suatu
patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus
dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru (Masidjo, : ).
Hasil belajar dapat dimaknai sebagai suatu perubahan yang terjadi pada seorang siswa yang telah melalui proses pembelajaran. Pengertian
tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan dipertegas lagi oleh
Nawawi dalam K. Brahim ( ) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran
tertentu. Susanto ( ).
Bloom(dalam Suprijono ), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valving (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotor meliputi initiatory,
Untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dapat ditempuh dengan berbagi macam cara, salah satunya ialah dengan
evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh sunal ( ), bahwa
evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat
pertimbangan seberapa efektif suatu program.
a. Perwujudan Hasil Belajar
Syah (dalam Sriyanti, dkk, : - ) menyatakan bahwa
wujud Hasil belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud perubahan. Adapun wujud perubahan tersebut adalah sebagai
berikut : ) Kebiasaan; ) Keterampilan; ) Pengamatan; )
Berpikir asosiatif dan daya ingat; ) Berpikir rasional dan kritis; )
Sikap; ) Inhibisi; ) Apresiasi; dan ) Tingkah laku efektif.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmatis atau
terpisah, melainkan komprehensif. Suprijono ( ).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh karena itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar
Menurut Suryabrata (dalam Sriyanti, dkk, : ), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara
umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri siswa. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor
eksternal tersebut terdiri dari dua yaitu :
) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar siswa yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.
) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar siswa yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan).
Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran
dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan
) Faktor internal
Menurut Slameto ( ) Faktor internal (ekstern) yang
berpengaruh terhadap belajar, penulis mengelompokkan menjadi
faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga (Slameto, ).
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metoda mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa dengan siswa, disiplin disekolah,
pelajaran dan waktu sekolah. Slameto ( ).
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh Terhadap belajar siswa. Pengaruh itu karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.hal tersebut dapat
diuraikan dengan media, teman bergaul, bentuk kehidupan mayarakat yang mempengaruhi belajar anak. Slameto
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor eksternal dan internal dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar. Pengaruhnya bisa bersifat positif yaitu dapat mendukung dalam pencapaian hasil belajar sehingga didapat hasil yang
maksimal dan memuaskan, namun bisa juga bersifat negatif, yaitu menghambat sehingga pencapaian hasil belajarnya kurang
maksimal.
c. Ragam evaluasi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun banyak, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Adapun
ragam evaluasi hasil belajar sebagai berikut :
) Pre-test dan post-test
Kegiatan pre-test dilakukan oleh guru sebelum akan memulai
penyajian materi baru. Post-test adalah kegiatan evalausi yang dilakukan oleh guru pada setiap akhir penyajian materi.
) Evaluasi prasyarat
Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
) Evalausi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
) Evaluasi formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
B. IPA
. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu
mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan
mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menegah . Anggapan sebagian peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA
ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar
yang diharapkan (Susanto, ).
Menurut Sumantoko dkk.( ) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah (Putra, ).
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.
Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science in Education” menyatakan
bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode
khusus (Ahmadi dan Supartomo, )
. Fungsi IPA
Fungsi dari mata pelajaran ipa di sd/mi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan peranggai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupannya bagi
kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses
c. Mengembangkan wawasan , sikap dan nilai yang berguna siswa
untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam
. Tujuan IPA
a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Pengetahuan Alam
yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap
Pengetahuan Alam dan teknologi.
c. Mengembangkan ketermpilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar memecahkan masalah dan memuat keputusan.
d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam.
e. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
berbagai gejalah masalah kehidupan sehari-hari (Departemen
Agama RI, ) .
. Ruang lingkup
a. Mahluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia , hewan ,
tumbuhan dan interaksinya.
b. Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah, dan
batuan.
c. Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya, dan pesawat,
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda
lainnyaa.
d. Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya
e. Sumber daya alam, kagunaan,pemeleriharaan,dan pelestariannya,
. Standar kompetensi
a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu,
bertanya, bekerja sama, dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
b. Mampu menterrjemahkan perilaku alam tentang diri dan
lingkungan alam disekitar rumah dan madrasah
c. Mampu mengetahui proses pembentukan ilmu dan mampu
melakukan inkuiri ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan pengamatan sederhana dalam lingkup pengalamannya
d. Mampu memanfaatkan Pengetahuan Alam dan merancang/
membuat produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip
Pengetahuan Alam dan mampu mengelola lingkungan sekitar rumah dan madrasah serta memiliki saran/usul untuk mengatasi
dampak negatif teknologi (Derpartemen Agama RI, ).
. Kompetensi dasar
a. Mengidentifikassikan bagian-bagian tumbuhan
b. Mendeskripsikan fungsi bagian tubuh
c. Menggolongkan tumbuhan secara sederhana.
C. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA DI SD/MI
Tujuan utama pembelajaran IPA SD adalah membantu siswa
memperoleh ide, pemahaman dan keterampilan (life skills) esensial sebagai
menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasisecara
efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif.
Dalam Permendiknas No. tahun tentang Standar Isi
dijelaskan bahwa pembelajaran IPA di SD/ MI sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta
didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Proses pembelajaran IPA harus memperhatikan karateristik IPA
sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA sebagai integrative science atau
IPA terpadu telah diberikan di SD/MI sebagai mata pembelajaran IPA
terpadu (Sulistyowati & Widi, ).
Dalam hal ini seorang guru diwajibkan memiliki empat kompetensi
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan melakukan proses pembelajaran IPA.
b. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan menguasai materi IPA.
c. Kompetensi kepribadian, kemampuan menjadi teladan bagi peserta didik,
dan sejawat.
d. Kompetensi sosial, kemampuan hidup bermasyarakat di sekolah maupun
di luar sekolah.
D. Tinjauan Tentang Materi Pesawat Sederhana
Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya
menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan pesawat sederhana. Dalam pelaksanaannya, penggunaan pesawat sederhana bertujuan untuk melipat gandakan gaya atau kemampuan kita, mengubah arah gaya serta
memperbesar kecepatan. Gabungan pesawat sederhana dapat membentuk pesawat rumit, contohnya mesin cuci, sepeda, mesin mobil dan lain-lain
(Rima, ). Jadi pesawat sederhana adalah alat sederhana yang
memudahkan aktivitas manusia.
Pesawat sederhana dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu
pengungkit (tuas), bidang miring, katrol, dan roda berporos. Tuas dikenal dengan nama pengungkit. Batang besi atau batang lain yang digunakan untuk
tempat batang ditumpu dan tempat batang diputar. Titik kuasa yaitu tempat dimana gaya (kuasa) bekerja pada tuas. Sedangkan titik beban yaitu tempat
bekerjanya berat benda.
Untuk memperkecil kuasa atau gaya ketika mengangkat beban dapat
dilakukan dengan cara memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban. Berdasarkan kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa
digolongkan menjadi tiga, yaitu: (a) Tuas golongan pertama, yaitu tuas dengan posisi titik tumpu berada diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh tuas golongan ini adalah gunting, catut, mainan jungkat jungkit, dan linggis.
(b) Tuas golongan kedua, yaitu tuas dengan posisi beban berada diantara namun bukan sudut lurus terhadap permukaan horisontal. menghubungkan
dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Bidang miring bermanfaat dalam mempermudah memindahkan benda-benda yang sangat berat. Bidang miring berguna untuk membantu memindahkan benda-benda yang terlalu berat.
Namun bidang memiliki kerugian membuat jarak tempuh semakin jauh. Jadi bidang miring tidak bisa mengurangi pekerjaan.
digunakan bersama-sama dengan rantai atau tali. Berdasarkan penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu katrol tetap, katrol
bebas, dan katrol majemuk(Rima, - ).
. Katrol tetap
Gambar Katrol Tetap (Indriati dkk, )
Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berubah karena
dipasang pada suatu tempat yang tetap. Katrol tetap hanya berfungsi
untuk mengubah arah gaya. Katrol tetap memudahkan kamu melakukan
pekerjaan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kamu temui penggunaan
katrol tetap pada sumur timba, tiang bendera, dan sangkar burung
. Katrol bebas
Gambar Katrol Bebas (Indriati dkk, )
Katrol bebas merupakan katrol yang posisinya bisa berubah (mudah
dipindahkan) karena tidak terpasang pada suatu tempat tertentu. Sedangkan bebannya digantungkan pada katrolnya. Kuasa yang
diperlukan pada katrol bebas untuk mengangkat beban lebih kecil
daripada katrol tetap. Gaya yang digunakan untuk mengangkat beban
hanya setengahnya, misal beban yang diangkat beratnya kg, maka
. Katrol Berganda
Gambar Katrol Berganda (Indriati dkk, ).
Katrol berganda atau majemuk merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol bebas yang dihubungkan dengan tali. Beban dikaitkan pada
katrol bebas. Sedangkan salah satu ujung tali diikat pada penopang katrol tetap. Ujung tali yang lain ditarik. Akibat tarikan itu beban dan katrol
bebas akan terangkat. Indriati dkk ( )
E. Alat Peraga
. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat bantu mengajar yang dipergunakan