Film Gajah Mada
Bhinneka Tunggal Ika
tan hana dharma mangrwa
Jl. Benda Barat 7C Blok D-13/8 Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan Telp. +62217405516 +6281323189000 +6282122871396 email tawinusantara@ymail.com website www.tawinusantara.com www.filmgajahmada.com www.patihgajahmada.com www.rennymasmada.com
sira gajahmada ambekel ing
1. LATAR BELAKANG
etelah peristiwa Badander, Gajah Mada secara signifikan melakukan perbaikan dan pengembangan konsepsi keamanan dalam negeri dengan memberikan porsi yang sangat besar pada kesatuan Bhayangkara.
Kesatuan Bhayangkara sudah ada sejak zaman Singasari, sebelum Wisnuwardhana memerintah (1248-1268 Masehi). (Begini keindahan lapang watangan luas bagaikan tak berbatas. Menteri, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka. Bhayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang kedua……Nagarakretagama 9.2) (Sira Gajah Mada ambekel ing bhayangkara…./ Gajah Mada yang menjadi kepala pasukan bhayangkara …Pararaton 26)
Di tangan Gajah Mada, Kesatuan Bhayangkara menjadi kekuatan sipil yang sangat berpengaruh pada zamannya. Sehingga keselamatan para raja dan keluarganya berada mutlak di bawah kewenangan dan tanggungjawab Kesatuan
Bhayangkara. Kesatuan Bhayangkara, sebagai kekuatan sipil telah memberikan kepercayaan yang sangat kuat di hati masyarakat, sebagai pengayom dan pelindung rakyat.
Bhayangkara pada zaman Majapahit menduduki posisi strategis yang sangat penting bagi perkembangan Negara di kemudian hari. Bersama-sama dengan kekuatan militer lainnya Bhayangkara terbukti mampu menjaga seluruh perairan Nusantara Raya.
Kesatuan Bhayangkara yang bertugas di pusat kerajaan Majapahit dinamakan Adhika-Bhayangkari sedang yang bertugas di daerah, di kerajaan bawahan dan Mancanegara dinamakan Lelana-Bhayangkari.
Puluhan tahun kemudian, ketika Majapahit mulai muncul di peta geopolitik Nusantara Raya ini, Gajah Mada mulai melakukan perencanaan strategis yang sangat brilian pada sektor keamanan dan pertahanan dalam dan luar negeri.
Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajah Mada di paseban agung Majapahit memuat gagasan yang sangat besar terhadap penyatuan seluruh Nusantara di perairan Dwipantara.
Dengan menjunjung tinggi Kitab Perundangan Kutaramanawa Dharmasastra, Majapahit terbukti mampu menegakkan perangkat sistem hukum di seluruh wilayah Negara besar ini.
Majapahit menjadi besar.
Kebesaran Majapahit terungkap pertama kali oleh doktor dari Belanda bernama J. L. A. BRANDES berdasarkan Babad Tanah Jawi yang diterbitkannya pada tahun 1888 dan kemudian disempurnakan dengan temuan Serat Pararaton yang diterbitkan pada tahun 1896.
P
Naskah Nagarakretagama karya pujangga besar bangsa Indonesia Prapanca ditemukan pertama kali di puri Cakranegara, di pulau Lombok, yang sebagian naskahnya diterbitkan oleh J.L.A. BRANDES pada tahun 1902 dengan teks dalam huruf Bali.
Berturut-turut kemudian terbit karya-karya besar mengenai kebesaran Majapahit oleh H. KERN pada tahun 1903 dalam makalahnya: De Nagarakretagama. Oud-Javaansch lofdicht op Koning Hayam Wuruk van Majapahit, G.P. ROUFFAER pada tahun 1909 dengan judul Beschrijving van Candi Singasari en de wolkentooneelen van Penataran.
Kebesaran Majapahit, berarti kebesaran Gajah Mada. Sebagai seorang yang pernah menjabat sebagai Kepala Pengawal Raja pada kesatuan Bhayangkara, Panglima Besar angkatan laut dengan gelar Jaladhimantri, Gajah Mada tetap konsisten pada Sumpah Palapa yang diucapkan di paseban agung Majapahit pada tahun 1334 sebagai Mahapatih Amangkubumi, yaitu:
LAMUN HUWUS KALAH NUSANTARA, ISUN AMUKTI PALAPA. LAMUN KALAH GURUN, RING SERAM, TANJUNG PURA, RING HARU, RING PAHANG, DOMPO, RING BALI, SUNDA, PALEMBANG, TUMASIK, SAMANA ISUN AMUKTI PALAPA.
Yang artinya:
SETELAH TUNDUK NUSANTARA, SAYA AKAN BERISTIRAHAT, SETELAH TUNDUK GURUN, SERAM, TANJUNG PURA, HARU, PAHANG, DOMPO, BALI, SUNDA, PALEMBANG, TUMASIK, BARULAH SAYA BERISTIRAHAT sesuai dengan program politiknya yang tertuang dalam kitab SUTASOMA karya PUJANGGA BESAR BANGSA INDONESIA, RAKAWI TANTULAR,
yaitu:
BHINNEKA TUNGGAL IKA
tan hana dharma mangrwa
2. SINOPSIS
ada masa pemerintahan Jayanagara di tahun 1316, Raden Naga Baruna, guru Gajah Mada, membawa Gajah Mada ke Majapahit. Jayanagara kemudian mempekerjakan Gajah Mada di kesatuan Bhayangkara.
Pada masa pemerintahan Jayanagara itulah muncul pemberontakan Ra Kuti. Gajah Mada berhasil menyelamatkan Jayanagara ke desa Badander, bahkan berhasil menumpas Ra Kuti. Jayanagara kembali menduduki singgasananya.
Namun, pada tahun 1328, Jayanagara tewas di tangan Ra Tanca, tabib yang menjadi kepercayaannya, akibat rasa cemburu karena
istrinya diperlakukan tak senonoh oleh
T
Setelah kematian Jayanagara, Rajapatni menjadi Ratu di Majapahit menggantikan Jayanagara. Karena sudah bebersih diri melakukan pendekatan pada Sang Bodhisatwa, Rajapatni menunjuk putrinya, Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani sebagai wakilnya memimpin Majapahit.
Tahun 1330, pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi, Arya Tadah selaku Mahapatih Amangkubumi menderita sakit yang cukup parah. Kedudukan Mahapatih Amangkubumi begitu penting, berada langsung di bawah duli Baginda Ratu. Karena sakit yang dideritanya, kinerja Arya Tadah sangat menurun, dan ini cukup berpengaruh terhadap kebijakan Kraton.
Dengan perasaan yang sangat arief, Arya Tadah mohon berhenti. Namun Ratu menolak, dengan alasan tidak ada yang dapat menggantikan kedudukannya. Arya Tadah sangat masygul. Namun dia mengajukan Gajah Mada yang pada saat itu menjabat sebagai Patih di Daha untuk menggantikannya. Usul itu diterima oleh Sri Ratu. Namun Gajah Mada menolak. Gajah Mada mohon pengangkatannya ditangguhkan sampai pemberontakan Sadeng berhasil ditumpas.
3. TUJUAN
ujuan utama dari tema ini adalah mempersembahkan nilai-nilai fakta sejarah tentang kebesaran bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Secara khusus juga bertujuan mengalihkan putra-putri bangsa dari kebanggaan terhadap tokoh-tokoh heroik negara lain.
Terutama bagi pencitraan Polri ke depan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat luas, yang sangat punya hubungan moril begitu kuat terhadap ketokohan Gajah Mada sebagai founding-father, dan sekaligus bapak Persatuan Bangsa sesuai dengan falsafah yang sangat agung dan sakral: Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa, seperti yang tertuang dalam Kitab Sutasoma..
Setelah amanat Presiden yang sangat berapi-api pada Dies Natalis PTIK ke X tahun 1956, pada tahun 1960, diadakan konferensi kerja para KPKOM (Kepala Kepolisian Komisariat) di Yogyakarta.
Salah satu acaranya adalah membahas Catur Prasatya sesuai amanat Presiden tersebut di atas. Rapat memutuskan ditetapkannya Catur Prasatya sebagai ‘pedoman karya’. Sebelumnya pada 1 Juli 1955 telah ditetapkan Tribrata sebagai ‘pedoman hidup’.
‘Kelahiran’ Catur Prasetya pada tahun 1960, dan kemudian divalidasi pada tahun 2004, secara empiris telah memberikan garis yang begitu kuat terhadap hubungan filsafati antara Polri dan Bhayangkara produk Majapahit yang juga telah ‘divalidasi’ oleh Gajah Mada lebih enam ratus tahun lalu.
Bhayangkara sebagai institusi polisi saat itu ternyata memiliki bentuk yang sangat mirip dengan perjalanan sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak secara resmi dibentuk setelah Kemerdekaan Indonesia.
Catur Prasetya, tidak dapat dipungkiri telah secara signifikan membawa Polri menjadi Bhayangkara abad ini.
Karena Catur Prasetya adalah muatan 4 sifat Gajah Mada yang tertulis di naskah agung Nagarakretagama karya Rakawi Prapanca, dan Catur Prasetya merupakan soko guru Polri sebagai paradigma moral, sudah sepatutnya Polri mempunyai tanggungjawab moral melakukan pendekatan dan concerning yang sangat tinggi terhadap sosok Gajah Mada.
Sebagai tokoh sejarah, Gajah Mada memiliki kekuatan intelektual, spiritual, metafisis dan filsafati yang sangat tinggi bagi bangsa ini.
Karena Polri mempunyai benang merah yang sangat kuat dengan Bapak
Bhayangkara ini sudah sepatutnya melakukan research, hipotesis bahkan analisis yang cukup serius terhadap karakteristik, perilaku, gagasan dan pemikiran-pemikiran Gajah Mada sehubungan dengan perkembangan Polri ke depan.
Sebagai konseptor terhadap pembentukan Negara berdaulat yang menyatukan seluruh kepulauan Nusantara Raya, Gajah Mada telah menetapkan warisan kebijakan yang begitu tinggi terhadap kemajuan bangsa secara futuristik.
Dan, secara tidak langsung, Gajah Mada telah memberikan arti yang sangat luas terhadap konsepsi pertahanan dan keamanan yang di kemudian hari dimiiki bangsa ini melalui UUD 45 Bab Pertahanan Negara yang kemudian mengalami perubahan menjadi Bab Pertahanan dan Keamanan Negara yang tertuang pada pasal 30 ayat (1) sampai dengan ayat (5), dan secara rinci diatur dalam UU Nomor 2 tahun 2002 serta UU Nomor 3 tahun 2002 telah memberikan ketegasan perbedaan kedudukan Polri dan TNI.
Pada zamannya, Gajah Mada dengan tegas telah memisahkan kedudukan
Bhayangkara dengan Samatya Bala (Angkatan Darat) dan Jaladi Bala (Angkatan Laut). Benang merah inilah yang secara kohesif memberikan muatan strategis terhadap konsepsi pertahanan dan keamanan Negara saat ini.
Bagi Polri, konsepsi ini merupakan bangunan yang sangat konstruktif terhadap dimensi kesejarahan yang saling bersambung sejak zaman pra kemerdekaan sampai hari ini dan masa mendatang.
Ternyata konsepsi dan gagasan Gajah Mada secara sustainable masih memiiki ruang yang sangat luas dan akseptable digunakan atau dimodifikasi oleh Polri saat ini sesuai tuntutan zaman di Negara tercinta ini berhadapan dengan era globaisasi dan percepatan teknologi informasi di dunia saat ini.
Melalui semangat Catur Prasetya, Gajah Mada menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan seluruh konsepsi, kinerja dan karakteristik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sangat menjunjung tinggi amanat dasar Negara Pancasila dan UUD 45 sebagai landasan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai roman sejarah yang dikemas dalam tema laga Film sira gajahmada ambekel ing
Bhayangkara
juga punya muatan strategis terhadap program pemerintah sebagaiF
Film sira gajahmada ambekel ing
Bhayangkara
diharapkan juga menjadi produksi yang dapat mengangkat karakteristik bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang di dalamnya terkandung nuansa-nuansa sosial dan budaya yang berurat akar sebagai warisan nenek moyang.Politik dan keamanan dituangkan dalam bentuk yang sangat transparan melalui konflik-konflik hierarkis dan human being yang pada akhirnya muncul ke permukaan sebagai melodrama yang bernuansa kebangsaan sesuai dengan adat istiadat yang dipengaruhi oleh kultur dan sistem keagamaan yang sangat akseptabel.
Lebih penting dari itu adalah supaya Film sira gajahmada ambekel ing
Bhayangkara
menjadi karya sinema sejarah yang bersifat monumental, terutama bagi generasi yang akan datang, dan pencitraan Polri dalam meningkatkan trust.
4. SASARAN
- Terciptanya trust building Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Terbentuknya nilai-nilai moralitas, kepribadian, sikap, perilaku, pengabdian, pelayanan, pengayoman dan penegakan hukum di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Terjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain bagi terlaksananya poduksi ini. - Tercipta film yang berkualitas sesuai permintaan pasar dengan mengindahkan
kaidah estetika yang profitable
- Tercipta lapangan pekerjaan yang produktif dan melibatkan banyak tenaga kerja pada produksi ini.
- Terbentuk kreativitas yang mampu mengarahkan crew dan artis berpartisipasi secara optimal untuk memacu rencana pengembangan dunia perfilman pada umumnya.
- Tercipta kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dan Bank luar negeri, untuk memacu kuantitas produksi yang berkualitas bagi pangsa pasar mancanegara.
5. PEMASARAN
Ilm sira gajahmada ambekel ing
Bhayangkara
diharapkan sebagai produksi yang dapat memenuhi kebutuhan tuntunan dan tontonan yang mempunyai nilai jual tinggi dengan pangsa pasar dari berbagai lapisan masyarakat.Efek-efek yang dipergunakan lebih sebagai sense of coloration agar film ini mempunyai nilai-nilai estetika dan punya nilai jual tinggi mengingat pasar selama ini sangat dipengaruhi oleh kepekaan dan pengembangan teknologi di segala bidang. Produk yang dihasilkan akan dipasarkan di dalam maupun luar negeri.
6. PENDUKUNG PRODUKSI
PENASEHAT PRODUKSI : Marsda TNI (Pur) H. Anwar Sanusi, BE
H. Mukawa Ali Wadi
DR. Arjono Sukiasa, MBA, MM Nardi Mada
PRODUSER : Renny Masmada
EXECUTIVE PRODUCER : H. Juhariyah
Mas Desta
ASST. EXECUTIVE PRODUCER : Armo
ASSOCIATE PRODUCER : May Upandi
Laurens Diaz M. Treisye Y. Wuisan
LINE PRODUCER : RSS. Rangga Nala, SE
Onny Brando
ASST. LINE PRODUCER : Gabriel Beso Wezo
Eko Hardiansyah
PRODUSER PELAKSANA : Maryono HS
CASTING DIRECTOR : Boy Lee
CASTING MANAGER : Rr. Ajeng Viola Pitaloka
SKENARIO/SUTRADARA : Renny Masmada
CO-SUTRADARA : Heru P. Lari
Hasan Bugis
ASTRADA : Harnoko
Director of Photography : Ucup Supena :
ART DIRECTOR : Abdullah Sajad
PARA PEMAIN (direncanakan)
Gajah Mada Sepuh : Renny Masmada
Naga Baruna : Pong Harjatmo
Kebo Narawita : Ray Sahetapy
Adityawarman : Leonardy
Ken Bebed : Rr. Ajeng Viola Pitaloka
Lembu Nala : RSS Rangga
Lembu Peteng : Boy Lee
Yogyakarta, 1 Juli 2013
sira gajahmada ambekel ing
Bhayangkara
HR. Renny Mursantio AS, MBA Direktur Utama
Tanda Pendaftaran Pembuatan Film
Surat Keterangan Domisili Usaha
Surat Keterangan Domisili Usaha
Rekomendasi dari Dirjen Nilai Budaya, Seni dan
Film
Rekomendasi dari Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah kepada R. Renny Mursantio AS, MBA (PT. KCP) tentang dukungan produksi Film Gajah Mada
Rekomendasi dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kepada Renny Masmada (PT. KCP) tentang dukungan produksi Film Gajah Mada
Rekomendasi dari Menteri Komunikasi dan Informatika kepada Renny Masmada (PT. KCP) tentang dukungan produksi Film Gajah Mada
Foto Mozaik Renny Masmada
Sehubungan dengan Gajah Mada
Sebagai Team Perumus Validasi Catur Prasetya Polri Sespati – Lembang
Surat Perintah Kepala Biro Litbang Sderenbang Polri No.Pol.: Sprin/55/V/2004, Mei 2004
(Paparan di hadapan Kapolri) Juni 2004
Menulis Buku Gajah Mada
Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo Gramedia Group – Jakarta, 2003
Bersama Gus Dur pada saat kunjungan pribadi Gus Dur ke Timor Timur, 1998
Sebagai Penasehat Kasultanan Sela Cau, Kanjeng Sultan Patra Kusumah VIII, Parungponteng, Tasikmalaya, 2010-sekarang
Bersama Kapusjarah Polri, Brigjen Pol Drs. A.A. Mapparessa, MM., M.Si., sebagai penasehat sejarah Film Gajah Mada, Mabes Polri, Februari 2011
Menghadiri Upacara Peringatan HUT ke 66 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2011.
Pidato Politik dengan tema ‘Berpolitik dengan Cerdas dan Santun’ di Taman Proklamator pada acara Deklarasi Partai Republik Satu, Jakarta, Juni 2011.
Sebagai pembicara/nara-sumber pada acara ‘Lomba Cipta Lagu anak jalanan se Jawa Barat’, yang digelar oleh
Pemerintah setempat dan Kasultanan Sela Cau, Tasikmalaya, Mei 2011
Diskusi sejarah Gajah Mada dengan Permadi, SH, Depok, Mei 2011
Sebagai pembicara/nara-sumber pada acara ‘Kearifan Budaya Lokal’ yang digelar oleh Pemerintah setempat dan Kasultanan Sela Cau, Tasikmalaya, April 2011
Bersama Team Produksi Film Mahapatih Gajah Mada dari Mabes Polri, Jakarta, Februari 2011
Bersama Prof. Yusril Ihza Mahendra, Pada saat diskusi mengenai kesejarahan Gajah Mada dan Panglima Cheng Ho, Jakarta, Mei 2009
FESTIVAL FILM INDONESIA 2008
Jakarta-Bandung, November-Desember 2008
Bersama Jenderal TNI (Pur) Ryamizard Ryacudu dan Sys NS, pada saat menghadiri seminar ‘Aku Rindu Nusantaraku’ di Kampus UIN Ciputat, Tangerang, Oktober 2008.
Bersama Komjen Pol. (Pur) Drs. Togar Sianipar, dalam rangka membahas rencana produksi Sinetron Gajah Mada, Jakarta, September 2008
Sebagai Pembicara Seminar dan Dewan Juri pada kegiatan Pemilihan Duta Wisata Indonesia Tingkat Nasional Ke-II Tahun 2007, dengan tema: Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Kebudayaan Bangsa, Surat Permohonan No. 021/PanitiaPDWN2007/X/F/2007, Hotel Oranjje, Denpasar-Bali, 15 November 2007.
Seminar Menggali Nilai-Nilai Kepahlawanan Gajah Mada Bagi Kaum Marhaen Muda, Partai Nasional Indonesia Marhaen, Surat Undangan No.: 17/DPD/PNIM/XI/2007, Denpasar-Bali, 10 November 2007
Bersama Kapolda Bali, Irjen Pol. Paulus Purwoko, dalam rangka kunjungan ke Puri Denpasar IX dan pembahasan mengenai film Gajah Mada, Bali, November 2007
Bersama Wakapolda Yogyakarta, Kombes Pol. A. Dofiri, dalam rangka kunjungan Hari Bhayangkara, sekaligus memohon kehadirannya pada acara Audisi/Casting Tokoh Film Gajah Mada di Yogyakarta, Yogyakarta, 2 Juli 2013
Bersama Jenderal TNI (Pur) H. Wiranto,
dalam rangka kunjungan ke Puri Denpasar IX dan nonton bareng promo film Gajah Mada, Bali, Oktober 2007
Diskusi Terbatas Kepemimpinan Gajah Mada, Pembicara Tunggal, di Puri Saren Agung Ubud-Gianyar.
Bali, Kamis, 16 Agustus 2007
KEGIATAN DENGAN PARA RAJA DAN SULTAN FORUM SILATURAHMI KERATON SE NUSANTARA
DAN
SILATNAS RAJA DAN SULTAN NUSANTARA .
Bersama Ir. Azwar Anas dalam rangka pembahasan mengenai ketokohan sejarah Gajah Mada dan Adityawarman,
Bali, Agustus 2007
Sebagai Pendamping Musyawarah Agung I Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara Sahid Raya Hotel – Harris Resort Hotel Kuta – Bali, 29 Juli - 3 Agustus 2007
DISKUSI KESEJARAHAN
Tentang Gajah Mada keterkaitannya dengan kerajaan-kerajaan di Bali bersama Sekretaris Raja Denpasar IX-Bali
Bapak A.A. Ngurah Oka Suralaga dan Putra Mahkota Raja
Puri Denpasar, 26 Juli 2007
Kegiatan bersama Raja Ida Tjokorda Denpasar IX (Bapak Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan)
Sebagai Pemateri/Pembicara Diskusi Panel: Pascasarjana (S-2 dan S-3) Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan-Institut Pertanian Bogor (SPL-IPB), Kejayaan Maritim Masa Lalu, Surat Undangan No.
005/A/FW-SPL/XI/2006, November 2006
Kegiatan sebagai dosen Produksi Film dan Video di Institut Pertanian Bogor
Kegiatan sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia
Undangan dari Bapak Presiden RI
Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono tanggal 1 Juni 2006 pada acara Pidato Pancasila Presiden RI di Balai Sidang. Juni 2006
Sebagai pembicara Seminar di Universitas Negeri Jakarta mengenai
implementasi Gajah Mada Juni 2006
Bersama Bapak Adi Sasono DI Dekopin – Jakarta, 2006
Bedah Buku Gajah Mada dan kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Penandatanganan MoU dengan Purek IV, Prof Dr Asep Mei 2006
Bersama AA Gym,
diskusi mengenai kepemimpinan Gajah Mada Bandung, 2005
Bersama Duta Besar RI di Malaysia Dalam rangka tugas dari Mabes Polri untuk meneliti kelayakan SLO/LO Polri
di Negara-negara Asia
Surat Perintah Deputy Kapolri No. Pol. Sprint/1376/VII/2005, Juli 2005
Rekomendasi: GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR Surat Rekomendasi sehubungan dengan penggarapan Sinetron Patih
Gajah Mada, Februari 1998 Bersama Pangdam Udayana,
Bapak Mayjen TNI Adam Damiri dan Pengelingsir Puri Agung Blahbatu, Bali 1998
Bersama kawan-kawan anggota TNI/Polri di Timor Timur, Agustus 1998. ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK
INDONESIA, Audience dan presentasi dengan Panglima ABRI, Jend. (TNI) Feisal Tanjung, tentang Sinetron Gajah Mada, Januari 1997
Bersama Wairjen ABRI, Bapak Mayjen TNI Amir Syarifudin, Cilangkap, 1997
Bersama Danpuspom ABRI, Bapak Brigjen TNI Syamsu Jalal, Jakarta, 1997
Bersama Menko Polkam Soedomo, Jakarta, 1993