• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hierarki Dan UUD Dan 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hierarki Dan UUD Dan 1945"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1. Hierarki pertama dalam UU no. 12 Tahun 2011 ;UUD 1945

BAB XII

PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA 2) Pasal 30

1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. 2)

2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. 2)

3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. 2)

4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. 2)

5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.2)

Rangkuman :

(2)

Indonesia. Dan ayat 5 menjelaskan dan menerangkan bahwa segala susunan dan kedudukan dua instansi angkatan bersenjata diatur dalam undang-undang.

BAB VIIB3) PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.3)

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.3)

3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.3)

4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan. 3)

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. 3)

6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang undang.3)

Rangkuman :

(3)

BAB XV

BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN2) Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A

Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.2)

Pasal 36B Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.2)

Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang. 2)

Rangkuman :

(4)

Hierarki kedua dalam UU no. 12 Tahun 2011 ; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR)

1. Ketetapan MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri

Ketetapan MPR ini menetapkan bahwa Tentara Nasional Indonesia serta Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menjadi satu bagian dari Angkatan Bersenjata Repuiblik Indonesia. TNI dan Kepolisian kemudian memiliki daerah wewenang, tugas, tanggung jawab serta kedudukan masing-masing. Hal tersebut didasari bahwa seiring dengan proses demokratisasi dan globalisasi, serta menghadapi tuntutan masa depan,perlu peningkatan kinerja dan profesionalisme aparat pertahanan dan aparat keamanan melalui penataankembali Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan pemisahan tersebut TNI memiliki jati diri sebagai komponen utama dalam mempertahankan negara. TNI memiliki peran sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bertugas pokok untuk menjaga kedaulatan negara. TNI memiliki kedudukan dibawah komando Panglima TNI dimana TNI terdiri dari tiga matra yaitu darat, laut, dan udara. Dan TNI berada dibawah perintah Presiden sebagai Panglima Tertinggi. Tentara Nasional Indonesia memberikan bantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas permintaan yang diatur dalam undang-undang. Tentara Nasional Indonesia membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia (peace keeping operation) di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dan dalam penyelenggaraan negara Tentara Nasional Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.

(5)

dalam undang-undang. Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.

2. Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 tentang Pengangkatan Presiden

Republik Indonesia.

TAP MPR No. VII tahun 1999 membahas tentang pengangkatan Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999 bahwa untuk memegang dan menyelenggarakan kekuasaan Pemerintahan Negara menurut Undang -Undang Dasar 1945 dan menjalankan garis - garis besar daripada haluan negara yang ditetapkan oleh Undang -Undang Dasar 1945 dan atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, perlu mengangkat seorang Presiden. Dan TAP MPR no VII tahun 1999 menetapkan K.H. Abdurrahman Wahid telah memenuhi persyaratan dan dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Dalam ketetpan tersebut MPR memperhatikan Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 4/MPR/1999 tentang Jadwal Acara Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999. Permusyawaratan dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 14 Oktober sampai dengan 21 Oktober 1999. Putusan Rapat Paripurna ke -13 tanggal 20 Oktober 1999 Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999.

(6)

3. TAP MPR No. Xxv/Mprs/1966 Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang Diseluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia Dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan Atau Mengembangkan Faham Atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme

TAP MPR No. XXV tahun 1966 merupakan ketetapan yang intinya adalah pembubaran partai komunis Indonesia. Yang menjadi pertimbangan adalah Bahwa faham atau ajaran Komunisme / Marxisme-Leninisme pada inti hakekatnya bertentangan dengan Pancasila. Bahwa orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia yang menganut faham atau ajaran Komunisme/ Marxisme-Lenninisme, khususnya Partai Komunis Indonesia, dalam sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia telah nyata-nyata terbukti beberapa kali berusaha merobohkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah dengan jalan kekerasan. Dan berdasarkan TAP MPR No. XXV tahun 1966 memutuskan pembubaran partai komunis indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah negara republik indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/marxisme-leninisme.

(7)

serta media bagi penyebaran atau pengembangan faham atau ajaran tersebut, dilarang. Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada Universitas-universitas, faham Komunisme/Marxisme Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila, dapat dilakukan secara terpimpin,dengan ketentuan,bahwa Pemerintah dan DPR-GR diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk pengamanan.

Hierarki ketiga dalam UU no. 12 Tahun 2011; Undang – Undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004tentang

Tentara Nasional Indonesia

UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia merupakan suatu Undang-Undang yang berisi segala ketentuan yang mengatur tentang TNI. Yang melatar belakangi dan pertimbangan dibentuknya UU No.34 tahun 2004 ini adalah bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Kemudian Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia,bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, menjalankan operasi militer

untuk perang dan operasi militer selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Dalam UU No. 34 tahun 2004 juga menjelaskan segala hal dalam TNI. Dalam UU No. 34 TNI terbagi dalam tiga matra yaitu darat laut dan udara. Masing-masing matra dipimpin oleh seorang kepala staf angkatan dengan pangkat jenderal bintang empat. Pimpinan seluruh prajurit TNI adalah Panglima TNI, seluruh Kepala Staf Angkatan bertanggung jawab terhadap Panglima TNI. Dan pemegang kekuasaan tertinggi pasukan TNI adalah Presiden dalam kapasitasnya sebagai panglima tertinggi.

(8)
(9)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara

Dalam UU No. 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara merupakan UU yang mendasari dibentuknya UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI. UU No. 3 Tahun 2002 terdiri dari IX BAB serta 29 pasal yang mengatur ketentuan masing-masing. Pertimbangan dibentuknya UU No. 3 tahun 2002 ini adalah pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesiauntuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang merupakan

usaha untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan nasional, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Dalam UU ini pertahanan negara merupakan segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara sedangkan system pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala

(10)
(11)

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara

UU No. 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara merupakan UU dengan segala ketentuan mengenai penyelenggaraan bidang Intelijen. Pertimbang UU No. 17 Tahun 2011, bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

(12)
(13)

Hierarki Ke empat dalam UU no. 12 Tahun 2011 ; Peraturan Pemerintah (PP)

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 Tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara

Peraturan pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa Peraturan Pemerintah sebagai aturan "organik" daripada Undang-Undang menurut hierarkinya tidak boleh tumpang tindih atau bertolak belakang. PP No. 68 Tahun 2014 tentang Penataan wilayah mengatur tentang segala ketentuan tentang penataan wilayah pertahanan. Pertimbangan penetapan peraturan presiden No. 68 tahun 2011 adalah bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Pasal 17 ayat (7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam

bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

(14)

Wilayah Pertahanan adalah wilayah yang ditetapkan untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan keutuhan bangsa dan negara. Wilayah Pertahanan ditetapkan oleh Pemerintah untuk memberi jaminan kepastian terhadap keberadaan

Wilayah Pertahanan.

(Wilayah Pertahanan ditetapkan dengan memperhatikan kepentingan daerah dan fungsi pertahanan.

Wilayah Pertahanan sebagaimana dimaksud pada meliputi: a. Wilayah Pertahanan darat;

b. Wilayah Pertahanan laut; dan c. Wilayah Pertahanan udara

Dalam PP No. 68 tahun 2014 juga mengatur tentang rencana wilayah pertahanan (RWP) yaitu digunakan sebagai salah satu acuan dalam menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota beserta rencana rinci atau rencana detail

RWP disusun dengan memperhatikan: a. kebijakan dan strategi pertahanan negara; b. sistem pertahanan negara;

c. ketersediaan sumber daya dan sarana prasarana nasional; d. kesejahteraan dan kepentingan masyarakat; dan

e. rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya.

(15)

2. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1950 tentang hubungan ekonomi luar negeri.

Berdasarkan pertimbangan bahwa perlu menetapkan peraturan tentang hubungan ekonomi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Negara-negara lain maka dibentuklah PP No. 30. Politik perhubungan ekonomi Pemerintah Republik Indonesia dengan Negara-negara sahabat-selanjutnya

disebut Hubungan Ekonomi Luar Negeri ditetapkan oleh Dewan Ekonomi dan Keuangan. Untuk memberi nasehat kepada Dewan-Ekonomi dan Keuangan dan untuk pengawasan atas pelaksanaan

(16)

Luar Negeri. Kepada Ketua delegasi itu, jika dipandang perlu, dalam menjalankan hubungan dengan Luar Negeri menurut tugas yang diberikan dalam penetapannya tersebut pada ayat (1) pasal ini. dengan surat pengangkatan Menteri Luar Negeri dapat diberi kedudukan diplomatik yang dipandang tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Peratutan Pemerintah ini merupakan langkah awal kebijakan pemerintah dalam menangani masalah perekonomian nasional yang berhubungan dengan politik luar negeri Indonesia.

3. Peraturan pemerintah No.34 tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak AtasTanah Dan/Atau Bangunan, Dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Atas Tanah Dan/Atau Bangunan Beserta Perubahannya.

PP No. 34 tahun 2016 menetapkan tentang Pajak yang melingkupi hak tanah dan jual beli. Yang menjadi pertimbangan dalam pembentukan PP No. 34 2016 adalah bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan program pembangunan pemerintah untuk kepentingan umum,pemberian kemudahan dalam berusaha, serta pemberian perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, perlu mengatur kembali kebijakan atas PajakPenghasilan atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan, dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/ atau bangunan beserta perubahannya. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud pada PP No. 34 adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak. Besarnya Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud adalah sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai

(17)

penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bag, pembangunan untuk kepentingan umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa segala aturan mengenai pajak ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2016

Hierarki ke lima dalam UU no. 12 Tahun 2011; Peraturan Presiden

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 2014 Tentang Badan Keamanan Laut

Peraturan presiden disingkat Perpres adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. Materi muatan Peraturan Presiden adalah materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Dalam Perpres No. 178 tahun 2014 tentang badan keamanan laut merupakan peraturan presiden untuk buidang kemaritiman. Pertimbang dibentuknya Perpres ini adalah bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Keamanan Laut. Badan Keamanan Laut yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Bakamla dikoordinasikan

oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Bakamla bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Bakamla mempunyai tugas melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Bakamla menyelenggarakan fungsi:

(18)

wilayah yurisdiksi Indonesia;

b. menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;

c. melaksanakan penjagaan, pengawasan, pencegahan, dan penindakan pelanggaran hukum di wilayah

perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;

d. menyinergikan dan memonitor pelaksanaan patroli perairan oleh instansi terkait; e. memberikan dukungan teknis dan operasional kepada instansi terkait;

f. memberikan bantuan pencarian dan pertolongan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi

Indonesia; dan

g. melaksanakan tugas lain dalam sistem pertahanan nasional. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Bakamla berwenang: a. melakukan pengejaran seketika;

b. memberhentikan, memeriksa, menangkap, membawa, dan menyerahkan kapal ke instansi terkait

yang berwenang untuk pelaksanaan proses hukum lebih lanjut; dan

c. mengintegrasikan sistem informasi keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan

wilayah yurisdiksi Indonesia

(19)

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia

Perpres No. 62 merupakan dibentuk dengan pertimbangan bahwa untuk mcningkatkan efekt vitas pelaksanaan tugas dan fungsi Tentara Nasional Indonesia, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Dalam Perpres ini berisi beberapa perubahan dari Perpres No. 10 tahun 2010 yaitu Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga bcrbunyi sebagai berikut:

Pasal 12

(1) Markas Besar TNI terdiri atas : a. unsur pimpinan: Panglima TNI. b. unsur pembantu pimpinan:

1.. Staf Umum TNI;

2. Inspektorat Jenderal TNI; 3. Staf Ahli Panglima TNI;

4. Staf Kebijakan Strategis dan Perencanaan UmumTNI; 5. Staf Intelijen TNI;

6. Staf Operasi TNI; 7. Staf Personalia TNI; 8. Staf Logistik TNI; 9. Staf Teritorial TNI; dan

(20)

1. Satuan Komunikasi dan Elcktronika TNI; 2. Pusat Pcngendalian Operasi TNI;

3. Sekretariat Umum TNI; dan

4. Detascmcn Markas Markas Besar TNI.

Ketentuan Pasal 30 ayat (3) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 30

(1) Akademi TNI bcrtugas mcnyclenggarakan pendidikan pertama Perwira TNI yang bersifat integratif dalam rangka mcnyiapkan kader Pemimpin TNI.

(2) Akademi TNI dipimpin oleh Komandan Jenderal Akademi TNI discbut Danjen Akademi TNI yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Panglima TNI, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh KasumTNI.

(3) Danjen Akademi TNI dibantu oleh Wakil Danjen Akademi TNI disebut Wadanjen Akademi TNI dan 3 (tiga) orang Direktur Akademi TNI.

Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 35A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35A

(1) Polisi Militer TNI disebut POM TNI bertugas membantu Panglima TNI dalam merumuskan kebijakan dan menyelenggarakan fungsi Kepolisian Militer guna mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI.

(2) POM TNI dipimpin oleh Komandan POM TNI disebut Dan POM TNI berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Panglima TNI, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kasum TNI.

(3) Dan POM TNI dibantu oleh Wakil Dan POM TNT disebut Wadan POM TNI

Dan lain Sebagainya.

(21)

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pertahanan

Perpres No. 58 tahun 2015 tentang Kementrian pertahanan dibentuk berdasarkan pertimbangan, bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014-2019 dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kementerian Pertahanan. Perpres No. 58 tahun 2015 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Dalam Perpres ini Kementrian pertahanan bertanggung jawab kepada Presiden dan kementerian Pertahanan dipimpin oleh Menteri. Kementerian Pertahanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Pertahanan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang strategi pertahanan, perencanaan pertahanan, potensi pertahanan, dan kekuatan pertahanan;

b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pertahanan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi\tanggung jawab Kementerian Pertahanan. Susunan organisasi kementrian pertahanan berdasarkan Pepres No. 58 tahun 2015 sebagai berikut:

a. Sekretariat Jenderal;

(22)

d. Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan; e. Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan; f. Inspektorat Jenderal;

g. Badan Sarana Pertahanan;

h. Badan Penelitian dan Pengembangan i. Badan Pendidikan dan Pelatihan; j. Badan Instalasi Strategis Pertahanan; k. Staf Ahli Bidang Politik;

l. Staf Ahli Bidang Ekonomi; m. Staf Ahli Bidang Sosial; dan n. Staf Ahli Bidang Keamanan.

(23)

Hierarki ke enam dalam UU no. 12 Tahun 2011 ; Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi)

1. Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Perda Provinsi DIY Yogyakarta dibuat oleh Gubernur berdasarkan pertimbangan bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 33 Peraturan Daerah Istimewa Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Istimewa tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Perda Istimewa Yogyajarta atau yang disingkat sebagai Perdais, berisi tentang kelembagaan daerah meliputi :

a. Sekretariat Daerah;

b. Sekretariat DPRD;

c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

d. Inspektorat;

e. Satuan Polisi Pamong Praja;

f. Dinas Daerah, meliputi :

1. Dinas Kebudayaan;

(24)

3. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga;

4. Dinas Kesehatan;

5. Dinas Sosial;

6. Dinas Perhubungan;

7. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral;

8. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;

9. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

10. Dinas Pariwisata;

11. Dinas Pertanian;

12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

13. Dinas Kelautan dan Perikanan;

14. Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

15. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan

16. Dinas Komunikasi dan Informatika.

g. Lembaga Teknis Daerah, meliputi : 1. Badan Kepegawaian Daerah;

2. Badan Pendidikan dan Pelatihan;

3. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah;

4. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat;

5. Badan Kerjasama dan Penanaman Modal;

6. Badan Lingkungan Hidup;

7. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;

8. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;

9. Rumah Sakit Jiwa Grhasia; dan

(25)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perda Istemewa No. 3 Tahun 2015 menjabarkan mengenai tugas dan wewenang masing-masing kelembagaan sesuai dengan perundang-undangan serta peraturan daerah.

2. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor -4 Tahun 2010tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011

Perda Provinsi Sumatera Utara No. 4 tahun 2011 dibentuk berdasarkan pertimbangan bahwa

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UndangUndang, Kepala Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk memperoleh persetujuan bersama. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurut a dan hurut b,perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2010.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari :

1. Ringkasan APBD;

2. Ringkasan APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi SKPD; 3. Rincian APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi SKPD, 4. Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan;

(26)

6. Program dan Kegiatan;

7. Rekapitulasi Perubahan Belanja Daerah untuk Keselarasan dan Keterpaduan 8. Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi Dalam Kerangka Pengelolaan Keuangan 9. Daerah;

10. Daftar Jumlah Pegawai Pergolongan dan Per Jabatan; 11. Daftar Piutang Daerah;

12. Daftar Penyertaan Modal (Investasi) Daerah;

13. Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap Daerah; 14. Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Lainnya;

15. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan 16. dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

17. Daftar Dana Cadangan Daerah

18. Daftar Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah.

(27)

3. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung

Pembentukan Perda Provinsi Sumatera Utara No. 8 tahun 2016 berdasarkan pertimbangan, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, perlu ditetapkannya dengan Peraturan Daerah. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut di atas, maka untuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di daerah dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna secara efektif dan efisien, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung.

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi;

2. Provinsi adalah Provinsi Lampung;

3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Lampung; 4. Gubernur adalah Gubernur Lampung;

(28)

disingkat DPRD adalah nlwan Peroyakilan Ralqyat Daerah Provinsi Lampung.

Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan dengan memperhatikan asas: a. intensitas urusan pemerintahan dan potensi daerah;

b. efisi.ensi;

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perda no. 8 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah provinsi lampung berisi mengenai bagaimana dalam membentuk perangkat dengan asas-asas yang tercantum dalam perda tersebut sehingga dalam proses pembentukan dan penyusunan sesuai dengan undang-undang.

Hierarki ke tujuh dalam UU no. 12 Tahun 2011; Peraturan Daerah

kota/kabupaten

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Pasar Kampung

Dalam pembentukan Peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 15 tahun 2015 dengan pertimbangan bahwa dalam rangka meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan Kampung, perlu sarana perekonomian Melalui Pasar Kampung sebagai Pusat Interaksi Sosial Masyarakat Perdesaan. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan mengoptimalkan fungsi Pasar Kampung perlu dilakukan penataan Pasar Kampung. Pasar Kampung berdasarkan perda No. 15 tahun 2015 adalah kegiatan jual beli yang dapat berlangsung setiap hari.

Pembentukan Pasar Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan untuk : a. Memasarkan hasil produksi masyarakat.

b. Memenuhi kebutuhan masyarakat kampung.

c. Melakukan interaksi sosial dan pengembangan ekonomi masyarakat. d. Menciptakan lapangan pekerjaan masyarakat,

(29)

f. Memberi perlindungan terhadap pedagang kecil,

g. Mendahulukan masyarakat kampung sebagai pelaku ekonomi di pasar kampung.

Pembangunan dan Pengembangan Pasar Kampung atas prinsip : a. Mendahulukan keperluan/kebutuhan masyarakat setempat. b. Mewadahi kepentingan/kebutuhan masyarakat setempat.

c. Memberikan perlindungan dan keadilan bagi masyarakat kampung. d. Mengembangkan kekayaan dan aset kampung.

e. Menciptakan rancang bangun Pasar Kampung disesuaikan dengan nilai – nilai masyarakat setempat.

Bupati atau SKPD yang ditunjuk melakukan pembinaan berupa :

a. Memberikan pedoman pengelolaan Pasar Kampung dan,

b. Melakukan langkah–langkah operasional upaya pengembangan Pasar Kampung.

c. Melakukan pelatihan bagi pengelola Pasar Kampung dan

d. Melakukan fasilitasi Pasar Kampung dalam kerja sama dengan pihak ketiga dan lain sebagainya berdasarkan diatur dalam perda.

(30)

2. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu

Peraturan daerah kota Binjai No. 6 tahun 2016 dibuat berdasarkan pertimbangan bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan

akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Dalam Perda Kota Binjai, No. 6 tahun 2011 Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Dae rah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Sehingga Jenis Retribusi Jasa Perizinan Tertentu yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

(31)

d. Retribusi Izin Trayek.

Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu

bangunan. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai denga rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

sehingga dapat disimpulkan bahwa perda kota binjai No. 6 tahun 2011 mengatur segala ketentuan retribusi yang diterapkan pada Kota Binjai sehingga semua dapat dilaksanakan dan diawasi oleh pemerintah.

3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 Tentang Retibusi Pelayanan Parkir D Itepi Jalan Umum, Tempat

Khususparkir Dan Perizinan Pelataran Parkir

(32)

khusus parkir maupun pelataran parkir. Pemerintah Kota menyediakan parasarana umum untuk terciptanya tertib parkir di Daerah. Dalam perda ini juga diatur mengenai Pengelolaan perparkiran Daerah dilakukan oleh :

a. Pengelola peraprkiran pada tempat parkir tepi jaln umum dan tempat khusus parkir b. Orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pelataran parkir

Syarat-syarat untuk mendapatkan izin ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah, kemudian Lokasi maupun tempat-tempat pelayanan parkir ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Dalam Perda ini juga mengatur ketentuan Cara parkir seperti :

a.Cara parkir ditepi jalan umum disesuaikan dengan daya tampung dan volume frekwensi arus lalu lintas yaitu sejajar (paralel), serong dengan kemiringan 60’’ 45’’ atau 30’’terhadap as jalan b. Cara parkir ditempat khusus parkir dengan luas dan daya tampungserta letak gedung parkir atau pelataran parkir yaitu sejajar (paralel), serong dengan kemiringan 90’’,60’’,45’’ atau 36’’terhadap bingkai tergantung atau dinding.

BAB IV

(33)

BERDASARKAN

Referensi

Dokumen terkait

Bank )ndonesia diatur dalam Bab V))) UUD 9 yang berjudul (al Keuangan yang terdiri atas lima pasal. Bank )ndonesia tidak secara jelas disebutkan (tersirat bukan

Combination antibiotic therapy can broaden the antimicrobial spectrum, synergistic interaction, decrease emergence of antimicrobial resistance and minimize

Dengan susunan organisasi seperti ini, grup logistik dapat mengakses semua data yang mereka perlukan dari setiap divisi yang ada dan juga bisa memiliki pengaruh yang kuat

While the obvious threat of coastal flooding to the island economy is the inundation of commercial buildings, the loss of coastal public access points is another detrimental

Kebijakan pendanaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan cerminan dari kinerja

KPU-PLP/II/2013 tanggal 6 Februari 2013 tentang Penundaan Tahapan Putaran II hingga terbitnya Putusan Mahkamah Kontitusi atas PHPU Walikota dan Wakil Walikota Palopo,

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi sebagai berikut:.. Lingkup Pekerjaan :

Pada penambahan cobalt didapatkan sifat kekuatan tarik dari polimer data tertinggi diperoleh pada komposisi 4% cobalt dengan nilai 22,04 MPa dengan nilai modulus young