Rimawati
Faculty of Law – Gadjah Mada University
Etika Rumah Sakit, Hospital By Laws
dan Medical Staffs By Laws
Materi:
Pengantar
Etika Rumah Sakit
Hospital By Laws
PENGANTAR
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum
Kesehatan Indonesia (PERHUKI)
semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Disiplin ilmu dalam Hukum Kesehatan
Hukum kedokteran/ kedokteran gigi, Hukum keperawatan
Hukum farmasi klinik Hukum apotik
Hukum kesehatan masyarakat Hukum perobatan
Hukum rumah sakit
Definisi Rumah Sakit
Pasal 1 angka 1, UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pasal 1 angka 3 UU No. 44 Tahun 2009 ttg RS
menyebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Hakekat RS
Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya sebagian besar tenaga
hukum kedokteran yaitu ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan dalam menjalankan profesinya seperti dokter, dokter gigi, apoteker,
perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-lain.
WHO
Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan
pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terpeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, mereka yang mau melahirkan dan menyediakan pelayanan berobat jalan.
Hakekat RS
Masing-masing disiplin ini umunnya telah mempunyai etik
profesi yang harus diamalkan anggotanya.
Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam
pelayanan kesehatan juga telah mempunyai etika yang di
Indonesia terhimpun dalam Etik Rumah Sakit Indonesia
(ERSI).
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan
masing-masing profesi harus berpedoman pada etika
profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin
lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul
(rumah sakit) agar tidak saling berbenturan.
ETIK DAN HUKUM
ETIK HUKUM
Etik berasal dari kataYunani
ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”.
Etik merupakan norma-norma,
nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu
dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.
Hukum adalah peraturan
perundang-undangan yang
dibuat oleh suatu
kekuasaan, dalam mengatur
pergaulan hidup
masyarakat.
Etik dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan tentramnya pergaulan
Persamaan dan Perbedaan
Etik dan Hukum
Persamaan Perbedaan
1. Sama-sama merupakan alat
untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.
2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.
5. Sumbernya adalah hasi pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior.
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi . Hukum
berlaku untuk umum.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi.
Hukum disusun oleh badan pemerintah.
3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum
secara terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita negara.
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.
5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan
Etik Kedokteran (MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada Panitia Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DEPKES). Pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.
6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti
fisik. Penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan
ETIKA RS
Etika rumah sakit
Etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya.
Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum yang diterapkan pada (pengoperasian) rumah sakit.
Etika dari beberapa Sudut Pandang
1.
Ahli falsafah
Etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk.
Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika
dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.
2.
Ahli Sosiologi
Etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.
3. Praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional.
Etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
4. Eksekutif puncak rumah sakit
• Etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap :
• Pasien dan klien • Organisasi dan staff
• Direktur dan profesi medis dan kesehatan
• Pemerintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap
masyarakat.
• Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga
untuk eksekutif lain di rumah sakit. 5. Asosiasi profesi
Etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi
Etika Institusional RS
Etika Rumah Sakit
Suatu etika praktis yang dikembangkan untuk Rumah Sakit
sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran etika biomedis.
Etika institusional rumah sakit adalah pengembangan dari
etika biomedika (bioetika).
Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama
sekali sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan
pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi di rumah
sakit.
Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu
Komponen Etika RS
Etika
Masalah Etik Rumah Sakit
Yang Perlu Diatur
1. Rekam medis
2. Keperawatan
3. Pelayanan laboratorium
4. Pelayanan pasien dewasa
5. Pelayanan kesehatan anak
6. Pelayanan klinik medik
7. Pelayanan intensif, anestesi dan euthanasia
8. Pelayanan radiologi
9. Pelayanan kamar operasi 10. Pelayanan rehabilitasi
medik
11. Pelayanan gawat darurat 12. Pelayanan medikolegal dan
Isu-isu Etika Administratif
1. Kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit
Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan menentukan obyektif, menentukan arah dan memberi pedoman pada
organisasi.
Kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah disadari atau tidak melanggar asas-asas etika beneficence, nonmaleficence,
menghormati manusia dan berlaku adil.
Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berprilaku diskrimatif dan menerapkan standar ganda. Ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai dengan standar-standar itu
2.
Privasi
Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia
pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang
menjadi haknya.
Kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan
kerahasiaan pasiennya.
Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah. Misalnya kerahasiaan rekam
medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak punya akses terhadap dokumen tersebut.
Dapat juga terjadi dilema etika administratif, jika terjadi keterpaksaan
membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya
3. Persetujuan tindakan medis (Informed consent)
Masalah etika administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten
kepada dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit -faktor situasi keuangan
Apakah kemampuan pasien membayar uang muka
adalah faktor yang mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya. karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan demikian
mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih besar manfaatnya, dan lebih
efektif biaya.
Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter
tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. padahal ia patient getter yang merupakan ‘telur emas’bagi rumah sakit.
Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat
waktu melunasi piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.
Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana
sikap manajemen jika ada konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara
pemilik, manajemen dan para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan
pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga melakukan moral hazard dengan berkolusi dengan PBF.
Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi
mahal; disatu pihak diperlukan untuk
meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral hazard juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit atau/ easing.
Isu-isu Biomedis
Persepsi dan perilaku profesional dan instutisional terhadap:
Hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran Pada saat-saat sejak lahir
Selama pertumbuhan:
jika terjadi penyakit atau cidera
Menjadi tua
Sampai saat-saat menjelang akhir hidup Kematian
Definisi Etika Biomedis
Etika biomedis
isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi
biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya.
Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh International association of
bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-isu
etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).
Etika medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih
banyak menyangkut hubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah
yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media massa) dituding sebagai malpraktek.
Isu-isu Bioetika
Kegiatan rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen
medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin,
eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif.
Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics
Kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan,
ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.
Identifikasi Dan Pemecahan Masalah
Etika Biomedis
Kepedulian internal rumah sakit saja-misalnya Komite
Etika Rumah Sakit dan para dokter saja seperti halnya
pada penanganan masalah etika medis
‘tradisional’-
Kepedulian dan bidang kajian banyak ahli multi- dan
inter-displiner tentang masalah-masalah yang timbul
karena perkembangan bidang biomedis pada skala mikro
dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas
dan sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian
bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.
yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan internasional, deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu
Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah yang sudah dikonsensuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supra nasional yang terhormat itu.
Jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui
solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.
Isu-isu Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis
tradisional dalam pelayanan medis dirumah sakit kita lebih
banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya malpraktek,
terutama oleh dokter. Padahal, etika disini terutama diartikan
kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah sakit.
Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada
ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara)
atau pada norma-norma etika.
Hukum Rumah Sakit
Hukum kesehatan eksistensinya masih sangat relatif baru, dalam perkembangannya di Indonesia
Fred Ameln dan Almarhum Prof. Oetama dalam bentuk ilmu hukum kedokteran.
Perkembangan kehidupan yang pesat di bidang kesehatan dalam bentuk
Sistem Kesehatan Nasional mengakibatkan di perlukannya pengaturan yang lebih luas, dari hukum kedokteran ke hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan (hukum kesehatan).
Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum, baik bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun bagi penerima jasa pelayanan kesehatan, untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi pembangunan di bidang kesehatan diperlukan adanya perangkat hukum kesehatan yang dinamis.
Banyak terjadi perubahan terhadap kaidah-kaidah kesehatan, terutama mengenai hak dan kewajiban para pihak yang terkait di dalam upaya kesehatan serta
Definisi Hukum RS
Hukum Rumah Sakit
Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan
penerapannya serta hak dan kewajiban segenap lapisan
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan
kesehatan yaitu rumah sakit dalam segala aspek
organisasi, sarana, pedoman medik serta
sumber-sumber hukum lainnya.
Hubungan Hukum
Pasien - RS
a).
Perjanjian perawatan
dimana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien
bahwa pihak rumah sakit menyediakan kamar perawatan dan
di mana tenaga perawatan melakukan tindakan perawatan.
b). Perjanjian pelayanan medis
di mana terdapat kesepakatan antara rumah sakit dan pasien
bahwa tenaga medis pada rumah sakit akan berupaya secara
maksimal untuk menyembuhkan pasien melalui tindakan
medis InspanningsVerbintenis (Fred Ameln, 1991: 75-76).
Hubungan Hukum
RS – Tenaga Medis/Kesehatan
Rumah sakit dalam menjamin
perlindungan hukum bagi dokter/tenaga kesehatan agar
tidak menimbulkan kesalahan medik dalam menangani
pasien, sekaligus pasien mendapatkan perlindungan hukum dari suatu
tanggungjawab rumah sakit dan dokter/tenaga kesehatan.
Tanggung Jawab RS terhadap
Tenaga Medis/Tenaga Kesehatan RS bertanggung jawab secara
perdata terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan bunyi pasal 1367 (3) KUHPerdata.
Selain itu rumah sakit juga
bertanggungjawab atas wanprestasi dan perbuatan melawan hukum (Pasal 1243, 1370, 1371, dan 1365
KUHPerdata)
Peran dan Fungsi RS
Peran dan fungsi Rumah Sakit sebagai tempat untuk
melakukan pelayanan kesehatan (YANKES) yang profesional
akan erat kaitannya dengan 3 (tiga) unsur, yaitu :
1) Unsur mutu yang dijamin kualitasnya;
2) Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu
pelayanan; dan
3) Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan
kedokteran dan atau medik khususnya
Dalam hal ini dokter dan tenaga kesehatan lainnya perlu
memahami adanya landasan hukum dalam transaksi terapeutik
antara dokter dengan pasien (kontrak-terapeutik), mengetahui dan memahami hak dan kewajiban pasien serta hak dan kewajiban
dokter dan adanya wajib simpan rahasia kedokteran, rahasia jabatan dan pekerjaan (M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999: 29).
Didalam memberikan pelayanan kepada pasien dan bermitra
dengan dokter rumah sakit memiliki hak dan kewajiban yang diatur sesuai dengan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI), Surat Edaran DirjenYan Med No: YM 02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak & Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit
Panitia Etika Rumah Sakit
(PERS)
Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI)
Disusun oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). Isi ERSI :
Kewajiban umum rumah sakit
Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat Kewajiban rumah sakit terhadap pasien
Kewajiban rumah sakit terhadap staf dan lain-lain.
Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai merasakan perlunya
sebuah badan yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit.
Di rumah sakit besar di Indonesia telah ada badan yang dibentuk di
bawah nama Panitia Etika Rumah Sakit (PERS) yang di luar negeri disebut Hospital Ethical Commitee dimana anggotanya terdiri:
Staf medis, perawatan, administratif dan pihak lain yang berkaitan dengan
Fungsi, Manfaat dan Tugas
Panitia Etika Rumah Sakit (PERS)
Fungsi PERS:
Memberikan nasihat atau
konsultasi melalui diskusi atau berperan dalam menilai
penyelesaian melalui
kebijaksanaan, pendidikan pada lingkungannya dan memberikan anjuran-anjuran pada pelayan kasus-kasus sulit.
Tugas PERS
membantu para dokter, perawat dan anggota tim kesehatan di rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik maupun pemantapan
pengalaman kode etik masing-masing profesi.
Manfaat PERS :
1. Sebagai sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di rumah sakit. 2. Mengidentifikasi masalah
pelanggaran etik di rumah sakit dan memberikan pendapat untuk
penyelesaian.
3. Memberikan nasihat kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau tidak, perkara pelanggaran etik ke MKEK.
Masalah Etika dan Hukum
di Rumah Sakit
Masalah etika dan hukum di rumah sakit yang paling marak
saat ini adalah
malpraktek.
Malpraktek (medis) sebenarnya adalah
istilah hukum
yang
berarti
kesalahan dalam menjalankan profesi.
Berkhouwer dan Borstman (dikutip olehVeronica
Komalawati)
Seorang dokter melakukan kesalahan profesi, apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu)
Dokter-dokter yang baik pada umumnya pada situasi yang sama akan melakukan pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau menghindari tindakan (tertentu).
Hakekat definisi Malpraktik (Medis)
Pertama, definisi ini bersifat relatif
Baik buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan rata-rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya, dapat saja seorang dokter yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain,
padahal yang ia lakukan adalah baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal standar profesi tidak disinggung dalam definisi itu, mungkin
karena belum ada, karena buku dua ahli hukum Belanda itu diterbitkan lebih daripada setengah abad yang lalu dalam tahun 1950.
Kedua, walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam
definisi ini dengan kesalahan profesional ditonjolkan tentang
kelalaian; dokter tentu tidak melakukan pemeriksaan. tidak
membuat penilaian, tidak melakukan tindakan, dan tidak
menghindari tindakan tertentu.
Etika Medis Di Rumah Sakit.
1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab itu adalah institusional, bukan individual.
3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui
Governing Body (Badan Pengampu, MajelisWali Amanah, Dewan
Pembina, atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah
penanggung jawab moral dan etika institusional.
4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan
manusia dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.
5. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap asas-asas etika (umum) dan Kode Etik Rumah Sakit, yang adalah uraian lebih operasional dari asas-asas etika.
Asas-asas Etika RS
6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis adalah:
o Rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence) dan tidak menimbulkan mudharat atau cidera (nonmalifecence) pada pasien, staf dan karyawan, masyarakat
umum,serta lingkungan hidup. Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal Sumpah Hipprokrates sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama. Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat (Amar ma ‘arupnahi mungkar).dalam ajaran agama hindu,
nonmaleficence adalah Ahimsa.
o Asas menghormati manusia (respect for persons) berarti menghormati
pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup dan kesehatan mereka. itu berarti menghormati otonomi (hak untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak asasi sebagai warga negara, hak atas
informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.
o Asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan perlakuan yang ‘fair’terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum.
Identifikasi Masalah Etika
Di Rumah Sakit
Kurt Darr
Seorang eksekutif rumah sakit tidak perlu sampai mengikuti kursus tentang
filosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong.
Harus ada: Kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring mind), dan etika
pribadi (personal ethics)yang cukup baik. tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus tertentu.
1) Apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam kasus
tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus seperti itu? ini dinamakanThe Golden Rule.
2) Apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup dilindungi
terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan di rumah sakit?
3) Apakah penjelasan tentang informed consent kepada pasien cukup memberi
Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan
“tidak”,
ada indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi.Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah:
Adakah pasal-pasal dalam Kode Etik Rumah Sakit yang dilanggar? Adakah asas-asas etika umum yang dilanggar?
Jika masih perlu untuk lebih memastikan: Teori etika mana yang
dapat dipakai untuk pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang menimbulkan masalah etika administratif atau etika biomedis.
Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting proses itu.
Pemecahan Masalah
Etika Di Rumah Sakit
Identifikasi Masalah etika administratif, masalah bioetika, masalah medis
tradisional, atau gabungan berbagai masalah etika itu dirumah sakit,
Mencari solusi untuk masalah-masalah:
2 (dua) model pemecahan masalah Model terprogram (rasional)
Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada pemecahan
banyak masalah manajemen umum, tetapi rasio saja tidak selalu berhasil diterapkan pada pemecahan masalah etika. Masalah etika administratif tertentu di rumah sakit yang menyangkut proses atau prosedur mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional.
Model tak terprogram
Masalah etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsip sering kali sangat sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan yang umumnya tidak dapat diprogramkan.
Step By Step
Pemecahan Masalah Etika Rumah Saki
1. Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya
organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.
2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root
cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan. 6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi
terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah
Kesimpulan & Saran
Kesimpulan Saran
1. Hukum rumah sakit adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu rumah sakit dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik serta sumber-sumber hukum lainnya. 2. Rumah sakit sebagai suatu institusi
dalam pelayanan kesehatan telah mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).
Dalam menjalankan
pelayanan kesehatan, masing-masing profesi harus
berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi
disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka
berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling berbenturan.
Hospital By Laws
Peristilahan
Hospital By laws
‘Hospital’ dan ‘By laws’. Kata ‘Hospital’ = rumah sakit
Kata ‘Bylaw’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli: The Oxford Illustrated Dictionary : Bylaw is regulation made by local authority or
corporation.
Bylaws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization (Guwandi, 2004).
Jadi, Bylaws dapat diartikan:
Peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk
mengatur para anggota-anggotanya.
Keberadaan Hospital Bylaw memegang peranan penting sebagai tata tertib
dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit.
Ciri dan Sifat HBL
1) Tailor-made
Isi, substansi, dan rumusan rinci Hospital Bylaw tidaklah mesti sama. Hal ini disebabkan
oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda.
2. Hospital Bylaw dapat berfungsi sebagai ‘perpanjangan tangan hukum’.
Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum dan yang berlaku
secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan perundang-undangannya masih harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu Hospital Bylaw.
Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis sama, karena sangat
tergantung kepada situasi dan kondisi pasien, seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan sebagainya.
3. Hospital Bylaw mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen rumah sakit
meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain.
4. Rumusan Hospital Bylaw harus tegas, jelas, dan terperinci
Hospital Bylaw tidak membuka peluang untuk ditafsirkan lagi secara individual. 5. Hospital Bylaw harus bersifat sistematis dan berjenjang
Hakekat HBL
Hospital Bylaw merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi
antara lain: tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan
kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik,
visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komite medik, panitia
etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan
kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan.
Bentuk HBL dapat merupakan kumpulan dari Peraturan Rumah Sakit,
Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan,
Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU).
Peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan
diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan
tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.
Kepentingan HBL
Pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan.
Dalam hal ini Hospital Bylaw dapat menjadi instrumen akreditasi
rumah sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang
berlaku baik untuk tingkat rumah sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis, pelayananan keperawatan,
administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen struktur,
proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non-medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan program. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari
staf/unit/bagian rumah sakit kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa rumah sakit tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.
Kedua, dilihat dari segi hukum Hospital Bylaw dapat menjadi
tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau
kesalahan di dalam suatu kasus hukum kedokteran.
Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih rinci harus terdapat dalam Hospital Bylaw.
Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka HBL dapat
menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah
terulangnya suatu risiko yang merugikan.
Pasien akan semakin terlindungi sesuai prinsip patient safety. Hospital Bylaw juga akan memperjelas fungsi dan kedudukan
Fungsi dan Kegunaan HBL
Fungsi Kegunaan
1. Mengatur kewenangan dan tanggung
jawab pemilik, dreksi, manajer,
profesional serta tenaga kerja lainnya.
2. Mengatur hak dan kewajiban semua
pihak yang terinteraksi dengan RS.
3. Mengatur hubungan interaksi semua
pihak.
4. Mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan kewajiban RS terhadap
pemerintah serta lembaga penegakan hukum.
5. Mengatur tata-laksana melaksanakan
ke kewenangan, kewajiban dan hak.
1. Sebagai pedoman intern rumah sakit. 2. Sebagai pedoman bagi pihak ekstern
yang berinteraksi dengan RS (termasuk pasien).
3. Sebagai sarana untuk menjamin
efektifitas, efesiensi dan mutu bagi
pelaksanaan tugas dan kewajiban rumah sakit.
4. Sebagai syarat bagi kepentingan
akreditasi.
5. Sebagai sarana perlindungan hukum bagi
semua pihak.
Hakekat HBL
1.
Merupakan regulasi yang hanya berlaku di rumah sakit yang
bersangkutan.
2.
Merupakan norma yang lebih dari sekedar legal restatment.
3.
Merupakan prasyarat bagi rumah sakit agar dapat
mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit.
4.
Pedoman rumah sakit dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan baik.
5.
Klausula baku (perjanjian baku) yang akan berlaku sebagai
undang-undang bagi siapa saja yang berinteraksi dengan
rumah sakit.
Hospital By Laws
Kepmenkes No.772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital byLaws).
Corporate By Laws
• Peraturan RS
Medical Staffs by laws
Medical staffs By Laws
PeDOMAN PERATURAN Internal staf MEDIS DI Rumah Sakit
Pengantar
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
631/MENKES/SK/IV/2005 ttg Medical staff by laws
Kedua: Setiap rumah sakit wajib menyusun Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu profesi medis dan mutu pelayanan medis.
Staf medis adalah merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap
dokter memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis pada pasien.
Dalam memutuskan tindakan medis maupun pemberian terapi
kepada pasien harus dilakukan atas kebebasan dan kemandirian profesi dan tidak boleh atas pengaruh atau tekanan pihak lain.
Kebebasan profesi bukan diartikan kebebasan yang penuh, namun
masih harus tetap terikat dengan standar profesi, standar kompetensi dan standar pelayanan medis.
Definisi Medical Staffs By Laws
a. Medical staff bylaws adalah suatu peraturan organisasi staf medis
dan komite medis di rumah sakit yang ditetapkan oleh
pemilik rumah sakit atau Governing Body;
b. Medical staff bylaws bukan merupakan kumpulan peraturan teknis
administrasi medis ataupun teknis medis di rumah sakit. Oleh
karena itu standard operating prosedure, standar pelayanan medis
bukan merupakan medical staff bylaws tetapi lebih merupakan
kebijakan teknis operasional pelayanan medis;
c. Medical staff bylaws mengatur pengorganisasian staf medis, komite
medis, peran, tugas dan kewenangan staf medis.
Definisi Medical Staffs By Laws
d. Medical staff bylaws tidak mengatur manajemen keuangan dan
peralatan medis
e. Medical staff bylaws , Rules and Regulations adalah kerangka
(framework) untuk pengaturan diri sendiri (self-governance)
oleh staf medik yang dapat diterima secara umum. Kerangka
itu menetapkan tugas, kewajiban, kewenangan, tanggung
jawab, kelompok staf medis dan komite medis.
f. Yang dimaksud dengan staf medis dalam medical staff bylaws
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
Tujuan Medical Staffs By Laws
Umum Khusus
Sebagai pedoman bagi
rumah sakit dalam
meningkatkan mutu
pelayanan medis di
rumah sakit.
Tercapainya kerjasama yang baik
antara staf medis dengan
pemilik rumah sakit atau yang mewakili dan antara staff medis dengan Direktur/ Pimpinan rumah sakit.
Tercapainya sinergisme antara
manajemen dan profesi medis untuk kepentingan pasien.
Terciptanya tanggung jawab staf
medis terhadap mutu pelayanan medis di rumah sakit.
Fungsi Medical Staff By Laws
Menggambarkan pengorganisasian staf medis di rumah sakit.
Memuat prosedur persyaratan dan penerimaan tenaga medis
di rumah sakit
Mengatur mekanisme peer review, reapoinment, kewenangan yang
diberikan (clinical privileges) dan pendisiplinan.
Memuat prosedur pengajuan permohonan sebagai staff medis
Sebagai acuan pemberian pelayanan berdasarkan standar
MATERI DAN SUBSTANSI PERATURAN INTERNAL
STAF MEDIS (MEDICAL STAF BYLAWS)
Medical staff bylaws adalah “tailor made” dan medical staff bylaws
adalah merupakan peraturan yang mengatur staf medis.
Mengacu kedua hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
walaupun medical staff bylaws bersifat “tailor made”, namun tetap
diperlukan acuan hal-hal apa saja yang perlu diatur di dalam
medical staff bylaws dengan tujuan untuk menjaga mutu profesi
medis.
Mengingat staf medis adalah profesi mandiri maka dalam
menyusun medical staff bylaws perlu pula memperhatikan ciri-ciri
profesi.
Medical staff bylaws, adalah tailor made maka materi dan
substansi tidak mungkin disamakan antara satu rumah sakit
dengan rumah sakit lainnya.
Namun paling tidak harus ada subtansi minimal yang harus
dicantumkan dalam peraturan internal staf medis (medical
Substansi Minimal Medical Staffs By Laws
1.
Substansi inti (core content)
Core content adalah nilai-nilai fundamental yang dianut
secara universal dalam menjalankan profesi medis,
seperti asas-asas etika medis, asas-asas profesionalisme
(kompetensi, efikasi, aman bagi pasien), pelayanan
yang bermutu (quality, efficiency, equity), akuntabilitas, etc
2.Substansi khusus local (local specifics)
Local spesifict adalah hal-hal yang khusus berlaku dalam
Substansi Medical Staffs Laws Umum :
? Uraian tentang staf medis, kelompok staf medis dan komite
medis yang ada di rumah sakit.
? Uraian tentang garis-garis besar tugas dan tanggung jawab
staf medis.
? Pernyataan tentang kewajiban bagi semua staf medis untuk
mentaati dan menjalankan ketentuan-ketentuan etika profesi
medis, etika rumah sakit, hospital staff bylaws rumah sakit dan
peraturan-peraturan pelaksana yang ditetapkan berdasar medical
staff bylaws ini.
Kerangka Tugas dan kewajiban
Tugas dan kewajiban Komite Medis secara umum adalah :
? Menyusun, mengevaluasi dan jika perlu mengusulkan
perubahan pada medical staff bylaws.
? Menetapkan standar pelayanan medis yang dibuat oleh
kelompok staf medis.
? Menentukan Kebijakan umum dalam melaksanakan pelayanan
medis secara profesional.
? Mengusulkan rencana pengembangan sumber daya manusia
dan teknologi untuk profesi medis.
Persyaratan Dan Tata Cara
? Seleksi dan penapisan terhadap dokter/dokter gigi yang akan bekerja di rumah sakit ? Penetapan kewenangan klinis (clinical priviledges) bagi masing-masing dokter/dokter
gigi yang bekerja di rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit. Tenaga
dokter/dokter gigi yang diterima bekerja di rumah sakit, harus sesuai dengan
sertifikasi, registrasi, perizinan, kompetensi, pengalaman, keterampilan, kesehatan, dan perilaku etikanya.
? Pemantauan dan pengamatan, bahwa dokter yang diberikan kewenangan klinis (clinical priviledges) seperti yang ditetapkan memang benar-benar melakuakn tindakan medik dalam batas-batas izin yang diberikan kepadanya.
? Sanksi terhadap dokter yang di putuskan melanggar disiplin. Atau berperilaku tidak baik, yang memberikan pelayanan medis dan atau tindakan medis yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan, yang tidak sesuai dengan standar pelayanan, yang secara profesional tidak kompeten atau tidak kompeten lagi, atau yang melanggar
Aturan Staf Medis
Aturan staf medis merupakan lampiran
medical staff bylawsnya. Yang diatur didalam
aturan staff medis adalah kewajiban staf
medis yang terkait dengan pemberian
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Isi Aturan Staff Medis
? Kewajiban staf medis untuk mematuhi ketentuan pelaksanaan praktik kedokteran.
? Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Profesi.
? Kewajiban Staf Medis untuk mematuhi Standar Pelayanan dan Standar Prosedur Operasional.
? Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rekam medis.
? Kewajiban Staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang informed consent.
? Ketentuan untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang rahasia kedokteran.
? Kewajiban staf medis untuk mematuhi kebijakan rumah sakit tentang obat dan formularium rumah sakit.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BYLAWS)
a. Medical staff bylaws adalah “tailor made”
Oleh karena itu, pada waktu menyusun medical staff bylaws di rumah sakit
jangan atau hindari untuk mem-fotocopy medical staff bylaws dari rumah sakit lain. Medical staff bylaws dari rumah sakit lain hanya sebagai acuan atau wacana saja tidak boleh di fotocopy oleh karena medical staff bylaws dari rumah sakit satu dengan lainnya tidak sama.
b. Laksanakan legal audit.
Langkah penting sebelum menyusun medical staff bylaws adalah melakukan legal
audit sehingga dapat diketahui semua peraturan dan perundangan sebagai dasar pemberian pelayanan medis di rumah sakit.
Legal audit ini bukan hanya sekedar melakukan inventarisasi peraturan yang
sudah ada dan yang belum dimiliki tetapi juga mengkaji, menelaah dan mengevaluasi semua peraturan dan perundangan tersebut apakah sudah kadaluwarsa, apakah ada duplikasi apakah saling bertentangan dan lain-lain.
c. Bylaws untuk dilaksanakan bukan merupakan filosofis
Medical staf bylaws disusun bukan hanya sekedar dokumen, tetapi harus dilaksanakan karena merupakan konstitusi staf medis.
Dalam menyelesaikan permasalahan staf medis, medical staff