• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara kesejahteraan (welfare state) yang menitik beratkan pada kesejahteraan warga negaranya, hal ini tertuang di dalam Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa salah satu tujuan negara yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Negara kesejahteraan merupakan konsep pemerintahan ketika negara mengambil peran penting dalam perlindungan dan pengutamaan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga negaranya. Secara sederhana negara kesejahteraan merupakan negara yang menganut sistem ketatanegaraan yang menitikberatkan pada kesejahteraan rakyatnya.

Pasal 27 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Berdasarkan ketentuan tersebut setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan berhak atas pekerjaan. Pasal tersebut merujuk pada apa yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai tujuan negara yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu bentuk penjabaran lebih lanjut terhadap tujuan negara Indonesia termuat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam proses pembentukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disusun seiring dengan adanya fenomena pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan pengamalan pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual.

Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sumber daya manusia mempunyai peranan dan kedudukan yang utama sebagai pelaku dan tujuan

(2)

pembangunan, sumber-sumber lainnya seperti modal, baik fisik maupun uang adalah sumber-sumber yang penting tetapi bukan utama. Ini berarti sumber daya manusia perlu meningkatkan pengetahuan atau kompetensi mereka secara dinamis sehingga perusahaan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan dinamis dan daya saing perusahaan tetap terpelihara (Sayuti Hasibuan dan Jumansyah, 2013:15). Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah disebutkan dalam konsideran “Menimbang” bahwa pekerja mempunyai peranan sangat penting sebagai pelaku serta tujuan dari pembangunan itu sendiri dan seiring dengan hal tersebut maka perlu adanya bentuk perhatian dari negara dalam hal peningkatan perlindungan yang diberikan terhadap pekerja. Tujuan perlindungan terhadap pekerja yaitu untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun. Mengingat pentingnya peranan pekerja dalam proses pembangunan nasional maka diharapkan pula adanya pembangunan ketenagakerjaan yang merupakan integral dari pembangunan nasional itu sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan, dan dimana keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan pekerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.

Seiring semangat globalisasi, arus modernisasi turut berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri maksudnya adalah bekerja atas usaha modal dan tanggung jawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain maksudnya adalah bekerja dengan bergantung pada orang lain (Zainal Asikin, 2002: 1). Masyarakat Indonesia yang semula dikenal sebagai masyarakat agraris, dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya sebagai petani, maka sebagai satu dampak dari menyusutnya lahan pertanian, mulailah banyak penduduk yang awalnya bermatapencaharian menjadi petani beralih merambah sektor industri. Kondisi ini berpengaruh pula pada pola

(3)

kehidupan masyarakat dari sisi sosial, ekonomi dan budaya. Hal tersebut didasari karena adanya pengaruh modernisasi, salah satu contoh yang juga terkena efek dari proses modernisasi yaitu dalam konteks hubungan gender, tercermin adanya perluasan hak perempuan sebagai manusia merdeka, bermartabat dan adanya kesamaan hak yang dimiliki perempuan dalam berbagai aspek kehidupan domestik dan publik, termasuk hak politik, hak pendidikan, hak kesehatan, hak reproduksi dan juga hak untuk memperoleh pekerjaan.

Kondisi sosial masyarakat tersebut sangat berbeda dengan kondisi sosial budaya keseluruhan masyarakat Indonesia saat sebelum adanya pengaruh proses modernisasi, yang dimana budaya masyarakat Indonesia sebelumnya cenderung menitikberatkan pada masyarakat berbudaya patriarki dimana masih menempatkan laki-laki pada posisi penentu dalam rumah tangga contohnya dalam hal mencari nafkah, sedangkan perempuan hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Seiring perjalanan waktu, budaya patriarki yang melekat di masyarakat Indonesia sudah tidak berjalan sedemikian kaku lagi, dimana semakin banyak perempuan merambah sektor industri sebagai akibat kesadaran semakin sulitnya beban biaya hidup dan faktor semakin tingginya kesempatan perempuan mengenyam pendidikan, disamping itu juga didasari atas adanya kesadaran bahwa kaum perempuan memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan (Endang Sumiarni, 2006: 10). Peran serta pekerja perempuan dalam hal pembangunan ketenagakerjaan serta dalam sektor ekonomi tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat permintaan terhadap pekerja perempuan juga cenderung meningkat, misalnya di sektor jasa dan industri yang membutuhkan ketekunan dan ketelitian kerja.

Berdasarkan pada hal-hal tertentu yang menjadi pertimbangan, banyak perusahaan yang memilih mempekerjakan pekerja perempuan dibanding laki-laki. Pekerja perempuan dinilai sebagai pekerja yang tekun, teliti, hati-hati, dan tidak senang protes karena pekerja perempuan dinilai akan menerima apa adanya. Suryadi dalam bukuya menyebutnya dengan istilah lila legawa yang maknanya adalah para pekerja perempuan bersedia menerima dengan ikhlas apapun

(4)

perlakuan pihak lain, namun ini bukan keunggulan satu-satunya yang dimiliki oleh pekerja perempuan. Prestasi kerja dari pekerja perempuan juga tidak kalah bagus dibanding laki-laki untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Di bidang industri elektronika yang memerlukan akurasi sangat tinggi, perusahaan memilih mempekerjakan pekerja perempuan. Demikian pula dengan industri tekstil, garmen, sepatu, dan beberapa jenis industri lain yang memerlukan akurasi tinggi, pilihan banyak pengusaha jatuh kepada pekerja-pekerja perempuan (Suryadi, 1997: 12).

Beberapa jabatan clerical seperti misalnya bagian keuangan, administrasi umum dan bidang-bidang yang sejenis dengan jabatan tersebut juga banyak dijabat oleh perempuan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut membutuhkan ketelitian dan keseriusan tersendiri dalam proses pengerjaannya. Hal ini memberikan indikasi bahwa jenis-jenis pekerjaan tertentu memang memerlukan sentuhan jari perempuan agar prestasi kerja keseluruhan lembaga itu menjadi baik. Bukan berarti, laki-laki menjadi kehilangan hak atas pekerjaan yang sama, namun tenaga kerja perempuan pada bidang-bidang tersebut di atas akan memberi motivasi kerja yang tinggi bagi seluruh lembaga (Goldsmith, 1990: 16).

Menyadari semakin diperlukannya tenaga dari pekerja perempuan yang dalam beberapa bidang pekerjaan karena keunggulannya, namun tetap harus disadari bahwa perempuan memiliki ciri-ciri fisik maupun biologis yang dapat dikatakan lebih lemah dan rentan dibandingkan laki-laki. Pada saat ini, masih banyak sekali kasus maupun bentuk pelanggaran yang dilakukan pihak perusaan yang menimpa pekerja perempuan yang terus berkembang semakin kompleks. Bentuk pelanggaran yang sering terjadi yaitu terdapat beberapa hak pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari yang seharusnya wajib dipenuhi oleh pihak perusahaan namun tidak didapatkan oleh pekerja perempuan yang bekerja di perusahaan tersebut misal tidak adanya bus antar jemput, disamping itu bahkan masih banyak perusahaan yang mengabaikan tingkat keamanan di tempat kerja yang kemudian mengakibatkan banyaknya kasus pelecehan yang korbannya adalah pekerja perempuan.

(5)

Informasi ataupun kasus yang beredar tersebut bukan sekedar tidak dipenuhinnya hak-hak pekerja perempuan oleh pihak perusahaan, melainkan masih terdapat banyak kasus diskriminasi terhadap pekerja perempuan, disamping itu juga terdapat kasus tentang masalah gangguan seksual (sexual harrassment), kasus tersebut seringkali dialami oleh perempuan di tempat kerja, baik oleh teman kerja maupun oleh atasan di tempat ia bekerja. Gangguan ini bisa berbentuk komentar-komentar atau ucapan-ucapan verbal, tindakan atau kontak fisik yang mempunyai konotasi seksual. Bentuk yang paling kejam dari gangguan seksual adalah perkosaan yang seringkali pula bentuknya sangat terselubung, dalam artian bahwa sering dianggap peristiwa tersebut sebagai peristiwa individual semata dan tidak menyangkut pelanggaran hak asasi manusia.

Salah satu contoh kasus yaitu adanya suatu bentuk pelanggaran HAM yang dialami pekerja perempuan seperti yang dialami oleh mantan karyawan hotel Soechi Internasional Medan yaitu Nurlatifah, saat itu kondisinya sedang hamil tua dan ditempatkan di lantai 12 hotel tersebut. Secara tiba-tiba manajemen hotel melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap Nurlatifah dengan alasan tidak masuk kerja sehari, padahal Nurlatifah telah melapor tidak masuk kerja karena sakit. Nurlatifah sebelumnya telah mengurus permohonan cuti hamil dan melahirkan namun ditolak pihak manajemen hotel dengan alasan yang tidak jelas. Kasus Nurlatifah tersebut menjadi salah satu contoh bentuk pelanggaran yang dilakukan pihak perusahaan terhadap pekerja perempuan

(

http://www.antarasumut.com/perempuan-korban-pelanggaran-ham-terbesar-di-perusahaan diakses pada tanggal 15 Februari 2016).

Keprihatinan akan kondisi yang menggambarkan semakin kompleksnya kasus yang muncul dimana korbannya adalah pekerja perempuan, padahal sudah secara jelas bahwa telah ada tindakan nyata yang merupakan bentuk kepedulian negara terhadap kondisi kodrat reproduksi yang melekat pada kaum perempuan. Pemerintah memberikan bentuk perlindungan hukum yang termuat dalam aturan hukum positif di bidang ketenagakerjaan. Wujud perlindungan tersebut terealisasi dalam pencantuman hak-hak yang bersifat khusus dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun landasan filosofi yang

(6)

mendasari diaturnya perlindungan hak pekerja perempuan dan terutama tentang hak reproduksi bagi pekerja perempuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut yang meliputi cuti haid, cuti hamil dan melahirkan, cuti gugur kandungan dan juga pemberian kesempatan bagi pekerja perempuan untuk menyusui tidak lain adalah untuk melindungi kodrat perempuan sebagai ciptaan Tuhan yang telah dikaruniai fungsi reproduksi sejak lahir, sehingga dengan adanya kesempatan untuk bekerja pada sektor publik, fungsi reproduksi yang merupakan kodrat perempuan tidak akan menjadi terganggu.

Untuk menghindari semakin bertambahnya kasus yang korbannya adalah pekerja perempuan, maka diperlukan adanya suatu penyempurnaan terhadap sistem pengawasan ketenagakerjaan. Penyempurnaan tersebut harus terus dilakukan agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pelaku industri dan perdagangan. Minimnya pengawasan yang ketat dari pemerintah, maka pedoman terkait perlindungan hak pekerja perempuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hanya menjadi seperti dokumen di atas kertas belaka. Salah satu dampak nyata yaitu yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa masih banyak pelanggaran terhadap pemenuhan hak pekerja perempuan yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengambil obyek penelitian pada sebuah perusahaan tekstil dan garmen, yaitu salah satu perusahaan tekstil dan garmen yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, yakni PT. SRITEX. PT. SRITEX menjadi perusahaan tekstil dan garmen yang terintegrasi serta terpadu secara vertikal (Integrarted Vertical Textiles-Garments). Titik fokus objek dalam penelitian ini adalah pada bagian produksi perusahaan tersebut, yang terdiri dari departemen pemintalan (Spinning Unit), departemen penenunan (Weaving Unit), departemen pencetakan-pencelupan (Dyeing and Printing Unit), dan departemen garmen (Garment Unit). Alasan mengapa penulis memilih obyek penelitian pada PT. SRITEX, karena PT. SRITEX merupakan salah satu perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Jawa Tengah dengan reputasi tak hanya dikenal di Indonesia saja tetapi juga dikenal sampai luar negeri, disamping itu alasan yang mendasari

(7)

penulis memilih PT. SRITEX sebagai objek penelitian dalam penulisan hukum ini karena PT. SRITEX merupakan perusahaan tekstil dan garmen yang pekerja perempuannya menempati jumlah yang lebih banyak dibandingkan pekerja laki-laki. Dapat diambil salah contoh yaitu departemen garmen (Garment Unit) pada PT. SRITEX merupakan departemen yang paling didominasi oleh pekerja perempuan dimana dari sekitar 7000 pekerja, lebih dari 6000 orang merupakan pekerja perempuan.

Maka dari itu penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan yang bekerja pada sebuah perusahaan tekstil dan garmen yang pekerjanya didominasi oleh pekerja perempuan dan perusahaan tersebut terbilang sangat diakui eksistensinya di Jawa Tengah yaitu PT. SRITEX dan apakah PT. SRITEX menerapkan secara efektif atau tidak ketentuan dalam peraturan perundang-undangan terutama Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur terkait hak pekerja perempuan ke dalam kebijakan yang berlaku di PT. SRITEX.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka hal-hal tersebut menjadi dasar dan melatarbelakangi penulis untuk mengkajinya dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK PEKERJA PEREMPUAN PADA PT. SRITEX KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis merumuskan masalah untuk mengetahui dan menegaskan masalah-masalah apa yang hendak diteliti sehingga dapat memudahkan penulis dalam mengumpulkan, menyusun, menganalisa, dan mengkaji data supaya lebih rinci untuk dapat tercapainya suatu tujuan yang akan dicapai. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

1. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan pada PT. SRITEX ditinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?

2. Apa saja hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan oleh PT. SRITEX terhadap pekerja perempuan yang bekerja di perusahaan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Di dalam suatu penelitian tentu ada suatu tujuan yang hendak dicapai. Terdapat dua jenis tujuan dalam pelaksanaan suatu penelitian, yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif merupakan tujuan yang berasal dari tujuan penelitian itu sendiri, sedangkan tujuan subjektif berasal dari penulis. Adapun tujuan objektif dan subjektif yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan yang bekerja pada PT. SRITEX oleh pihak perusahaan dan apakah telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b. Untuk mengetahui hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan oleh PT. SRITEX.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi negara pada khususnya.

c. Untuk melatih kemampuan penulis dalam mempraktekkan teori ilmu hukum, mengembangkan dan memperluas pemikiran serta

(9)

pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan guna mengkaji pelaksanaan regulasi terkait perlindungan pekerja perempuan.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun masyarakat umum, terutama bagi bidang yang diteliti. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum ketenagakerjaan pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan hukum ketenagakerjaan mengenai mekanisme perlindungan terhadap hak-hak pekerja perempuan.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti secara benar dan bukan hanya penalaran saja sehingga sesuai dengan tujuan hukum yaitu kepastian hukum.

b. Memberikan masukan dan dapat bermanfaat terhadap penerapan ilmu hukum bagi masyarakat pada umumnya dan bagi orang-orang yang bekerja dalam bidang hukum pada khususnya.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum digunakan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi. Disinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi dan memberikan

(10)

pemecahan atas masalah tersebut (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 47). Di samping itu, penelitian hukum juga merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan mempelajari satau atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya dan mengadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan (Beni Ahmad Saebani, 2009: 32).

Penelitian hukum memerlukan metode penelitian yang nantinya akan menunjang hasil penelitian tersebut untuk mencapai tujuan dari penelitian hukum, sehingga metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum normatif (doctrinal research). Penelitian hukum normatif adalah penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder. Sehingga, dalam penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 35). Sebenarnya istilah penelitian hukum normatif tidak perlu, karena istilah penelitian hukum atau legal research (atau dalam bahasa Belanda rechtsonderzoek) sudah jelas bahwa penelitian tersebut bersifat normatif (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 55-56).

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, penelitian hukum normatif atau doctrinal research terdiri dari (Soetandyo Wignjosoebroto, 2013: 32):

a. Penelitian yang berupa usaha investarisasi hukum positif;

b. Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif;

c. Penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.

(11)

Penulisan hukum ini termasuk ke dalam kategori penemuan hukum in concreto. Dikategorikan penemuan hukum in concreto karena tujuan penulisan hukum ini adalah untuk menemukan hasil terkait pelaksanaan pemenuhan hak bagi pekerja perempuan pada PT. SRITEX apakah telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti mengenai apa sajakah hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan oleh PT. SRITEX.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang ada dalam penulisan hukum ini bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sedangkan sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 22). Sifat preskriptif dalam penelitian ini yaitu penulis akan mempelajari konsep hukum serta segala ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait perlindungan hak pekerja perempuan, kemudian bentuk terapannya berupa menelaah pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan ditinjau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait hak-hak pekerja perempuan.

3. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yang mana dengan pendekatan tersebut maka peneliti akan mendapatkan informasi dan beberapa aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical

(12)

approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 133).

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang dianalisis. Selanjutnya, pendekatan konseptual diaplikasikan dengan beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada tersebut, penulis akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Hal tersebut diperlukan oleh penulis karena maksud dari penelitian ini adalah diperoleh suatu analisis berkaitan dengan aspek filosofis dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari, dimana hal itu merupakan kelanjutan perkembangan dari proses isu hukum yang sebelumnya.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya diperlukan sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi Sumber-sumber-Sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah-risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan hukum sekunder berupa seluruh publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.

(13)

Publikasi tentang hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 181).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis dan sumber bahan hukum primer dan sekunder. Tentunya sumber bahan hukum yang dimaksud berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas permasalahan penelitian yang diangkat penulis. Mengenai jenis dan sumber bahan hukum yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi ILO mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan;

6) Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957 tentang Persetujuan Konvensi ILO Nomor 100 Tahun 1951 mengenai Pengupahan yang Sama Bagi Pekerja Laki-Laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya;

7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 111 Tahun 1958 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah;

9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

(14)

10) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 2003 tentang Kewajiban Pengusaha Yang Mempekerjakan Pekerja/ Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00;

11) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;

12) Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 48/MEN.PP/XII/2008, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.27/MEN/XII/2008 Dan Menteri Kesehatan Nomor 1177/MENKES/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.

b. Bahan Hukum Sekunder

1) Buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan; 2) Jurnal hukum yang berkaitan dengan permasalahan; 3) Kamus hukum;

4) Artikel-artikel baik di media cetak maupun internet yang berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, diantaranya kamus dan literasi dari media internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah dengan studi kepustakaan serta melakukan konfirmasi.

Studi kepustakaan diperlukan guna memperoleh landasan teori yang berkaitan dengan penelitian untuk melakukan kajian lebih lanjut.

(15)

Studi kepustakaan diperoleh dari bahan hukum yang berupa buku-buku, literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, makalah, artikel, media masa, bahan dari internet, serta bahan-bahan lain yang berkaitan dengan isu hukum yang akan diteliti. Selain itu adapun teknik pengumpulan data dengan metode klarifikasi dengan cara field research atau melakukan penelitian langsung pada PT. SRITEX yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mendapatkan data atau informasi penulis melakukan klarifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada salah satu narasumber yang berkompeten terkait pekerja yang bekerja di PT. SRITEX yaitu Bapak Fery Kristiawan yaitu pihak dari PT. SRITEX yang menduduki posisi pada bagian Human Resource Development (HRD), serta untuk menambah keakuratan hasil penelitian maka penulis juga mencari informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada beberapa pekerja perempuan yang bekerja di PT. SRITEX.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode silogisme yang menggunakan pola berfikir deduktif, yaitu cara berpikir pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi (Johny Ibrahim, 2006: 393).

Dalam penulisan hukum ini yang dimaksudkan fakta umum adalah konsep hak-hak pekerja perempuan yang telah terakomodir dalam peraturan perudang-undangan yang berlaku di Indonesia, sedangkan fakta khususnya adalah implikasi pelaksanaan pemenuhan hak bagi pekerja perempuan yang bekerja pada PT. SRITEX.

(16)

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi menjadi sub-sub bagian yang dimaksud untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini.

Adapun sistematika penulisan hukum yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai latar belakang masalah yang merupakan hal-hal yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian, perumusan masalah merupakan initi dari permasalah yang ingin diteliti, tujuan penelitian berisi tujuan dari penulis mengadakan penelitian, manfaat penelitian merupakan hal-hal yang diambil dari penelitian, metode penelitian berupa jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, selanjutnya adalah sistematika hukum yang merupakan kerangka atau isi penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan teori yang menjadi landasan atau memberikan penjelasan secara teoritik berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan hukum ini. Tinjauan pustaka dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Kerangka Teori, yang berisikan Tinjauan Tentang Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Tentang Hubungan Kerja, Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Hak

(17)

Pekerja Perempuan Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Kerangka Pemikiran, yang menggambarkan alur pemikiran penulis dalam penelitian ini.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis memaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang penulis lakukan dengan rumusan masalah yaitu terkait pelaksanaan pemenuhan hak bagi pekerja perempuan pada PT. SRITEX serta tinjauan untuk mengetahui apa sajakah hambatan yang terdapat dalam pelaksanaan pemenuhan hak pekerja perempuan oleh PT. SRITEX bagi pekerja perempuan yang bekerja di perusahaan tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisikan simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan disertai saran terhadap permasalahan dalam penelitian hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

(18)
(19)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan (r xy ) antara kualitas pelayanan bellboy dengan kepuasan tamu yang menginap di Hotel Rocky Plaza

Pada penelitian ini untuk pembuatan gambir galamai, gambir yang digunakan adalah gambir dengan pengeringan cool drying karena memiliki kadar katekin yang

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher’s Exact Test pada tabel 1 hubungan antara kondisi dasar kontainer dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di peroleh p=

Ikan kuniran betina mencapai matang gonad pertama kali pada ukuran 124 mm dan jantan pada ukuran 120 mm, maka sangat baik jika penangkapan dilakukan terhadap ikan-ikan

subtilis 5/B pada benih padi yang terkontaminasi Xoo terhadap peningkatan mutu dan daya simpan benih, serta ketahanan Xoo dan agen hayati dalam benih selama

Sastra Jawa adalah beberapa isi dari Serat Wedhatama yang telah diartikan dan. diubah kedalam bentuk

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan