• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN PERANCANGAN LAUNCHER SMARTPHONE ANDROID UNTUK MEMUDAHKAN PENGGUNAAN SMARTPHONE BAGI KAUM LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI DAN PERANCANGAN LAUNCHER SMARTPHONE ANDROID UNTUK MEMUDAHKAN PENGGUNAAN SMARTPHONE BAGI KAUM LANSIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN PERANCANGAN LAUNCHER SMARTPHONE ANDROID

UNTUK MEMUDAHKAN PENGGUNAAN SMARTPHONE BAGI KAUM

LANSIA

Mentari Putri Anindita, Johanna Hariandja

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

Email: mntrputri@gmail.com, johanna@unpar.ac.id

Abstrak

Peran teknologi semakin tidak dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengaruh dari teknologi ini dapat ditemui dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu bentuk teknologi yang sedang berkembang adalah ponsel. Jumlah pengguna smartphone pun semakin bertambah dan mencakup berbagai lapisan masyarakat termasuk lansia. Peran smartphone pun sangat penting bagi lansia karena interaksi sosial dapat memberikan efek yang positif pada kesehatan fisik serta dapat menurunkan resiko kematian. Namun, lansia kerap kali menghadapi kesulitan saat menggunakan smartphone. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan launcher khusus untuk lansia. Terdapat tiga buah launcher yang menjadi fokus penelitian ini yaitu launcher Big, Necta dan Wiser.

Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi performansi ketiga launcher menggunakan metode usability

testing. Hasil evaluasi kemudian digunakan untuk merancang sebuah launcher baru. Pengujian dilakukan

kepada sembilan orang pengguna smartphone yaitu lansia berusia 60 tahun ke atas. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara awal untuk mengetahui kebutuhan lansia terhadap sebuah smartphone, yang dilanjutkan dengan tahap pengujian. Terdapat enam buah task list yang diujikan serta lima kriteria usability yang dinilai yatu effectiveness, efficiency, satisfaction, usefulness dan learnability. Setelah pengujian, responden juga diminta mengisi kuisioner SUS dan terdapat wawancara akhir untuk melihat kesan responden terhadap launcher.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa persentase keberhasilan responden menyelesaikan task di bawah waktu standar adalah 1,85% (Big), 1,85% (Necta) dan 11,1% (Wiser). Sedangkan untuk persentase keberhasilan mengerjakan task tanpa kesalahan adalah 22% (Big), 28% (Necta) dan 24% (Wiser). Nilai kuisioner SUS untuk masing – masing launcher adalah 49,72 (Big), 66,38 (Necta) dan 51,11 (Wiser). Selain itu, juga didapatkan 24 kebutuhan untuk perancangan launcher baru. Untuk launcher hasil perancangan, persentase keberhasilan responden menyelesaikan task di bawah waktu standar meningkat menjadi 42,5%, dan persentase keberhasilan mengerjakan task tanpa kesalahan menjadi 65%. Nilai SUS pun meningkat menjadi 69,17.

Kata kunci: usability testing, launcher, smartphone, lansia, perancangan

Pendahuluan

Pada saat ini, peran teknologi semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu bentuk teknologi tersebut adalah ponsel. Menurut Jose (2015), pengguna smartphone di Indonesia pada akhir tahun 2015 berjumlah sekitar 55 juta orang. Pada tahun 2016, diperkirakan jumlahnya akan bertambah menjadi 65,2 juta pengguna dan pada tahun 2017, jumlahnya akan meningkat menjadi 74,9 juta pengguna. Nova (2013) mengatakan, sekitar 10% dari total pengguna smartphone tersebut adalah lansia.

termasuk lansia.

Menurut Wardhana (2014), pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah 18,1 juta orang atau sekitar 7,56% dari total penduduk Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah lansia ini,

kebutuhan-kebutuhan kaum lansia pun semakin menjadi perhatian. Kemandirian dari kaum lansia menjadi salah satu tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Rusdi dan Sanjaya (2012), saat manusia mencapai tahap lansia, manusia akan mengalami penurunan fungsi tubuh, mulai dari kemampuan panca indera, gerak motorik, dan juga daya pikir. Penurunan fungsi tubuh ini dapat menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan sosialnya. Namun menurut penelitian, interaksi sosial justru sangat dibutuhkan oleh lansia karena dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia. Interaksi sosial juga mempunyai efek yang positif pada kesejahteraan emosional, kesehatan fisik, dan diprediksi dapat menurunkan resiko kematian. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya manusia

(2)

membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Interaksi sosial pun menjadi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi juga oleh kaum lansia.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh lansia kini banyak dilakukan melalui smartphone. Namun, kaum lansia kerap kali mengalami kesulitan saat menggunakan smartphone tersebut. Masalah yang terjadi kebanyakan adalah masalah teknis yang diakibatkan oleh banyaknya fitur yang ada di dalam sebuah smartphone, sehingga dibutuhkan sebuah alat bantu komunikasi yang mudah digunakan oleh lansia. Tidak hanya mudah digunakan, tapi diharapkan alat bantu komunikasi tersebut juga berisi fitur yang benar-benar diperlukan sehingga tidak membingungkan kaum lansia.

Kebutuhan lansia akan alat bantu komunikasi yang mudah digunakan pun mulai menjadi perhatian bagi beberapa pihak. Salah satu contoh pengembangan alat komunikasi bagi lansia adalah ponsel Chiva. Fungsi ponsel ini sangat sederhana yaitu hanya untuk SMS dan telpon saja. Selain itu, ponsel ini dilengkapi dengan tombol SOS yang dapat mengeluarkan suara sirine sambil menelpon ke nomor darurat yang sudah diprogram di dalam menu SOS. Menu ponsel ini pun hanya terdiri dari phonebook, messaging, call centre, settings, user profiles, SOS, extra seperti kalkulator, kalender, alarm, dan senter.

Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang juga membahas alat komunikasi yang ramah bagi kaum lansia. Claresta (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan tab sebagai alat komunikasi bagi lansia. Ukuran layar yang besar dan memungkinkan lansia untuk menulis secara langsung pesan yang akan dikirim menjadi nilai tambah dari tab ini. Selain itu, terdapat fitur video call, fitur pengenal suara, dan fasilitas internet. Penelitian lain juga dilakukan oleh Andreas (2013). Penelitian yang dilakukan adalah merancang interface atau tampilan dari ponsel Blackberry Bold agar mudah digunakan oleh lansia. Fitur yang dirancang dalam penelitian ini adalah fitur SMS dan telepon.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat jenis ponsel terus berkembang setiap tahunnya. Ponsel yang sifatnya fungsional, kini berubah menjadi smartphone atau dengan kata lain ponsel pintar yang dapat melakukan berbagai macam hal. Ciri khas dari smartphone adalah pengguna dapat dengan

bebas mengunduh aplikasi yang mereka butuhkan dan membuang aplikasi yang tidak dibutuhkan.

Namun, kemudahan ini justru menyulitkan kaum lansia. Kaum lansia memiliki kemampuan belajar dan beradaptasi dengan teknologi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak – anak muda. Oleh karena itu, banyak lansia yang merasa kesulitan dalam menggunakan dan mengoperasikan smartphone. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada enam orang lansia, diketahui bahwa permasalahan yang dialami oleh kaum lansia saat menggunakan smartphone adalah banyaknya aplikasi dan fitur yang membuat tampilan menu menjadi terlalu padat. Padatnya tampilan menu ini kerap kali membingungkan lansia saat hendak menggunakan smartphone mereka. Selain itu, aplikasi yang paling banyak digunakan juga hampir seragam yaitu telepon, SMS, kamera, media sosial, browser, e-mail, dan fitur dasar seperti kalender, alarm, senter dan kalkulator. Selain itu, smartphone juga dirasa kurang praktis dan sulit untuk dipelajari.

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh kaum lansia ini rupanya mulai dicari solusinya. Selain merancang ponsel khusus untuk lansia, beberapa pihak juga meluncurkan launcher yang dikhususkan untuk memudahkan penggunaan smartphone bagi kaum lansia. Launcher ini merupakan alternatif yang baik karena dapat digunakan pada segala tipe smartphone. Selain itu, launcher ini hanya mempengaruhi tampilan smartphone saja, namun data, fitur dan aplikasi yang telah ada di smartphone akan tetap ada. Endriga (2014) mengatakan ada tiga buah launcher yang memudahkan penggunaan smartphone bagi lansia. Ketiga launcher tersebut adalah Big, Necta, dan Wiser. Ketiga launcher ini dipilih berdasarkan jumlah unduhan terbanyak di Play Store serta jumlah penilaian terbanyak berupa bintang dari skala 1 sampai 5 .

(3)

Gambar 2. Launcher Necta

Gambar 3. Launcher Wiser

Berdasarkan review dari para

penggunanya, kekurangan yang banyak dikeluhkan adalah kekurangan dari segi tampilan seperti icon dan font yang terlalu kecil, kurangnya suatu icon tertentu, dan tampilan yang tidak bisa diubah oleh pengguna. Oleh karena itu, ketiga launcher ini akan dievaluasi dan kemudian akan dibuat sebuah launcher yang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan lansia.

Identifikasi Kebutuhan Smartphone Lansia

Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara untuk menentukan kebutuhan smartphone lansia. Wawancara dilakukan kepada sembilan orang lansia berusia ≥60 tahun dan telah menggunakan smartphone selama minimal tiga bulan. Terdapat tujuh aktivitas yang sering dilakukan menggunakan smartphone yaitu mengirim pesan, mengontak seseoang, mengambil gambar, melakukan pencarian di internet, alarm, membuka e-mail serta media sosial. Dari hasil wawancara juga diketahui kebutuhan lansia terhadap sebuah smartphone yaitu memiliki tampilan yang sederhana, bisa menggunakan video call, mudah dipelajari serta membutuhkan fitur SOS.

Usability Testing

Usability testing dilakukan untuk melihat performansi dari ketiga launcher yang telah ada. Menurut Rubin (2008), terdapat delapan langkah usability testing yaitu merencanakan rencana pengujian, menyiapkan lokasi

pengujian, mencari dan memilih partisipan, menyiapkan bahan – bahan pengujian, pengujian, review partisipan, analisis data hasil pengujian serta rekomendasi perbaikan. Adapun tujuan dari usability testing tersebut adalah:

1. Mengevaluasi tingkat kemampukaian launcher Big, Necta dan Wiser

2. Meningkatkan kualitas dan kemampupakaian launcher berdasarkan

hasil pengujian.

Sedangkan research question untuk penelitian ini adalah:

1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap task?

2. Berapa banyak kesalahan yang dilakukan responden saat melakukan setiap task? 3. Sebaik apa pemahaman responden

terhadap icon-icon yang terdapat pada launcher?

4. Kesulitan apa yang dialami responden saat melakukan setiap task?

5. Secara keseluruhan, bagaimana performansi dari launcher Big, Necta, Wiser?

Salah satu aspek penting dalam usability testing adalah task list. Pada penelitian ini terdapat enam buah task list yaitu:

1. Mencari, membuka aplikasi Whatsapp dan kembali ke tampilan home.

2. Menyimpan nomor telepon di kontak, lalu mengirimkan pesan singkat.

3. Menambahkan kontak ke dalam panggilan SOS atau favorite people.

4. Mencari nomor telepon di kontak, lalu meneleponnya.

5. Mengambil foto menggunakan kamera, dan membukanya melalui fitur gallery.

6. Menyetel alarm pada pukul 07.00

Untuk mengukur performansi produk melalui keenam task ini, maka diperlukan beberapa data yang harus dikumpulkan. Terdapat dua buah jenis data yaitu data kuantitatif berupa waktu penyelesaian task serta jumlah kesalahan yang dilakukan responden. Selain data kuantitatif, data kualitatif yang dikumpulkan adalah kesulitan yang dialami, komentar serta jenis kesalahan.

Terdapat lima buah kriteria yang digunakan untuk menilai usability dari produk yaitu:

1. Efficiency : persentase keberhasilan pengerjaan task di bawah waktu standar 2. Effectiveness : persentase keberhasilan

(4)

3. Satisfaction : kuisioner SUS pertanyaan nomor 9, komentar yang dikatakan.

4. Learnability : kuisioner SUS pertanyaan nomor 4, 7, 10

5. Usefulness : kuisioner SUS pertanyaan nomor 1, 3

Setelah task list siap, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pengujian. Peralatan ini berupa lembar – lembar pengujian, alat perekam serta produk yang akan diuji. Seluruh peralatan ini harus disiapkan dengan baik agar pada saat pengujian, pengujian dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala. Pada saat pengujian, urutan launcher yang akan diuji ditentukan oleh matriks Latin Square Method. Hal ini bertujuan untuk mencegah bias.

Tabel 1. Latin square method

Responden ke- Urutan Launcher

1 B N W 2 N W B 3 W B N 4 B N W 5 N W B 6 W B N 7 B N W 8 N W B 9 W B N

Pada saat pengujian, responden diberikan waktu sekitar 10 menit untuk mencoba produk yang akan diuji. Kemudian, pengujian pun dilakukan. Setelah pengujian pada satu launcher selesai, maka responden harus mengisi kuisioner SUS untuk menilai produk tersebut. Setelah selesai, pengujian untuk produk kedua pun dilakukan, dan seterusnya. Jika pengujian telah selesai, maka akan dilanjutkan dengan melakukan wawancara akhir.

Hasil Usability Testing pada Launcher Big, Necta dan Wiser

Dari pengujian, data kuantitatif pertama yang dikumpulkan adalah watu penyelesaian task. Waktu penyelesaian task ini kemudian dibandingkan dengan waktu standar yang telah ditetapkan. Waktu standar ini telah dikalikan dengan penyesuaian. Metode penyesuaian yang digunakan adalah metode Schumard dengan nilai penyesuaian 100 (super fast). Waktu standar tersebut kemudian dibandingkan dengan waktu penyelesaian task pada setiap responden. Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase keberhasilan pengerjaan task Task

Persentase Keberhasilan Pengerjaan Task di Bawah Waktu Standar

Big Necta Wiser

1 0% 0% 11,1%

2 0% 0% 55,5%

3 0% 0% 0%

Tabel 2. Persentase keberhasilan pengerjaan task

Task

Persentase Keberhasilan Pengerjaan Task di Bawah Waktu Standar

Big Necta Wiser

4 0% 0% 0%

5 11,1% 11,1% 0%

6 0% 0% 0%

Rata-rata 1,85% 1,85% 11,1%

Selain waktu penyelesaian, data kuantitatif lain yang dikumpulkan adalah jumlah kesalahan. Tabel 3 menunjukkan rata – rata jumlah kesalahan per task per launcher serta persentase keberhasilan penyelesaian task tanpa kesalahan

Tabel 3. Jumlah kesalahan Task 1 2 3 4 5 6 Launcher Big Rata - Rata 0,33 1,56 2,11 0,89 1,11 2,22 Persentase Keberhasilan 56% 0% 11% 33% 33% 0% Rata-rata Persentase Keberhasilan 22%

Launcher Necta

Rata - Rata 0,33 2,22 1,22 1,44 1,56 1,44 Persentase

Keberhasilan 67% 0% 33% 22% 11% 33% Rata-rata Persentase Keberhasilan 28%

Launcher Wiser

Rata - Rata 0,11 2,56 0,89 0,56 1,00 2,11 Persentase

Keberhasilan 11% 0% 33% 67% 33% 0% Rata-rata Persentase Keberhasilan 24%

Data kuantitatif ketiga yang diambil adalah nilai kuisioner SUS. Nilai SUS untuk launcher Big adalah 49,72; launcher Necta adalah 66,38; dan launcher Wiser adalah 51,11.

Selain data kuantitatif, data kualitatif juga dikumpulkan melalui komentar, kesulitan atau kendala yang dialami, serta jenis kesalahan yang dilakukan responden. Setiap kendala, jenis kesalahan serta komentar digabungkan kemudian diolah menjadi usability problem. Usability problem ini kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan. Dari hasil pengolahan, didapatkan bahwa dari launcher Big didapatkan 11 usability problem dan 10 kebutuhan, launcher Necta 15 usability problem dan 13 kebutuhan, serta launcher Wiser sebanyak 10 usability problem dan 8 kebutuhan. Daftar kebutuhan ini kemudian

(5)

direkapitulasi sehingga menghasilkan 17 usability problems dan 15 kebutuhan.

Identifikasi Kebutuhan Launcher

Setelah usability testing selesai dilakukan, wawancara pun kembali dilakukan. Wawancara ini berguna untuk mengetahui kesan responden setelah menggunakan launcher. Pertanyaan yang ditanyakan meliputi kesan, kesulitan yang dialami, kelebihan serta kekurangan launcher. Dari wawancara ini kemudian didapatkan tujuh buah kebutuhan launcher yang dibutuhkan lansia.

Tabel 4. Daftar kebutuhan hasi identifikasi kebutuhan launcher

No Daftar Kebutuhan

1 Launcher memiliki berbagai macam warna

2 Menggunakan Bahasa Inggris

3 Terdapat fitur yang dapat menampilkan informasi pribadi

4 Pemberian nama icon menggunakan istilah yang umum dipakai

5 Membutuhkan fitur SOS

6 Bentuk tampilan menu berupa matriks 7 Launcher mudah dipelajari

Dari hasil wawancara identifikasi smartphone, usability testing serta identifikasi launcher telah didapatkan daftar kebutuhan. Daftar kebutuhan ini kemudian direkapitulasi sehingga menghasilkan total 24 kebutuhan. Tabel 5. Daftar kebutuhan launcher

No Daftar Kebutuhan

1 Memiliki tampilan yang lebih sederhana 2 Ingin bisa menggunakan video call 3 Lebih mudah dipelajari

4 Membutuhkan fitur SOS 5 Icon harus mudah dimengerti

6 Setiap icon dilengkapi dengan keterangan nama

7 Memisahkan fungsi tambah kontak, daftar kontak, dan dialer

8 Menyediakan fungsi khusus untuk tambah kontak

9 Membuat fitur penambahan kontak yang sederhana dan mudah digunakan 10 Membuat nama icon menjadi lebih mudah

dipahami

11 Membuat fitur SMS menjadi lebih mudah digunakan

12 Membuat fitur SOS yang sederhana dan mudah digunakan

13 Penamaan fitur dibuat konsisten

14 Fitur untuk membuat panggilan dibuat lebih sederhana

15 Penggambaran icon dibuat lebih terlihat 16 Icon dibuat lebih jelas dan diberi keterangan 17 Fitur kamera dibuat lebih sederhana 18 Meletakkan alarm di luar menu 19 Fitur alarm dibuat lebih sederhana

20 Launcher memiliki berbagai macam warna

21 Menggunakan Bahasa Inggris

22 Terdapat fitur yang dapat menampilkan informasi pribadi

23 Pemberian nama icon menggunakan istilah yang umum dipakai

24 Bentuk tampilan menu berupa matriks

Perancangan Launcher Smartphone Lansia

Daftar kebutuhan tersebut kemudian digunakan untuk merancang sebuah launcher baru. Launcher ini terdiri dari delapan fitur utama yaitu My Contacts, Dialer, SMS, My Number, SOS, Camera, My Apps, dan All Menu.

Gambar 4. Tampilan home launcher Fitur pertama adalah My Contacts. Gambar 5 menunjukkan tampilan yang muncul saat menu My Contacts ditekan.

(a) (b) (c) Gambar 5. Tampilan Fitur My Contacts (a), Tampilan Kontak (b), Tampilan saat Melakukan

Panggilan (c)

Fitur My Contacts merupakan menu yang berisi daftar kontak. Melalui fitur ini user dapat mengakses daftar kontak kemudian melakukan panggilan. Selain daftar kontak, juga terdapat tombol untuk mengakses nomor telepon secara manual melalui Dialer. Saat suatu kontak ditekan, maka tampilan (b) akan muncul.

(6)

(a) (b)

Gambar 6. Tampilan Fitur Dialer (a), Tampilan Add

Contacts (b)

Fitur Dialer merupakan fitur yang berguna untuk memasukkan nomor secara manual. Gambar 6 (b) menunjukkan tampilan yang muncul saat user menyimpan sebuah nomor. Nomor yang sudah dimasukkan akan otomatis muncul, dan user hanya perlu memasukkan nama kontak. Setelah itu, kontak pun akan langsung masuk ke daftar kontak.

Fitur selanjutnya adalah menu SMS. Fitur ini merupakan fitur yang digunakan untuk mengirimkan pesan. Gambar 7 menunjukkan tampilan yang akan muncul saat user akan mengirimkan pesan. Kontak penerima pesan dapat dicari melalui My Contacts ataupun menginput secara manual.

(a) (b) (c)

Gambar 7. Tampilan Inbox (a), Tampilan Pesan Masuk (b), Tampilan Write New (c),

Salah satu fitur baru yang ada di launcher ini adalah fitur My Number. Fitur ini merupakan fitur yang berisikan info pribadi user seperti nama, alamat serta nomor telepon.

(a) (b)

Gambar 8. Tampilan Fitur My Number (a), Tampilan

Edit My Number (b)

Selain My Number, fitur baru lainnya adalah SOS. Fitur ini merupakan fitur yang digunakan untuk melakukan panggilan apabila terjadi suatu keadaan darurat. Untuk menambahkan kontak, user cukup menekan icon Add Contacts. User pun akan diminta untuk menginput kontak berdasarkan My Contacts atau menginput nomor secara manual.

(a) (b) (c)

Gambar 9. Tampilan Menu SOS (a), Tampilan Input Kontak (b) Tampilan SOS (c)

Fitur keenam adalah camera. Tampilan fitur ini pun dibuat dengan sederhana. Jika user ingin mengambil sebuah gambar atau video, user dapat menekan icon Camera pada bagian home. Pada bagian bawah tampilan, terdapat beberapa buah menu yaitu (mulai dari kiri ke kanan), home untuk kembali ke tampilan home, video camera, camera, dan gallery.

(a) (b)

Gambar 10. Tampilan Camera (a), Tampilan

Gallery (b)

Fitur My Apps merupakan fitur yang digunakan untuk menyimpan aplikasi atau fitur yang paling sering digunakan oleh user. Fitur ini berguna untuk mengatasi kendala user dalam menemukan suatu aplikasi di dalam tampilan menu smartphone. Untuk menambahkan aplikasi ke dalam My Apps ini, user cukup menekan icon Add Apps, lalu user akan masuk ke tampilan Menu, memilih aplikasi yang diinginkan, dan secara otomatis aplikasi tersebut akan masuk ke My Apps.

(7)

Gambar 11. Tampilan fitur My Apps Seluruh menu yang ada di smartphone user tersimpan pada menu ini. Pada bagian ini, terdapat fitur pencarian apps untuk memudahkan pencarian. Setiap apps yang ada juga dilengkapi dengan logo dan nama agar dapat dengan mudah diketahui oleh user.

Gambar 12. Tampilan Menu

Hasil Usability Testing pada Launcher Hasil Rancangan

Launcher yang telah dirancang pun kemudian diujikan dengan menggunakan metode usability testing. Pengujian ini bertujuan untuk menilai usabilitas dari launcher. Pengujian dilakukan dengan menggunakan task list serta responden yang sama dengan pengujian sebelumnya. Data yang diambil berupa waktu penyelesaian task, jumlah kesalahan serta nilai SUS. Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian pada ketiga launcher pertama. Tabel 6. Perbandingan Hasil Pengujian

Kriteria Rata-Rata Kesim-

pulan B N W Baru Efficiency 1,85% 1,85% 11,1% 46% Naik Effective- ness 22% 28% 24% 65% Naik Satisfaction 49,72 66,38 51,11 69,17 Naik Learnability Usefulness

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa launcher hasil rancangan memiliki performansi serta usability yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Andreas, Y. (2013). Perancangan User

Interface Telepon Genggam Lansia

Berdasarkan Analisis Uji Kemampupakaian (Usability Testing). Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri – UNPAR. Bandung.

Claresta, J. (2012). Desain Alat Komunikasi Pendukung Interaksi Sosial Lansia berdasarkan Usability, Safety, and Attractiveness Participatory (USAP) Design Model. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri – UNPAR. Bandung.

Endriga, J. (2014). Top 3 Simpe Android Launcher Apps For The Elderly or

Visually-Challenged. Diunduh dari :

www.thebitbag.com/top-3-simple-android- launcher-apps-for-the-elderly-or-visually-challenged/83644

Jose, A. (2015). 2015, Pengguna Smartphone Di Indonesia Capai 55 Juta. Diunduh dari : techno.okezone.com/read/2015/09/19/57/1 217340/2015-pengguna-smartphone-di-indonesia-capai-55-juta

Librianty. A. (2015). 4 Pilihan Ponsel Khusus untuk Lansia. Diunduh dari : tekno.liputan6.com/read/2159939/4-pilihan-ponsel-khusus-untuk-lansia?p=2

Nova, A. (2013). Studi Kasus #7 : Eksternal dan Internal Trend di Telekomunikasi Indonesia. Diunduh dari : http://www.manajementelekomunikasi.org/2

013/03/studi-kasus-7-10-trend-di-telekomunikasi.html

Nurwahidah. (2010). Memaksimalkan Pemberdayaan Diri pada Lansia. Diunduh dari http://poltekkes-mataram.ac.id/cp/wp-

content/uploads/2015/08/2.-nurwahidah_jurnal-non-penelitian.doc Rubin, J., Chisnell, D. (2008). Handbook of

Usability Testing: How to Plan, Design, and Conduct Effective Tests, 2nd Edition., Wiley Publishing, Inc, Indiana.

Rusdi, I., Sanjaya, A. (2012). Hubungan Interaksi Sosial dengan Kesepian pada Lansia. Jurnal Keperawatan Holistik, 26-31.

Diunduh dari http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/article/vi

ew/313/189

Sutriyanto, E. (2016). Tahun 2025, Indonesia Diprediksi Memiliki Jumlah Lansia Terbesar di Dunia. Diunduh dari : www.tribunnews.com/kesehatan/2015/05/2

(8)

7/tahun-2025-indonesia-diprediksi-memiliki-jumlah-lansia-terbesar-di-dunia

Wardhana, H. (2014). Mereka Lansia, Mereka Berdaya. Diunduh dari : http://www.kompasiana.com/wardhanahend

Gambar

Tabel 2. Persentase keberhasilan pengerjaan task  Task
Gambar 4. Tampilan home launcher
Gambar 6. Tampilan Fitur Dialer (a), Tampilan Add  Contacts (b)
Gambar 11. Tampilan fitur My Apps

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran tipe TAI mempunyai beberapa kelemahan antara lain; (a) pada kelas dengan jumlah mahasiswa banyak, intensitas dan frekuensi pembimbingan terhadap mahasiswa secara

Penggunaan pipa yang begitu banyak yaitu 396 nomor pipa dalam Water Net pada kondisi eksisting, sehingga perlu dilakukan simulasi kondisi jaringan alternatif seandainya pada

Bapak Ghazali (Alm) mengamanahkan tanah wakaf tersebut diperuntukkan khusus kepentingan pendidikan Muhammadiyah. Berdasarkan amanah beliau maka pada tahun 1963/1964

[r]

c) Kemampuan untuk mendesain suatu sistem, komponenatau proses untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan memenuhi kendala-kendala yang realistik seperti

a) 6 Peserta finalist akan tampil di panggung secara bersama dalam satu regu. b) Ucapan salam disampaikan oleh pensyarah di awal dan di akhir penampilan. c) Urutan

Tabel 2.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak Bank Secara Individu.. (dalam

Pada menopause konversi terbanyak androgen menjadi estrogen terjadi di jaringan adiposa sehingga sering diasumsikan bahwa wanita dengan obesitas atau berat badan lebih yang