• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembar Fakta Fact Sheet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lembar Fakta Fact Sheet"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAKMURAN HIJAU:

Mengurangi Kemiskinan Melalui Dukungan

Terhadap Komitmen Indonesia untuk

Pertumbuhan Ekonomi Rendah Karbon

GREEN PROSPERITY:

Reducing Poverty by Supporting

Indonesia’s Commitment to

Low-Carbon Economic Growth

Perjanjian Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) dengan Pemerintah Indonesia tentang bantuan hibah sebesar US$ 600 juta yang berlaku selama lima tahun dirancang untuk mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui tiga proyek: Proyek Kemakmuran Hijau, Proyek Nutrisi Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Anak Pendek; dan Proyek Modernisasi Pengadaan.

Penduduk miskin di Indonesia sebagian besar berada di daerah pedesaan yang kaya sumber daya alam. Namun demikian, tingginya dampak dari penebangan kayu ilegal, konversi (pengalihan fungsi) lahan untuk pertanian dan pertambangan, dan praktek-praktek penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan lainnya dapat mengancam kemampuan negara untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Ketidakjelasan dalam hal perijinan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam, serta belum jelasnya batas-batas yurisdiksi antar desa, menghambat investasi dan menjadi kendala bagi kemampuan Pemerintah Indonesia untuk mengelola sumber daya alam yang kritis secara efektif.

Kemakmuran Hijau, merupakan proyek terbesar dalam Perjanjian Hibah Compact Indonesia, untuk mencari solusi dalam mengatasi kendala utama pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung komitmen rendah karbon secara berkelanjutan dari Pemerintah Indonesia dimasa mendatang. Sebagai suatu proyek yang ambisius dan terfokus, Kemakmuran Hijau berupaya untuk memenuhi prioritas utama pembangunan Indonesia termasuk meningkatkan akses terhadap energi bersih yang handal di kawasan pedesaan, dan meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam secara berkelanjutan.

Apa yang dimaksud dengan Proyek

Kemakmuran Hijau?

Meskipun Pemerintah Indonesia telah berusaha mengatasi permasalahan terkait, namun Indonesia masih menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Mayoritas emisi gas rumah kaca berasal dari deforestasi, hilangnya lahan gambut, dan perubahan penggunaan lahan lainnya. Disamping itu laju pertumbuhan emisi dari sumber energi dan industri juga berkembang sangat cepat. Sebagian besar penduduk Indonesia khususnya yang tinggal di daerah pedesaan yang terpencil masih menghadapi kendala kurangnya sumber tenaga listrik yang handal atau

The Millennium Challenge Corporation’s five-year, $600 million compact with Indonesia is designed to reduce poverty by promoting economic growth through three projects: the Green Prosperity Project; the Community-Based Nutrition to Prevent Stunting Project; and the Procurement Modernization Project.

The majority of Indonesia’s poor live in rural areas that are rich in natural resources, but high-impact and illegal logging, land conversion for agriculture and mining, and other unsustainable land use practices threaten the country’s ability to sustain economic growth and reduce poverty. Lack of clarity about land and natural resource use licensing and the jurisdictional boundaries of villages deters investment and impedes the Government of Indonesia’s ability to effectively manage critical natural resources.

Green Prosperity, the largest project of the Indonesia Compact, seeks to address these critical constraints to economic growth while supporting the Government of Indonesia’s commitment to a more sustainable, less carbon-intensive future. An ambitious and focused project, Green Prosperity seeks to address some of Indonesia’s most critical development priorities, including increasing access to clean and reliable energy in rural areas and improving stewardship of natural assets.

What is the Green Prosperity

Project?

Despite the Government of Indonesia’s efforts to address the problem, Indonesia remains among the world’s top emitters of greenhouse gases. The majority of greenhouse gas emissions result from deforestation, loss of peatlands, and other land use changes, but emissions from energy and industrial sources are growing rapidly. Many Indonesians, especially in remote rural areas, suffer from a lack of reliable electricity or depend on expensive and unreliable diesel generation.

Lembar Fakta

(2)

bergantung pada pembangkit listrik diesel yang mahal dan tidak handal

Dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan penduduk miskin Indonesia di kabupaten-kabupaten yang menjadi sasaran, dana hibah Compact dari MCC sebesar US$332,5 juta untuk Proyek Kemakmuran Hijau akan menyediakan pendanaan komersial dan hibah untuk membantu meningkatkan mobilisasi investasi yang lebih besar dari sektor swasta dalam bidang energi terbarukan dan untuk meningkatkan praktek penggunaan lahan yang berkelanjutan. Proyek ini juga akan menyediakan bantuan teknis untuk mendukung penyiapan proyek, meningkatkan perencanaan tataguna lahan, dan memperkuat kapasitas lokal dan regional untuk mengejar pembangunan karbon rendah. Investasi-investasi Proyek Kemakmuran Hijau akan mendukung dan memperkuat sejumlah tujuan yang saling menunjang dan berpihak pada masyarakat (lihat gambar di bawah) untuk meningkatkan penggunaan energi secara produktif serta untuk melindungi daerah aliran sungai, dan sumberdaya terbarukan lainnya sebagai sumber energi. Kabupaten-kabupaten yang memenuhi persyaratan akan menerima bantuan untuk melakukan pemutakhiran rencana tata ruang dan inventarisasi tataguna lahan, sehingga dapat memastikan bahwa proyek-proyek yang dibiayai oleh Proyek Kemakmuran Hijau telah diidentifikasi dan dikembangkan berdasarkan pada data tataguna lahan yang akurat dan transparan serta memberikan manfaat terhadap efektifitas pelayanan jasa ekosistem yang kritis. Seiring dengan itu, juga akan dilakukan investasi dalam peningkatan kapasitas dan pengelolaan ilmu pengetahuan, atau “pengetahuan hijau”, yang ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.

Model Konseptual

In an effort to increase incomes of Indonesia’s poor in targeted districts, the MCC-funded $332.5 million Green Prosperity Project will provide commercial and grant financing to help mobilize greater private sector investment in renewable energy and sustainable land use practices. The project will also provide technical assistance to support project preparation, improve land use planning, and strengthen local and regional capacity to pursue low carbon development. Green Prosperity Project investments will support a number of mutually-reinforcing, community-based objectives (see figure below) that promote productive use of energy, and protect watersheds and other renewable resources from which energy can be derived.

Eligible districts will receive assistance in updating spatial plans and land use inventories to ensure that projects funded by Green Prosperity are identified and developed based on accurate, transparent land use data and efficient use of critical ecosystem services. Complementary investments in capacity building and knowledge management, or “green knowledge,” are intended to improve the project’s long-term effectiveness and sustainability.

(3)

Siapa yang terlibat di dalam Proyek

Kemakmuran Hijau?

Pemangku kepentingan dan sponsor proyek yang diharapkan terlibat adalah instansi-instansi pemerintah daerah; perusahaan swasta dalam sektor energi terbarukan, pertanian, kehutanan dan bidang perairan; lembaga keuangan; petani kecil; dan organisasi non-pemerintah baik lokal maupun internasional, termasuk organisasi yang mewakili kelompok-kelompok perempuan dan kelompok-kelompok rentan.

Sebagai contoh, Proyek Kemakmuran Hijau bertujuan untuk bekerjasama dengan para pengembang proyek dan penyedia teknologi untuk membuat solusi energi terbarukan yang inovatif yang dapat menjangkau daerah pedesaan yang belum mendapat aliran listrik yang memadai. Proyek tersebut juga dimaksudkan untuk bekerjasama dengan pelaku utama industri pengolahan dalam bidang pertanian dan kehutanan secara berkelanjutan dalam rangka membantu petani meningkatkan produktivitas dan melaksanakan praktek penggunaan lahan yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, kegiatan ini akan meningkatkan pendapatan dan mengurangi tekanan pada hutan-hutan dan kawasan lahan gambut serta melindungi daerah aliran sungai di Indonesia.

Bagaimana Proyek Kemakmuran Hijau

akan dilaksanakan?

Proyek Kemakmuran Hijau terdiri atas empat kegiatan inti: fasilitas investasi, perencanaan penggunaan lahan secara partisipatif, bantuan teknis dan pengawasan, serta peningkatan kapasitas “pengetahuan hijau”. Fasilitas investasi, merupakan Fasilitas Kemakmuran Hijau, dan menjadi inti kegiatan proyek dan akan menyediakan bantuan hibah dan pendanaan komersial untuk mendukung proyek pengembangan ekonomi yang terbagi dalam dua tema:

• Energi terbarukan, yang mencakup pembangkit listrik skala kecil (kurang dari 10 megawatt) yang bersumber dari tenaga air dan dari limbah pertanian, biogas, dan tenaga surya.

• Penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, yang mencakup pertanian, kehutanan, perikanan dan pengelolaan daerah aliran sungai.

Semua proyek yang dibiayai oleh Fasilitas Kemakmuran Hijau harus memenuhi kriteria investasi yang tercantum dalam Perjanjian Hibah Compact Indonesia, termasuk persyaratan pokok MCC bahwa proyek-proyek tersebut harus mampu meningkatkan pendapatan penduduk Indonesia di daerah sasaran dan menunjukkan tingkat pengembalian ekonomi (ERR) minimal 10 persen, serta memastikan akses yang setara terhadap manfaat proyek bagi kelompok perempuan dan kelompok-kelompok rentan.

Who is involved in the Green Prosperity

Project?

Key stakeholders and potential project sponsors are expected to include local governments and institutions; private enterprises in the renewable energy, agriculture, forestry, and water sectors; financial institutions; smallholder farmers; and local and international non-governmental organizations, including those representing women and vulnerable groups.

For example, the Green Prosperity Project aims to work with project developers and technology providers to make innovative renewable energy solutions available to underserved rural areas. The project also intends to work with industry leaders in sustainable agriculture and forestry to help smallholder famers improve productivity and implement more environmentally responsible land use practices. This activity will increase incomes while reducing pressure on Indonesia’s forests and peatlands and protecting watersheds.

How will the Green Prosperity Project

be implemented?

The Green Prosperity Project consists of four core activities: an investment facility, participatory land-use planning, technical assistance and oversight, and “green knowledge” capacity-building.

The investment facility, known as the Green Prosperity Facility, is the project’s centerpiece activity and will provide commercial and grant financing to support economic development projects in two thematic areas:

• Renewable energy, including small operation (less than 10 megawatts) hydropower and bio-waste (agricultural waste) to energy, biogas, and solar. • Sustainable land use and natural resource

management, including sustainable agriculture, forestry, fisheries, and watershed management.

All projects funded by the Green Prosperity Facility must meet the investment criteria outlined in the Indonesia Compact, including MCC’s principal requirement that projects increase the income of Indonesians in targeted areas and demonstrate an economic rate of return (ERR) of at least 10 percent, as well as ensure equal access for women and vulnerable groups to project benefits.

(4)

Proyek-proyek yang dibiayai oleh Fasilitas Kemakmuran Hijau juga harus konsisten dengan ketentuan pengamanan lingkungan dan sosial seperti yang tercantum dalam Pedoman Lingkungan dan Kebijakan Gender MCC; peraturan dan standar Indonesia yang relevan; dan praktek terbaik internasional. MCC bermaksud untuk mengembangkan kriteria investasi tambahan sebelum diluncurkannya Fasilitas Kemakmuran Hijau.

Pemerintah Indonesia, melalui Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-I), lembaga akuntabel yang bertanggungjawab untuk mengelola Compact, akan mengangkat Manajer Fasilitas yang independen untuk mengawasi Fasilitas Kemakmuran Hijau dan memonitor pelaksanaan dari semua pinjaman dan hibah. Manajer Fasilitas Kemakmuran Hijau akan membuat komitmen investasi untuk meninjau dan menyetujui permohonan pendanaan melalui proses yang bersaing dan transparan.

Di mana Proyek Kemakmuran Hijau akan

dilaksanakan?

Proyek Kemakmuran Hijau akan berkonsentrasi pada provinsi-provinsi dan kabupaten-kabupaten yang memiliki potensi tinggi untuk mencapai pengentasan kemiskinan dan tujuan pelestarian lingkungan. Provinsi-provinsi yang dicalonkan meliputi Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Provinsi-provinsi tersebut dipilih berdasarkan berbagai indikator sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan, termasuk tingkat kemiskinan, potensi energi terbarukan, potensi pertumbuhan ekonomi, tata kelola pemerintahan, tutupan hutan yang signifikan dan lahan gambut yang terancam degradasi atau kerusakan. MCC dan Pemerintah Indonesia telah sepakat untuk memulai Proyek Kemakmuran Hijau di dua kabupaten sebagai pemula di Provinsi Jambi dan Sulawesi Barat. Konsisten dengan pendekatan pengelolaan daerah aliran sungai, akan dipilih satu kabupaten dataran tinggi dan satu kabupaten dataran rendah di setiap provinsi sebagai berikut:

Provinsi dan Kabupaten Permulaan

Green Prosperity-funded projects must also include appropriate environmental and social safeguard measures consistent with MCC’s Environmental Guidelines and Gender Policy, relevant Indonesian regulations and standards, and international best practice. MCC intends to develop additional investment criteria prior to the launch of the Green Prosperity Facility.

The Government of Indonesia, through Millennium Challenge Account-Indonesia, the accountable entity responsible for administering the Compact, will hire an independent facility manager to oversee the Green Prosperity Facility and monitor the performance of all loans and grants. The Green Prosperity Facility manager will establish an investment committee to review and approve funding applications through a competitive and transparent process.

Where will the Green Prosperity Project

be implemented?

The Green Prosperity Project will concentrate in provinces and districts that have high potential for achieving poverty alleviation and environmental objectives. Candidate provinces include Riau, Jambi, West Sumatra, South Sumatra, Bengkulu, West Sulawesi, South Sulawesi, Southeast Sulawesi, West Kalimantan, East Kalimantan, West Nusa Tenggara and East Nusatenggara.

These provinces were selected based on a range of social, economic, environmental, and institutional indicators, including poverty levels, renewable energy potential, economic growth potential, governance, significant forest cover, and peatlands under threat of degradation or destruction.

MCC and the Government of Indonesia have agreed to initiate the Green Prosperity Project in two “starter” districts in Jambi and West Sulawesi. Consistent with a river basin management approach, the starter districts will include one upland and one lowland district in each province, as follows:

Starter Provinces and Districts

Province Provinsi

Upland District Kabupaten Dataran

Tinggi

Lowland District Kabupaten Dataran

Rendah

Jambi Merangin Muaro Jambi

West Sulawesi Sulawesi Barat Mamasa Mamuju

Keikutsertaan provinsi dan kabupaten lainnya dalam Proyek Kemakmuran Hijau tunduk kepada kesepakatan bersama antara MCC dan Pemerintah Indonesia berdasarkan hasil penilaian kesiapan daerah. Agar suatu Kabupaten dapat dipilih, penataan ruang provinsi atau kabupaten tersebut

Inclusion of other provinces and districts in the Green Prosperity Project is subject to mutual agreement between MCC and the Government of Indonesia based on the results of a district readiness assessment. For Districts to be selected, there must

(5)

harus sudah disetujui oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang. Mereka juga harus setuju untuk memberikan informasi tentang

penggunaan lahan dan proses perijinan secara transparan dan dapat diakses oleh MCC, badan perencanaan pemerintah yang terkait, dan masyarakat umum.

Kemakmuran Hijau adalah proyek inovatif untuk memerangi kemiskinan yang mendukung prioritas perekonomian dan lingkungan Indonesia, dengan maksud membangun model pembangunan yang baru dan berjangka panjang untuk pengembangan, pendanaan, dan pelaksanaan proyek pertumbuhan hijau pada tingkat lokal. Proyek ini akan membantu merangsang investasi yang lebih besar dari sektor swasta dalam strategi pertumbuhan rendah karbon untuk Indonesia, memacu kewirausahaan lokal melalui peluang yang muncul dalam bidang energi terbarukan dan praktek penggunaan lahan yang inovatif, dan membangun kapasitas yang lebih besar dan komitmen bersama sektor swasta, masyarakat sipil dan pemerintah terhadap asas pembangunan berkelanjutan.

Untuk informasi lebih lanjut, dapat memngunjungi alamat web-site:

www.mca-indonesia.go.id www.mcc.gov/indonesia

be either a District or Provincial Spatial Plan that has been approved by the government coordinating agency for spatial planning. They must also agree to make land-use information and licensing processes transparent and accessible to MCC, relevant government planning and service agencies, and the general public.

Green Prosperity is an innovative project to fight poverty that supports Indonesia’s economic and environmental priorities, with the intent of establishing a new and lasting model for developing, financing, and implementing green growth projects at the local level. The project will help catalyze greater private sector investment in low-carbon growth strategies for Indonesia, spur local entrepreneurship through emerging opportunities in renewable energy and innovative land use practices, and build greater capacity and commitment among government, civil society, and the private sector to the principles of sustainable development.

For More Information, Please visit Web-Site:

www.mca-indonesia.go.id www.mcc.gov/indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dilihat dari Loan Deposit Ratio (LDR) PT, Bank Negara Indonesia, Tbk pada periode empat tahun pengamatan (tahun 2004 sampai tahun 2008) terus mengalami peningkatan

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi

persyaratan yang ditentukan untuk suatu konstruksi bangunan di atasnya. Penelitian ini mencoba menganalisa besarnya pengaruh pemeraman pada tanah lempung dengan tambahan Cornice

Yang bukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki supervisor dalam menjalankan tugasnya adalah.... Gabungan beberapa orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Seorang pramusaji harus memiliki standar pelayanan yang khusus baik dari segi penampilan ( grooming), tata krama ( courtesy), keterampilan ( skill), dan memiliki jiwa melayani

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai tingkat kesuburan mangrove dan kandungan nitrat dan fosfat di sedimen yang ada keterkaitannya dengan

penelitian ini adalah agar dapat mengetahui efek pemberian anestesi inhalasi sevofluran terhadap perubahan frekuensi nadi selama intra anestesi sehingga perawat