MORFOMETRIK ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS
SEMEN KAMBING PE JANTAN MUDA YANG DIBERI
PAKAN JERAMI PADI DAN JERAMI KEDELAI
(Morphometric of Reproductive Organ and Semen Quality of Young Male
Etawah Grade Goat on Rice Straw and Soybean Straw Ration)
T.KOSTAMAN danI-K.SUTAMA
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT
Basic information on reproductive potency of young male Etawah Grade goat is necessary in order to identify the capacity of bucks in producing semen. Sixteen young male Etawah grade goats (± 6 months of age) were fed complete diet based on rice straw (K-JP) and soybean straw (K-JK) for 6 months. The male morphometric reproductive organs (testis diameter and scrotal circumference) were examined and semen was collected once a month using artificial vagina. Semen quality was evaluated. Results of this study indicated that morphometric reproduction of young male Etawah grade goat in two treatment groups was not significantly different (P > 0.05), but it was found that goat on K-JP treatment resulted in higher testis diameter and scrotal circumference than goat on K-JK. But fresh semen characteristic of young male Etawah grade goat on K-JK treatment was slightly higher than that on K-JP in terms of semen volume (0.61 ml), spermatozoa concentration (1.84 x 109 million/ml), percentage of spermatozoa motility (64%), and percentage live spermatozoa (77.07%). It is concluded that development of reproduction and fresh semen quality of young male Etawah grade goat was not influenced by feed treatment.
Key Words: Morphometric, Reproduction, Semen, Rice Straw, Soybean Straw
ABSTRAK
Informasi dasar potensi reproduksi pejantan kambing PE sangat dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan pejantan memproduksi semen dalam program IB. Penelitian dilakukan selama 6 bulan terhadap enam belas ekor kambing PE jantan muda (umur ± 6 bulan) yang diberi pakan komplit berbasis jerami padi (K-JP) dan jerami kedelai (K-JK). Morfometrik organ reproduksi jantan (diameter testis dan lingkar skrotum) diteliti, dan semen ditampung dengan vagina buatan satu kali dalam satu bulan serta di evaluasi kualitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfometrik organ reproduksi kambing PE jantan muda pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05), namun kambing PE jantan muda pada perlakuan K-JP cenderung mempunyai diameter testis kanan dan kiri, serta lingkar skrotum lebih besar dari kambing PE jantan muda pada perlakuan K-JK. Tetapi untuk karakteristik semen segar kambing PE jantan muda yang mendapat perlakuan K-JK lebih tinggi dari K-JP, yaitu volume semen (0,61 ml), konsentrasi spermatozoa (1,84 x 109/ml), persentase motilitas spermatozoa (64%) dan persertase spermatozoa hidup (77,07%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan organ reproduksi dan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan.
Kata Kunci: Morfometrik, Reproduksi, Semen, Jerami Padi, Jerami Kedelai
PENDAHULUAN
Ternak kambing yang tergolong jenis hewan herbivora, merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer di Indonesia dan memiliki banyak kelebihan.
dipelihara, dapat memanfaatkan berbagai jenis pakan baik hijauan maupun limbah hasil ikutan pertanian atau industri, mudah dikembang biakan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal investasi lebih kecil daripada ternak ruminansia besar.
Salah satu bangsa kambing lokal yang ada di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil kawin silang antara kambing Etawah dengan kambing Kacang dengan kinerja yang sangat beragam. Secara genetik, ternak ini berpotensi sebagai ternak penghasil daging dan susu, namun potensinya belum dikembangkan secara maksimal.
Untuk memacu kinerja dan produktivitas maksimal diperlukan seleksi calon pejantan yang berada dalam kondisi lingkungan kondusif. Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan sangat menentukan kinerja ternak yang sesuai dengan potensi genetiknya. Oleh karena itu, perbaikan mutu pejantan dapat didekati dengan perbaikan nutrisi sejak ternak berumur muda.
Informasi mengenai data dasar potensi reproduksi pejantan kambing PE belum banyak dilaporkan. Disisi lain data tersebut sangat dibutuhkan dalam menentukan kemampuan pejantan untuk memproduksi semen. Demikian pula halnya dengan informasi mengenai karakteristik semen segar sangat diperlukan dalam menentukan kebijakan proses pengolahan semen dalam upaya penyediaan semen cair dan beku. Dalam waktu yang relatif singkat, diharapkan penelitian ini dapat melengkapi data dasar reproduksi kambing lokal yang ada di Indonesia.
MATERI DAN METODE
Enam belas ekor kambing PE jantan muda dengan umur ± 6 bulan dan bobot hidup awal ± 16 kg digunakan dalam penelitian. Kambing dikelompokkan berdasarkan bobot hidup awal dan dibagi dalam dua kelompok perlakuan dengan delapan ulangan. Kambing dipelihara dalam kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.
Pakan perlakuan tersusun dari bahan dengan komposisi seperti dalam Tabel 1. Pakan K-JP adalah pakan komplit berbasis jerami padi dan K-JK adalah pakan komplit berbasis jerami kedelai. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3,5% dari bobot hidup berdasarkan bahan kering, serta disesuaikan setiap dua minggu sekali agar sejalan dengan kebutuhan. Penelitian dilakukan selama 180
hari dengan penimbangan bobot tubuh dua minggu sekali sebelum diberi makan pada pagi hari.
Pengamatan terhadap morfometri testis dan lingkar skrotum, meliputi (1) diameter testis, bagian terlebar testis kanan dan kiri (testis masih terbungkus skrotum). Diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan (2) lingkar skrotum, ukuran lingkar skrotum bagian tengah yang menyelaputi testis kanan dan kiri. Diukur dengan menggunakan pita ukur.
Tabel 1. Komponen ransum dan komposisi nutrien
Uraian K-JP K-JK
Bahan pakan (%) :
Jerami padi fermentasi 35,02 0
Jerami kedelai 0 35,02 Dedak padi 6,08 5,79 Pollard 5,35 5,21 Bungkil kelapa 5,64 6,51 Bungkil kedelai 12,30 11,58 Onggok 29,38 29,67 Molases 5,21 5,21 Mineral mix 1,01 1,01 Komposisi nutrien (% bahan kering)* Bahan kering 93,25 93,24 Protein kasar 14,23 13,72 Energi (Kcal/kg) 3293 3642 Serat kasar 16,57 19,55 Abu 16,50 9,56
* hasil analisa laboratorium Balitnak
Pengamatan karakteristik semen meliputi sifat fisik semen segar. Semen ditampung menggunakan vagina buatan dan penampungan semen setiap satu bulan sekali. Segera setelah ditampung, semen dievaluasi secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan dilakukan terhadap volume semen, warna semen, konsistensi (kekentalan) semen, persentase motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa (L/D), dan konsentrasi spermatozoa (TOELIHERE, 1993). Data yang diperoleh dianalisis dengan T-test (SUDJANA, 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik organ reproduksi
Hasil penelitian menunjukkan semua parameter morfometrik organ reproduksi tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan (Tabel 2). Rataan diamater testis kanan dan kiri kambing PE jantan muda berturut-turut 4,29 dan 4,25 cm.
Tabel 2. Diamater testis dan lingkar skrotum
kambing PE jantan muda (rataan ± standar deviasi) Parameter K-JP K-JK Diameter testis (cm) Kanan 4,33 ± 0,30a 4,26 ± 0,46a Kiri 4,25 ± 0,20a 4,24 ± 0,42a Lingkar skrotum (cm) 21,12 ± 1,08a 20,89 ± 2,06a
Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan BILASPURI dan SINGH (1992), bahwa kambing Malabari umur 11 bulan mempunyai ukuran testis 4,4 dan 4,34 cm masing-masing untuk testis kanan dan kiri. Sementara itu, PARTAMA (2000) melaporkan bahwa diameter testis kambing PE calon pejantan mempunyai ukuran sebesar 4,67 cm.
Perubahan diameter testis lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2, dimana perubahan diamater testis kanan dan kiri kambing PE jantan muda sejalan dengan meningkatnya umur. Ternak pada umur 7 hingga 12 bulan yang menerima pakan perlakuan K-JP memiliki diameter testis lebih besar.
Rataan lingkar skrotum tertinggi pada ternak yang mendapat pakan perlakuan K-JP (21,12 ± 1,08 cm), namun berbeda tidak nyata dengan pakan perlakuan K-JK (20,89 ± 2,06 cm). PARTAMA (2000) melaporkan bahwa kambing PE calon pejantan yang diberi ransum berprotein tinggi (14,4%) memiliki lingkar skrotum lebih besar daripada kambing yang diberi ransum berprotein rendah (9,7%).
Gambar 1. Pengaruh pakan perlakuan terhadap
perkembangan diameter testis kanan
Gambar 2. Pengaruh pakan perlakuan terhadap
perkembangan diameter testis kiri
Ukuran lingkar skrotum kamping PE (21,12 ± 1,08 cm) yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan lingkar skrotum kambing West African dwarf sebesar
3.8 4 4.2 4.4 4.6 4.8 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) Di ameter testi s k ir i ( cm) K-JP K-JK 3.8 4 4.2 4.4 4.6 4.8 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) D iam et er t est is k ir i ( cm ) K-JP K-JK 5,0 4,8 4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,8 4,6 4,4 4,2 4,0 3,8
20,4 cm (OYEYEMI et al., 2000), tetapi lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan PARTAMA (2000), bahwa kambing PE calon pejantan mempunyai ukuran lingkar skrotum sebesar 23,56 cm, kambing Creole sekitar 24,4 cm (DE LA VEGA dan WILDE, 2001), sedangkan kambing bangsa Santa Ines pada umur 240 hari mempunyai lingkar skrotum sebesar 29,85 cm (SANTANA et al., 2001). Perbedaan yang diperoleh dengan yang dilaporkan oleh peneliti sebelumnya diduga karena adanya perbedaan bangsa ternak penelitian (BELIBASAKI dan KOUIMTZIS, 2000; KRIDLI et al., 2002).
Gambar 3, menunjukkan perubahan lingkar skrotum kambing PE jantan muda sejalan dengan meningkatnya umur. Ternak pada umur 7 hingga 12 bulan yang menerima pakan perlakuan K-JP memiliki lingkar skrotum tertinggi.
Karakteristik semen segar
Kuantitas dan kualitas semen yang diperoleh menunjukkan karakteristik atau sifat fisik semen segar kambing PE (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan volume semen pada kambing PE yang mendapat pakan perlakuan K-JK ada kecenderungan lebih banyak dibandingkan dengan kambing PE yang diberi pakan perlakuan K-JP (0,61 vs 0,51 ml). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kandungan nutrien yang terdapat pada pakan perlakuan, dimana pakan perlakuan K-JK mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi dari pakan perlakuan K-JP. Hasil penelitian CHASE et al.
(1993) pada sapi jantan, memperlihatkan bahwa tingkat energi ransum berpengaruh pada pertumbuhan dan karakteristik reproduksi sapi. Tabel 3. Karakteristik semen segar kambing PE
jantan muda (rataan ± standar deviasi)
Parameter K-JP K-JK
Volume (ml) 0,51 ± 0,17a 0,61 ± 0,31a
Warna Krem Krem
Konsistensi Kental Kental
Motilitas spermatozoa (%) 60,30 ± 16,68a 64,00 ± 11,41a Spermatozoa hidup (%) 74,37 ± 15,12a 77,07 ± 12,05a Konsentrasi spermatozoa (x 109/ml) 1,70 ± 0,54a 1,84 ± 0,39a
Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Volume semen yang diperoleh pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan kambing West African dwarf 0,40 ml (OYEYEMI et al., 2000), tetapi lebih rendah dari hasil penelitian PARTAMA (2000) yaitu 0,76 ml pada kambing PE calon pejantan; dan 1,7 ml pada kambing lokal umur kurang dari satu tahun (WURLINA, 2000). Perbedaan hasil yang diperoleh dengan yang dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya diduga karena adanya perbedaan kondisi manajemen hewan penelitian terutama jenis pakan yang digunakan.
Gambar 3. Pengaruh pakan perlakuan terhadap perkembangan lingkar skrotum 14 16 18 20 22 24 26 6 7 8 9 10 11 12 Wakt u (bulan) K-JP K-JK
Warna, konsistensi, dan konsentrasi spermatozoa merupakan parameter yang saling berkaitan, karena warna semen ditentukan oleh kepadatan (konsentrasi) spermatozoa dan juga akan termanifestasikan pada konsistensi semen. Hasil yang diperoleh untuk perlakuan pakan K-JP dan K-JK, warna rata-rata krem, konsistensi rata-rata kental, dan konsentrasi spermatozoa rata-rata 1,7 x 109/ml (K-JP) dan 1,84 x 109/ml (K-JK). Menurut PARTAMA (2000) konsentrasi spermatozoaa kambing PE calon pejantan 1471,11 juta/ml. Hasil penelitian WURLINA (2000) pada kambing lokal umur kurang dari satu tahun konsentrasi spermatozoa 1952 juta/ml. Hasil evaluasi menunjukkan konsentrasi spermatozoa kambing PE muda lebih rendah daripada konsentrasi spermatozoa kambing PE dewasa yang mencapai 2931 juta/ml (WERDHANY, 1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan persentase motilitas spermatozoa untuk perlakuan pakan K-JP dan K-JK adalah 60,3% vs 64%, dan persentase spermatozoa hidup 74,37% vs 77,07%. PARTAMA (2000) melaporkan persentase motilitas spermatozoa kambing PE calon pejantan rata-rata 60,38% dan persentase spermatozoa hidup rata-rata
76,54%. Sementara itu, semen kambing lokal umur kurang dari satu tahun memiliki persentase motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup rata-rata 74,8% dan 75,2% (WURLINA, 2000). Menurut PARTAMA (2000), konsumsi energi metabolis berkorelasi positip dengan jumlah spermatozoa hidup pada kambing PE calon pejantan. Makin tinggi konsumsi energi metabolis makin tinggi persentase spermatozoa hidup yang mengikuti persamaan Y = 28,45 + 0,28X dengan r = 0,55.
Dari perhitungan statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan, sehingga untuk melihat hubungan antara morfometrik organ reproduksi dengan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda, data kedua perlakuan digabungkan (Tabel 4). Morfometrik organ reproduksi mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan karakteristik semen segar. Hasil yang sama dilaporkan DE LA VEGA dan WILDE (2001) pada kambing Creole dan KOSTAMAN et al. (2004) pada kambing jantan muda umur 11 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa morfometrik organ reproduksi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan ketika akan memilih kambing sebagai calon pejantan.
Tabel 4. Koefisien korelasi antar parameter
Uraian Volume semen Motilitas spermatozoa Spermatozoa hidup Konsentrasi spermatozoa Diameter testis Kanan 0,86 0,91 0,94 0,89 Kiri 0,83 0,97 0,96 0,91 Lingkar skrotum 0,92 0,86 0,87 0,98 KESIMPULAN
Perkembangan morfometrik organ reproduksi dan karakteristik semen segar kambing PE jantan muda tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan, tetapi ada kecenderungan kambing yang diberi pakan K-JP perkembangan organ reproduksi lebih cepat besar dibandingkan dengan pakan K-JK. Sementara itu, untuk karakteristik semen segar terjadi kebalikannya kambing yang mendapat pakan K-JK untuk semua parameter cenderung lebih
DAFTAR PUSTAKA
BELIBASAKI, S. and S. KOUIMTZIS. 2000. Sexsual activity and body and testis growth in prepubertal ram lambs of Friesland, Chios, Karagouniki and Serres dairy sheep in Greece.
Small Rumin. Res. 37:109 – 113.
BILASPURI,G.S. and K.SINGH. 1992. Developmental changes in body weight and testicular characteristics in Malabari goat kids.
CHASE,C.C.,JR.,R.E.LARSEN,A.C.HAMMOD, and R.D. RANDEL. 1993. Effect of dietary energy on growth and reproductive characteristics of Angus and Senepol bulls during summer in Florida. Theriogenology 40: 43 – 61.
DE LA VEGA, A.C. and R.RY.O.R. WILDE. 2001. Correlation of scrotal circumference with some seminal quality parameters in Creole goat. Zootecnia Trop. 19: 455 – 463.
KOSTAMAN,T.,I.HERDIAWAN,M.MARTAWIDJAJA, dan I-K. SUTAMA. 2004. Hubungan antara lingkar scrotum dengan bobot badan, volume semen, motilitas progresif dan konsentrasi spermatozoa pada kambing jantan muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku 1. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 385 – 388. KRIDLI,R.T.,M.MOMANI SHAKER,A.Y.ABDULLAH, and I. SADA. 2002. Libido and biological parameters of mature Awasi, Awassi x Charollais and Awassi x Romanov rams. J.
Anim. Sci. 80 (Suppl.): 75 – 76.
OYEYEMI,M.O.,M.O.AKUSU and O.E.OLA-DEVIES. 2000. Effect of successive ejaculation on the spermiogram of West African dwarf goats (Capra hircus L.). Vet. Arhiv. 70: 215 – 221.
PARTAMA, I.B.G. 2000. Kebutuhan Energi dan Protein Kambing Peranakan Etawah Calon Pejantan. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
SANTANA,A.F. DE.,G.B.COSTA, and L.S.FONSECA. 2001. Available scrotal circumference as criterion of selection of young male of breed Santa Ines. Rev. Bras. Saude Prod. An. 1: 27 – 30.
SUDJANA. 1992. Metoda Statistika. Edisi ke-5. Penerbit Tarsito, Bandung.
TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
WERDHANY, W.I. 1999. Efektivitas Penambahan Tokoferol di Dalam Pengencer Tris dan Susu Skim Terhadap Kualitas Semen Kambing Peranakan Etawah. Tesis. Program Pascasarjanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
WURLINA. 2000. Kualitas dan kuantitas air mani kambing lokal pada berbagai umur. Media
Kedokteran Hewan. Edisi Khusus 1: 12 – 15.
DISKUSI Pertanyaan:
Dengan melihat kesimpulan dan pakan yang diberikan pada ternak sudah pasti yang diberi jerami kedelai lebih baik?
Jawaban:
Memang betul, karena kandungan gizi dan jerami kedelai lebih baik daripada jerami padi, sehingga jerami padi lebih disarankan untuk diberikan pada ternak.