• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

54 | P a r a m e t e r

Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Guru

(case study :Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)

Fajar Azzam Pasha Akhmad STT Mitra Karya Bekasi azzampasha@gmail.com

Abstract: This study aims to determine whether there is influence between: (1) Participative Leadership (2) Organizational Culture on Teacher Work Motivation. This research used survey method to elementary school teacher (SDN) in North Jakarta in October until January 2017. sampling in this research using simple random sampling, where the target population is teacher of SDN in Ciracas Sub-district, east Jakarta. After going through the various stages performed, then set a sample of 140 people. Measurements were made using instruments in the form of questionnaires. The requirements analysis test was performed by normality test (Liliefors) and linearity test. Furthermore, data analysis technique used is path analysis with significance level α = 0,05. Testing of research hypothesis shows that: First, there is influence of Participative Leadership (X1) to Work Motivation Teachers, Testing Second hypothesis, there is influence Organization Culture (X2) on Teacher Work Motivation. Testing research hypothesis Third, there is influence of Participative Leadership (X1) to Culture Organization (X2). Based on the analysis, it can be concluded that Teacher Motivation can be improved through efforts to increase Participatory Leadership and increase the Conductivity of Organizational Culture.

Keywords: Participatory Leadership, Organizational Culture, Teacher Work Motivation

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara: (1)

Kepemimpinan Partisipatif (2) Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Guru. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap guru sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta Utara pada bulan Oktober hingga Januari 2017. pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling, dimana populasi targetnya adalah guru SDN di Kecamatan Ciracas Jakarta timur. Setelah melalui berbagai tahapan yang dilakukan, maka ditetapkan sampel sebanyak 140 orang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuisioner. Pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas (Liliefors) dan uji linieritas. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur dengan dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian hipotesis penelitian memperlihatkan bahwa: Pertama, terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Motivasi Kerja Guru, Pengujian hipotesis Kedua, terdapat pengaruh Budaya

Organisasi (X2) terhadap Motivasi Kerja Guru. Pengujian hipotesis penelitian Ketiga,

terdapat pengaruh Kepemimpinan Partisipatif (X1) terhadap Budaya Organisasi (X2).

Bedasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi Kerja Guru dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kepemimpinan Partisipatif dan peningkatan kondusifitas Budaya Organisasi.

Kata kunci: Kepemimpinan Partisipatif, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja Guru

PENDAHULUAN. Motivasi kerja mempunyai

(2)

55 | P a r a m e t e r

guru, ketika seorang guru merasakan kepuasan dalam bekerja maka seorang guru akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi sekolahnya.

Motivasi kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Motivasi rendah merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam organisasi. Dari sisi guru, motivasi rendah dapat menyebabkan menurunnya kinerja, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Pada organisasi sekolah, komponen yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sumber daya manusia dalam hal ini adalah guru dan seluruh guru di sekolah. Oleh sebab itu peningkatan sumber daya manusia penting dilakukan dengan sasaran Motivasi kerja. Suatu gejala yang dapat membuat rusak organisasi sekolah adalah rendahnya Motivasi kerja guru, di mana timbul gejala seperti kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan, rendahnya prestasi kerja. Sebaliknya Motivasi kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah

organisasi sekolah dikelola dengan baik dengan manajamen yang efektif.

Meskipun bersifat individual bukan berarti Motivasi kerja guru dalam sebuah organisasi sekolah tidak dapat diupayakan. Dalam perspektif manajemen pendidikan, Motivasi kerja guru di sekolah dapat selalu ditingkatkan untuk mencapai standar tertentu dengan suatu manajemen yang tepat. Faktor yang berperan dalam peningkatan Motivasi kerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya dan Budaya

Organisasi yang berkembang di dalam sekolah tersebut.

Semua personel sekolah perlu pencerahan pemikiran dan pengetahuan. Sekolah bukan hidup dalam situasi yang statis. Era otonomi pendidikan menawarkan peluang baru dan kesempatan untuk kreatif dan mandiri bagi kepala sekolah di dalamnya. Perubahan baru pada era otonomi mendorong munculnya pendekatan baru dalam dunia pendidikan. Pendekatan baru yang dipertimbangkan lebih cocok untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah pendekatan yang berbasis pada sekolah masing-masing. Pendekatan ini dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

(3)

56 | P a r a m e t e r

MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh komponen sekolah dalam proses pendidikan di sekolah. MBSmerupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi tapi masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.

Sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggungjawab (high

responsibility), kreatif dalam bertindak dan

mempunyai wewenang lebih (more

authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh yang berkepentingan (public accountability by

stake holders). MBS yang diterapkan

antara lain memiliki ciri-ciri, mampu mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya, menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya

sekolah (anggaran, personil dan fasilitas), mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah, mampu meningkatkan profesionalisme personil sekolah, meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang, serta adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah (misal: Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat,dll).

Melalui model kepemimpinan pendidikan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru di sekolah sehingga berdampak pada peningkatan mutu organisasi. Motivasi kerja yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara harapan guru dengan kondisi yang telah diberikan oleh organisasi. Motivasi kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerjasama guru dan guru di sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sebaliknya guru yang memiliki Motivasi kerja rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik.

KAJIAN PUSTAKA Motivasi Kerja

Pada dasarnya kata “motivasi” berasal dari bahasa latin yakni “moverus” yang dapat diartikan sebagai berikut : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar

(4)

57 | P a r a m e t e r

terhadap tingkah laku manusia (kartono. 2004 : 147). Pendapat di atas menindikasikan bahwa seorang pegawai akan termotivasi untuk melakukan proses belajar mengajar apabila pegawai tersebut memperoleh dorongan berupa insentif atau perangsang lainnya.

Gibson, Ivancevich dan Donnely (2009 : 100) mengatakan motivasi adalah suatu konsep yang dapat digunakan ketika menggerakkan individu untuk memulai dan berperilaku secara langsung sesuai yang dikehendaki oleh pimpinan. Motivasi merupakan seperangkat proses dorongan, arahan, dan pemeliharaan perilaku ke arah suatu sasaran. Luthans (2005 : 141) menegaskan bahwa proses motivasi dimulai dengan kebutuhan fisik atau psikologis yang mengaktifkan perilaku atau dorongan yang ditujukan kepada sasaran. Kebutuhan fisik atau psikologis merupakan dasar dari motivasi. Kunci untuk memahami proses motivasi adalah terletak pada arti dari hubungan antara kebutuhan, dorongan dan sasaran yang diinginkan.

Motivasi kerja merupakan ragam teori kognitif yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku berprestasi. Ini ada kaitannya dengan pertanyaan mengapa orang yang memiliki bakat yang sama sering memiliki prestasi yang berbeda. Beberapa ahli psikologi berargumen bahwa kejadian ini karena beberapa

individu memiliki hasrat berprestasi yang lebih tinggi dari pada yang lain.

Adapun berbagai ciri dari seseorang yang memiliki motivasi kerja, adalah sebagai berikut : (1) kinerjanya tergantung pada usaha dan kemampuannya sendiri dibandingkan dengan kerja melalui

kerja kelompok; (2) mampu

menyelesaikan tugas-tugas yang sulit; dan (3) seringkali terdapat umpan balik yang konkrit tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas secara optimal, efektif dan efisien.(Wexley dan Yulk. 2003 : 77)

Proses pemberian motivasi tidaklah terdapat kesamaan di antara pakar meskipun berbagai langkah yang dikemukakan tampaknya mempunyai kesamaan. Pemberian motivasi dapat dipandang seperti suatu mata rantai, yang terdiri dari : kebutuhan, menimbulkan, keinginan, menyebabkan, tensi, yang

menimbulkan, tindakan, yang

menghasilkan, kepuasaan; (Koontz dan Weihrich. 2008 : 411) pola awal yang menggambarkan suatu siklus, yang terdiri dari: kebutuhan yang tidak dipenuhi, mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan, perilaku yang berorientasi pada tujuan, kinerja (evaluasi dari tujuan yang tercapai), imbalan atau hukuman, kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali oleh pegawai. (Gibson. Dkk. 2009 : 100) Upaya yang diarahkan, yang terdiri dari : keputusan tak terputuskan, tegangan,

(5)

58 | P a r a m e t e r

dorongan, perilaku pencarian, kebutuhan dipuaskan, dan pengurangan tegangan. (Robbins. 2005 : 148).

Dari bermacam-macam tahapan yang disajikan di atas, terlihat secara implisit hanya dua tahapan saja yang mereka sepakati sebagai salah satu tahapan dalam pemberian motivasi yaitu ; pertama kebutuhan, yang berarti bahwa mereka sepakat bahwa faktor yang mengawali perlu tidaknya pemberian motivasi adalah kebutuhan. Seorang pegawai akan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya jika dia merasa ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga mereka akan bekerja dengan sepenuh hati sehingga pada waktunya kebutuhan tersebut dipuaskan.

Yang kedua adalah mereka sepakat bahwa oleh karena dipengaruhi oleh kebutuhan tersebut pegawai mengarahkan perilakunya kearah pencapaian tujuan, artinya seorang pegawai yang merasa kebutuhannya tidak terpuaskan akan berusaha memuaskannya dengan cara mengarahkan perilakunya sehingga tujuan (kepuasan) dapat diraih. Sedangkan tahapan lainnya terdapat variasi meskipun makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya sama saja.

Berdasarkan uraian teori – teori yang telah diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan dimaksud dengan Motivasi kerja adalah dorongan semangat kerja yang timbul dari dalam diri (internal)

maupun dari luar diri (eksternal). Motivasi kerja seorang merupakan faktor yang sangat penting, karena tanpa motivasi kerja yang tinggi, seseorang tidak akan berhasil menyelesaikan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya. Guru yang bekerja dengan motivasi yang tinggi merupakan harapan bagi setiap sekolah dengan dimensi sebagai berikut : (1) prestasi kerja, (2) pengaruh, (3) pengendalian, (4) ketergantungan, (5) pengembangan dan (6) kerjasama.

Kepemimpinan Partisipatif

Robbins (2006 : 432) mengatakan kepemimpinan didefinisikan sebagai

kemampuan untuk mempengaruhi

kelompok menuju pancapaian sasaran. Seseorang dapat menjalankan peran kepemimpinan semata-mata karena kedudukannya dalam organisasi. Dalam kepemimpinan di lingkungan sebuah organisasi, diperlukan cara tertentu dalam

mengimplementasikan kemampuan

memengaruhi orang lain sebagai anggota organisasi agar pikiran, perasaan, sikap, dan perilakunya terarah pada pencapaian tujuan organisasi.

Hughes, Ginnett dan Curphy

(2006 : 8) dalam buku Leadership mengatakan bahwa ”Leadership as, the

process of influencing and organized group toward accomplishing its goals”.

(Kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi dan mengarahkan organisasi

(6)

59 | P a r a m e t e r

untuk mencapai tujuannya). Salah satu aspek penting dari pengertian kepemimpinan terutama yang bermanfaat adalah kepemimpinan merupakan proses sosial yang saling memengaruhi antar anggota atau kelompok.

Kepemimpinan tidak hanya terbatas pada posisi atau peran pemimpin melainkan pengikut juga merupakan bagian dari proses kepemimpinan. Menurut Newstorm dan Davis (2002 : 169) kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias untuk mencapai tujuan.

Beberapa definisi kepemimpinan tersebut memberi gambaran yang jelas tentang betapa pentingnya anggota kelompok atau organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Arti kepemimpinan berkaitan dengan anggota organisasi tersebut antara lain dalam bentuk memberi perintah, membimbing, memengaruhi kelompok kerja atau orang lain, memberikan arah, bekerja sama, memberikan tugas atau wewenang tertentu, sampai kepada melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan.

Salah satu model kepemimpinan yang sangat erat kaitannya dengan keterlibatan anggota organisasi adalah kepemimpinan partisipatif. Menurut Gary Yukl (2006 : 10) “Participative leadership

involves the use of various decision

procedures that allow other people some influence over the leader’s decisions“.

(Kepemimpinan pertisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur keputusan yang memberi orang lain pengaruh tertentu terhadap keputusan pemimpin tersebut). Membuat keputusan adalah salah satu fungsi yang paling penting yang dilakukan oleh para pemimpin. Pada beberapa aktivitas, pimpinan melibatkan anggota dalam pembuatan dan pelaksanaaan keputusan, ikut merencanakan pekerjaan, pemecahan masalah, dan lain-lain.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan partisipatif melibatkan usaha-usaha pimpinan untuk mendorong dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan yang penting. Kepemimpianan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan keputusan yang memberi orang lain pengaruh tertentu terhadap keputusan pemimpin tersebut. Istilah lainnya yang biasa digunakan untuk menyebut aspek kepemimpinan partisipatif mencakup konsultasi, pengambilan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis.

Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu hal yang menunjukkan hubungan antara

(7)

60 | P a r a m e t e r

keyakinan anggota organisasi terhadap organisasinya. Hal ini antara lain dinyatakan oleh James L. Gibson dan

kawan-kawan (2009 : 30),

sebagai:“Organizational culture is what

the employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, values, and expectation,” (budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan oleh para karyawan dan bagaimana persepsi tersebut dapat menciptakan keyakinan, nilai-nilai dan harapan).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa budaya organisasi memberikan pertimbangan moral dan kesadaran etik tentang suatu pilihan mana yang baik dan mana yang tidak baik, serta adanya pertimbangan logika untuk dapat membedakan terhadap sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Sehingga dapat dipilih, apa yang harus dilakukan oleh anggota organisasi dalam berperilaku antar anggota di dalam ataupun di luar organisasi. Pengertian ini mengandung pemahaman bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya organisasi merupakan sesuatu yang oleh anggota

organisasi dianggap memenuhi

kebutuhannya pada suatu waktu tertentu dan oleh karenanya anggota organisasi tersebut mempunyai kepentingan terhadap nilai-nilai tersebut.

Aspek manusia dalam organisasi memegang peranan penting yang

membuat, mengkreasi, menggerakkan, mengontrol, dan mengevaluasi struktur dan kinerja lembaga. Dalam proses tersebut, manusia melakukan interaksi antarindividu sesuai dengan peran dan fungsinya. Hal ini dilakukan terus dalam kurun waktu yang cukup panjang yang pada akhirnya akan membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Seperti yang diungkapkan Robbins (2006 : 681) adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu atau suatu sistem dari makna bersama (a

common perception held by the organizations members; a system of shared meaning).

Menurut Robbins (2006 : 681) Budaya organisasi menunjuk pada suatu sistem berbagi makna di antara para anggota organisasi yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lainnya. Sistem berbagi rasa ini merupakan seperangkat karakteristik kunci berupa nilai-nilai organisasi.

Budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi-asumsi, pemahaman, dan harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau kelompok serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang mereka hadapi.

(8)

61 | P a r a m e t e r

METODOLOGI PENELITIAN

Bentuk penelitian kuantitatif pada penelitian ini adalah penelitian kausal dengan menggunakan metode survei antara variabel respon yaitu Motivasi Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan variabel prediktor, yaitu Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi guru SDN.

Subjek penelitian adalah guru Sekolah Dasar Negeri yang berada di lokasi Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Januari 2017.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responsen dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner (angket). Data diperoleh dari subjek penelitian yaitu, para guru SDN di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.

Dipilihnya metode survei sebagai salah satu cara untuk mengetahui tanggapan responden terhadap variabel yang akan diteliti dan akan dianalisis pengaruh-pengaruh antara variabel respon . Adapun konstelasi masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengembangan instrumen

ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun dimensi dan indikator variabel penelitian; (2) menyusun kisi-kisi instrumen; (3) melakukan ujicoba instrumen; (4) melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data yang disajikan dalam bagian ini meliputi data variabel Motivasi Kerja guru (X3) sebagai

endogenus; Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) dan Budaya

Organisasi Guru (X2) sebagai variabel

eksogenus yang diasumsikan terjadi karena penyebab-penyebab dari luar model. Adapun Deskripsi masing-masing disajikan sebagai berikut :

Motivasi Kerja guru (X3)

Skor Motivasi Kerja guru berada pada rentang teoretik 34 hingga 170 dan rentang skor empiriknya dari 73 hingga 113. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik,

X1

X2

(9)

62 | P a r a m e t e r

diperoleh bahwa variabel Motivasi Kerja guru mempunyai nilai rata-rata sebesar 92,07 dengan simpangan baku 8,90, median 92 dan modus 88, skor minimum 73, dan skor maksimum 113, sehingga rentang skor adalah sebesar 40 dan diperoleh hasilnya seperti pada tabel. Selanjutnya dari distribusi tersebut dilakukan pengelompokan data ke dalam 8 kelas interval.

Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah (X1)

Skor Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah berada pada rentang teoretik 32 hingga 160 dan rentang skor empiriknya dari 60 hingga 106. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik, diperoleh bahwa variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah mempunyai nilai rata-rata sebesar 85,36 dengan simpangan baku 11,39, median 84 dan modus 78, skor minimum 60, dan skor maksimum 117, sehingga rentang skor adalah sebesar 50 dan diperoleh hasilnya seperti pada tabel.

Selanjutnya dari distribusi tersebut dilakukan pengelompokan data ke dalam 8 kelas interval.

Budaya Organisasi Guru (X2)

Skor Budaya Organisasi berada pada rentang teoretik 28 hingga 140 dan rentang skor empiriknya dari 65 hingga 106. Berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan kemudian diolah secara statistik, diperoleh bahwa variabel Budaya Organisasi Guru mempunyai nilai rata-rata sebesar 87,50 dengan simpangan baku 9,44, median 87,50 dan modus 80, skor minimum 65, dan skor maksimum 106, sehingga rentang skor adalah sebesar 41, dan diperoleh hasil seperti pada tabel. Ringkasan Deskripsi Data masing-masing Variabel X1 X2 X3 Banyak Data (n) 140 140 140 Rata-rata 85,36 87,89 92,0 7 Median 84 87,50 92 Modus 78 80 88 Simpangan Baku 11,39 9,44 8,90 Varians 129,79 89,07 79,2 6 Rentang 46 41 40 Nilai Minimum 60 65 73 Nilai Maksimum 106 106 113 Jumlah data (ΣX) 11.951 12.305 12.8 90

Pengujian Persyaratan Analisis

Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (path

analysis) dengan terlebih dahulu dilakukan

uji persyaratan analisis data. Adapun pengujian persyaratan analisis data yang dilakukan untuk analisis jalur adalah :

- Uji Normalitas - Uji Homogenitas - Uji Linieritas

- Uji Signifikansi regresi dan koefisien korelasi

(10)

63 | P a r a m e t e r

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok data dalam taksiran galat berdistribusi normal atau tidak. Bila diperoleh L hitung kurang dari L tabel maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas ini menggunakan taraf signifikansi uji normalitas pada α 0,05.

Rangkuman Hasil Uji Normalitas

No Taksiran Galat Kelom pok n Lhitung L-tabel Ket 1 2 Xˆ = 39,413 + 0,568 X1 X2 atas X1 140 0,049 0,07 6 Nor mal 2 3 Xˆ = 32,086 + 0,682 X1 X3 atas X1 140 0,049 0,07 6 Nor mal 3 3 Xˆ = 46,143+ 0,538 X2 X3 atas X2 140 0,056 0,07 6 Nor mal

Untuk menguji normalitas digunakan uji Lilliefors, Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : Data berasal dari sampel yang

berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari sampel yang tidak

berdistribusi normal

Kriteria Uji : Tolak H0 jika Lhitung> Ltabel.

Uji Homogenitas

Hipotesis dan dasar pengambilan keputusan dari uji homogenitas ini adalah sebagai berikut :

H0 : populasi adalah identik (homogen)

H1 : populasi adalah tidak identik (non

homogen)

Adapun rangkuman dari hasil perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

No Taksir an Galat Kelom pok n χhit ung χ-tabe l Ket 1 2 Xˆ = 39,413 + 0,568 X1 X2 atas X1 14 0 4,9 0 7,8 1 Hom ogen 2 3 Xˆ = 32,086 + 0,682 X1 X3 atas X1 14 0 6,0 6 7,8 1 Hom ogen 3 3 Xˆ = 46,143 + 0,538 X2 X3 atas X2 14 0 0,4 7 7,8 1 Hom ogen

Uji Homogenitas varians kelompok X2

atas X1

Hasil perhitungan uji homogenitas varians kelompok X2 atas X1 diperoleh nilai χhitung

sebesar 4,90 yang lebih kecil dari χtabel

yang sebesar 7,81. Dengan demikian menerima H0, artinya kelompok X2 atas X1

adalah homogen. (berlaku juga untuk perhitungan 2 dan 3).

Uji Linieritas dan Uji Signifikansi Regresi

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Budaya Organisasi Guru (X2) atas

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1).

Dari hasil perhitungan kelinieran regresi korelasi sederhana antara Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) dengan Budaya Organisasi

Guru (X2) didapat Fhitung sebesar 1,46.

Dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk penyebut 100 diperoleh Ftabel

(11)

64 | P a r a m e t e r

sebesar 1,52. Dapat dilihat bahwa Fhitung<

Ftabel, sehingga disimpulkan bahwa garis

persamaan variabel X1 dan X2 adalah

berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian regresi seperti terdapat dalam tabel ANAVA pada Tabel 12, diperoleh Fhitung

sebesar 121,06. dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1 dan dk penyebut 138 diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat

bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada

taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas

dan Uji Signifikansi Regresi X2 atas X1

Sum ber Vari ans dk JK RJK Fhitung F tabel 0,05 0,01 Total 140 1.093.90 3 Regr esi a 1 1.081.34 5,83 1.081.34 5,83 Regr esi (b/a) 1 5.867,91 5.867,91 121,06** 3,91 6,81 Sisa 138 6.689,26 48,47 Tuna Coco k 38 2.386,4 62,8 1,46ns 1,52 Galat 100 4.302,86 43,03 ** : Sangat Signifikan * : Siginifikan ns : Non signifikan

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Motivasi Kerja guru (X3) atas

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1).

Dari hasil perhitungan kelinieran regresi korelasi sederhana antara

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) dengan Motivasi Kerja guru

(X3) didapat Fhitung sebesar 0,85. Dengan

taraf nyata 0,05, dk pembilang 38 dan dk penyebut 100 diperoleh Ftabel sebesar 1,52.

Dapat dilihat bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga

disimpulkan bahwa garis persamaan variabel X1 dan X3 adalah berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian regresi seperti terdapat dalam tabel ANAVA pada Tabel 13, diperoleh Fhitung

sebesar 124,35. dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1 dan dk penyebut 138 diperoleh Ftabel sebesar 6,81. Dapat dilihat

bahwa Fhitung> Ftabel, sehingga H0 pada

taraf nyata 0,01 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X1 Sumber Varians dk JK RJK Fhitung F tabel 0,05 0,01 Total 140 1.197.818 Regresi a 1 1.186.800,7 1 1.186.8 00,71 Regresi (b/a) 1 5.222,02 5.222,0 2 124,35 ** 3,91 6,81 Sisa 138 5.795,27 41,99 Tuna Cocok 38 1.415,86 37,26 0,85 ns 1,52 Galat 100 4.379,41 43,79 ** : Sangat Signifikan * : Siginifikan ns : Non signifikan

Uji linieritas dan uji signifikansi regresi Motivasi Kerja guru (X3) atas Budaya

(12)

65 | P a r a m e t e r

Dari hasil perhitungan kelinieran regresi korelasi sederhana antara Budaya Organisasi Guru (X2) dengan Motivasi

Kerja guru (X3) didapat Fhitung sebesar

1,66. Dengan taraf nyata 0,05, dk pembilang 35 dan dk penyebut 103 diperoleh Ftabel sebesar 1,71. Dapat dilihat

bahwa Fhitung< Ftabel, sehingga disimpulkan

bahwa garis persamaan variabel X2 dan X3

adalah berbentuk linier.

Hasil perhitungan keberartian regresi seperti terdapat dalam tabel ANAVA, diperoleh Fhitung sebesar 154,86.

dengan taraf nyata 0,01, dk pembilang 1 dan dk penyebut 138 diperoleh Ftabel

sebesar 6,81. Dapat dilihat bahwa Fhitung>

Ftabel, sehingga H0 pada taraf nyata 0,01

ditolak. Maka disimpulkan bahwa regresi tersebut sangat signifikan. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel.

Analisis Varians Uji Linieritas dan Signifikansi Regresi X3 atas X2 Sumbe r Varian s dk JK RJK Fhitung F tabel 0,05 0,0 1 Total 14 0 1.19 7.81 8 Regresi a 1 1.18 6.80 0,71 1.186.800,7 1 Regresi (b/a) 1 5.82 5,74 5.825,74 154,86 ** 3,91 6,8 1 Sisa 13 8 5.19 1,55 37,62 Tuna Cocok 35 1.87 3,7 53,53 1,66ns 1,71 Galat 10 3 3.31 7,85 32,21 ** : Sangat Signifikan * : Siginifikan ns : Non signifikan

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Adapun matriks korelasi yang didapat dari perhitungan statistik adalah sebagai berikut :

Matriks Korelasi Antar Variabel

X1 X2 X3

X1 1 0,686 0,688

X2 0,686 1 0,723

X3 0,688 0,723 1

Tabel berikut ini adalah hasil pengujian koefisien korelasi variabel dependen atas variabel independen seperti berikut :

Ringkasan hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi

No Taksiran

Galat

Kelompo k

N thitung ttabel Ket

1 2 Xˆ = 39,413 + 0,568 X1 X2 atas X1 140 8,10 7 1,97 8 Signi fikan 2 3 Xˆ = 32,086 + 0,682 X1 X3 atas X1 140 11,1 36 1,97 8 Signi fikan 3 3 Xˆ = 46,143+ 0,538 X2 X3 atas X2 140 10,9 55 1,97 8 Sig nifi kan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semua nilai thitung>

ttabel. Artinya, seluruh pengujian

signifikansi koefisien korelasi dapat dikatakan signifikan.

Seluruh uji pra syarat telah dilakukan dan didapatkan hasil yang menunjukan bahwa analisis dapat dilanjutkan kepada analisa jalur sebagai teknik analisa data yang telah direncanakan.

Model Analisa Jalur

Untuk memperoleh koefisien jalur dan nilai-nilai koefisien korelasi bagi

(13)

66 | P a r a m e t e r

diagram jalur di atas, perlu dilakukan tiga langkah sebagai berikut :

1) Membuat persamaan rekursif dari masing-masing jalur hubungan.

2) Menghitung nilai-nilai koefisien korelasi antar variabel dan memasukkan ke dalam persamaan-persamaan rekursif pada butir pertama.

3) Menghitung nilai koefisien jalur antar variabel dan memasukkannya ke dalam persamaan-persamaan rekursif pada butir pertama.

Setelah melakukan langkah-langkah seperti di atas, maka diperoleh nilai-nilai koefisien jalur sebagai berikut : Nilai-nilai koefisien jalur :

P21 = 0,686 P31 = 0,244 P32 = 0,475 0, 244. (0, 688) 0,686 (0,723) 0 0,475 Diagram Jalur Keterangan :

X1 : Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah

X2 : Budaya Organisasi Guru

X3 : Motivasi Kerja guru

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Terdapat pengaruh langsung Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Artinya,

semakin baik Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, maka hal tersebut dapat mempengaruhi Motivasi Kerja guru secara langsung. Hal ini didasarkan kepada nilai koefisien jalur pengaruh antara variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah terhadap motivasi kerja guru yang bernilai 0,08 yang berarti signifikan (karena > 0,05).

b. Terdapat pengaruh langsung Budaya organisasi terhadap Motivasi Kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Utara. Artinya, semakin kondusif Budaya organisasi dalam mendukung guru untuk menjalankan aturan dan perintah yang ada, maka hal tersebut dapat mempengaruhi Motivasi Kerja guru secara langsung dan positif. Hal ini didasarkan kepada nilai koefisien jalur pengaruh antara variabel Budaya organisasi Guru terhadap Motivasi kerja guru yang bernilai 0,816 yang berarti signifikan (karena > 0,05).

X1

X2

(14)

67 | P a r a m e t e r

c. Terdapat pengaruh langsung Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah terhadap Budaya organisasi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Utara. Artinya, semakin kondusif Budaya organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka hal tersebut dapat mempengaruhi Motivasi Kerja Guru secara langsung. Hal ini didasarkan kepada nilai koefisien jalur pengaruh antara variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah terhadap Budaya organisasi yang bernilai 0,759 yang berarti signifikan (karena > 0,05).

Saran

a. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya Motivasi Kerja guru, maka disarankan bagi kepala sekolah untuk

lebih meningkatkan serta

menumbuhkan Motivasi Kerja

Gurunya dengan lebih

mengembangkan kemampuan –

kemampuan keilmuan dan pola – pola pemberian Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah yang didasarkan pada kebijaksanaan serta peraturan yang ada.

b. Kepemimpinan Partisipatif yang demokratis hendaknya lebih diperhatikan lagi oleh para kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya

dapat memberikan contoh dan dapat mengarahkan guru agar dapat meningkatkan Motivasi Kerja..

c. Guru hendaknya dapat menjadi pendidik yang komunikatif bagi siswanya. Peran tersebut akan membawa kemampuan guru dalam

mempengaruhi, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan para siswanya, memperhatikan dan membantu guru dalam mengatasi segala permasalahan dalam tugas mengajarnya agar terbentuk budaya organisasi yang kondusi

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, S. 2001. MSDM Strategi

Keunggulan Kompetitif.

Yogyakarta: BPFE.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine dan Michael J. Wesson, 2009.

Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace,

New York: McGraw-Hill,.

Flippo, Edwin B. 2003. Manajemen

Personalia.Dialihbahasakan oleh Moh.Masud. Rajawali Press. Jakarta.

Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron, 2007. Behavior in Organizations, New Jersey: Prentice-Hall.

Gibson, James L., John M. Ivancerich dan Jarnes H. Donneily, 2006.

Organisasi. Terjemahan:

Djarkasih. Jakarta: Erlangga. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen

Sumber daya Manusia. Jakarta:

(15)

68 | P a r a m e t e r

Ivancevich, John M. and Michael T. Matteson, Organizational Behavior and Management (Texas:

Business Publications, Inc, 2008) Kuntjoro, Zainuddin S. 2002. Komitmen

Organisasi. e-psikologi,

http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.a sp?id=558

Luthans, Fred. 2005. Organizational

Behavior/ Singapore:

Gambar

Tabel  berikut  ini  adalah  hasil  pengujian  koefisien  korelasi    variabel  dependen  atas  variabel  independen  seperti  berikut :
diagram  jalur  di  atas,  perlu  dilakukan  tiga  langkah sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan (Khan &amp; Salim, 2020) yang menyatakan bahwa motivational factors memiliki pengaruh signifikan

Hasil penelitian yang menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh D’Sauza (2007) bahwa individu dengan keterlibatan tinggi akan bersikap positif terhadap iklan

(9) Dalam hal surat izin Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas hilang atau rusak, atau perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

Berdasarkan pengujian validitas di atas dari 35 item instrumen terdapat 4 instrumen yang tidak valid yaitu 3 nomor pada pengujian tahap pertama yaitu nomor 3,11,31; dan

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Saat ini Nanny’s Pavillon menggunakan strategi diferensiasi sebagai strategi untuk menghadapi persaingan di dalam industri restoran di

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang operasi pecahan di kelas IV SD Negeri Madurejo Tahun Ajaran 2012/2013 dengan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda,

Dalam media MS yang mengandung 2,4-D, embrio somatik dapat diinduksi secara langsung dari titik tumbuh embrio zigotik tanpa melalui tahap pembentukan.. memperbanyak