• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Studi Kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Studi Kasus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian Studi Kasus

Untuk mendapatkan informasi umum tentang sejarah, pola pertukaran, komersialisasi dan praktek-praktek lain dalam tradisi Gantangan di masyarakat pedesaan Subang, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengambilan data dalam metode penelitian kualitatif, seperti forum komunitas (community forum) atau Wawancara Kelompok Terfokus (Focus Group Interviews), pendekatan informan kunci (key

informant approach), wawancara mendalam (indepth interview), dan

observasi. Penelitian kualitatif bermakna bahwa penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting). Salah satu jenis penelitian kualitatif yang digunakan disini adalah studi kasus (case study).

Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya yang alamiah tanpa intervensi dari pihak luar (peneliti) (Salim, 2006:118). Studi kasus ini sangat tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang bersifat “mengapa” (why?) dan bagaimana (how?). Metode studi kasus ini menekankan pada tujuan untuk mengetahui keragaman (diversity) dan kekhususan (particularity) dari objek studi, dalam hal ini sistem pertukaran sosial gantangan di komunitas pedesaan Subang. Hasil utamanya adalah menemukan keunikan kasus yang diteliti, yang meliputi : (1) hakekat kasus (2) latar belakang historis (3) setting fisik (4) konteks kasus (5) persoalan lain disekitar kasus dan (6) informan atau segala hal berkaitan dengan kasus tersebut.

(2)

3.2. Wawancara Kelompok Terfokus

Forum Komunitas merupakan sebuah teknik untuk mengumpulkan data dengan cara menyelenggarakan sebuah pertemuan yang sifatnya umum. Dalam forum tersebut semua anggota komunitas yang hadir akan mendiskusikan masalah tertentu dan mereka didorong untuk mengeluarkan pendapat masing-masing mengenai isu-isu yang menjadi target penelitian (Rudito & Famiola, 2008:179-180). Nama lain dari Forum Komunitas ini adalah Wawancara Kelompok Terfokus. Teknik ini dimaksudkan untuk menggali pemahaman dan kesan anggota masyarakat di pedesaan terhadap modal sosial Gantangan secara objektif dan kolektif, karena ada proses aksi-reaksi dan koreksi langsung terhadap berbagai pendapat yang disampaikan di dalam Forum melalui pola pendekatan yang terstruktur.

Tabel 4. Perbandingan Pola Pendekatan dalam Wawancara Kelompok terfokus

Terstruktur Tidak Terstruktur

Tujuan : Menjawab

pertanyaan/kegelisahan peneliti

Tujuan : memahami pemikiran partisipan

Kepentingan peneliti lebih dominan

Kepentingan partisipan lebih dominan

Lebih banyak pertanyaan khusus dan spesifik

Lebih banyak pertanyaan yang bersifat umum

Moderator memimpin langsung dan mengarahkan diskusi

Moderator memfasilitasi interaksi antar partisipan

Moderator memfokuskan kembali arah dan substansi diskusi

Moderator dapat mengeksplorasi topik baru di dalam diskusi Partisipan memusatkan

perhatiannya pada moderator

Partisipan berbicara satu sama lain

Sumber : Marvasti, 2004:23

Sebagai pengarah, penengah dan pengontrol jalannya Forum Komunitas ini adalah peneliti itu sendiri. Selain sebagai sebuah teknik pengumpulan data, Forum Komunitas ini juga bermanfaat sebagai ajang memperkenalkan diri dan diharapkan komunitas sasaran lebih mengenal

(3)

dan memahami maksud dari penelitian yang sedang dilakukan. Dengan demikian, pada proses pengambilan data selanjutnya peneliti tidak akan mengalami kesulitan karena sudah dikenal dan diterima kehadirannya.

Dalam perencanaan penelitian, sasaran yang dilibatkan dalam Forum Komunitas adalah minimum 10 rumah tangga dan maksimum 15 rumah tangga di setiap Dusun yang dipilih dengan kriteria sebagai salah satu Dusun yang masuk dalam wilayah Desa termiskin di 3 Kecamatan yang memiliki karakteristik agro-ekologi dan sosial-ekonomi yang berbeda, yaitu Kecamatan Blanakan (pesisir, Subang utara), Kecamatan Cikaum (dataran rendah, Subang tengah) dan Kecamatan Cijambe (dataran tinggi dan perbukitan, Subang Selatan). Ketiga kecamatan tersebut juga dipilih karena memiliki jumlah rumah tangga miskin atau pra-sejahtera paling tinggi diantara seluruh Kecamatan di Kabupaten Subang. Peneliti mengaitkan kemiskinan dan modal sosial Gantangan dengan tujuan membuktikan beberapa proposisi dan teori yang secara lengkap telah dibahas dalam bab pendahuluan dan tinjauan pustaka.

Teknik pelaksanaan forum komunitas ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu :

(1) Peneliti menghubungi dan mewawancarai terlebih dahulu kepala dusun, aparat desa atau tokoh masyarakat di lokasi penelitian terkait praktik modal sosial gantangan di wilayahnya

(2) Peneliti meminta bantuan kepada kepala dusun, aparat desa atau tokoh masyarakat tersebut untuk memilih dan mengumpulkan warganya (minimum 10 RT) secara acak-insidental sebagai peserta Forum Komunitas untuk membahas Gantangan

(3) Peneliti menyerahkan sepenuhnya penentuan waktu dan tempat untuk pelaksanaan Forum Komunitas kepada kepala dusun, aparat desa atau tokoh masyarakat tersebut

(4)

(4) Peneliti membagi Forum Komunitas di setiap dusun ke dalam dua sesi yang berbeda, yaitu sesi Suami dan sesi istri. Maksud pembedaan sesi diskusi kelompok terfokus ini adalah semata-mata untuk menjamin bahwa pendapat suami maupun istri dapat tergali secara lebih terbuka dan masing-masing dapat mewakili pendapatnya sendiri. Peneliti memiliki kekhawatiran jika suami istri dihadirkan bersamaan dalam satu kelompok diskusi maka akan terjadi bias pendapat, seperti dominasi salah satu pasangan karena ia merasa sebagai kepala rumah tangga atau juru bicara rumah tangga. Akibatnya, aspirasi dan pendapat salah satu pihak tidak akan tergali atau tersampaikan.

(5) Dalam pelaksanaan Forum Komunitas peneliti dibantu oleh dua orang asisten10 untuk membantu proses diskusi agar lebih dinamis dan menjaga agar pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif (penggalian, pencatatan, pendokumentasian)

(6) Susunan acara Forum Komunitas biasanya dengan pembukaan, perkenalan (dengan permainan dinamika kelompok tertentu), penggalian kesan (dengan alat bantu kertas, spidol, papan tulis, dan selotip), diskusi, penguatan dan penyimpulan atas beberapa sub topik

(7) Pada sesi perkenalan peserta diminta mengisi daftar hadir dan form profil informan yang telah disiapkan oleh peneliti. Peserta yang buta huruf didampingi fasilitator dalam proses pengisiannya.

(8) Di akhir Forum, peneliti memberikan sekedar ucapan terima kasih berupa bingkisan kecil11 kepada masing-masing peserta. Keberadaan bingkisan ini tidak diketahui sebelumnya oleh peserta (agar tidak

10

Peneliti dibantu oleh satu (1) orang Sarjana Kesejahteraan Sosial (Tita Irama) dan satu (1) orang mahasiswa S1 Sejarah dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (Didi S. Sopyan)

11

Bingkisan tersebut berisi gula pasir ¼ kg, minyak goreng ¼ kg, kopi 1 bungkus, mie instan 3 bungkus, biskuit 2 buah kepada masing-masing peserta perempuan dan bingkisan berisi mie instan 3 bungkus, kopi 1 bungkus, biskuit 2 bungkus dan rokok 1 bungkus kepada masing-masing peserta laki-laki.

(5)

mempengaruhi motivasi kehadiran) dan dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih dan kompensasi atas waktu yang telah diluangkan oleh warga masyarakat.

Setiap tahapan yang direncanakan tersebut dilakukan sama di setiap lokasi penelitian. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya selalu terdapat penyesuaian dan perbedaan dari perencanaan, meskipun perbedaan tersebut tidak menyebabkan substansi Forum Komunitas berubah. Misalnya, ketika Forum Komunitas di Dusun Cimenteng, Desa Cimenteng, Kecamatan Cijambe yang dilakukan pada Jumat 9 Maret 2012, jumlah peserta yang datang lebih banyak dari biasanya, yaitu 19 orang peserta perempuan. Padahal maksimum jumlah peserta diskusi yang optimal (secara teori maupun pengalaman peneliti) adalah tidak lebih dari 12 Orang (Rudito & Famiola, 2008:183).

Penambahan peserta ini juga tidak dapat diantisipasi oleh tokoh masyarakat yang mengundang dikarenakan antusiasme warga yang penasaran melihat kegiatan yang sedang dilakukan tersebut sangat tinggi. Untungnya, tempat yang dipakai untuk Forum Komunitas cukup memadai untuk menampung semua sehingga setiap peserta pun dapat menyalurkan pendapatnya secara bebas. Akan tetapi disisi lain, bertambahnya jumlah peserta Forum Komunitas dan sebagian peserta bukan pasangan suami istri (satu rumah tangga), membawa implikasi pada proses pengolahan data penelitian. Hal ini mendorong peneliti untuk memisahkan pembahasan pada unit analisis individu dan pada level rumah tangga yang berbeda.

Secara keseluruhan, Forum Komunitas untuk pengumpulan data penelitian ini telah dilakukan sebanyak 6 kali, antara lain :

(6)

Tabel 5. Jadwal dan Jumlah Partisipan dalam Forum Komunitas “Komersialisasi Gantangan” di 3 Desa

No Hari/Tanggal Lokasi Waktu Tempat Jumlah Partisipan L P 1 Senin, 27 Februari 2012 Dusun Awilarangan, Desa Pasirmuncang, Kec. Cikaum 19.00 s.d 20.30 WIB Rumah Bapak Sarna (Kadus) - 12 2 Selasa, 28 Februari 2012 Dusun Awilarangan, Desa Pasirmuncang, Kec. Cikaum 19.00 s.d 20.30 WIB Rumah Bapak Sarna (Kadus) 12 - 3 Jum’at, 3 Maret 2012 Dusun Cimenteng, Desa Cimenteng, Kec. Cijambe 14.00 s.d 15.30 WIB Rumah Bapak Barjuk (Kaur Kesra) 19 - 4 Jum’at, 3 Maret 2012 Dusun Cimenteng, Desa Cimenteng, Kec. Cijambe 15.30 s.d. 17.00 WIB Rumah Bapak Barjuk (Kaur Kesra) - 10 5 Rabu, 4 April 2012 Dusun Tegaltangkil, Desa Jayamukti, Kec. Blanakan 15.30 s.d. 17.00 WIB Rumah Bapak Nuridi (warga) 16 - 6 Rabu, 4 April 2012 Dusun Tegaltangkil, Desa Jayamukti, Kec. Blanakan 19.30 s.d. 21.00 WIB Rumah Bapak Nuridi (warga) - 19 Total Partisipan 47 41

(7)

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Informan wawancara kelompok terfokus di tiga desa lokasi penelitian

3.3. Wawancara Mendalam dan Pendekatan Informan Kunci

Wawancara mendalam dilakukan sebelum dan setelah wawancara kelompok terfokus atau Forum Komunitas dilakukan. Tujuannya adalah untuk mendalami berbagai isu-isu atau informasi yang relevan dengan penelitian akan tetapi belum begitu jelas. Wawancara Mendalam

Pra-Forum Komunitas dilakukan oleh peneliti kepada tokoh masyarakat, seperti

pengurus desa dan kepala dusun. Dalam wawancara tersebut, peneliti berusaha untuk mendapatkan gambaran umum dari desa atau dusun yang akan menjadi lokasi penelitian, baik dari segi sosial, ekonomi, budaya, mata pencaharian hingga data-data lainnya terkait profil desa dan dusun setempat. Dari wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat ini, biasanya peneliti akan mendapatkan informasi gantangan dari perspektif elit, sebab mereka yang menjadi tokoh masyarakat ini memang biasanya menempati posisi sosial yang tinggi (golongan menengah ke atas) ditengah warganya. Selain itu, karena banyak permasalahan warga dan komunitas yang diselesaikan melalui perantara mereka, maka para tokoh masyarakat ini juga sangat memahami karakteristik maupun masalah-masalah yang

(8)

dihadapi oleh warganya, sehingga sangat relevan untuk menjadi narasumber penelitian.

Sedangkan wawancara mendalam pasca-forum komunitas

dilakukan kepada orang-orang yang namanya sering disebut-sebut oleh warga lainnya ketika proses forum komunitas berlangsung. Biasanya mereka adalah orang-orang yang memegang peran tertentu dalam sistem pertukaran sosial Gantangan ini, seperti bandar, panitia hajat, bapak hajat dan aktor-aktor lain yang peran dan posisinya masih belum begitu terang bagi peneliti. Dalam sebuah sistem pertukaran sosial seperti gantangan ini, kepemimpinan memang tidak selalu berada di tangan para pejabat formal (kepala desa atau kepala dusun). Terkadang pemimpin atau orang-orang yang dianut oleh masyarakat adalah mereka yang bukan pejabat pemerintahan atau tokoh-tokoh formal, seperti sesepuh, tokoh pengajian ibu-ibu, mandor di perkebunan, pemilik warung, dan lain sebagainya. Mereka yang namanya selalu disebut adalah yang memiliki peran besar dalam pertukaran sosial gantangan ini, sehingga sangat relevan untuk menjadi informan kunci (key informan) dalam penelitian.

3.4. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung oleh penulis, baik terhadap pelaksanaan pesta hajatan, gantangan maupun terhadap kondisi umum dari desa-desa di lokasi penelitian. Pengamatan terhadap pesta hajatan dan gantangan dilakukan misalnya dengan keterlibatan secara langsung, baik sebagai tamu kondangan biasa maupun secara khusus meminta ijin kepada bapak hajat untuk mengamati seluruh aktivitas persiapan, pelaksanaan hingga pasca hajat gantangan. Pengamatan ini sangat membantu penulis dalam menghayati kondisi kehidupan sehari-hari dari komunitas di tiga desa miskin yang berbeda satu sama lain. Misalnya saja di desa Jayamukti (Subang Utara) yang berhawa panas, berdebu, dan

(9)

sulit mendapatkan air bersih tentu saja memiliki pola perilaku masyarakat yang berbeda dengan di desa Cimenteng (Subang Selatan) yang relatif dingin, berbukit-bukit dan memiliki banyak mata air. Selain dicatat dalam log book penulis, hasil pengamatan ini sebagian juga didokumentasikan dalam bentuk rekaman audio visual maupun dalam bentuk foto.

3.5. Simulasi Model Permainan

Basis dalam membangun model komputasional (computational

sociology) untuk pertukaran gantangan ini sebenarnya berakar dari teori

permainan dilema dalam penjara (prisoner’s dilemma). Dalam prisoner’s dilemma diceritakan Polisi menangkap 2 tersangka sebuah kasus kriminal. Mereka diinterogasi secara terpisah, dan tidak ada komunikasi di antara mereka. Karena bukti-bukti belum cukup, maka polisi memberi mereka 2 pilihan: menyangkal atau mengakui keterlibatan mereka berdua. Jika keduanya menyangkal, maka A dan B akan mendapat hukuman penjara 1 tahun. Jika A menyangkal dan B mengaku, maka A akan diganjar 10 tahun penjara, dan B bebas. Jika A mengaku dan B menyangkal, maka A bebas dan B mendapat hukuman 10 tahun. Jika keduanya mengaku, masing-masing akan diganjar 8 tahun. Dari berbagai pilihan yang tersedia itu, hasil akhir pengambilan keputusan digambarkan dalam bentuk payoff matrix sebagai berikut :

Tabel 6. Payoff Matrix Prisoner’s Dilemma

Strategi Napi B

Menyangkal Mengaku

Napi A Menyangkal -1, -1 -10,0

Mengaku 0,-10 -8,-8

Dari model dasar Prisoner’s dilemma tersebut, permodelan matematis untuk petukaran sosioal Gantangan juga berusaha dibangun.

(10)

Agar permainan “gantangan” dapat dimodelkan secara matematis, diperlukan 4 elemen dasar dari sebuah permainan, yaitu : (1) Pemain, (2) Tindakan (3) Payoff dan (4) Informasi. Keempat elemen itu disebut juga

Rules of The Game. Para pemain – dalam konteks ini para aktor gantangan

- berusaha memaksimalkan ganjaran mereka, dengan cara memilih strategi yang tepat berdasarkan informasi yang mereka miliki. Keadaan di mana setiap pemain telah menentukan strategi yang optimal disebut kesetimbangan (equilibrium). Dengan mengetahui kesetimbangan dari suatu game, pemodel dapat mengetahui tindakan/strategi apa yang dipilih oleh para pemain yang terlibat, dan juga outcome dari permainan tersebut.

Payoff adalah sebuah bilangan yang merepresentasikan derajat hasil

(utilitas) yang diinginkan oleh pemain yang terlibat. Semakin besar nilai

payoff, semakin menguntungkan bagi pemain. Dalam sebuah permainan,

Gambar

Tabel 5. Jadwal dan Jumlah Partisipan dalam Forum Komunitas
Gambar 7. Perbandingan Jumlah Informan wawancara kelompok  terfokus di tiga desa lokasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kesadaran

Bunda Maria, yang terkejut dengan pewartaan malaikat Gabriel, menunjukkan ketaatan iman yang mendalam: percaya akan karya Allah yang mustahil di mata manusia, bersukacita akan

Hal ini menyebabkan ditemukannya pergeseran bentuk dalam TSa, khususnya pergeseran bentuk pada unit, karena terjemahan verba pasif TSu diterjemahkan menjadi verba

Percobaan ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi pemanfaatan serbuk sari mentimun KE014 yang telah mendapatkan perlakuan pengeringan dan penyimpanan dalam produksi

Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas tabir surya dengan metode Mansur secara in-vitro menggunakan spektrofotometer UV/Vis untuk menentukan nilai FPS

Walk-in dan Call-in dengan uang muka, penjualan tunai dari Sales Counter melalui Walk-out , penjualan tunai dari Sales Counter. melalui Call-out tanpa uang

a) Pemenang lomba ditentukan berdasarkan nilai tertinggi yang diberikan oleh Ketua Juri. b) Lomba dilaksanakan dengan menerapkan 1 (satu) kali tampil untuk setiap peserta

Campuran aspal beton yang menghasilkan nilai stabilitas Marshall terbaik adalah campuran dengan variasi agregat halus pasir (50%) dicampur dengan limbah pecahan keramik