• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: Model, Numbered Heads Together, aktivitas, hasil belajar. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: Model, Numbered Heads Together, aktivitas, hasil belajar. Abstract"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NO. 7 KAMPUNG BARU KECAMATAN BULELENG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

I Kd Sweca Adnyana, Md Sumantri, Wy. Suwatra Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: (swecabagoes@yahoo.com, madeSumantri@yahoo.co.id, suwatra86@yahoo.com) @undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan masalah yang ditemukan di lapangan terkait rendahnya aktivitas dan hasil belajar siwa, maka solusinya adalah dengan menerapkan model Numbered Heads Together. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SD N 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V di SD No. 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 11,20%, dari 64,40% dalam kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 81,18% atau berada pada kategori aktif pada siklus II. Penerapan model NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD No. 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa dari 65,80% atau berada pada kategori cukup dengan ketuntasan belajar sebesar 58,06% pada siklus I menjadi 73,50% atau berada pada kategori baik pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 83,87%. Adapun persentase peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 8,02%.

Kata kunci: Model, Numbered Heads Together, aktivitas, hasil belajar

Abstract

This study is a classroom action research that aims to improve the activity and student learning outcomes. Based on the problems found in the related field of low activity and learning outcomes siwa, then the solution is to implement model NHT. Research subject is the fifth grade students of primary school no 7 Kampung Baru school year 2013/2014, amounting to 19 students consisting of 10 boys and 9 girls. Based on the results of this study concluded that the implementation model NHT (Numbered Heads Together) can enhance science learning activities in class V at primary school No. 7 Kampung Baru school year 2012/2013. It is evident from the increase in the average percentage of students' learning activities by 11.20%, from 64.40% in the moderately active category in the first cycle to 81.18% or are in the active category on the second cycle. The

(2)

implementation of cooperative learning model NHT can improve science learning outcomes in class V at primary school No. 7 Kampung Baru school year 2013/2014. It is evident from the increase in the average percentage of student learning outcomes or 65.80% are in the category with enough mastery learning of 58.06% in the first cycle to be at 73.50% or better on the second cycle category with mastery learning amounted to 83.87%. The average percentage improvement of learning outcomes from the first cycle to the second cycle of 8.02%.

Kata kunci: models, Numbered Heads Together activities, learning outcomes. PENDAHULUAN

Pendidikan di Sekolah Dasar dilaksanakan atas dasar kurikulum yang berlaku. Hal ini dinyatakan oleh definisi kurikulum yang tertera pada pasal I ayat 13 dalam Undang-undang Pendidikan Nasional No 19 Tahun 2005 yang berbunyi sebagai berikut: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dalam pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan mengajar” (Rohani, 2004:20).

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, ditemukan masalah mutu pendidikan yang amat pelik, karena dalam pendidikan menyangkut bermacam-macam aspek, pendekatan serta kriteria dan kepentingan yang terkait dengan penilaian mutu tersebut. Salah satunya dapat di lihat dari permasalahan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam secara kualitatif diduga disebabkan karena masih rendahnya kemampuan guru dalam memilih model/metoda pembelajaran dalam mengembangkan strategi pembelajaran dan penerapanya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kurang mampu merangsang dan menarik minat siswa untuk terlibat secara optimal mengikuti pembelajaran yang di lakukan guru, serta kurang mampu menantang dan membudayakan siswa untuk belajar, serta kurang mendukung produktivitas dan pengembangan berfikir peserta didik. Kemampuan guru yang kurang menguasai metoda dalam kegiatan pembelajaran mengakibatkan rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

sehingga berdampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa karena peserta didik kurang tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru.

Banyak solusi yang telah di upayakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, namun belum mencapai hasil yang maksimal, bahkan tidak jarang alternatif yang di upayakan mendatangkan permasalahan baru yang lebih serius. Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan sekarang, pendidikan sangat menentukan pribadi dan watak seseorang juga masa depan seseorang karena tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia.

Setiap guru meningkatkan pengetahuan terkait dengan materi yang di ajarkan, strategi dan model pembelajaran dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam adalah metode ceramah, perlu disadari kelemahan metode ceramah yaitu: (1) siswa hanya menerima informasi secara pasif, (2) siswa belajar secara individu, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoretis, (4) perilaku dibangun atas kebiasaan, dan (5) keterampilan hanya dikembangkan atas dasar latihan.

Untuk menciptakan pembelajaran konstruktivistik, maka dapat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT . Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke

(3)

dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Dengan model ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.

Berdasarkan permasalahan dan kemampuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang telah diungkapkan, adapun solusi yang dilakukan yaitu dengan mengajukan sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 7 Kampung Baru Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Alasan menggunakan siswa kelas V sebagai subjek penelitian tersebut adalah, dimana perkembangan siswa kelas V SD N 7 Kampung Baru karena sangat cocok dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPA. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Numbered heads Together.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), oleh karena itu tiap tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pemantauan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini dinggunakan analisis deskriptif kuantitatif. “Analisis

deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperolah kesimpulan umum” (Agung, 2005:96).

Data aktivitas belajar Sains (IPA) secara klasikal (M) dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

(Agung, 2005:95) Keterangan :

M = Mean (rata-rata) ∑X = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya siswa

Mencari persentase tingkat aktivitas belajar digunakan rumus sebagai berikut. M =

(Agung, 2005:96) Keterangan :

M% = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal

Hasil analisis persentase aktivitas belajar Sains (IPA) yang diperoleh selanjutnya dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan berpedoman pada kriteria yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Rentangan skor Kategori

85-100 Sangat Aktif

75-84 Aktif

65-74 Cukup Aktif

40-64 Kurang Aktif

0-39 Sangat kurang Aktif

Adapun rumus-rumus analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan sebagai berikut.

Menghitung hasil belajar siswa secara individual dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

(Nurkancana dan Sunartana, 1990)

(4)

Keterangan:

P = Skor hasil belajar siswa secara individual

X = Skor hasil belajar siswa yang diperoleh

Smi = Skor Maksimal ideal

Menghitung rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

(Agung, 2005:95) Keterangan:

M = Rata-rata skor hasil belajar siswa = Jumlah skor seluruh siswa N = Jumlah seluruh siswa

Menghitung persentase rata-rata hasil belajar secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

(Agung, 2005)

Keterangan: M% = Rata-rata persentase skor hasil belajar siswa

M = Rata-rata skor hasil belajar siswa Msi = Skor Maksimal ideal

Menghitung tingkat ketuntasan belajar secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

(Nurkancana dan Sunartana, 1990)

Keterangan :

KB = Ketuntasan Belajar

= Jumlah siswa yang nilainya lebih besar dari KKM

= Jumlah siswa

Selanjutnya tingkat keberhasilan tentang hasil belajar siswa pada pelajaran IPA, dianalisis dengan membandingkan (M%) atau persentase rata-rata hasil belajar siswa ke dalam PAP skala 5 dengan kriteria yang dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.

Rentangan

Skor (%) Kategori Keterangan 85-100 Sangat Aktif Tuntas

75-84 Aktif Tuntas

65-74 Cukup Aktif Tuntas 40-64 Kurang Aktif Tidak Tuntas

0-39 Sangat Tidak Tuntas

Kurang Aktif Hasil dan Pembahasan

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V semester I SD No. 7 Kampung Baru Kabupaten Buleleng Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester I dengan jumlah siswa 31 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar pada akhir siklus. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data tentang aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditentukan.

Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan analisis data pada tindakan siklus I, maka rata-rata aktivitas belajar siswa secara kalsikal (M) untuk siklus I dapat dihitung sebagai berikut.

M = N X = 31 8 , 119 = 3,86

Berdasarkan hasil analisis data skor aktivitas belajar siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru, pada siklus I diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 3,86. Berdasarkan hasil analisis rata-rata aktivitas belajar siswa, maka untuk mengetahui persentase rata-rata aktivitas belajar siswa (M%) pada siklus I dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

%

M = 100%

SMi M

(5)

100% 6 86 , 3 = 64,40%

Dengan demikian pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 64,40%. Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada kriteria 65%-74% atau berada dalam kategori kurang aktif. Artinya, aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan sebesar 75%-84% atau berada pada kategori aktif.

Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus I, maka rata-rata hasil belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. M = N X = 31 203 = 6,54

Berdasarkan hasil analisis data skor hasil belajar siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru, pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 6,54. Berdasarkan hasil analisis rata-rata hasil belajar siswa, maka dapat dicari persentase rata-rata hasil belajar siswa (M%) pada siklus I dengan menggunakan rumus sebagai berikut. % M = 100% SMi M 100% 10 54 , 6 = 65,48%

Dengan demikian pada siklus I persentase rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 65,48%. Bila dikonversikan ke dalam PAP skala 5 pada penggolongan hasil belajar siswa berada pada kriteria 65%-69% atau berada dalam kategori cukup aktif. Dari data pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 31 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar, sebanyak 18 orang siswa hasil belajarnya sudah

dikatakan tuntas, dan 13 orang hasil belajar siswa belum tuntas.

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I, untuk menghitung tingkat ketuntasan belajar pada siklus I secara klasikal dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. % 100 N KKM n KB % 100 31 18 = 58,06%

Berdasarkan analisis data di atas, dapat ditunjukkan bahwa pada siklus I tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 58,06%. Dengan mencapai target tersebut penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal ini dilaksanakan karena batas penguasaan materi secara klasikal belum mencapai target yang diharapkan yaitu 70%.

Untuk persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru dapat juga dilihat pada tabel 4.3 dan gambar grafik 4.1 berikut ini.

No. Penelitian Aktivitas Belajar Hasil Belajar 1 Siklus I 64,40% 65,48% 64.40 % 58.06 % 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% Siklus I Aktivitas belajar

(6)

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 tersebut, dapat ditegaskan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 64,40% dan persentase rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 58,06%.

Hasil Penelitian Siklus II

Berdasarkan analisis data pada tindakan siklus II, maka rata-rata aktivitas belajar siswa secara kalsikal (M) untuk siklus II dapat dihitung sebagai berikut.

M = N X = 31 6 , 151 = 4, 87

Berdasarkan hasil analisis data skor aktivitas belajar siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru, pada siklus II diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 7,68. Berdasarkan hasil analisis rata-rata aktivitas belajar siswa, maka untuk mengetahui persentase rata-rata aktivitas belajar siswa (M%) pada siklus II dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% M = 100% SMi M 100% 6 87 , 4 = 81,18%

Berdasarkan analisis data di atas, maka diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 81,18%. Dari data tersebut dapat diperlihatkan bahwa aktivitas belajar mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas belajar sebelumnya sebesar 64,40%. Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada kriteria 75%-84% atau berada dalam kategori aktif. Artinya, aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan sebesar 75%-84% atau berada pada kategori aktif.

Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus II, maka rata-rata hasil belajar

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. M = N X = 31 228 = 7,35

Berdasarkan hasil analisis data skor hasil belajar siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru, pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 7,35. Berdasarkan hasil analisis rata-rata hasil belajar siswa, maka dapat ditentukan persentase rata-rata hasil belajar siswa (M%) pada siklus II dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% M = 100% SMi M 100% 10 35 , 7 = 73,50%

Dengan demikian pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,50%. Bila dikonversikan ke dalam PAP skala 5 pada penggolongan hasil belajar siswa berada pada kriteria 70%-84% atau berada dalam kategori baik. Dari data pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa dari 31 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar, sebanyak 26 orang siswa pretasi belajarnya sudah dikatakan tuntas, dan 5 orang siswa hasil belajar siswa belum tuntas.

Hasil tes siklus II menunjukkan adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat nilai yang tergolong dalam kategori baik dibandingkan dengan hasil tes sebelumnya. Adapun persentase peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari 65,48% pada siklus I menjadi 73,50% pada siklus II, yaitu sebesar 8,02%.

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II, maka dapat dianalisis tingkat ketuntasan belajar pada siklus II secara klasikal dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(7)

% 100 N KKM n KB % 100 31 26 = 83,87%

Berdasarkan analisis data di atas, dapat ditunjukkan bahwa pada siklus II tingkat ketuntasan pretasi belajar siswa secara klasikal sudah memenuhi standar pencapaian minimum 70%, dengan perolehan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai sebesar 83,87%. Dari hasil tersebut juga dapat ditentukan 16,13% siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Walaupun sebanyak 5 orang siswa (16,13%) belum tuntas, namun secara klasikal ketuntasan belajar siswa sudah berhasil tercapai yaitu sebesar 83,87%. Dengan mencapai target tersebut penelitian pada siklus II dihentikan.

Persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 7 Kampung Baru pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 dan dapat digambarkan pada grafik 4.2 berikut ini.

No. Penelitian Aktivitas Belajar

Hasil Belajar

1 Siklus II 81,18% 73,50%

Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.2 tersebut, dapat ditegaskan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 81,18% dan persentase rata-rata hasli belajar siswa secara klasikal sebesar 73,50%.

Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap aktivitas belajar siswa dari siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari kategori cukup aktif menjadi aktif. Siswa sangat antusias terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pelajaran IPA. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 64,40% atau berada pada kategori cukup aktif. Hal ini disebabkan oleh banyaknya siswa yang belum memenuhi beberapa indikator aktivitas belajar yang dipakai pedoman seperti: (1) menyampaikan pendapat dan memberikan saran dalam berdiskusi siswa cendrung malu dan takut salah, (2) mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa juga masih menunjukkan rasa malu dan takut, (3) dalam melakukan demonstrasi atau kerjasama dalam diskusi kelompok, siswa masih belum tahu cara berdiskusi dengan kelompoknya. Kebanyakan siswa bergantung pada temannya yang mempunyai kemampuan lebih, sehingga dalam diskusi kelompok pembelajaran hanya berpusat pada siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih, (4) pada saat melakukan suatu diskusi, mengamati, dan mendengarkan penyajian bahan masih banyak siswa yang belum melakukannya dengan baik, kebanyakan siswa hanya bermain-main, (5) memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, siswa kurang bersemangat dan cenderung menunggu jawaban guru.

Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I. Pada siklus selanjutnya, guru berupaya memberikan bimbingan kepada siswa agar tidak merasa malu dan tidak takut dalam mengemukakan pertanyaan, 81,18 % 73.50 % 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Siklus II

(8)

memberikan saran kepada temannya, dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II, maka persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 81,18% dengan kategori sangat aktif. Adapun peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 11,20%. Pada siklus II ini, secara umum tidak ada lagi kendala-kendala yang ditemui seperti pada pelaksanaan siklus I. Siswa sudah terbiasa dan terlatih untuk belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran umumnya sudah memenuhi pedoman yang ditunjukkan pada indikator aktivitas belajar siswa.

Hasil analisis data hasil belajar siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, menunjukkan bahwa persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65,48% atau berada pada kategori cukup, sedangkan pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,50% atau berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,02%. Pada siklus I persentase rata-rata hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala sebagai berikut. (1) Siswa merasa enggan dengan anggota kelompoknya karena dulunya mereka bukan teman akrab, sehingga siswa kurang antusias dalam melakukan kegiatan pembelajaran, (2) Selama kegiatan diskusi kelompok siswa kurang memahami cara belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, (3) Dalam melakukan kegiatan baik diskusi maupun demonstrasi siswa masih malu bertanya, baik kepada guru maupun kepada siswa lain jika ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) Pada saat menyampaikan

jawaban, siswa kurang bersemangat dan masih berorientasi kepada guru, dan (5) Siswa belum mampu mengaitkan pembelajaran yang diberikan dengan kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui pada siklus I, maka dilakukan berbagai upaya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Tidak mengadakan perubahan pada formasi kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengenal temannya lebih dekat. (2) Lebih mensosialisasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT sebelum siswa memulai kegiatan dalam kelompoknya, termasuk peran guru dalam pembelajaran hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator. (3) Siswa diberikan kebebasan dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. (4) Dalam menjawab pertanyaan siswa diarahkan untuk menyampaikan jawabannya kepada seluruh siswa bukan kepada guru saja. (5) Lebih banyak memberikan tugas secara individu untuk dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, serta membagikan hasil tugas yang dikerjakan agar siswa bersemangat untuk mengerjakan tugas berikutnya. Melalui perbaikan-perbaikan tersebut, maka pada siklus II hasil belajar siswa meningkat.

Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa mengindikasikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

Selain itu, dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, yaitu dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di

(9)

dalam kelas. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT tersebut dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar siswa serta mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, nyaman, dan bermakna. Dengan demikian peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V di pendidikan dasar, yaitu SD No. 7 Kampung Baru dapat tercapai.

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dan hasil dari analisis data, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas V di SD No. 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2012/2013 . Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 11,20%, dari 64,40% dalam kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 81,18% atau berada pada kategori aktif pada siklus II. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD No. 7 Kampung Baru tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa dari 65,80% atau berada pada kategori cukup dengan ketuntasan belajar sebesar 58,06% pada siklus I menjadi 73,50% atau berada pada kategori baik pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 83,87%. Adapun persentase peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 8,02%.

Bertitik tolak dari simpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Seluruh siswa kelas V SD No. 7

Kampung Baru agar dalam proses pembelajaran yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) siswa selalu mengikuti dan memperhatikan pelajaran dan materi yang diperoleh dengan sungguh-sungguh sehingga dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Guru-guru pengajar bidang studi IPA di sekolah dasar agar dalam mengelola proses pembelajaran menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Kepala Sekolah disarankan agar dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPA khususnya dan bidang studi lain pada umumnya.

Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam mata pelajaran IPA khususnya maupun pada bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya dan memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan menyempurnakan pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Ahmadi. A. & Supriyono. W. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Bahri, Djamarah. Drs. Syaiful. 1990:71. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya-indonesia. Usaha Nasional

(10)

Dimyanti dan Moedjiono. 1994:110. Belajar dalam Pembelajaran. Jakarta: DEPNIKNAS

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Herdian. 2009. “Model Pembelajaran

Kuantum”. Tersedia pada http://herdy07.wordpress.com/2009/ 04/29/model-pembelajaran-quantum/ (diakses tanggal 26 Februari 2012). Kasbolah, Kasihani. 1998. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Malang: Depdikbud Dikti.

Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT terdapat

pada

http://wawan-junaidi.blogspot,com/2010/05pembe lajaran-kooperatif-tipe-nht.html di unduh pada tanggal 17 juli 2012. Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyid, Harun, dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Rifai, Ahmad. Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Mas

Rohani, Ahmad. Drs. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Bineka Cipta Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sardiman. 1992. Pengertian Prestasi

Belajar. Tersedia Pada: http://Sunartombs.wordpress.com/ 2009/01/05/Pengertian-Prestasi-Belajar/.

( Diakses Tanggal: 11 November 2009).

Sumantri, Mulyani. Dkk. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Suryatini, I Gusti Ayu Ngurah. 2009. Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar No 2 Penrukan Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Singaraja : Undiksha.

Tabrani, A. Rusyan. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif. Bandung: Bina Budaya

Referensi

Dokumen terkait

Rute ditempuh lewat jalan air yang merupakan rawa dataran rendah ditumbuhi vegetasi rawa, dengan kerapatan cukup tinggi.. Rute ini terdapat padang alang-alang

Teknik ini merupakan teknik yang paling mudah dimana risiko yang kita ambil hanya sebatas berapa poin yang telah kita tentukan (misalnya 50 atau 70 poin dari harga yang kita

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa didapat- kan peningkatan cleaved caspase -3 setelah pemberian kemoterapi neoadjuvan cisplatin, sehingga pada penelitian

 Periode pemantauan untuk kualitas udara ambien saat ini di Indonesia belum ada aturannya, namun sebaiknya juga dilakukan 6 bulan sekali untuk melihat pengaruh kualitas udara

Kepada pemerintah dari pusat sampai desa-desa, perlu memperhatikan, bekerja dan bertanggungjawab atas perencanaan dan pendayagunaan Dana Desa berdasarkan hukum dan

Pada hari ini Rabu tanggal Tujuh belas bulan Juni tahun Dua ribu lima belas kami yang bertanda tangan dibawah ini Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Kabupaten Aceh Barat Daya

Apabila Saudara tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan tersebut di atas, akan dinyatakan gugur / tidak memenuhi persyaratan kualifikasi.. Demikian undangan ini