• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

K U R I K U L U M 2 0 0 4

STANDAR KOMPETENSI

Mata Pelajaran

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

(2)

Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu SMP, - Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003 iv, 32 hal.

(3)

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum.

Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.

Dokumen kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Standar Bahan Kajian dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran yang disusun untuk masing-masing mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan. Dokumen ini adalah Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk satuan pendidikan SMP.

Dengan diterbitkan dokumen ini maka diharapkan daerah dan sekolah dapat menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan pembelajaran di sekolah masing-masing.

Jakarta, Oktober 2003 Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan

Dr. Boediono NIP. 130344755 Direktur Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah

Dr. Ir. Indra Jati Sidi NIP. 130672115

(4)

3 4 5 5 8 8 9 9 10 11 11 16 16 23 27 KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... I. PENDAHULUAN ... A. Rasional ... B. Pengertian ... C. Fungsi dan Tujuan ... D. Ruang Lingkup ... E Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ... F. Standar Kompetensi Bahan Kajian ... G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran ... H. Rambu-rambu ... II. KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN MATERI POKOK ... Kelas VII ... Kelas VIII ... Kelas IX ...

(5)

PENDAHULUAN

1

Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Di awal melinium ketiga ini telah dikembangkan kurikulum pendidikan agama Hindu SMP secara Nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan cici-ciri antara lain:

1. Lebih menitik beratkan pencapaian target kompetensi (attaiment targets) dari pada penguasaan materi;

2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan yang mengembangkan dan yang melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Walaupun Kurikulum Nasional ini lebih global dibandingkan Kurikulum 1994, model ini diharapkan lebih membantu Guru karena dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas, materi standar, indikator, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman pemahaman terhadap standar Nasional, yang dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar Nasional, Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan, untuk itu perlu adanya penjabaran tentang Kurikulum yang berbasis Kompetensi Dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin tercapainya Kompetensi Dasar Nasional mata pelajaran pendidikan agama Hindu.

A. Rasional

Dalam perjalanan sejarah kehidupan dan peradaban manusia di awal melinium ketiga ini telah terjadi perubahan-perubahan dipelbagai bidang dan dimensi. Merespon penomena itu, manusia terpacu untuk mengembangkan pendidikan dalam ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti, maupun ilmu-ilmu terapan Masyarakat telah sampai pada era

(6)

modern tertinggi, sangat maju dalam atribut kehidupan duniawi. Dengan munculnya sejumlah krisis kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi politik, ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan ras, perilaku menyimpang, belakangan ini dipertanyakan peranan dan efektifitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai acuan tertinggi secara spiritual terhadap kesejahteraan nasional. Dengan asumsi ini jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kerjasama dan toleransi dalam masyarakatpun akan lebih baik.

Namun kenyataannya seolah-olah pendidikan agama tidak banyak memberikan kontribusi terhadap pembekalan peserta didik hingga periode reformasi ini. Ternyata setelah ditelusuri pendidikan agama menghadapai persoalan dari berbagai sisi, antara lain: waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian agama yang berbeda jauh dengan tuntutan mata pelajaran lainnya.

Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama di sekolah-sekolah sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Banyak faktor-faktor instrumental yang ikut menentukan tetapi perlu diakui bahwa selain keberhasilan dalam memberikan kontribusinya dalam meningkatkan ketaatan menjalankan agamanya, pada aspek hubungan vertikal dengan Tuhan, dalam pelaksanaan pendidikan agama masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus menerus. Kelemahan lain, materi pendidikan agama Hindu, termasuk bahan ajar susila lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik), sehingga peranan humanistis dari susila tidak banyak teralisasi. Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah juga menghadapi kendala kurangnya keikutsertaan Guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu persoalan lain yang dihadapai adalah lemahnya sumber daya pendidikan seperti kurangnya

(7)

kemampuan guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, rendahnya sambutan orang tua siswa yang kurang mendukung pendidikan agama peserta didik.

Dari kronologi Kurikulum 1975, 1984, 1994, target yang harus dicapai ‘attaiment targets’ dicantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal ini kurang memberi acuan standar yang jelas tentang kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik dan hasil belajar yang diinginkan atas dasar teori dan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum yang telah lama dipraktekkan di berbagai mancanegara seperti: Singapura, Australia, Inggris dan Amerika; juga didorong oleh harus reformasi, visi, misi, dan paradigma baru pendidikan agama Hindu, maka penyusunan Kurikulum agama Hindupun dilakukan dengan berbasis kemampuan dasar (basic competencies).

Sejalan dengan itu, terlihat pula realisasi bahwa Kurikulum pendidikan agama tahun 1994 lebih menekankan materi standar, lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta didik terabaikan.

Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat, serta dukungan sumber daya lingkungan dan lain-lain.

Kurikulum pendidikan agama Hindu tahun 1994, walaupun telah mempertimbangkan kemampuan efektif dan psikomotorik dalam rumusan tujuan pembelajaran, dalam implementasinya dirasakan masih terasa lebih didominasi pencapaian kognitif. Selain itu Kurikulum 1994 juga dirasakan kurang mengakomodasi keragaman kebutuhan daerah. Walaupun secara nasional kebutuhan keragaman siswa pada dasarnya tidak berbeda. Dengan mempertimbangkan ini maka disusun Kurikulum nasional pendidikan agama Hindu yang berbasis pada kompetensi dasar (basic competencies) yang mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi siswa secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kurikulum pendidikan agama Hindu sesuai dengan kebutuhan daerah/sekolah.

(8)

B. Pengertian

Pendidikan agama Hindu adalah upaya sadar dan terencana, menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Hindu dari sumber utamanya kitab suci: Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti. Pendidikan agama Hindu diarahkan untuk membangun kualitas mental pribadi siswa agar memiliki visi yang jelas, wawasan dan pengetahuan yang kontekstual, tujuan hidup yang jelas, komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup secara harmonis dan kreatif dalam masyarakat yang pluralistic, kepedulian terhadap lingkungan, dan berkarya sesuai dengan swadharmanya. Kualitas mental tersebut menjadi penentu arah, penghela, motivator dan fasilitator dalam pengembangan swadharma hidupnya.

Pendidikan agama Hindu diharapkan dapat membangun kesadaran akan persoalan bukan saja hidup sesudah mati tetapi juga apa harus diperbuat selama hidup didunia ini. Kesadaran dibangun meningkat mulai dari kesadaran (a) hidup untuk mencari makan, (b) hidup untuk mendapatkan rasa aman, (c) hidup untuk diterima oleh masyarakat, (d) hidup untuk mendapatkan status kehormatan, (e) hidup untuk menemukan makna hidup, dan (f) hidup untuk tidak hidup kembali (baca lahir kembali) sesuai dengan tingkatan kehidupannya.

C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi

Pendidikan Agama Hindu berfungsi untuk:

a. Penanaman nilai-nilai ajaran Agama Hindu yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup (Moksartham Jagadhita);

b. Pengembangan Sradha dan Bhakti kehadapan Hyang Widhi (Brahman);

c. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem, dan fungsinya;

(9)

d. Penyiapan kemampuan sikap mental siswa yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi;

e. Mempersiapkan kematangan dan daya resistensi siswa dalam mengadaptasi diri terhadap lingkungan fisik dan sosial. f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari

g. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif yang diakibatkan oleh pergaulan dunia luar

2. Tujuan

Pendidikan Agama Hindu bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan Sraddha (iman) dan Bhakti (ketaquaan) siswa kehadapan Brahman melalui pelatihan penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Hindu, sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadhita.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pendidikan Agama Hindu meliputi Sradha, Susila, Yadnya, Kitab suci, Orang suci, Tempat Suci, Hari Suci, Kepemimpinan, Alam semesta, Budaya, dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu.

E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum

Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar sepanjang hayat sebagai akumulasi kemampuan setelah seseorang mempelajari berbagai kompetensi dasar yang dirumuskan setiap mata pelajaran.

Kompetensi Lintas Kurikulum tersebut dirumuskan menjadi sembilan kompetensi sehingga siswa mampu:

1. Memiliki keyakinan, mempunyai hak, menjalankan kewajiban dan berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya, serta menyadari bahwa setiap orang perlu saling menghargai dan merasa aman.

(10)

2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.

3. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik numerik dan spasial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur, dan hubungan.

4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber serta menilai kebermanfaatannya. 5. Memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

6. Memahami konteks budaya, geografi, dan sejarah, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budaya global.

7. Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di lingkungan untuk saling menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

8. Menunjukkan kemampuan berpikir konsekuen, berpikir lateral, berpikir kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

9. Menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

F. Standar Kompetensi Bahan Kajian

Siswa beriman dan bertaqua kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami, menghayati ajaran agamanya serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.

Dalam landasan hukum Hindu seperti Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastusti; siswa memiliki Sradha dan Bhakti kepada Brahman berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku

(11)

sehari-hari dalam hubungannya dengan Tuhan, Sesama manusia dan Alam sekitar; mampu membaca dan memahami Weda mampu beryadnya dan berkarma dengan baik dan benar; serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat bergama.

G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

1. Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan konsep-konsep ajaran lainnya; 2. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Susila Agama

Hindu dalam kehidupan nyata;

3. Memahami, menghayati dan mengaplikasikan konsep-konsep Yadnya dalam kehidupan nyata;

4. Memahami, menghayati dan mengamalkan Kitab Suci Weda; 5. Mengenal, meyakini dan mendalami sejarah dan ajaran Orang Suci: 6. Mengenal esensi, fungsi dan pelestarian Tempat Suci;

7. Mengenal Hari-Hari Suci keagamaan serta memanfaatkannya untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada Hyang Widhi (Brahman) cintakasih terhadap sesama, dan harmonis dengan alam lingkungan;

8. Memahami, menghayati, mengamalkan, serta membudayakan Konsep Kepemimpinan dalam berbagai ilmu kehidupan dalam menjalankan swadarma masing-masing;

9. Mengenal hakekat alam semesta beserta berbagai basis dari kesadaran hidup didalam menunaikan swadarma;

10. Memahami, menghayati dan memanfaatkan budaya untuk menyuburkan semangat relegiositas;

11. Mendalami sejarah perkembangan Agama Hindu sebagai refleksi untuk kehidupan mendatang.

H. Rambu-rambu

1. Pendekatan pembelajaran

Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu menggunakan pola pendekatan terpadu, demokratis, humanistis, fungsional, dan

(12)

kontekstual sesuai dengan dinamika perkembangan berbangsa dan bernegara serta tuntutan masyarakat modern yang pluralistik dan turbelent.

Pendidikan Agama Hindu agar lebih fungsional dan bermakna bagi siswa maka strategi pembelajaran yang digunakan meliputi lima dimensi pendekatan yaitu:

• Pendekatan dengan dimensi Konsekuensial yaitu pola pendekatan pembelajaran yang menekankan pada peranan dan fungsi Agama Hindu sebagai sumber motivator dan sumber inspirasi dalam berperilaku keseharian sesuai dengan swadharma siswa sebagai anak bangsa. Siswa dilatih dan dibiasakan mempraktekkan dan merasakan manfaat pengamalan ajaran Agama Hindu dalam kehidupan nyata seperti berperilaku jujur, sopan dan santun, tertib, taat waktu, bersih, tekun, sabar, bersemangat, tolong menolong, berdana punia, kebajikan, kedamaian, tanpa kekerasan, kemurahan hati, kemandirian, rasa percaya diri, tekad kerja keras, suka pada tantangan, kreatif, bugar dan energik, berinisiatif tinggi berlandaskan pada Dharma. • Pendekatan dengan dimensi Imperensial yaitu pola pendekatan pembelajaran menyangkut penumbuhan dan pengembangan intensitas perasaan-perasaan dan pengalaman religius siswa dalam bentuk upaya-upaya menghadirkan Tuhan dalam kesadaran siswa disetiap saat dan disetiap tempat. Siswa dilatih untuk merasakan Tuhan Maha Ada, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan Maha Pencipta. Dengan demikian siswa terlatih berbuat jujur, tidak sombong, tidak rendah diri, tidak cemas, dan berkeyakinan Tuhan memberi perlindungan pada dirinya. Dimata siswa Tuhan tidak dihadirkan hanya dalam momen-momen eksklusif saja seperti pada saat ada upacara-upacara keagamaan di Pura, melainkan terus menerus dalam setiap langkah kehidupan.

• Pendekatan dengan dimensi Ideologis yaitu pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat keyakinan siswa pada kebenaran Ajaran Agama Hindu. Siswa dibangun kesadarannya agar menghayati Panca Sradha yaitu keyakinan terhadap adanya Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa.

(13)

• Pendekatan dengan dimensi Ritualistik yaitu pola pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan siswa dalam menjalankan ritual-ritual Agama Hindu. Siswa dilatih untuk menjalankan ritual Puja Tri Sandya setiap hari dan aktif mengikuti kegiatan upacara keagamaan pada setiap Purnama Tilem, Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi, Siwaratri, dan hari piodalan lainnya.

• Pendekatan dengan dimensi Intelektual yaitu pola pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai ajaran-ajaran Agama Hindu berkaitan dengan Sradha, Susila, Yadnya, Kitab suci, Orang suci, Tempat Suci, Hari Suci, Kepemimpinan, Alam semesta, Budaya, dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu.

2. Penilaiaan

Penilaiaan adalah suatu usaha untuk memperoleh informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pengembangan kompetensi dasar, sikap atau prilaku serta pengetahuan yang telah dicapai oleh siswa dalam pendidikan agama Hindu Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistimatik dan berkesinambungan dengan aspek yang dinilai, sehingga pada akhirnya muncul informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan. Tujuan dari penilaian proses dan hasil belajar siswa adalah untuk menentukan tingkat ketercapaian kompetensi dasar yang diharapkan. Penilaian juga dapat dijadikan acuan bagi perbaikan dan penyempurnaan PBM dan output pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.

Penilaian hasil belajar siswa untuk pendidikan agama Hindu mencakup ketiga tujuan pembelajaran yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan pendekatan dialogis partisipatif maka hasil belajar lebih berorientasi pada perubahan sikap, pertumbuhan perilaku siswa ke arah yang baik dan benar menurut ajaran agama Hindu dengan memperhitungkan kemampuan siswa memahami pengetahuan agama Hindu dengan benar.

(14)

Penilaian hasil belajar pendidikan agama Hindu adalah pencapaian pembiasaan hidup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tujuan untuk peningkatan Sradha (iman) dan bhakti (ketaqwaan) dari peserta didik kehadapan Brahman melalui pemberian, pemupukan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama sehingga menjadi insan Hindu yang darmika dan mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jhagadhita.

3. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

Pendidikan agama di era modern perlu didukung inovasi-inovasi baru seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Inovasi-inovasi tersebut erat kaitannya dengan kreativitas guru dalam memahami substansi agama yang permanen dan sub informasi yang selalu berubah. Kedua hal tersebut saling terkait dan guru dituntut untuk mampu menjelaskan kepada siswa secara terpadu.

Fasilitas yang dapat mendukung ke era itu perlu diupayakan misalnya komputer yang dilengkapi dengan akses internet, kliping-kliping, artikel-artikel koran dan majalah yang topik-topiknya berkaitan dengan masalah-masalah agama dan kemodernan. Demikian pula fasilitas-fasilitas teknologi lain yang dapat dipergunakan untuk keperluan serupa, antara lain: televisi, radio, vidio, OHP, slide dan media lainnya sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing sekolah.

4. Kompetensi Persatuan Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Kelas VII:

Memahami konsep Asta Iswara, mengenal ajaran tentang atma, memahami karma phala, memahami ajaran phunarbhawa, mengetahui konsep ajaran moksa, memahami konsep pemimpin dan kepemimpinan, mengetahui syair-syair dharma gita (lirik), mengetahui makna tari keagamaan, mengetahui klasifikasi waktu hari suci keagamaan, memahami konsep Tri Kaya Parisudha, memahami konsep Catur Guru, mamahami ajaran Tri Hita Karana,

(15)

memahami syarat-syarat yang harus dipenuhi membangun tempat suci, mengetahui pengelompokan tempat suci sesuai dengan wilayah, fungsi dan sebagainya, mengetahui kedudukan orang suci dalam kehidupan keagamaan, mengetahui pengertian fungsi dan sifat-sifat weda;

Kelas VIII:

Memahami konsep nawa dewata, memahami konsep jiwatman, mengetahui tiga jenis Karma Phala, mamahami konsep Punarbhawa, memahami jenis-jenis Moksa, memahami Bhuana Agung dan Bhuana Alit, memahami kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, memahami kedudukan dan syarat-syarat pemimpin, memahami sumber hukum yadnya, memahami konsep yadnya dan Yama dan Nyama Bratha, memahami konsep Catur Marga;

Kelas IX:

Memahami konsep Purusa dan Prakerti, memahami konsep Tri Sarira, memahami konsep Subha dan Asubha Karma, mengetahui cara-cara mengakhiri Punarbhawa, memahami hambatan mencapai moksa, mengetahui konsep Bhuana Agung dan Bhuana Alit, mengatahui puncak dan kejayaan agama Hindu di Indonesia, memahami jenis-jenis Dharmagita sebagai kidung suci keagamaan, memahami jenis-jenis tari keagamaan, memahami jenis-jenis yadnya, memahami konsep Sapta Timira, memahami konsep Sad Atatayi, memahami konsep Sad Ripu.

(16)

KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR, DAN

MATERI POKOK

2

Kelas : VII

Aspek : Sradha

Sub Aspek : Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, Moksa

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha

Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan konsep-konsep ajaran lainnya;

Memahami konsep Asta Iswara (delapan sifat Kemahakuasaan Tuhan).

Memahami ajaran tentang Atman sebagai kekuatan hidup pada setiap manusia/makhluk hidup.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menuliskan kembali pengertian Asta Iswarya. • Dapat menguraikan bagian-bagian Asta Iswarya. • Dapat menemukan contoh-contoh pembanding delapan sifat kemahakuasaan Tuhan (Asta Iswarya).

• Dapat menguraikan pengertian Atman. • Dapat menguraikan

sifat-sifat Atman yang sama dengan sifat-sifat Brahman. • Dapat menunjukkan contoh-contoh perbandingan tentang sifat-sifat Atman. • Dapat menunjukkan Atman sebagai pemberi hidup. • Pengertian Asta Iswarya. • Bagian-bagian Asta Iswarya. • Contoh-contoh pembanding delapan sifat kemahakuasaan Tuhan (Asta Iswarya).

• Pengertian Atman. • Sifat-sifat Atman. • Atman sebagai

pemberi hidup terhadap badan wadag. • Contoh-contoh

perbandingan tentang sifat-sifat Atman.

(17)

Memahami Karma Phala sebagai hukum yang berlaku secara universal.

Memahami konsep Punarbawa sebagai kesempatan yang utama untuk memperbaiki diri.

Memahami konsep Moksa sebagai tujuan akhir Agama Hindu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan Karma Phala sebagai hukum universal. • Dapat menunjukkan

contoh-contoh perbandingan tentang hakekat hukum karma yang universal dan sebab akibat. • Dapat menguraikan pengertian Punarbawa. • Dapat mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya Punarbawa. • Dapat menunjukkan contoh ilustrasi tentang terjadinya Punarbawa. • Dapat menjelaskan

bahwa Punarbhawa sebagai kesempatan yang baik untuk memperbaiki kualitas diri.

• Dapat menunjukkan contoh ilustrasi tentang Punarbhawa sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. • Dapat menjelaskan pengertian Moksa. • Dapat menguraikan

Moksa sebagai tujuan akhir.

• Dapat membedakan pengertian antara Moksa, sorga dan neraka.

• Dapat mengidentifikasi cara-cara mencapai Moksa.

• Karma Phala sebagai hukum yang berlaku bagi semua orang. • Contoh-contoh

pembanding tentang hakekat hukum karma yang universal dan sebab akibat. • Pengertian Punarbawa. • Sebab-sebab terjadinya Punarbawa. • Contoh ilustrasi tentang terjadinya Punarbawa. • Punarbawa sebagai kesempatan utama untuk meningkatkan diri. • Contoh ilustrasi tentang Punarbawa sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.

• Konsep Moksa sebagai tujuan akhir. • Perbedaan Moksa,sorga dan neraka. • Cara-cara mencapai Moksa.

(18)

Aspek : Kepemimpinan

Sub Aspek : Kepemimpinan dan Pemimpin

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, mengamalkan, serta

membudayakan Konsep Kepemimpinan dalam berbagai ilmu kehidupan dalam menjalankan swadarma masing-masing;

Memahami Konsep Kepemimpinan serta contoh pemimpin Hindu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian pemimpin. • Dapat menjelaskan konsep kepemimpinan. • Dapat menyebutkan contoh pemimpin dikalangan Hindu. • Dapat menemukan tipe-tipe kepemimpinan dalam Itiasa dan Purana. • Dapat mengklasifikasikan karakter tokoh-tokoh pemimpin dalam Mahabarata dan Ramayana. • Dapat meneladani sifat-sifat pemimpin yang baik. • Pengertian pemimpin. • Pengertian kepemimpinan. • Contoh-contoh pemimpin di kalangan Hindu. • Contoh-contoh kepemimpinan dalam Itiasa, Purana, dsb. Mendemonstrasikan Syair-Syair Dharmagita.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menguraikan pengertian syair-syair Dharmagita (lirik). • Dapat menjelaskan

tujuan dari syair (lirik) Dharmagita.

• Pengertian syair Dharmagita • Tujuan yang ingin

dicapai lewat syair tersebut.

Aspek : Budaya

Sub Aspek : Dharmagita dan Tari Keagamaan

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan memanfaatkan budaya

(19)

Memahami makna tari sakral keagamaan Hindu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat melagukan syair-syair Dharmagita. • Dapat menjelaskan

dampak dari adanya Dharmagita

• Dapat menjelaskan makna tari keagamaan. • Dapat menguraikan

tujuan tari keagamaan. • Dapat menguraikan

dampak dari adanya tari keagamaan.

• Dampak dari adanya Dharmagita. • Lirik syair-syair Dharmagita. • Makna tari keagamaan. • Tujuan tari keagamaan. • Dampak dari adanya

tari keagamaan.

Aspek : Hari Suci

Sub Aspek : Klasifikasi waktu pelaksanaan Hari Suci Hindu Standar Kompetensi : Mengenal Hari-Hari Suci keagamaan serta

memanfaatkannya untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada Hyang Widhi (Brahman) cintakasih terhadap sesama, dan harmonis dengan alam lingkungan;

Mengklasifikasi waktu pelaksanaan hari suci keagamaan Hindu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat mengklasifikasi waktu pelaksanaan kegiatan hari suci agama Hindu berdasarkan sasih. • Dapat mengklasifikasi

waktu kegiatan pelaksanaan hari suci berdasarkan wuku. • Dapat mendeskripsikan esensi pemilihan waktu pelaksanaan hari suci.

• Dapat berperan aktif dalam pelaksanaan hari suci.

• Hari Suci Agama Hindu berdasarkan Sasih.

• Hari Suci Agama Hindu berdasarkan Wuku.

• Esensi waktu pelaksanaan hari suci Agama Hindu. • Peranan Umat dalam

pelaksanaan hari suci Agama Hindu.

(20)

Menilai ajaran Tri Kaya Parisudha.

Menilai konsep Catur Guru.

Mendeskripsikan ajaran Tri Hita Karana.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat membedakan pikiran baik dan pikiran buruk. • Dapat membedakan

perkataan baik dan perkataan buruk. • Dapat membedakan

perbuatan baik dan perbuatan buruk. • Dapat mengaplikasikan

pelaksanaan Tri Kaya Parisuda dalam kehidupan. • Dapat menampilkan

pelaksanan Tri Kaya Parisuda.

• Dapat membedakan bagian-bagian dari Catur Guru. • Dapat melaksanakan

ajaran Catur Guru Bhakti.

• Dapat menjelaskan makna bagian-bagian dari Catur Guru. • Dapat menunjukan

bentuk-bentuk prilaku sebagai penghormatan kepada Catur Guru.

• Dapat menjelaskan pengertian Tri Hita Karana.

• Dapat mendeskripsikan bagian-bagian ajaran Tri Hita Karana.

• Makna bagian-bagian Tri Kaya Parisudha. • Arah dan tujuan

ajaran Tri Kaya Parisudha. • Makna bagian-bagian Catur Guru. • Bentuk-bentuk prilaku sebagai penghormatan Catur Guru. • Pelaksanaan ajaran Catur Guru Bhakti.

• Pengertian ajaran Tri Hita Karana.

• Makna bagian-bagian Tri Hita Karana. • Arti penting dari ajaran

Tri Hita Karana.

Aspek : Susila

Sub Aspek : Tri Kaya Parisudha, Catur Guru dan Tri Hita Karana

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

(21)

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menguraikan arti penting ajaran Tri Hita karana.

• Dapat menjelaskan makna ajaran Tri Hita Karana.

• Makna ajaran Tri Hita Karana.

Aspek : Tempat Suci

Sub Aspek : Pengelompokan tempat suci

Standar Kompetensi : Mengenal esensi, fungsi dan pelestarian Tempat Suci;

Mendeskripsikan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

membangun tempat suci, esensi dan Ista Dewata masing tempat suci.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat

mendeskripsikan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat suci. • Dapat mengidentifikasi pengelompokan tempat suci berdasarkan sifat wilayah teritorial fungsi dsb. • Dapat mengidentifikasi esensi dari masing-masing kelompok tempat suci. • Dapat membedakan

Ista Dewata dari masing-masing kelompok tempat suci. • Dapat menjaga

kesucian tempat suci.

• Syarat-syarat tempat suci.

• Pengelompokkan tempat suci. • Esensi dari

masing-masing kelompok tempat suci. • Ista Dewata dari

masing-masing kelompok.

(22)

Memahami syarat-syarat dan kedudukan Orang Suci dalam Kehidupan Keagamaan Hindu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menguraikan kedudukan orang suci dalam kehidupan keagamaan. • Dapat mengidentifikasi syarat-syarat menjadi orang suci. • Dapat menyimpulkan konsekwensi bila orang suci tidak melaksanakan tugasnya. • Kedudukan orang suci. • Syarat-syarat orang Suci.

Aspek : Orang Suci

Sub Aspek : Kedudukan dan syarat-syarat orang Suci

Standar Kompetensi : Mengenal, meyakini dan mendalami sejarah dan

ajaran Orang Suci;

Memahami pengertian, fungsi dan sifat-sifat Weda.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian Weda. • Dapat mengidentifikasi fungsi Weda. • Dapat mendeskripsikan sifat-sifat Weda. • Pengertian Weda. • Fungsi Weda. • Sifat-sifat Weda. Aspek : Kitab Suci

Sub Aspek : Fungsi dan sifat-sifat Weda

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Kitab

(23)

Kelas : VIII

Aspek : Sradha

Sub Aspek : Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, dan Moksa

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan Sradha

Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan konsep-konsep ajaran lainnya;

Memahami konsep Nawa Dewata.

Memahami konsep Jiwatma.

Menyebutkan tiga jenis Karma Phala.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian Nawa Dewata. • Dapat mengidentifikasi bagian-bagian Nawa Dewata. • Dapat menggambarkan atribut-atribut Nawa Dewata.

• Dapat meyakini Nawa Dewata dan dapat memantapkan Sradha dan Bhakti. • Dapat menjelaskan pengertian Jiwatma. • Dapat mendiskripsikan sumber Jiwatma. • Dapat menguraikan Jiwatma. • Dapat menguraikan korelasi Jiwatma dengan badan wadag.

• Dapat mengidentifikasi jenis-jenis Karma Phala.

• Dapat mengkaitkan pengaruh karma dalam kehidupan.

• Dapat mendeskripsikan karma sebagai hukum sebab akibat. • Pengertian Nawa Dewata. • Bagian-bagian Nawa Dewata. • Atribut-atribut Nawa Dewata.

• Kaitan Nawa Dewata dalam pemantapan Sradha dan Bhakti.

• Pengertian Jiwatma. • Sumber Jiwatma. • Fungsi Jiwatma. • Korelasi Jiwatma

dengan badan wadag.

• Jenis-jenis Karma Phala.

• Pengaruh Karma dalam kehidupan. • Karma sebagai hukum

(24)

Menerapkan konsep Punarbhawa.

Menyebutkan jenis-jenis Moksa.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menilai asubha karma sebagai penyebab Punarbhawa. • Dapat menjelaskan proses terjadinya Punarbhawa. • Dapat mengilustrasikan Punarbhawa untuk memperbaiki kualitas karma. • Dapat mengidentifikasi jenis-jenis Moksa. • Dapat menyusun/ mengurutkan tingkatan-tingkatan Moksa. • Dapat mengidentifikasi ciri masing-masing tingkatan pencapaian Moksa. • Asubha Karma kaitannya dengan Punarbhawa. • Proses terjadinya Punarbhawa. • Punarbhawa untuk memperbaiki kualitas kehidupan. • Jenis-jenis Moksa. • Ciri-ciri pencapaian Moksa. • Tingkatan-tingkatan Moksa.

Aspek : Alam Semesta

Sub Aspek : Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Standar Kompetensi : Mengenal hakekat Alam Semesta beserta berbagai

basis dari kesadaran hidup dalam menunaikan swadarma;

Mengidentifikasi Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

• Dapat mengidentifikasi persamaan dan perbedaan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

• Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

• Persamaan dan perbedaan Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

(25)

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menemukan contoh-contoh Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

• Contoh-contoh Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Aspek : Sejarah Agama Hindu

Sub Aspek : Kerajaan Hindu

Standar Kompetensi : Mendalami sejarah perkembangan Agama Hindu

sebagai repleksi untuk kehidupan mendatang;

Memahami kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menguraikan perkembangan masing-masing kerajaan yang bercorak Hindu. • Dapat menuliskan

contoh kerajaan yang bercorak Hindu.

• Perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia.

Aspek : Yadnya

Sub Aspek : Sumber Hukum Yadnya

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengaplikasikan

konsep Yadnya dalam kehidupan sehari-hari;

Memahami sumber hukum Yadnya.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian Yadnya. • Dapat menjelaskan dasar pelaksanaan Yadnya. • Dapat menjelaskan dasar hukum Yadnya. • Dapat

mengaplikasikan pelaksanaan Yadnya dalam kehidupan.

• Pengertian Yadnya. • Dasar hukum Yadnya. • Dasar pelaksanaan

Yadnya.

• Pelaksanaan Yadnya dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

Aspek : Susila

Sub Aspek : Yama Bratha, Nyama Bratha dan Catur Marga

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

Susila dalam kehidupan nyata;

Menerapkan konsep Yama dan Nyama Bratha.

Memahami konsep ajaran Catur Marga.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian Yama Bratha dan Nyama Bratha.

• Dapat

mendeskripsikan bagian-bagian Yama dan Nyama Bratha. • Dapat memaknai

ajaran Yama dan Nyama Bratha sebagai landasan etik moral. • Dapat

mengaplikasikan ajaran Yama dan Nyama Bratha dalam kehidupan. • Dapat menjelaskan pengertian Catur Marga. • Dapat mengidentifikasi bagian bagian catur marga. • Dapat mendeskripsikan makna bagian-bagian Catur Marga. • Dapat melaksanakan

ajaran catur marga dalam kehidupan sehari-hari.

• Pengertian Yama dan Nyama Bratha. • Bagian-bagian Yama

dan Nyama Bratha. • Yama dan Nyama

Bratha sebagai landasan etik moral. • Yama Nyama Bratha

dalam kehidupan sehari-hari. • Pengertian Catur Marga. • Bagian-bagian Catur Marga. • Makna masing-masing bagian Catur Marga.

(27)

Kelas : IX

Aspek : Susila

Sub Aspek : Sad Ripu

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

Susila dalam kehidupan nyata;

Menilai Konsep Sad Ripu.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat membedakan bagian-bagian Sad Ripu. • Dapat merumuskan cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh Sad Ripu.

• Dapat mengidentifikasi konsekwensi

pelaksanaan Sad Ripu.

• Pengaruh Sad Ripu dalam kehidupan manusia. • Konsekwensi

pelaksanaan Sad Ripu

Aspek : Sradha

Sub Aspek : Purusa Prakerti, Tri Sarira, Subha Asubha Karma, Punarbhawa, dan Moksa

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengamalkan Sradha

Agama Hindu sebagai cikal bakal pengembangan konsep-konsep ajaran lainnya;

Memahami konsep Purusa dan Prakerti.

Memahami Ajaran Tri Sarira.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan pengertian Purusa dan Prakerti.

• Dapat menguraikan perbedaan antara Purusa dan Prakerti. • Dapat menguraikan

korelasi antara Purusa dan Prakerti.

• Dapat menguraikan pengertian Tri Sarira.

• Pengertian Purusa dan Prakerti.

• Perbedaan Purusa dan Prakerti.

• Korelasi Purusa dan Prakerti.

(28)

Memahami konsep Subha dan Asubha Karma.

Mengetahui cara-cara untuk mengakhiri Punarbawa.

Memahami hambatan dalam upaya mencapai Moksa.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menyebutkan bagian-bagian Tri Sarira. • Dapat mengilustrasikan Tri Sarira. • Dapat menguraikan hubungan antara Atman dengan Tri Sarira yang merupakan unsur-unsur

pembangun diri manusia.

• Pengertian Subha dan Asubha Karma. • Dapat

mengidentifikasi perilaku Subha dan Asubha Karma dengan tujuan hidup.

• Dapat

mengidentifikasi konsekuensi pelaksanaan Subha Asubha Karma dalam kehidupan.

• Dapat mengidentifikasi perbuatan-perbuatan yang dapat mendukung mengakhiri proses Punarbawa. • Dapat mendeskripsikan hubungan Karma Phala dengan Punarbawa. • Dapat mengidentifikasikan perbuatan yang menjadi hambatan dalam mencapai Moksa.

• Bagian-bagian Tri Sarira.

• Ilustrasi Tri Sarira.

• Pengertian Subha dan Asubha Karma. • Pelaksanaan Suba

Asubha Karma dalam Kehidupan.

• Kosekuensi Pelaksanaan Subha Asubha Karma dalam Kehidupan. • Cara Mengakhiri Punarbawa. • Hubungan Karma Phala dengan Purnarbawa. • Hambatan dalam mencapai Moksa. • Upaya pendukung mencapai Moksa.

(29)

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat

mengidentifikasi upaya pendukung mencapai Moksa.

Aspek : Sejarah Agama Hindu

Sub Aspek : Puncak kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia

Standar Kompetensi : Mendalami sejarah perkembangan agama Hindu

sebagai repleksi kehidupan mendatang

Memahami puncak kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan masa-masa Kejayaan Kerajaan Hindu di Indonesia. • Dapat menjelaskan sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Hindu di Indonesia. • Dapat merepleksikan kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia dalam rangka pembinaan dan pengembangan Agama Hindu • Masa kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia. • Sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia. Aspek : Budaya

Sub Aspek : Dharmagita dan Tari Keagamaan

Standar Kompetensi : Memahami dan memanfaatkan Budaya untuk

menyuburkan perkembangan semangat religius;

Memahami jenis-jenis Dharmagita sebagai kidung suci keagamaan.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan jenis-jenis Dharmagita.

• Jenis-jenis Dharmagita.

(30)

Memahami jenis-jenis tari keagamaan sebagai bagian pembinaan nilai-nilai keagamaan.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan inti pokok masing-masing jenis Dharmagita. • Dapat menguraikan dampak kidung Dharmagita terhadap pembentukan sikap mental. • Melapalkan Dharmagita. • Meragakan Dharmagita. • Dapat menjelaskan jenis-jenis tari keagamaan yang diperagakan dalam rangkaian upacara keagamaan. • Dapat menguraikan dampak tari keagamaan terhadap pembentukan sikap mental. • Meragakan tari keagamaan Hindu.

• Inti pokok masing-masing jenis Dharmagita. • Dampak Dharmagita dalam pembentukan sikap mental. • Jenis-jenis tari keagamaan.

• Dampak sikap mental terhadap tari

keagamaan.

Aspek : Yadnya

Sub Aspek : Panca Yadnya

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati, dan mengaplikasikan

konsep-konsep Yadnya dalam kehidupan sehari-hari;

Memahami jenis-jenis Yadnya.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat menjelaskan jenis-jenis Yadnya. • Dapat menjelaskan inti

pokok masing-masing jenis Yadnya. • Dapat mengaplikasikan pelaksanaan Yadnya dalam kehidupan. • Jenis-jenis Yadnya. • Inti pokok masing-masing jenis Yadnya. • Pengaruh sikap mental

terhadap pelaksanaan dari jenis-jenis Yadnya.

(31)

Aspek : Susila

Sub Aspek : Sapta Timira dan Sad Atatayi

Standar Kompetensi : Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

Susila Agama Hindu dalam kehidupan nyata;

Memahami konsep Sapta Timira.

Memahami konsep Sad Atatayi.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI POKOK

• Dapat membedakan bagian-bagian Sapta Timira. • Dapat menjelaskan konsekwensi pelaksanaan Sapta Timira. • Dapat menghindar dari Sapta Timira dalam kehidupan. • Dapat membedakan bagian-bagian Sad Atatayi. • Dapat menjelaskan konsekwensi pelaksanaan Sad Atatayi. • Dapat menghindar dari Sad Atatayi dalam hidup. • Bagian-bagian Sapta Timira. • Konsekwensi pelaksanaan Sapta Timira.

• Pengaruh Sapta Timira dalam Kehidupan. • Bagian-bagian Sad Atatayi. • Konsekwensi pelaksanaan Sad Atatayi.

• Pengaruh Sad Atatayi dalam kehidupan.

(32)

Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun ditimbun dalam landfill yang terkontrol, kandungan B3 dalam papan sirkuit masih dapat masuk ke dalam tanah dan permukaan air tanah sebagaimana

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cairan pleura dari penderita dengan diagnosa sitologi adenokarsinoma sebagian besar dikirim karena dugaan keganasan Walaupun

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk Sosialisasi terhadap kebijakan politik pemerintah Aceh terkait pengembangan politik daerah terkini dan pengembangan kondisi

Oleh karena itu peneliti akan mencoba melihat bagaimana sikap detik.com dan tempo.co sebagai salah satu portal berita online terkemuka dalam mengkonstruksi atau

Bantalan pada alat uji dibagi atas dua bagian, yaitu bantalan 1 dan bantalan 2 yang berada pada bagian 1, bantalan 1 merupakan bantalan yang mengalami

SUKAWANA KINTAMANI BANGLI 50 Anak Agung Istri Agung Sri.. Komaladewi, ST, MT BATUR TENGAH KINTAMANI BANGLI

Pembelajaran yang menerapkan perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan Aksi Interaksi oleh Guru Mitra pada MA Ponpes Nurul Haramain Putri NW

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan : (1) unsur prinsip dramaturgi menurut Aristoteles yang terdapat dalam naskah drama Ora Isa Mati karya Andy Sri Wahyudi (2)