Tufia§ i <naiii<i Etik E>erawatan
dan [ eiigguiiciciii Hewan
Perccbaan Lntuk Penelitian
Eicmedis"
Oleh M.Edhie Sulaksono
Pusat Penelitian Penyakit Menular Badan Litbangkes
ALAM kegiatan penelitian biomedis tersebut terdapat pula Laboratory Animal seringkali melibatkan/ menggunakan Information Service Centre (LAISC) yang hewan percobaan. Setiap individu berkedudukan di National Institute of Nutriti-atau peneliti yang menggunakan hewan per- on, Hyderabad dan mendapatkan dukungan cobaan disatu sisi tentunya berhak memperoleh penuh dari WHO dalam pengembangannya baik kepastian tentang hewan percobaan yang "hardware maupun software"nya.
digunakan berasal dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah, namun Tujuan penulisan ini adalah memberikan disisi lain menjadi kewajibannya untuk mem- informasi tentang peranan dari IACUC dalam perlakukan hewan percobaan dengan tidak kegiatan penelitian biomedis ("ethical clearen-sewenang-wenang ("humane care").^ Untuk ce) dan segi kepentingannya mengapa hal ini itu guna membantu dan memberikan bimbing- diperlukan di suatu lembaga penelitian di annya terhadap para peneliti atau "user" Indonesia, yang dalam melakukan sebagian lainnya, maka suatu lembaga/Institusi penelitian kegiatannya membutuhkan hewan percobaan. dapat membentuk suatu Panitia/Kelompok
Kerja yang disebut dengan Institutional Animal KEANGGOTAAN
Care and Use Committee (IACUC), yaitu suatu
panitia/kelompok kerja/komite yang bertang- Anggota IACUC dipilih dan ditunjuk oleh gungjawab dalam pengawasan/ pengamatan pimpinan Institusi/Laboratorium. Hubungan penggunaan dan perawatan hewan percobaan kerjasama antara komite/panitia dengan yang digunakan untuk kegiatan ilmiah di suatu pimpinan lembaga penelitian dan pihak-pihak lembaga/institusi penelitian.V8) lainnya harus jelas. Komite/Panitia/Kelompok Kerja diwajibkan memberikan laporannya Di beberapa negara Eropa, Amerika tentang segala temuannya kepada pimpinannya. Serikat, India, Jepang dan negara Asia lainnya Semua pihak yang berhubungan dengan hewan komite ini telah dikenal dan secara melembaga percobaan diminta mengikuti segala ketentuan-telah terbentuk di institusi penelitian mereka. ketentuan dalam melakukan perawatan dan Di India misalnya, disamping Panitia/Pokja pemeliharaan hewan percobaan yang sedang 1S~ Media Litbanekes Vol III No. 04/1993
dalam pengamatannya sesuai petunjuk pelaksanaan yang berlaku.
Jumlah dan kriteria anggota komite tersebut dapat ditentukan oleh pimpinan institusi penelitian sesuai kebutuhan. Pada umumnya seorang anggota adalah Dokter
Hewan atau sejenisnya yang telah mempefoleh pendidikan/pelatihan atau berpengalaman dalam penerapan ilmu hewan percobaan dan kedokterannya. Di samping itu disarankan
sebaiknya, minimal satu orang anggota berasal dari disiplin ilmu di luar ilmu hewan percobaan
(non-scientist), misalnya pimpinan admi-nistrasi atau staf yang menangani sarana penelitian,dGngan maksud apabila ditemukan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fasilitas/sarana kegiatan dapat lebih cepat dikoordinasikan dan diupayakan pemecahan masalahnya . Demikian pula panitia/kelompok kerja tersebut setidak-tidaknya mempunyai satu orang anggota tenaga peneliti senior serta dimungkinkan adanya tenaga yang menguasai
biostatistik. Pimpinan lembaga/institusi
pene-litian menunjuk satu orang sebagai ketua yang mempunyai tugas mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kegiatannya ter-masuk menyelenggarakan pertemuan-perte-muan. Seluruh anggotanya mencerminkan tanggungjawabnya secara langsung maupun tidak langsung terhadap pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan dan mewakili pihak-pihak yang berkepentingan seperti yang disebutkan di atas (peneliti, pengelola hewan percobaan dan staf administrasi), dengan menerapkan teknik manajemen Pola Kerja
Terpadu.
TUGAS PANITIA ETIK PERAWATAN DAN PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN
Tugas pokok Panitia Etika tersebut adalah mengamati atau mengawasi semua aspek tentang penggunaan dan perawatan hewan percobaan yang akan dan sedang digunakan
dalam penelitian. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka ada tiga komponen penting yang mendukung pelaksanaan tugas tersebut, yaitu :
1. "Review" terhadap program institusi dalam melaksanakan perawatan dan penggunaan hewan percobaan, sesuai standard
operating procedures (SOP)/petun)uk
pelaksanaan pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan yang berlaku di institusi yang bersangkutan.
2. Melakukan inspeksi atau pemeriksaan terhadap fasilitas hewan percobaan baik yang sedang digunakan dalam penelitian maupun kondisi pengembangbiakan.
3. "Review" terhadap protokol penelitian yang menggunakan hewan percobaan sebagai model, penelitiannya.4)
Ad. 1) Review terhadap program yang
dimaksud adalah pengamatan secara ekstensif terhadap semua aspek program-program institusi dalam melakukan perawatan dan pengggunaan hewan percobaan. Review dapat dilakukan minimum dalam 6 (enam) bulan sekali.2) Pimpinan Laboratorium Hewan Percobaan harus menyajikan dokumen-dokumen sebagai hasil pelaksanaan dari petunjuk pelaksanaan perawatan dan penggunaan hewan percobaan yang berlaku di institusi yang bersangkutan di dalam sidang Panitia/Pokja. Dokumen tersebut mencakup 2 (dua) hal penting, yaitu :
1. Tata laksana pengembangbiakan dan perawatan veteriner hewan percobaan.
Tata laksana mencakup penggantian box/kandang dan sanitasinya; pengawasan dan pencegahan terhadap rodentia liar dan insekta; penanganan sampan/ limbahnya; fasilitas sanitasi; kebutuhan penerangan dan temperatur ruangan; sistim pencatatan; sumber-sumber makanan hewan; penyediaan
air minum dan alas kandang.
Hal ini belum secara menyeluruh disampaikan, hanya pimpinan laboratorium hewan percobaan akan dapat memberikan jawabannya dalam sidang Panitia, apabila
ada hal-hal lain yang perlu ditanyakan. 2. Petunjuk pelaksanaan mencakup pula tata
cara pelaksanaan "emergency" dan perawatan hewan percobaan dihari libur ; cara mendapatkan hewan dari luar ; pengamatan dan kontrol penyakit; karantina hewan percobaan ; anestesia ; analgesia ; eutanasia ; pembedahan dan perawatan pasca bedah.
- Kelompok kerja dapat menginginkan review dari hal-hal lainnya, misalnya cara-cara penanganan hewan percobaan yang sedang dipakai dalam percobaan penyakit menular ("hazardous agents"). - Disamping itu Panitia/ kelompok kerja
harus pula mereview program kesehatan kerja bagi para teknisi hewan percobaan maupun pihak-pihak lain yang sehari-hari bekerja langsung dengan hewan percobaan.
- Demikian pula program-program pelatihan yang sudah dilakukan oleh Laboratorium Hewan Percobaan dapat pula dilaporkan kepada Panitia/Kelompok Kerja tersebut. - Tidak menutup kemungkinan adanya
ke-kurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan dan penggunaan hewan percobaan disampaikan kepada Panitia/ Kelompok Kerja tersebut untuk digunakan sebagai bahan masukan guna perbaikan seperlunya dan selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan institusi untuk ditindaklanjuti.
Ad. 2) Setelah melakukan review terhadap
perawatan dan penggunaan hewan percobaan , Panitia/ Kelompok kerja siap melakukan inspeksi fisik terhadap fasilitas laboratorium hewan percobaan dan fasilitas penelitiannya. Inspeksi dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana kebenaran laporan atau review petunjuk pelaksanaan yang telah disampaikan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan,
Dalam inspeksi tersebut Panitia Kerja tidak hanya sekedar melihat/menyaksikan bagaimana dan apa kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam fasilitas Laboratorium Hewan Percobaan dalam hal ini misalnya : tingkat kebersihan lingkungan, namun lebih dari itu apakah semua hewan percobaan memperoleh perlakuan yang sebaik-baiknya (humane care) oleh para pengguna hewan percobaan.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini barangkali dapat dilontarkan, antara lain :
0
apakah semua peralatan dalam kondisi baik ?
0
apakah semua hewan percobaan mempero-leh makanan yang baik sesuai standar ?
0
apakah kondisi temperatur, penerangan maupun kelembaban ruangan sudah sesuai dengan program pengembangbiakan hewan percobaan ?
0
apakah para teknisi hewan percobaan benar-benar tahu akan tugas dan kewajiban mereka ?
Kelompok kerja tidak hanya mencatat apa yang telah mereka lihat, namun dituntut juga bagaimana mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya terhadap masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya Ketua Panitia/Kelompok Kerja dapat melaporkan segala sesuatu berkenaan dengan hasil inspeksi kelompok kerja, sehingga diharapkan dapat dicari jalan keluarnya terutama masalah pendanaannya.
Ad. 3) Para peneliti atau pengguna hewan percobaan yang akan menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diharuskan menyampaikan protokol untuk memperoleh persetujuannya dalam hal penggunaan hewan percobaannya dan Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan. Disiapkannya proposal penggunaan hewan percobaan dimaksudkan agar Kelompok Kerja memperoleh jaminan penggunaan hewan percobaan. Oleh karenanya segala petunjuk menyangkut penelitian yang menggunakan hewan percobaan sebagai modelnya agar disebarluaskan kepada semua pihak yang tugasnya antara lain berkaitan dengan hewan percobaan.
Review/pembahasan terhadap protokol oleh Panitia/Kelompok Kerja mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Protokol harus dibuat sedemikian rupa dengan "bahasa" yang dapat dimengerti oleh semua anggota Panitia dan hindarkan pengertian-pengertian ilmiah yang sulit dipahami oleh sementara anggota panitia yang bukan ilmuwan.
2. Peneliti harus dapat meyakinkan Panitia/ Kelompok Kerja bahwa tidak ada aJternatif
lain kecuali hewan percobaan yang
digunakan dalam melakukan kegiatan yang termasuk penelitian tersebut dan penelitian tersebut harus dilakukan dengan menggu-nakan hewan percobaan sebagai modelnya. Hal lainnya adalah bahwa penelitian yang menggunakan hewan percobaan tersebut bukan duplikat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti lainnya.
3. Cara kerja atau prosedur penggunaan hewan percobaan harus menjelaskan sejelas-jelasnya, termasuk jumlah hewan percobaan sesuai persyaratan ilmiah; cara kerja yang menyebabkan rasa sakit pada
hewan percobaan harus dicegah dengan menggunakan analgesik atau anestesi yang dianjurkan; hewan percobaan dipelihara dalam tingkat kondisi yang bagaimana dan rencana perawatan kesehatannya.
Kemudian perlu juga diperhatikan apakah ada tindakan-tindakan operasi/ pembedahan terhadap hewan percobaan yang dipakai dan bagaimana perawatan pra maupun pasca operasinya, bagaimana cara pemusnahan atau eutanasia setelah hewan selesai digunakan.9j Peneliti juga diminta untuk menjelaskan bahwa semua teknisi telah memperoleh pembekalan praktek untuk menjalankan kegiatannya.
Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan dapat menolak maupun menerima proposal tersebut. Jika ada penolakan, maka Panitia harus memberikan penjelasannya kepada peneliti yang bersang-kutan untuk kemudian diperbaiki.
Tujuan dari seluruh proses mi adalah bukan untuk menghambat/mempersulit kegiatan penelitian, namun untuk meyakinkan bahwa penelitian hewan percobaan dirancang dan
dilaksanakan dengan baik sesuai petunjuk pelaksanaan yang berlaku di institusi yang
bersangkutan .
KEMUNGKINAN PENERAPANNYA Pertanyaannya sekarang, mengapa insti-tusi perlu mempertimbangkan perlu adanya "In-stitutional Animal Care and Use Committee" ?. Semenjak semakin meningkatnya interes peneliti biomedis, belum pernah dipikirkan ada-nya upaya menyelamatkan "hak-hak" hewan percobaan, maka sekaranglah saatnya untuk berbuat sesuatu.
Berdasarkan perbandingan hasil survei penggunaan hewan percobaan di Indonesia tahun 1983 dan 1993 yang dilakukan oleh Unit
Hewan Percobaan ,Pusat Penelitian Penyakit Menular, penggunaan Mencit Mm musculus masing-masing 32.405 ekor/tahun (111 responden)6) dan lebih dari 367.700 ekor/ tahun (16 responden), maka hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Oleh karenanya dengan semakin meningkatnya penggunaan hewan percobaan mulai dari ordo rendah hingga yang lebih tinggi (misalnya : kera),akan semakin mendesak upaya kemungkinan penerapan Panitia/Kelompok Kerja yang dimaksud. Apabila terlambat atau terjadi penundaan, se-mentara kita berpacu dengan teknologi hewan percobaan dan laboratorium biomedis/ kedok-teran yang semakin berkembang, maka akan semakin sulit mengimplementasikan program tersebut, karena mekanisme kerja model lama akan semakin berlarut-larut dan sulit dirubah.
Hal ini perlu ditegaskan kembali guna dipahami kepada para peneliti biomedis/ kedokteran, bahwa peranan Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan bukanlah dalam rangka
memaksa-kan aturan kerja baru, namun justru membantu
para peneliti atau pengguna hewan percobaan lainnya didalam melaksanakan kegiatan penelitiannya yang sedikit banyak ada yang tidak dapat diatasi sendiri atau memerlukan koordinasi dengan pihak lainnya yang terkait, termasuk laboratorium hewan percobaan. SASARAN KEGIATAN
Sasaran pokok dari program-program Panitia/Kelompok Kerja tersebut adalah kualitas penelitian, yang sudah barang tentu merupakan cita-cita dari para peneliti sendiri. Panitia/Kelompok Kerja akan meyakinkan peneliti, bahwa kerja mereka ada di dalam batas etos kerja yang baik dan terkoordinasi, antara lain menyangkut kualitas hewan percobaannya dan hewan tidak akan mengalami rasa sakit lebih dari sebentar atau distress (rasa tertekan) sebagai hasil komplikasi variabel-variabel yang
berpengaruh selama berlangsung.3)
kegiatan penelitian
Namun di atas semuanya itu sistim pemeliharaan hewan percobaan kalaupun ada fasilitas laboratorium hewan percobaan, perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu guna ditingkatkan kemampuannya yang menyangkut fisik, teknologi, daya dukung sumber daya manusia dan faktor pendukung lainnya.
KESIMPULAN
Melalui suatu bentuk program kerjasama yang terkoordinasi dalam Panitia/Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan, berarti hewan percobaan dilindnngi
hak-haknya dan para peneliti memperoleh penghargaannya , karena hasil penelitiannya
diakui secara ilmiah.
DAFTARPUSTAKA
1. CIOMS, International Guiding Principales for
Biomedical Research Involving Animals. Geneve :
CIOMS, 1984.
2. Dresser, R. Developing standards in animal
research review. J. Am Vet Med Assoc. 1989 ;
194:1184-1191.
3. GJR Hovell. Basic principles and technological
practice for animal welfare. Proceedings, IXth
ICLAS International Symposium on Laboratory Animal Science. Bangkok January 10-16, 1988. 4. Orlans, F.B. Research protocol review for animal
welfare. Invest Radiol 1987 ; 22:253-258.
5. Ralph Hovell. Worksshop a-rols the IACUC. Geneve, CIOMS, 1985.
6. Sulaksono. ME ; Pudjoprajitno ; Siti Sundari Yuwono dan Ketut Patra. Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan, vol. 14(3). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1986.
7. US Animal Welfare Act 1966, amended 1970, 1976, dan 1985.
8. US Federal Register, Rules and Regulations, Vol. 54, No. 168, August 31, 1989. Institutional Animal Care and Use Committee.
9. US Nffl Publication No. 86-23. Guide For The
Care And Use Of Laboratory Animals. Revised
1985.