• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEBIASAAN MINUM ALKOHOL DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI EREKSI PADA SUPIR ANGKUTAN UMUM DI TERMINAL KAROMBASAN KOTA MANADO

Fista Fella Kipu*, Paul A.T Kawatu*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Disfungsi ereksi merupakan salah satu gangguan fungsi seksual, yang diartikan sebagai ketidakmampuan yang menetap seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan suatu ereksi yang cukup untuk aktivitas seksual yang memuaskan.Terdapat dua kategori disfungsi ereksi yaitu disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor psikologik dan disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor organik.Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan disfungsi ereksi sebagai gangguan ereksi yang terjadi selama minimal 3 bulan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dan kebiasaan minum alkohol pada supir di Terminal Karombasan Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah supir angkutan umum bus yang ada dilima jalur.Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 50 sampel.Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian disfungsi ereksi (p value = 0,024) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum alkohol dengan kejadian disfungsi ereksi (p value = 0,278). Bagi pihak dinas perhubungan diharapakan agar dapat terus bekerja sama dengan instansi-instansi kesehatan agar lebih meningkatkan informasi tentang pentingnya gaya hidup pada supir agar meminimalkan resiko DE, khususnya pada supir yang sudah menikah.

Kata Kunci :Merokok, Alkohol, Disfungsi Ereksi

ABSTRACT

Erectile dysfunction is a problem of sexual function, which is defined as the persisten inability of a man to maintain on erectile sufficient for satifactor sexual activity. There are two categories of erectile dysfunction namely erectile dysfunction caused by physiologic and erectile dysfunction caused by organic factor.Agency WHO defines erectile dysfunction as erectile problem that occurs during 3 month. This research was conducted to determine the corerelation between smoking behavior and Alcoholic Consumption on the driver. The type of research is analytic survey with corss sectional design. Population in this research is the transit Bus driver in lane 5. Sampling using purposive sampling with 50 samples. Statistic tests were used to analyze the correlation between variables using chi-square test. Research show there is a correlation between smoking behavior with erectile dysfunction even (p value = 0,024) and there was no significant correlation between drinking alcoholic with the erectile dysfunction even (p value = 0,278). Perhaps the suggestion for the tranporstasion agencies are expected to work closely with health authorities in order obtain information abaout the important of healthy lifestyle in driver so that the driver reduces erectile dysfunction who are married.

(2)

PENDAHULUAN

Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual pria yang banyak dijumpai, selain ejakulasi dini.Penyebab Disfungsi Ereksi dapat digolongkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikis.Yang termasuk dalam faktor fisik adalah semua gangguan atau penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah, dan saraf. Faktor fisik juga berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat, efek samping obat, serta akibat operasi di daerah kelamin pria. (Whindu,2009).

Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh banya factor, namun pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua factor, yaitu organic (fisik) dan psikis. Faktor fisik atau bersifat patologis yang dapat menjadi penyebab terjadinya disfungsi ereksi adalah beberapa penyakit seperti diabetes mellitus (kencing manis), obesitas, hipertensi (darah tinggi), dan kelebihan kolesterol. (Koes, 2013).Masalah ereksi adalah sebuah gejala dari banyak kondisi. Usia, operasi vena, diabetes melitus, hipertensi, tingginya kolesterol darah, rendahnya kepadatan lipoprotein tinggi, obat-obatan, kerusakan neurogenik, depresi, konsumsi alkohol, kurangnya pengetahuan seksual, hubungan interpersonal yang kurang erat atauterjadinya masalah didalamnya, dan banyak penyakit kronis, khususnya kegagalan renal dan dialysis. Merokok adalah penyebab paling besar untuk kanker paru-paru , dan bronchitis kronis serta untuk banyak penyakit jantung dan peredaran darah, serta penyakit arteri koroner (Saputra, L.2002).Namun disfungsi

ereksi bukan hanya berupa tidak dapat mempertahankan ereksi.Kalau seorang pria tidak dapat mencapai ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual, pria itu juga tergolong mengalami disfungsi ereksi. Jadi,seorang pria disebut mengalami disfungsi ereksi kalau tidak mampu untuk mencapai ereksi, hilangnya fungsi ereksi secara mendadak, penurunan fungsi secara bertahap, kemampuan untuk mencapai ereksi melalui masturbasi namun tidak dengan pasangan, depresi (Saputra, L. 2014).Penelitian yang dilakukan oleh Turalaki (2014) memperkuat data bahwa dari 60 responden ada 41 responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, 53,3% mengalami disfungsi ereksi sedangkan yang tidak mengalami disfungsi ereksi sebanyak 15,0%. Dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,038 dengan demikian probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05), maka H1 diterima atau ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol pada sopir dengan terjadinya disfungsi ereksi. (Turalaki, 2014).

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah merokok dan konsumsi minuman beralkohol memiliki hubungan dengan kejadian Disfungsi Ereksi pada supir. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Terminal Karombasan Kota Manado dibulan September – Oktober 2015. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional.

(3)

Popoulasi dalam penelitian ini ialah supir angkutan umum bus yang ada di lima jalur dengan jumlah 50 supir. Sebagai intrumen penelitian ialah kuesioner wawancara, formulir wawancara ini berguna untuk mendapatkan data pribadi seperti riwayat pekerjaan, riwayat merokok dan riwayat konsumsi minuman beralkohol dari responden, dan kuesioner IIEF Kuesioner IIEF adalah untuk mengetahui tingkat keparahan disfungsi ereksi yang

diderita.Indeks ini terdiri dari 6 pertanyaan dan tiap-tiap pertanyaan diberi nilai 0 sampai 5. Data diambil dari hasil kuesinoer yang diisi langsung oleh para supir. Semua data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengumpulan data supir di Terminal Karombasan Kota Manado adalah 50 supir.

Hasil Uji Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian Disfungsi Ereksi Tabel 1. Uji hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian disfungsi ereksi

Kebiasaan Merokok Kejadian DE Total P- value Presentase Presentase Ya % Tidak % Ya Tidak 24 2 48,0 4,0 16 8 32.0 16,0 80,0 20,0 0,0,024 Total 26 52,0 24 100

Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji Chi-Square dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara Kebiasaan merokok dengan Kejadian Disfungsi Ereksi di Terminal Karombasan Kota Manado dengan nilai p-Value sebesar 0,024. Hasil olah data table diatas berkaitan dengan fakta pada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pria yang memiliki kebiasaan merokok satu pak rokok/hari beresiko 40% lebih tinggi menderita disfungsi ereksi dari pada pria yang tidak merokok.

Merokok juga bisa menjadi penyebab terjadinya disfungsi seksual pada pria terutama ejakulasi dan disfungsi ereksi.

Pada pria perokok berusia 40 tahun, lebih sering mengalami gangguan ereksi dari pada pria berusia lebih dari 40 tahun tetapi tidak merokok, Hal ini disebabkan karena pada saat merokok, rokok tersebut melepaskan nikotin dan vasokonstriktor lain yang dapat menghambat aliran darah dipenis (Dodie, 2013).

(4)

Hasil Uji Hubungan antara Konsumsi Alkhoho dengan kejadian Disfungsi Ereksi Tabel 2. Uji Hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian disfungsi ereksi

Konsumsi Alkohol Kejadian DE Total P-value Presentase Presentase Ya % Tidak % Ya Tidak 9 2 18,0 34,0 5 19 10,0 38,0 28,0 72,0 0,0,278 Total 26 52,0 24 48,0 100

Pada Tabel 2. diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan uji Chi-Square dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Disfungsi Ereksi di Terminal Karombasan Kota Manado dengan nilai p-Value sebesar 0,278. Konsumsi alkohol tidak memiliki hubungan terhadap kejadian disfungsi ereksi dalam penelitian yang telah dilakukan pada supir bus di terminal karombasan kota manado. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p sebesar 0,278 (P>0,1). Dari hasil penelitian ini, hampir semua responden mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi konsumsinya adalah <1 sloki .Konsumsi alkohol juga bisa mempengaruhi kejadian disfungsi ereksi.Alkohol dapat meningkatkan gairah seksual, tapi sebaliknya, dapat juga mengurangi perfoma pria. Bagian otak yang mengatur aliran darah perifer dan pembuangan urin sama dengan bagian yang mengatur sekresi hormone yang mengatur kegiatan seksual. Telah ditemukan bahwa alkohol secara langsung dapat mempengaruhi hormon-hormon ini dan juga system

regulasinya.Salah satu hormon yang menerima efek samping tersebut adalah hormon seksual pria, yaitu testosterone.Testosteron dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk perfoma seksual dan juga untuk menjamin fertilitas seorang pria.

Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebagian supir mengkonsumsi alkohol <12 bulan, dan mengkonsumsi alkohol tidak >1 sloki. Lama konsumsi alkohol dari responden yang ada kebanyakan <12 bulan, sedangkan seorang bisa dikatakan memiliki kebiasaan minum alkohol jika mengkonsumsi alkohol >12 bulan dengan volume gelas atau sloki >1 sloki. Sebuah Survei di Australia menunjukkan bahwa satu dari lima pria diatas usia 40 tahun memiliki masalah ereksi dan 1 dari sekitar 10 orang benar-benar dapat mengalami disfungsi ereksi. Dan masalah DE cenderung terjadi pada pria diatas 40 dan 70 tahun sedangkan kriteria umum dari supir yang ada diterminal karombasan memiliki umur <40 dan 70 tahun. Lebih dari 50% pria berusia 40 dan 70 tahun mengalami disfungsi ereksi dan angka ini naik mendekati 70%

(5)

pada usia 70 tahun. Pekerjaan sebagai supir Angkutan Umum mengharuskan mereka untuk tidak mengkonsumsi alkohol dengan takaran >1 sloki, karena jika dalam sehari mereka mengkonsumsi alkohol >1 sloki maka mereka tidak bisa efektif dalam bekerja, dan tidak bisa membawa kendaraan karena dalam keadaan mabuk.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa adanya hubungan antara Kebiasaan merokok dengan kejadian disfungsi ereksi dalam penelitian yang telah dilakukan pada supir bus di terminal karombasan kota manado. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p sebesar 0,024 (P>0,1). Dan tidak terdapat hubungan Konsumsi alkohol tidak memiliki hubungan terhadap kejadian disfungsi ereksi dalam penelitian yang telah dilakukan pada supir bus di terminal karombasan kota manado. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p sebesar 0,0278 (P>0,1).

B. Saran

1.Bagi pihak dinas perhubungan diharapakan agar dapat terus bekerja sama dengan instansi-instansi kesehatan agar lebih meningkatkan informasi tentang pentingnya gaya hidup pada supir agar meminimalkan resiko DE, khususnya pada supir yang sudah menikah.

2.Bagi Supir Bus

Dalam mencegah terjadinya Disfungsi Ereksi pada supir yaitu dengan lebih memperhatikan Kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi minum alkohol, dan penyebab-penyebab DE lainnya agar terhindar dari resiko DE, karena profesi sebagai supir lebih rentan terkena Disfungsi Ereksi.

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengganti atau menambahkan variabel pada penelitian ini seperti Konsumsi obat-obatan dengan kejadian disfungsi ereksi atau meneliti tentang berapa kadar alkohol yang bisa menyebabkan DE pada supir diterminal.

DAFTAR PUSTAKA

Doddie, 2013, Pengaruh Lamanya Diabetes Melitus terhadap terjadinya Disfungsi Ereksi (Online)https://www.google.com/ search?q=bela+riski+dinanti+long +pepper&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:en- US:official&client=firefox-a&channel=fflb# diakses pada tanggal 1 November 2015

Koes, 2013, Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa, Bandung: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Saputra, L. 2002.Buku Saku Kesehatan Pria, Batam, Lucky Publisher, P.O. Box 238.

Saputra, L. 2014, Organ System Visual Nursing Reproduksi, Binarupa aksara publisher.

(6)

Turalaki, (2014) Hubungan Antara Suhu, Merokok Dan Konsumsi Minuman Beralkohol Dengan Terjadinya Disfungsi Ereksi Pada Sopir Angkutan Umum Di Terminal Paal Dua Kota

Manado Tahun 2014(0nline).https://www.googl e.com/search?q=Jurnal+Disfung si+ereksi+dr.Grace+Turalaki+% 3Bpdf&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:en- US:official&client=firefox-a#&psj=1&psj=1 diakses pada 10 September 2015

Whindu, 2009, Disfungsi Seksual – Tinjauan Fisiologis dan Patologis Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk-bentuk penanaman karakter keerja keras yang dilakukan Balai Latihan Kerja Badan Diklat dan Litbang Kabupaten Sragen melalui kegiatan pelatihan yaitu

Bentuk persamaan matematika ini dapat dilihat pada persamaan (7). Persamaan 7 memerlukan kalibrasi agar diperoleh hasil dosis yang akurat. Hal ini disebabkan oleh

,espon dari pembacaan log pada litologi akan memberikan efek yang berbeda tiap kedalaman karena faktor kompaksi* peningkatan temperatur* dan lainlain. 8al tersebut men0adi

Penyaluran data melalui serat optik dapat digambarkan sebagai  berikut: data berupa sinyal listrik diubah menjadi cahaya yang sesuai oleh LED sebagai sumber

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

Melalui penambahan tepung jahe merah dalam ransum diharapkan akan meningkatkan penyerapan nutrisi dari ransum dengan kandungan nutrien yang seimbang dan