• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

0

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

“VEKTOR PENYAKIT”

DI SUSUN OLEH : FIRMAN FIRDAUZ S

FUJI RAMDHANI ISTINI NURHALILI ORIZHA NUR BAROKAH

YOHANES B KEMEKUK

STIKES INSAN UNGGUL

SURABAYA

(2)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat penyelenggaraan-Nya, makalah yang berjudul “Vektor Penyakit” ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas mata kuliah dasar kesehatan lingkungan . Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang apa itu Vektor Penyakit dan lebih mengenal pentingnya pengetahuan tentang Vektor Penyakit.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlibih kepada teman –teman seangkatan Program studi ilmu kesehatan masyarakat 2012 STIKES Insan Unggul Surabaya

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah yang berjudul Vektor Penyakit ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Sidoarjo, 30 Maret 2013

(3)

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3 I.1 LATAR BELAKANG 3 I.2 RUMUSAN MASALAH 3

I.3 TUJUAN 4

BAB II PEMBAHASAN 5

II.1 PENGERTIAN VEKTOR PENYAKIT 5 II.2 HAL-HAL YANG DAPAT MEMPENGARUHI

TIMBULNYA PENYAKIT 5 II.3 JENIS – JENIS VEKTOR PENYAKIT 7 II.4 PERANAN VEKTOR PENYAKIT 9 II.5 TRANSMISI PENYAKIT DARI VEKTOR PENYAKIT 10 II.6 PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT 11

BAB III PENUTUP 14

III.A KESIMPULAN 14

III.B SARAN 14

(4)

3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Wilayah perkotaan mengalami perubahan yang sangat besar akibat banyaknya industri yangdidirikan. Hal ini menyebabkan penduduk yang tinggal di pedesaan mulai berpindah ke kotauntuk menjadi tenaga kerja. Selain itu faktor yang menyebabkan mereka berpindah (urban)adalah faktor ekonomi.

Dengan adanya pendirian industri tersebut menyebabkan lingkunganyang hijau kini menjadi gersang akibat ditebang untuk dijadikan lahan industri dan perumahan.Seiring dengan perubahan waktu maka hal tersebut menimbulkan beberapa dampak terhadaplingkungan sekitar, salah satu dampaknya adalah penularan penyakit.

Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besardengan angka pertumbuhan yng cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkatpendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadan ini dapat menyebabkan lingkungan fisikdan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit.

untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengendalianvektor penyakit.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan vektor penyakit ?

2. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit ? 3. Apa saja jenis vektor penyakit ?

(5)

4

5. Bagaimana cara pengendalian vektor penyakit ? I.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang seluk beluk vektor penyakit

2. Untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit

3. Untuk mengetahui jenis-jenis vektor penyakit yang ada 4. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor penyakit

(6)

5

BAB II PEMBAHASAN II.1 PENGERTIAN VEKTOR PENYAKIT

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau vectorborne diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia

Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti disenteri, kolera, demam tipoid dan paratipoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.

II.2 HAL-HAL YANG DAPAT MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT

Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhiterjadinya suatu penyakit: 1. Cuaca

Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.

(7)

6

2. Ve k t o r

Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan kehewan lain atau manusia disebut dengan vektor, arthropoda merupakan vektorpenting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkanencephalitis pada manusia, nyamuk menghisap darah dari reservoir yang terinfeksiagen penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada manusia.Ricketsia merupakan parasit intrasellular obligate yang mampu hidup di luarjaringan hewan dan dapat ditularkan di antara hewan oleh. Rat fleas, Body lice

danWood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yangdisebabkan ricketsia.

3. Reservoir

Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada

intermediate host. 4. Geografis

Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.

(8)

7

Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. Sepertihalnya virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes selama musimpenghujan karena merupakan saat terbaik bagi myamuk berkembang biak sehinggawabah penyakit terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan (bulanSeptember sampai bulan.Maret)

5. Perilaku Manusia

Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda borne diseases.

II.3 JENIS – JENIS VEKTOR PENYAKIT

Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dariorgan yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dantermasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yangkebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organismeyang dapat menularkan penyakit pada manusia.

Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang. Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit:

Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas: 1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang 2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu 3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau 4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

(9)

8

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perludiperhatikan dalam pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat

 Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria

 Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah

 Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal

 Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala

 Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.

Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain:

 Ordo hemiptera, contoh kutu busuk

 Ordo isoptera, contoh rayap

 Ordo orthoptera, contoh belalang

 Ordo coleoptera, contoh kecoak

(10)

9

II.4 PERANAN VEKTOR PENYAKIT

Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, semut, lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector–borne diseases.Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu:

a. Dari orang ke orang b. Melalui udara

c. Melalui makanan dan air d. Melalui hewan

e. Melalui vektor arthropoda

No Arthropoda Penyakit Bawaan

1. Nyamuk Merupakan vektor dari penyakit Malaria, Filaria, Demam kuning Demam berdarah,Penyakit otak, demam haemorhagic

2. Lalat Merupakan vektor dari penyakit tipus dan demam paratipus, diare, disentri, kolera, gastro-enteritis, amoebiasis, penyakit lumpuh, conjunctivitis, anthrax

3. Lalat Pasir Merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi, Leishmania donovani,

4. Lalat Hitam Merupakan vektor penyakit Oncheocerciasis 5. Lalat tse2 Merupakan vektor dari penyakit tidur

6. Kutu Merupakan vektor dari penyakit tipus mewabah, relapsing demam, parit

7. Pinjal penyakit sampar, endemic typhus

8. Sengkenit Penyakit Rickettsia (Rickettsia Rickettsii)

9. Tungau penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkanoleh Rickettsia tsutsugamushi,

(11)

10

II.5 TRANSMISI PENYAKIT DARI VEKTOR PENYAKIT

Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada tubuh vektor dan pada manusia.

1. Inokulasi (Inoculation)

Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa disebut sebagai inokulasi.

2. Infestasi (Infestation)

Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies.

3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period

Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor Disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.

4. Definitive Host dan Intermediate Host

Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitive dan manusia adalah host intermediate.

5. Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo - Developmental

Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo - developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative seperti plague bacilli pada

(12)

11

kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo – propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan terakhir bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial dalam tubuh nyamuk culex.

II.6 PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT

Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternative.

Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor. Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non imun ke daerah endemis.

Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor.

Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk

(13)

12

itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa cara pengendalian vector penyakit yaitu:

1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)

Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya.

A. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah

1.Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian

2. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor

3. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan.

Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.

Selain di atas Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut: 1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan

kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama

(14)

13

2. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara.

a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)

b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi lingkungan

c. Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi

d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantina

e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)

Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :5

a. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.

b. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.

(15)

14

BAB III PENUTUP III.A KESIMPULAN

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau vectorborne diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia

III.B SARAN

untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan memutus rantai penyebaran penyakit dan menuju Indonesia yang sehat.

(16)

15 DAFTAR PUSTAKA  http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0C HAQFjAJ&url=http%3A%2F%2Ffiles.bukukedokteran.webnode.com%2F20000002 43716638102%2FVektor%2520Penyakit.pdf&ei=Q7paUfjIApHKrAfbtYC4CQ&us g=AFQjCNEkJowNNq4f73BC5imEYQy2f3_sPQ&sig2=Pik6gsApLIRvJ6n94cdRS Q&bvm=bv.44697112,d.bmk(di akses pada 30 maret 2013 : 18:00 )

 http://www.scribd.com/doc/36951143/PENGENDALIAN-VEKTOR-PENYAKIT (di akses pada 30 maret 2013 : 19:50)

 http://id.scribd.com/doc/49906755/10-PENGENDALIAN-VEKTOR-PENYAKIT (di akses pada 31 maret 2013 : 10:00)

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: Parasit, Chrysomya, Desa Ngadas 

Perubahan lingkungan yang dilakukan manusia menyebabkan perubahan habitat dari makhluk hidup lain, termasuk hewan sebagai vektor penyakit dan mikroorganisme

Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Chayatin, 2009). Pencegahan penyakit

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT PES TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT PESi. DI DESA

Mikroorganisme sebagai pemegang perana penting didalam epidemmiologi yang merupakan penyebab penyakit menular atau disebut juga agen infeksi.. Penyakit menular atau penyakit yang

Vektor adalah arthropoda atau intervebrata lain, sebagai media penularan dan atau penyebaran penyakit, secara mekanis maupun biologis, melalui kemampuan

(1) Pengawasan lalulintas hewan, media pembawa penyakit hewan lainnya, dan produk hewan nonpangan yang berisiko menularkan penyakit ke hewan dan lingkungan

pemutusan rantai penularan penyakit melalui pemusnahan hewan sakit/tersangka pembawa agen penyakit. Tata cara pemusnahan meng- ikuti kode etik perlakuan hewan serta