• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PERAWAT DALAM PENANGANAN GANGGUAN JALAN NAFAS DI RUANG GAWAT DARURAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI PERAWAT DALAM PENANGANAN GANGGUAN JALAN NAFAS DI RUANG GAWAT DARURAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JALAN NAFAS DI RUANG GAWAT DARURAT

Dede Amalia, Yulia

Dede Amalia: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Jln. Prof. Dr. Sudjono D Pusponegoro, Kampus UI – Depok, Jawa Barat

Yulia, SKp., MN: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Jln. Prof. Dr. Sudjono D Pusponegoro, Kampus UI – Depok, Jawa Barat

E – mail: dede.amalia@ui.ac.id

Abstrak

Instalasi gawat darurat merupakan unit terpenting dalam operasional di suatu rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kompetensi perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Kompetensi tersebut terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kategorik, dengan desain cross sectional dan melibatkan 22 perawat. Hasil penelitian menunjukkan untuk kategori pengetahuan, perawat yang meiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 perawat, sedangkan pengetahuan baik sebanyak 8 perawat. Untuk kategori sikap, perawat yang memilik sikap baik sebanyak 20 perawat, sedangkan sikap kurang sebanyak 2 perawat. Untuk kategori keterampilan, perawat yang memiliki keterampilan baik sebanyak 15 perawat, sedangkan perawat dengan keterampilan kurang sebanyak 7 perawat. Penelitian ini menyarankan peningkatan kompetensi perawat khususnya pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam penanganan gangguan jalan nafas melalui pendidikan, pelatihan, seminar, dan workshop.

Kata kunci: Gangguan jalan nafas, Gawat Darurat, Kompetensi perawat

Abstract

Emergency department is the most important unit in a hospital. This study aims to describe nurses competences in handling airways disorder in emergency room, in a hospital in Jakarta. These competences consist of knowledge, attitude, an skills. This was a descriptive study with a cross sectional design. Involving 22 nurses working in an emergency room as the sample. This study showed that in the category of knowledge 14 nurses had less knowledge, whereas 8 nurses had good knowledge. In the attitude category, 20 nurses had good attitude, while 2 nurses had poor attitude. In the skill category, there were 15 nurses had good skill, while 7 nurses had less skill. This study suggests that knowledge, attitude, and skill of nurses in the Emergency Department have to improve these competences through training, seminars and workshop.

Keywords : airways disorder, emergencey, nurse’s competences

Pendahuluan

Menurut Kepmenkes nomor 859 tahun 2009 tentang pelayanan gawat darurat, yang bertujuan untuk memberikan pertolongan kesehatan pada klien dalam kondisi yang dapat menimbulkan kematian

atau kecacatan bila tidak segera ditangani. Seluruh pelayanan gawat darurat dilakukan di instalasi gawat darurat (IGD) yang memberikan pelayanan awal selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian

(2)

dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu. Instalasi gawat darurat memberikan perawatan gawat darurat untuk semua pasien dengan kondisi gangguan jalan nafas, cedera serius, penyakit umum, maupun trauma. Pelayanan di instalasi gawat darurat mengutamakan pelayanan dan penanganan pada pasien yang membutuhkan pelayanan kegawat daruratannya, bukan pada daftar antrian datangnya pasien ke instalasi gawat darurat.

Perawat yang bekerja di instalasi Gawat Darurat dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dalam hal kegawatdaruratan serta harus lebih cekatan dalam penanganan pasien. Guna memenuhi hal tersebut diatas, maka perawat gawat darurat harus memenuhi standar praktik keperawatan gawat darurat.

Standar adalah ukuran atau patokan yang disepakati. Kompetensi merupakan suatu kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja hasil yang ditetapkan (PPNI, 2005).

Menurut Kemenkes RI (2011) asuhan keperawatan gawat darurat adalah serangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang berkompeten di IGD rumah sakit. Standar kompetensi perawat gawat darurat yang telah diuraikan diatas merupakan kualifikasi standar agar dapat tercapai tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawat daruratan, maka perawat instalasi gawat darurat harus memiliki kemampuan menguasai basic assessment primary survey dan secondary survey, mampu menguasai triase dan retriase, mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan, mampu melakukan tindakan keperawatan dengan

live saving antara lain resusitasi dengan atau tanpa alat dan stabilisasi, mampu memahami terapi definitif, mampu menerapkan aspek etik dan legal, mampu melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien / keluarga, mampu bekerja didalam tim, mampu melakukan pendokumentasian / pencatatan dan pelaporan.

Didalam penelitian kali ini peneliti khususnya ingin mengetahui kompetensi perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas. Karena belum adanya penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai kompetensi perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas di instalasi gawat darurat. Penanganan gangguan jalan nafas merupakan kategori 1 dan ke 2 dalam triase rumah sakit yaitu kategori resusitasi dan emergency (Grossman, 2003). Penanganan jalan nafas merupakan prioritas utama.

Berdasarkan standart kompetensi perawat yang ditetapkan oleh Kemenkes tahun 2011; ACS tahun 2008; AHA tahun 2008; CALS tahun 2007; ENA tahun 2010 bahwa pelatihan kegawat daruratan yang harus diikuti oleh perawat gawat darurat adalah BLS (Basic Live Support), ACLS (Advance Cardiac Life Support), ATLS (Advance Trauma Life Support), TNCC (Trauma Nursing Core Course) di IGD salah satu rumah sakit di jakarta perawat yang telah mendapatkan pelatihan Basic Life Support (BLS) ada 12 perawat, dan perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) ada 10 perawat. Kompetensi perawat di IGD salah satu rumah sakit di jakarta masih kurang. Ini menginspirasi peneliti untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kategorik dengan

(3)

menggunakan desain penelitian Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta sebanyak 22 perawat. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling), yaitu seluruh perawat yang bekerja di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di Jakarta. Tempat penelitian adalah di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta.

Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner terhadap kompetensi, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sedangkan data sekunder berupa usia, jenis kelamin, pendidikan formal, masa kerja.

Penelitian ini menggunakan analisa univariat untuk mendeskripsikan karakteristik data dari masing-masing variabel karakteristik responden yang diteliti. Statistik deskriptif dari karakteristik responden dalam penelitian ini terbagi menjadi data variabel kategorik dan data variabel numerik. Data variabel kategorik dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, pelatihan. variabel ini berupa frekuensi (n) dan persentase (%) tiap kategori dan dapat disajikan dalam bentuk tabel ataupun grafik batang. Data variabel numerik dalam penelitian ini adalah umur.

Hasil

Dari analisa univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai karakteristik responden dan hasil pengumpulan data sesuai dengan variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian. Data ini akan di sajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

1.1 Variabel Penelitian Tabel 1.1

Distribusi frekuensi responden menurut kompetensi, pengetahuan, sikap, dan keterampilan Di Ruang Gawat Darurat Karakteristik Kategori Frekuensi

N = 22 Pengetahuan 1. Kurang 2. Baik 14 8 Sikap 1. Kurang 2. Baik 8 14 Keterampilan 1. Kurang 2. Baik 7 15

Berdasarkan variabel pengetahuan, responden dengan kategori kurang sebanyak 14 perawat, sedangkan kategori baik sebanyak 8 orang. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden lebih banyak berpengetahuan kurang dari pada responden berpengetahuan baik.

Berdasarkan variabel sikap, responden dengan kategori baik sebanyak 20 perawat, sedangkan kategori kurang sebanyak 2 perawat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang baik dari pada sikap yang kurang.

Berdasarkan variabel keterampilan yang di observasi, responden dengan kategori baik sebanyak 15 perawat, sedangkan kategori kurang sebanyak 7 perawat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan baik dari pada keterampilan yang kurang.

1.2 Karakteristik Responden Tabel 1.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Masa kerja Di

Ruang Gawat Darurat

(4)

Variabel Kategori Frekuensi

Usia 22 tahun - 36 tahun > 36 tahun Total 9 13 22 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 5 17 22 Pendidikan SPK D3 Kep Total 1 21 22 Masa Kerja 2 tahun - 15 tahun

> 15 tahun Total

9 13 22 Berdasarkan variabel usia, responden dengan usia 22 tahun – 36 tahun ada 9 perawat, sedangkan usia >36 tahun ada 13 perawat. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden lebih banyak usia >36 tahun.

Berdasarkan variabel jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin laki – laki ada 5 perawat, sedangkan jenis kelamin perempuan ada 17 perawat. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden lebih didominasi oleh perawat perempuan.

Berdasarkan variabel pendidikan, responden dengan pendidikan D3 keperawatan berjumlah 21 perawat, sedangkan responden dengan pendidikan SPK berjumlah 1 perawat. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden lebih didominasi oleh perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan.

Berdasarkan variabel masa kerja, responden dengan masa kerja 2 – 15 tahun berjumlah 9 perawat, sedangkan responden dengan masa kerja > 15 tahun berjumlah 13 perawat. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden lebih didominasi oleh perawat dengan masa kerja > 15 tahun.

Pembahasan

1.1 Variabel Penelitian

Kompetensi merupakan suatu kemampuan seseorang yang dapat di observasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja hasil yang ditetapkan (PPNI, 2005). Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka variabel penelitian kompetensi terdiri dari pengetahuan, sikap dan pengetahuan.

Pengukuran pengetahuan melalui

penelitian yang dilakukan pada perawat di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 14 perawat, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 8 perawat. Diperoleh bahwa pengetahuan responden mengenai penanganan gangguan jalan nafas < 50 %, hal ini belum memuaskan dikarenakan angka ini masih tergolong kecil padahal pengetahuan merupakan salah satu faktor penting untuk perilaku perawat dalam menangani pasien dengan gangguan jalan nafas. Hal ini merupakan gambaran pengetahuan perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas.

Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang, oleh karena itu perlu peningkatan pengetahuan khususnya penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas bagi perawat untuk meningkatkan kompetensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat, maka semakin baik kemampuan perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan belum semua perawat yang memiliki pengetahuan baik dalam penanganan gangguan jalan nafas, namun bukan berarti penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas tidak dilakukan secara maksimal. Peningkatan pengetahuan yang dimiliki perawat dapat dilakukan dengan peningkatan pendidikan, pelatihan, seminar atau workshop keperawatan secara berkala

(5)

yang dapat dilakukan diluar rumah sakit maupun didalam rumah sakit bagi seluruh perawat instalasi gawat darurat tanpa terkecuali. Sertifikasi perawat khususnya kegawat daruratan juga harus di up date. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat yaitu dengan menyediakan suatu forum ilmiah yang membahas secara bersama sama mengenai masalah pasien yang diadakan secara rutin dan terjadwal.

Hasil penelitian kepada perawat instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta tentang sikap perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap baik sejumlah 20 perawat, sedangkan perawat yang memiliki sikap kurang sejumlah 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang baik dari pada sikap yang kurang dalam penanganan gangguan jalan nafas.

Sikap baik yang dimiliki oleh perawat instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta perlu terus dipupuk dengan dorongan kepuasan kerja bagi perawat sehingga penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas akan dilaksanakan secara optimal. Dorongan ini dapat dilakukan dengan dukungan kebijakan secara tertulis untuk kegiatan di instalasi gawat darurat. Kebijakan ini perlu disertai dengan kejelasan penghargaan bagi perawat. Perhatian manajemen rumah sakit untuk menumbuhkan sikap baik perawat juga dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan bagi seluruh perawat instalasi gawat darurat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki keterampilan dalam kategori baik sejumlah 15 perawat sedangkan responden yang memiliki keterampilan kurang sejumlah 7 perawat. Angka ini belum memuaskan karena

keterampilan akan menampilkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh perawat. Menurut peneliti, agar perawat mampu menunjukkan profesionalisme dalam penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas perlu didukung dengan keterampilan yang perlu terus dikembangkan meskipun lebih dari separuh responden menunjukkan keterampilan dalam kategori baik.

1.2 Karakteristik Responden

Data karakteristik responden merupakan variabel pada penelitian ini. Yang terdiri dari data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja.

Hasil penelitian memperoleh rata rata usia responden adalah usia 22 – 36 tahun sejumlah 9 perawat, dan usia >36 tahun sejumlah 13 perawat. Dengan hal ini usia responden yang terbanyak adalah >36 tahun. Pada penelitian ini memungkinkan perawat yang berusia senior memiliki pengalaman lebih dibandingkan dengan perawat junior. Adanya perbedaan usia diantara perawat memberikan warna untuk saling melengkapi dalam menangani pasien dengan gangguan jalan nafas.

Perawat senior akan berbagi

pengalamannya kepada perawat junior. Keadaan ini diimbangi dengan perawat junior yang tidak segan berkolaborasi dengan perawat senior dalam penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas. Didalam study Mc Caughan dan Prahoo (2000) bahwa faktor demografi seperti usia, masa kerja perawat dalam kompetensi perawat mempunyai hubungan yang signifikan dengan level kompetensi yang digunakan.

Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini didominasi oleh perawat wanita dengan jumlah 17 perawat. Pada penelitian ini, dimungkinkan penanganan pasien dengan gangguan jalan nafas tidak memerlukan

(6)

keahlian khusus yang behubungan dengan jenis kelamin.

Penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi pendidikan keperawatan responden pada jenjang pendidikan D3 Keperawatan dengan jumlah 21 perawat dan SPK 1 perawat. Meskipun di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta memiliki perawat dengan mayoritas pendidikan D3 keperawatan maka peningkatan pendidikan perlu terus dilakukan. Hal ini karena pendidikan sebagai salah satu indikator yang mencerminkan kemampuan perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Rata rata masa kerja perawat instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta dengan lama bekerja 2 – 15 tahun sejumlah 9 perawat sedangkan perawat dengan masa kerja >15 tahun sejumlah 13 perawat.

Kesimpulan

Karakteristik demografi perawat instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit dijakarta memiliki rata rata usia lebih dari 36 tahun, dengan jenis kelamin perempuan yang lebih banyak, dengan pendidikan D3 keperawatan dan masa kerja lebih dari 15 tahun.

Perawat di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta memiliki pengetahuan baik berjumlah 8 perawat, sedangkan perawat yang memiliki kompetensi kurang berjumlah 14 perawat. Perawat di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta memiliki sikap baik berjumlah 14 perawat, sedangkan perawat yang memiliki sikap kurang berjumlah 8 perawat.

Peneliti mengobservasi keterampilan perawat ketika melakukan penanganan gangguan jalan nafas, namun peneliti

mendapatkan hasil Perawat di instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta yang memiliki keterampilan baik berjumlah 15 perawat, sedangkan perawat yang memiliki keterampilan kurang berjumlah 8 perawat.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih peneliti berikan kepada Ibu Yulia, SKp., MN selaku pembimbing dalam penelitian ini. Dan ucapan terima kasih kepada Sigit Santoso dan Rahmat Mulyadi yang telah

mendukung dan mendorong untuk

dilaksanakannya penelitian ini.

Referensi

Ambulan Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2011). Modul

pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS). AGD Dinkes Provinsi

DKI Jakarta

Ash, Laurel & Niska, Kathleen. (2010).

Competency in rural emergency nursing by vivien jutsum doctor of nursing practice clinical project. UMI Dissertation Publishing. Desember 12, 2013.http://proquest.umi.com

Aulina, Putri Yoen. (2006). Gambaran

kompetensi perawat dan hubungan dengan faktor pendidikan, pengalaman dan pelatihan pada perawat klinik di ruang rawat inap dan poli RSIA tambak jakarta Pusat. Tesis Program Kajian Administrasi

Rumah Sakit Program Pascasarjana FKMUI. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar

(Riskesdas) 2013.

http://www.depkes.go.id.iddownloadriskesd a2013Hasil%20Riskesdas%202013

Brown, Jennifer F. (2008). Hospital – based

emergency nursing in rural setting.

Desember 12, 2013.

(7)

Dahlan, M Sopiyudin. (2010). Seri evidence

based medicine (seri 3 Edisi 2) langkah langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan berdasarkan prinsip Import (1) Konsisten (7) Valid (4) Etis (1) IKVE 1974. Jakarta :

Sagung Seto.

Datusanantyo, Robertus Arian. (2013).

Emergency severity index (ESI): Triase

berbasis bukti. RAD Journal.

http;//www.slideshare.net/robertusarian/em ergency-severity-index-esi-salah-satu-sistem-triase-berbasis-bukti

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Penanganan korban bencana

massal edisi III.

Dharma, Kelana kusuma. (2011). Metodologi

penelitian keperawatan panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Fryberg, E. R. (2005). Triage : Principle and

practice. scandinavian journal of surgery.

Desember 12, 2013.

Grossman, Valerie G.A. (2003). Quick

reference to triage / valerie G.A grossman; consultant, triage first, asheville, nort carolina – 2 nd ed. Lippincott Williams &

Wilkins.

Hastono, Sutanto Priyo. (2007). Basic data

analysis for health research training analisis data kesehatan. Depok. : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kozier, B. Erb, G. Berman, A. Snyder, S.J. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice, 7 edition. Published by Pearson Education.

Mader, Sylvia S. (2010). Human biology 11 th

edition. The Mc Graw – Hill Companies.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Oman, Kathleen S & Mc Lain, Jane Koziol. (2007). Emergency Secret Nursing. By Mosby, inc.,an Affiliate of Elsevier Inc. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

(2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia. Jakarta. http://www.inna-ppni.or.id

PAHO. (2000). Natural disaster protecting the

public health. Washington D.C: WHO,

PAHO.

Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. (2007).

Materi pelatihan advance cardiac life support (ACLS). Jakarta: RS Jantung

Harapan Kita.

Salonen, Anne. Kaunonen, Marja. Meretoja, Ritta. Terttu Tarkka, Marja. (2007). Competence profiles of recently registered nurses working intensive and emergency setting. Finland. http://www.anne.h.salonen@welho.com

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku ajar

keperawatan medikal – bedah brunner & suddart edisi 8 volume 1. Jakarta: EGC

Sugono, Dendy. (2008). Kamus Bahasa

Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Universitas Indonesia. (2008). Pedoman teknis

penulisan tugas akhir mahasiswa universitas indonesia. Depok: Universitas

Indonesia. http://www.staff.ui.ac.id

Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk

keperawatan. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar

pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit. Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan & Keteknisian Medis Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menilai peran audior internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado di

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian

Data-data yang terkait pada sistem saat ini adalah data operasional sampah, data produksi gas, jumlah tenaga kerja yang ada, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER, SISTEM INFORMASI DAN TEKNIK INFORMATIKA KELASA. HARI WAKTU KMK SMT PRODI MATA KU L IAH SKS RUANG DOSEN PENGA

Selama ini para pegawai dalam pengarsipan berkas perkara umum melakukan pengarsipan secara manual dengan cara meencatat kedalam buku besar sehingga menyulitkan

spesifik identitas transnasional 26. Selanjutnya Cronin menyebutkan tiga elemen penting di dalam pembangunan Security Community, yakni: 1) identitas transnasional; 2) persepsi

1 Turunan fungsi trigonometri V Peserta didik dapat menentukan turunan pertama dari suatu fungsi yang memuat perkalian atau pembagian fungsi aljabar dan

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini tidak hanya memperkenalkan konsep dan ruang lingkup Manajemen, tetapi mahasiswa diperkenalkan dengan definisi manajemen secara