PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI
FRAUD DAN MENINGKATKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Kasus pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara)
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
KETTY REINILDIS SENDUK
NIM: 102114092
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI
FRAUD DAN MENINGKATKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Kasus pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara)
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
KETTY REINILDIS SENDUK
NIM: 102114092
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Bersukacit alah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa”
( Roma 12:12)
“Usaha tanpa berdoa tidak ada artinya. Berdoa tanpa usaha pun tidak ada artinya. Doa dan Usaha hendaknya
SEIMBANG” (ORA ET LABORA)
K ea ja i ba n buka n ka r ena ki t a m ela kuka n peker ja a n i t u,
t et a pi ba ga i m a n a ki t a sem ua da pa t ber suka ci ta m ela kuka n peker ja a n t er sebut
-M ot her T er esa -
Ku Persembahkan skripsi ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus y ang selalu meny ertaiku
dan kepada,
kedua orang tuaku, Thomas S enduk dan Thelma Wengkang,
kakakku, Frater Kardo,
Adikk u Rendy , Kanny dan Kenny ,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan yang luar biasa, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud dan Meningkatkan Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Antonius Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing Akademik saya.
4. Drs. Y. P. Supardiyono, Akt., M.Si., QIA., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
vi
6. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M. Acc., QIA. dan Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., QIA, CA selaku dosen penguji skripsi saya.
8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.
9. Saudara Andre Wengkang yang sudah membantu saya dalam kelancaran proses penelitian saya. Ibu Julia Wuwungan, selaku Human Resources Manager dan seluruh karyawan Lion Hotel and Plaza Manado yang sudah bersedia membantu dalam proses pencarian data.
10.Kedua orang tuaku yang tersayang, Drs. Thomas Martin Senduk, M.Pd dan Dra. Thelma Ivonne Maria Wengkang, M.Pd, yang selalu memberikan doa, nasehat, semangat, dorongan, kasih sayang yang tak terhingga dan perhatian yang luar biasa, dan segala sesuatu kebutuhan selama saya kuliah.
11.Kakakku, Frater Kardo dan adik-adikku Rendy, Kanny dan Kenny yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan dan perhatian yang tak terhingga.
vii
13.Wilibald Manggar, yang selalu memberikan doa dan semangat. Terima kasih untuk waktu dan perhatian yang diluangkan, mulai dari menemani mengerjakan skripsi sampai menemani jalan-jalan saat merasa bosan atau suntuk. Semoga skripsinya juga cepat selesai dan dapat segera menyusul. 14. Sahabat dan teman-temanku, Alfa, Pingkan, Lia, Shinta, Kezia, Ika,
Angel, Senta dan Devi. Teman-teman Akuntansi 2010, dan semua orang yang pernah aku temui. Terima kasih atas dukungan, doa dan kebersamaan yang boleh kita lalui bersama.
15.Teman-teman bimbingan dan kelas MPT Pak Joko, Ayu, Pamela, dan Jevri. Terima kasih atas saran, kritikan, dukungan, semangat dan kebersamaannya.
16.Semua pihak yang membantu, mendukung, dan berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, Juni 2014
viii
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD DAN
MENINGKATKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Kasus pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 16 Juni 2014 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKSI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ketty Reinildis Senduk
Nomor Induk Mahasiswa : 102114092
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD DAN MENINGKATKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 16 Juli 2014 Yang menyatakan,
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TELAAH PUSTAKA ... 8
A. Audit Internal dan Auditor Internal ... 8
B. Fraud ... 14
C. Good Corporate Governance ... 20
xi
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Jenis dan Sumber Data ... 29
1. Sumber Data ... 29
2. Jenis Data... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
1. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 30
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 31
E. Teknik Analisis Data ... 32
1. Uji Validitas ... 32
2. Uji Reliabilitas ... 33
3. Normalitas ... 33
4. Analisis Deskriptif ... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 39
A. Sejarah berdirinya Perusahaan ... 39
B. Moto Perusahaan ... 41
C. Fasilitas yang Disediakan ... 42
D. Struktur Organisasi ... 43
E. Fungsi dan Tugas ... 45
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Sampel ... 53
xii
1. Uji Normalitas ... 60
2. Uji Validitas ... 63
3. Uji Reliabilitas ... 65
4. Analisis Deskriptif ... 67
BAB VI PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Keterbatasan Penelitian ... 76
C. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... xvii
LAMPIRAN ... xix
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN ... xx
LAMPIRAN 2 DATA RESPONDEN (CROSSTABULATION) ... xxix
LAMPIRAN 3 UJI NORMALITAS ... xxxiii
LAMPIRAN 4 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... xxxvi LAMPIRAN 5 ANALISIS DESKRIPTIF ... xlvi LAMPIRAN 6 DATA KUESIONER ... xlix SURAT KETERANGAN PENELITIAN ... lv
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian ... 35
Tabel 5.1. Data Responden berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin ... 54
Tabel 5.2. Data Responden berdasarkan Jabatan dan Umur ... 56
Tabel 5.3. Data Responden berdasarkan Jabatan dan Pendidikan... 58
Tabel 5.4. Uji Normalitas Peran Auditor Internal ... 60
Tabel 5.5. Uji Normalitas Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud ... 61
Tabel 5.6. Uji Normalitas Peran Auditor Internal Dalam Meningkatkan GCG ... 62
Tabel 5.7. Uji Validitas Peran Auditor Internal ... 63
Tabel 5.8. Uji Validitas Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud ... 64
Tabel 5.9. Uji Validitas Peran Auditor Internal Dalam Meningkatkan GCG ... 64
Tabel 5.10. Uji Reliabilitas Peran Auditor Internal ... 65
Tabel 5.11. Uji Reliabilitas Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud ... 66
Tabel 5.12. Uji Reliabilitas Peran Auditor Internal Dalam Meningkatkan GCG ... 66
Tabel 5.13. Statistic Descriptive Peran Auditor Internal ... 67
Tabel 5.14. Statistic Descriptive Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud ... 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Faktor-Faktor Penyebab Cepat/Lambatnya Deteksi
xv ABSTRAK
PERAN AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD DAN MENINGKATKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Kasus Pada Lion Hotel and Plaza Manado, Sulawesi Utara)
Ketty Reinildis Senduk NIM : 102114092 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Tujuan penelitian ini adalah menilai peran audior internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada Lion Hotel and Plaza Manado.
Sampel dalam penelitian ini adalah para karyawan hotel di semua departemen yang memahami peran auditor internal. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel penelitian mencakup para manajer di tiap departemen yang juga merangkap tugas sebagai pengawas internal di departemennya masing-masing, auditor internal, dan para karyawan yang memahami peran auditor internal dalam aktivitas hotel.Instrumen yang digunakan untuk penelitian adalah kuesioner dengan skala likert 1 (satu) sampai 7 (tujuh). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Untuk menilai apakah peran auditor internal tergolong baik atau tidak, digunakan personal judgment dengan rentang nilai yang masing-masing mewakili kriteria tertentu untuk mengukur peran auditor internal.
Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa pengolahan data untuk peran auditor internal secara umum di dalam aktivitas hotel memiliki nilai 5,50. Berdasarkan personal judgement yang telah dibuat, peran auditor internal dalam mendukung aktivitas hotel secara umum sudah tergolong baik. Selain itu, hasil statistik deskriptif untuk peran auditor internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance masing-masing menunjukkan nilai 5,42 dan 5,80. Artinya, peran auditor internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado sudah baik.
xvi ABSTRACT
THE ROLE OF INTERNAL AUDITOR IN DETECTING FRAUD AND IMPROVING GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(A Case Study at Lion Hotel and Plaza Manado, North Sulawesi)
Ketty Reinildis Senduk NIM : 102114092 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
The major purpose of this study is to assess the role of internal auditor in detecting fraud and improving good corporate governance at Lion Hotel and Plaza Manado in North Sulawesi. This research is a case study at Lion Hotel and Plaza Manado.
Sample in this research were employees in all departments who understand the role of internal auditor. The sampling method in this study was purposive sampling. The sample of this study were all managers in each department who have a job as a manager and also as an internal controller in their department, and employees who understands the role of internal auditor in this company. The instrument used in this research was a questionnaire with likert scales from 1 (one) to 7 (seven). The data analysis technique used was descriptive analysis. To assess whether the role of internal auditor was good or bad, it used professional personal judgment that representing a certain criteria for each range of the score of the role of internal auditor.
The descriptive statistics showed that the score of internal auditor general role in Lion Hotel and Plaza was 5.50. Based on professional personal judgement, the role of internal auditor in boosting overall activities were relatively good. In addition, other results showed that the score of the role of internal auditors in detecting fraud and improving good corporate governance were 5.42 and 5.80 consequtively. This means that the role of internal auditor in detecting fraud and improving good corporate governance at Lion Hotel and Plaza Manado was good.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini, dunia bisnis dan ekonomi berkembang dengan pesat. Setiap
pelaku bisnis berusaha untuk mengembangkan bisnisnya semaksimal mungkin untuk
mendatangkan keuntungan baginya dari segala aspek usaha yang dijalankannya.
Dalam usaha untuk mengembangkan bisnis, para pelaku bisnis akan melakukan
berbagai cara untuk memperoleh keuntungan tanpa menyadari bahwa ada aktivitas
yang dilakukan secara menyimpang maupun tidak etis. Segala bentuk penyimpangan
maupun kecurangan secara sadar dan tidak sadar dilakukan para pelaku bisnis demi
mencapai tujuan yang diharapkannya.
Wardoyo (2010) dalam penelitiannya mengenai peranan auditor internal
dalam menunjang pelaksanaan good corporate governance menjelaskan bahwa
tantangan dunia bisnis saat ini antara lain, persaingan yang semakin ketat, munculnya
para pesaing lokal maupun asing yang baru, dan semakin maraknya kasus korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN). Hal ini membuat para pelaku bisnis melakukan berbagai
kecurangan maupun penyimpangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tindakan tersebut membahayakan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Tantangan-tantangan tersebut dapat menyebabkan munculnya tindakan kecurangan atau lebih
Menurut Institute of Internal Auditors (dalam Sawyer:2003), fraud adalah
serangkaian tindakan-tindakan tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk
menipu. Fraud yang dilakukan di dalam suatu perusahaan ada bermacam-macam,
seperti penggelapan aset perusahaan, penipuan investasi, penipuan pelanggan, dan
kejahatan komputer. Tindakan fraud memang sulit dideteksi dan diungkap tanpa
adanya kompetensi yang memadai dari pihak yang bertugas untuk mengungkapnya.
Untuk menanggulangi hal tersebut maka auditor internal diharapkan dapat berperan
aktif dalam mendeteksi berbagai macam fraud yang terjadi di dalam suatu
perusahaan. Coram P., dkk (2006) dalam penelitiannya The Importance of Internal
Audit In Fraud Detection, menyatakan “organizations with an internal audit function
are more likely to detect and report fraud than those that do not”. Dengan kata lain,
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perusahaan dengan fungsi audit internal
ternyata lebih baik dalam hal mendeteksi dan melaporkan fraud dibandingkan dengan
perusahaan tanpa fungsi audit internal.
Kehadiran auditor internal di dalam suatu perusahaan kadangkala masih
sering disalahartikan. Beberapa pandangan yang muncul mengenai auditor internal
antara lain: “Tidak ada tidak apa, kalau ada tentu lebih baik”, sebagai kepanjangan
tangan finance/accounting saja, tidak lebih dari sebuah fungsi operation support dan
sebagai watchdog atau polisi perusahaan (Kumaat, 2011:6). Semua pandangan ini
menghambat efektivitas peran auditor internal bagi suatu perusahaan. Namun
demikian, beberapa tahun terakhir publik dan pelaku bisnis mulai disadarkan akan
Auditor internal tidak lagi dipandang sebagai penunjang kegiatan operasi
perusahaan semata atau pengawas operasional perusahaan, akan tetapi tugas auditor
internal lebih diarahkan untuk menjadi seorang konsultan bagi suatu perusahaan.
Auditor internal sebagai pihak yang independen diharapkan mampu berperan sebagai
pemecah masalah, pemecah konflik, pewawancara yang mencari fakta dan bukan
opini, serta mampu menjadi negosiator dan komunikator (Tawaf: 1999). Selain
bertugas mendeteksi dan mengungkap berbagai masalah yang terjadi di dalam suatu
perusahaan, auditor internal juga lebih diarahkan agar mampu menjadi mitra
manajemen untuk pengelolaan sumber daya organisasi yang lebih baik, serta dapat
menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian
internal yang ada di perusahaan tersebut. Hal ini serupa dengan apa yang menjadi
ruang lingkup audit internal, yang tertuang dalam Standar Profesional Auditor
Internal (SPAI).
Pandangan-pandangan mengenai pentingnya auditor internal di dalam
aktivitas suatu perusahaan harus selalu diarahkan agar perusahaan-perusahaan
semakin yakin bahwa kehadiran auditor internal dapat menunjang aktivitas
perusahaan. Bagi perusahaan yang telah memiliki auditor internal, keputusan tersebut
harus tetap dipertahankan dengan baik. Bagi perusahaan yang belum memiliki
auditor internal, akan lebih baik apabila mulai mempertimbangkan manfaat yang
dapat diperoleh dari kehadiran minimal seorang auditor internal di dalam perusahaan.
Beberapa manfaat yang dapat dirasakan perusahaan adalah sebagai berikut: (a)
auditor internal mampu mengawasi, (b) mendeteksi fraud, (c) mengungkap fraud di
terjadi, dan (e) dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi. Dengan demikian
terjadinya fraud dapat dideteksi lebih awal sehingga fraud dapat diminimalisir atau
bahkan dihilangkan.
Fraud yang mampu dideteksi, diungkap, dan dicarikan solusi yang tepat oleh
auditor internal diharapkan dapat mendorong manajemen meningkatkan good
corporate governance (GCG). Good Corporate Governance merupakan sistem
mengenai bagaimana suatu organisasi atau perusahaan dikelola dan ditata dengan
baik dari segala aspek. Hal tersebut dapat terwujud jika semua aspek corporate
governance mampu bersinergi dan saling mendukung satu sama lain. Salah satu
contohnya adalah auditor internal perusahaan dapat memberikan rekomendasi kepada
manajemen terkait temuan-temuan yang perlu diperbaiki di dalam perusahaan.
Temuan-temuan tersebut pun harus berdasarkan keandalan informasi yang diperoleh
auditor internal ketika menilai aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Auditor internal perusahaan diharapkan pula mampu berperan aktif dalam
memastikan manajemen melaksanakan prinsip-prinsip GCG, yaitu transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan kewajaran. Penerapan
prinsip-prinsip GCG dalam suatu perusahaan akan memberikan kejelasan mengenai fungsi,
hak, dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan atas perusahaan. Selain
itu, penerapan prinsip GCG dapat berpengaruh terhadap proses pengendalian internal
dan terciptanya keseimbangan antar organ perusahaan dan juga keseimbangan antar
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui “Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud dan Meningkatkan Good Corporate Governance” (Studi Kasus pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana peran audior internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good
corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado di Sulawesi Utara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk menilai peran audior internal dalam mendeteksi fraud dan
meningkatkan good corporate governance pada Lion Hotel and Plaza Manado
di Sulawesi Utara.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan
khususnya dalam bidang audit internal serta dapat menambah pengetahuan
mengenai realita perusahaan pada umumnya.
b. Bagi auditor internal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
auditor mampu menempatkan diri secara lebih tepat dan lebih bijak dalam
menjalankan tugasnya di suatu perusahaan.
c. Bagi pemilik perusahaan dan manajer, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan tentang pentingnya fungsi internal audit dalam
meningkatkan efektivitas perusahaan dari segala aspek usaha yang
dimiliki perusahaan.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk kajian penelitian selanjutnya, khususnya penelitian di
bidang audit internal maupun audit keperilakuan.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, pada Bab I akan dipaparkan pendahuluan, yang berisi
tentang latar belakang masalah yang diangkat, rumusan masalah yang akan dibahas,
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, dan manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini.
Pada Bab II akan dipaparkan telaah pustaka, yang berisi tentang teori-teori
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti teori mengenai audit internal
dan auditor internal, fraud, dan good corporate governance. Selain itu juga dalam
bab ini akan dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini.
Pada Bab III akan dipaparkan metodologi penelitian, yang berisi tentang jenis
penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,
Pada Bab IV akan dipaparkan deskripsi perusahaan yang dijadikan sebagai
tempat penelitian. Dalam bab ini, ada beberapa hal yang diuraikan seperti sejarah
berdirinya perusahaan, moto perusahaan, fasilitas yang disediakan, struktur organisasi
perusahaan, dan deskripsi tugas serta tanggungjawab dari setiap bagian yang terdapat
di dalam struktur organisasi perusahaan.
Pada Bab V akan dipaparkan analisis dan pembahasan, yang mencakup
deskripsi variabel penelitian, pengujian normalitas, reliabilitas, validitas, serta analisis
deskriptif dan pembahasan dari analisis yang sudah dilakukan.
Pada Bab VI akan dipaparkan kesimpulan yang ditarik berdasarkan hasil
pengolahan dan analisis data, keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini serta
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA A. Audit Internal dan Auditor Internal
1. Pengertian Audit Internal
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA), “Audit internal adalah
aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi”
(Sawyer’s et al. , 2003:9).
Kumaat (2011:35) mendefinisikan audit internal adalah sebagai berikut:
“Audit internal adalah agen yang paling ‘pas’ untuk mewujudkan Internal
Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan
memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan Perusahaan”. Sementara itu,
Tunggal (2012:136) berpendapat bahwa audit internal merupakan jaminan,
independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai
dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan proses
2. Pengertian Auditor Internal
Menurut Strawser J. dan Robert Strawser (2001), “Auditor internal adalah
seorang auditor di dalam perusahaan yang memberikan jasa pelayanan untuk
suatu organisasi tempat ia dipekerjakan sebagai pegawai perusahaan untuk
mengaudit kegiatan operasi perusahaan tersebut”. Dalam Sawyer (2003:7-8),
dijelaskan bahwa auditor internal melayani kebutuhan organisasi, meskipun
fungsinya dikelola oleh perusahaan. Selain itu, auditor internal juga fokus pada
kejadian-kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang
untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi. Auditor internal memberikan
informasi yang dibutuhkan manajemen dalam menjalankan tanggungjawab
mereka secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen
untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi
kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan
yang bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk membantu
manajemen organisasi untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional
organisasi terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Orientasi pelaksanaan audit internal sebagian besar tugasnya adalah
melakukan audit kepatuhan dan audit operasional. Tapi tidak menutup
kemungkinan juga melakukan audit keuangan, yang nantinya dapat menjadi
referensi bagi auditor eksternal dalam melakukan audit pada suatu perusahaan.
keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, sehingga selalu
memerlukan dukungan dari manajemen (Rahayu dan Ely Suhayati: 2010).
3. Fungsi Audit Internal
Audit internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf
audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas
rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan
manajemen, sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk
menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling
penting bagi kesuksesan organisasi. Sawyer’s (2003:32-34) mengatakan bahwa
fungsi audit internal adalah sebagai berikut:
a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi oleh manajemen
puncak.
Setiap tahun kepala eksekutif audit menyiapkan rencana jadwal audit khusus
untuk aktivitas yang diawasi. Rencana ini dipresentasikan di depan
manajemen eksekutif dan dewan, dan diubah sesuai pergeseran strategi
organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai senior.
b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
Auditor internal memperluas persepsi tentang manajemen risiko dan
meningkatkan upaya untuk menyakinkan manajemen bahwa semua jenis
c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang
mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Laporan yang
akurat dan tepat waktu lebih mungkin menghasilkan keputusan yang
bermakna. Ketika audit dilakukan, auditor menelaah laporan tersebut untuk
menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya. Kebijakan manajemen yang
diputuskan kemudian bisa menjadi lebih valid.
d. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal,
bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya.
Dengan semakin banyaknya prosedur audit tradisional yang diganti dengan
pemrosesan data elektronik, semua auditor internal membutuhkan paling tidak
beberapa tingkat keahlian. Pengamanan data telah menjadi risiko terbesar
yang dihadapi oleh organisasi modern.
e. Membantu proses pengambilan keputusan.
Manajerlah, bukan auditor internal, yang membuat keputusan operasional.
Namun auditor internal dapat menyediakan atau memvalidasi data sebagai
dasar pengambilan keputusan. Juga, mereka dapat mengevaluasi dampak dari
keputusan yang diambil dan risiko yang tidak diantisipasi.
f. Menganalisis masa depan, bukan hanya masa lalu.
Dengan menggunakan pendekatan ini auditor internal telah menilai kebijakan
atau program, dan hasil aktual yang diperoleh kebijakan atau program. Selain
itu, auditor internal saat ini menilai kontrol atas sistem informasi yang
diusulkan sebelum implementasinya, sehingga membantu menghindari
terjadinya biaya untuk memperbaiki kerusakan.
g. Membantu manajer membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan
mengendalikan masalah.
Manajer menghadapi masalah pada aktivitas yang tidak bisa dikendalikannya.
Masalah-masalah tersebut bisa berupa maslah perencanaan, masalah
pengorganisasian, masalah pengarahan, maupun masalah kontrol. Auditor
internal umumnya menemukan masalah tersebut dan menyarankan perbaikan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (2001:322) mengatakan fungsi audit internal adalah memantau kinerja
pengendalian entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian
internal, auditor harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk
mengidentifikasi aktivitas audit intern yang relevan dengan pernyataan audit.
4. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Tujuan pemeriksaaan intern (internal audit) membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan melalui pendekatan yang sistematis, disiplin untuk
mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen risiko,
pengendalian dan proses yang jujur, bersih, dan baik (Akmal: 2007). Menurut
IIA, tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi dalam
diharapakan dapat melengkapi organisasi dengan analisis, penilaian, rekomendasi,
konsultasi, dan informasi tentang kegiatan yang ditelaah. IIA mengakui bahwa
tujuan audit internal meliputi juga meningkatkan pengendalian yang efektif pada
biaya yang wajar.
Ruang lingkup dari audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang
memadai serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas
kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab dan beban. Dalam SPAI
(Tugiman:1997), ruang lingkup audit internal meliputi tugas-tugas:
a. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta
perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu.
b. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap
kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki
pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah
organisasi telah mematuhinya.
c. Menelaah perangkat perlindungan aktiva, dan secara tepat, memverifikasi
keberadaan aktiva tersebut.
d. Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.
e. Menelaah operasi atau program untuk memastikan apakah hasil konsisten
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau
B. Fraud
1. Pengertian Fraud
Albrecht, dkk.(2009:7), mendefinisikan fraud sebagai berikut. Secara
umum, fraud dapat didefinisikan sebagai satu istilah umum dan mencakup semua
cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu individu,
untuk memperoleh keuntungan dari orang lain dengan penyajian yang salah.
Tidak ada aturan yang pasti dan seragam untuk dijadikan dasar dalam
mendefinisikan fraud karena fraud mencakup kejutan, penipuan, kelicikan dan
cara-cara lain dimana pihak lain dicurangi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan
diri sendiri maupun pihak tertentu dengan berbagai cara yang tidak benar.
2. Fraud Triangle
Banyak hal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud.
Mengacu pada Albrecht, dkk. (2009:33), ada tiga elemen kunci yang
menyebabkan seseorang melakukan fraud yang biasa dikenal dengan fraud
triangle. Ketiga komponen tersebut adalah:
a. Tekanan (pressure)
Tekanan atau tuntutan yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud
dapat dibagi menjadi lebih spesifik:
1) Tekanan keuangan
Tekanan keuangan merupakan hal umum yang mendorong seseorang
a) Keserakahan.
b) Hidup dibawah kehendak orang lain.
c) Banyak hutang.
d) Kerugian ekonomi pribadi.
e) Kebutuhan uang yang mendadak.
2) Kebiasaan buruk
Motivasi melakukan fraud dapat disebabkan karena kegemaran berjudi,
obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol, serta biaya hidup keluarga yang
mahal.
3) Tekanan berkaitan dengan pekerjaan
Seseorang dapat melakukan fraud karena merasa hasil pekerjaannya
kurang dihargai oleh perusahaan, takut kehilangan pekerjaan, tidak puas
dengan pekerjaan, takut tidak mendapat promosi jabatan, dan merasa
kurang dihargai secara ekonomi.
4) Tekanan lainnya
Tekanan lain bisa berupa keinginan pasangan yang ingin hidup mewah,
ingin membahagiakan orang tua, serta tekanan lain yang tidak tercakup
dalam tiga poin di atas.
b. Peluang (opportunity)
Fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga ketika calon pelaku
fraud melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan.Ada beberapa
faktor utama yang dapat meningkatkan peluang yang mendorong seseorang
1) Kurangnya pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi perilaku yang
menyimpang.
2) Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja dengan tepat.
3) Kegagalan dalam mendisiplinkan pelaku fraud.
4) Kurangnya informasi.
5) Ketidakpedulian, apatis, dan ketidakmampuan.
6) Kurangnya jejak audit
c. Rasionalisasi (rationalization)
Kecenderungan pelaku fraud adalah membenarkan tindakan yang
dilakukannya dengan pola pikir tertentu seperti “tidak akan ada yang
dirugikan,” “perusahaan berhutang kepada saya,” “semua orang juga
melakukan hal yang sama,” dan alasan-alasan lain.
3. Mendeteksi Fraud
Mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal
yang cukup mengenai tindak kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak
para pelaku kecurangan (Kumaat: 2011, 156). Menurut Kumaat (2011), cepat
lambatnya pendeteksian fraud bergantung pada:
a. Faktor di pihak pelaku, yaitu kemampuannya menyiasati sistem atau menutup
celah dari praktik kecurangannya, sehingga menentukan tingkat kerumitan
b. Faktor yang ditentukan oleh kapasitas auditor sendiri, yaitu kemampuannya
mengembangkan audit berbasis risiko (risk based audit) dan membangun
jaringan informan (audit intelligence) dengan tetap bersikap hati-hati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya pendeteksian
fraud dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini.
4. Kompetensi untuk Mengenali dan Memerangi Fraud
Untuk dapat mengenali dan memerangi terjadinya fraud, dibutuhkan
kompetensi dan pengetahuan yang relevan. Mengacu pada Albrecht,
dkk.(2009:16), sebagai seseorang dengan karir pemberantas fraud, kita harus
memiliki kemampuan-kemampuan berikut:
a. Kemampuan analitis, hal ini diperlukan karena proses deteksi dan investigasi
dari suatu fraud merupakan suatu proses analitis dimana pemeriksa
mengidentifikasikan jenis fraud yang mungkin terjadi dan gejala yang
mungkin timbul serta cara-cara untuk memeriksa dan menindaklanjuti
gejala-gejala fraud yang ditemukan.
b. Kemampuan komunikasi, komunikasi merupakan hal yang penting dalam
semua bidang, termasuk juga dalam pemeriksaan fraud. Pemeriksa fraud
menghabiskan kebanyakan waktunya dengan melakukan komunikasi baik
secara langsung seperti interview maupun secara tidak langsung melalui
kuesioner. Informasi yang diperoleh melalui komunikasi tersebut kemudian
disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.
c. Pengetahuan tentang teknologi, seiring berkembangnya zaman, pemeriksaan
fraud tidak lagi hanya terfokus pada dokumen-dokumen fisik, tetapi
mencakup data-data dalam bentuk digital atau data elektronis. Dengan
bantuan teknologi, pemeriksa dapat menganalisa data yang berjumlah sangat
Selain hal-hal di atas, ada kemampuan tambahan lain yang dapat
membantu para pemeriksa fraud dalam melaksanakan tugasnya:
a. Pemahaman akuntansi dan bisnis, kecenderungan para pelaku fraud adalah
menyembunyikan tindakannya dan bukti-bukti yang terkait, salah satu caranya
adalah dengan mengubah pencatatan akuntansi dan memodifikasi dokumen.
Pemeriksa yang memahami akuntansi akan dapat menemukan kejanggalan
dalam pencatatan akuntansi yang diubah.
b. Pengetahuan mengenai hukum perdata dan pidana, kriminologi, privasi
karyawan, hak karyawan, undang-undang fraud, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan fraud, seseorang yang melakukan fraud dapat dituntut
secara perdata maupun pidana, pengetahuan ini akan membantu pemeriksa
fraud dalam menentukan tuntutan yang akan ditujukan ke pelaku, selain itu
pemeriksa fraud juga dapat melaksanakan pencarian bukti dengan cara yang
dianggap tidak melanggar hukum, serta kapan penegakan hukum perlu
dilibatkan.
c. Kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa asing, seiring mudahnya
komunikasi dan transportasi, kecurangan terkadang tidak terjadi di satu negara
saja melainkan di negara lain yang berhubungan dengan organisasi atau
perusahaan. Hal ini mengakibatkan proses pemeriksaan fraud tidak hanya di
satu negara tetapi antar negara. Kemampuan berbicara dan menulis dalam
bahasa asing tentu akan sangat membantu dalam proses pemeriksaan.
Pengetahuan tentang perilaku manusia, termasuk mengapa seseorang
pelaku fraud ketika tertangkap, dan apa saja cara yang paling efektif untuk
menghalangi seseorang berbuat curang. Pengetahuan seperti ini dapat dipelajari
dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti psikologi, psikologi
sosial, atau sosiologi.
C. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Menteri BUMN, berdasarkan Keputusan Menteri BUMN nomor
KEP-117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah: “Seperangkat proses
dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.” Menurut tim
GCG (good corporate governance) BPKP, “Good corporate governance
merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat
dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan
(hard definition), maupun ditinjau dari "nilai-nilai" yang terkandung dari
mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft definition).”
Dalam tataran konsep, GCG merupakan suatu sistem mengenai bagaimana
suatu usaha dikelola diawasi, oleh karena itu struktur GCG seharusnya mencakup
a. Adanya pemisahan antara hak dan kewajiban antara pelaku dalam perusahaan
seperti manajemen, pemegang saham, dan stakeholders. Disamping itu harus
terdapat pemisahan yang jelas antara manajemen dan pemilik perusahan.
b. Adanya landasan dan norma yang jelas dari pemilik perusahaan (pemegang
saham) untuk menyadari bahwa manjemen perusahaan harus tunduk pada
prosedur dan ketentuan yang mengikat khususnya yang berkaitan dengan
pengambilan kebijakan perusahaan.
2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Menurut Kumaat (2011: 23), empat prinsip Good Corporate Governance
(yang diadopsi oleh Organization for Economic Corporation and Development –
OECD) yaitu:
a. Fairness (Kewajaran) adalah perlakuan yang adil terhadap pemegang saham,
khususnya menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk bagi pemegang
saham minoritas/asing.
b. Transparency (Keterbukaan) adalah keterbukaan informasi (secara akurat dan
tepat waktu) mengenai kinerja perusahaan.
c. Accountability (Akuntabilitas) adalah bentuk tanggung jawab korporasi yang
diwujudkan dengan menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara
komprehensif serta siap untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang
berlaku.
d. Responsibility (Pertanggungjawaban) adalah bentuk pertanggungjawaban
Karyawan) kepada para external stakeholders lainnya, termasuk seluruh
masyarakat melalui: Misi menjadikan perusahaan berkategori sehat,
penciptaan lapangan kerja, serta nilai tambah bagi masyarakat di mana bisnis
mendapatkan manfaat dari seluruh aktivitasnya.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) ada lima asas
yang tercantum di dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance, yaitu:
a. Transparansi
Transparansi yaitu perusahaan harus menyediakan informasi yang material
dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga
hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan
pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan tetapi tidak terbatas pada visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh
anggota Direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluarganya
dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas yaitu perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. Pedoman pokok pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan
visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan
yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and
punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan
dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku
(code of conduct) yang telah disepakati.
c. Responsibilitas
Responsibilitas yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman
pokok pelaksanaan:
1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar, dan peraturan perusahaan.
2) Perusahaan harus melaksakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
d. Independensi
Independensi yaitu perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi
1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh
pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pegambilan
keputusan dapat dilakukan secara objektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain
sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
e. Kewajaran dan Kesetaraan
Kewajaran dan Kesetaraan yaitu perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman pokok pelaksanaan:
1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan
kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melasanakan tugasnya secara profesional tanpa
3. Fungsi Pokok Good Corporate Governance
Berdasarkan Menteri BUMN dalam keputusan menteri BUMN Nomor:
KEP-117/M-MBU/2002, fungsi pokok dari GCG, yaitu:
a. Oversight (perhatian secara bertanggung jawab), fungsi ini dimaksudkan agar
penerapan GCG selalu memperoleh perhatian utama, dan jika terjadi
kegagalan maka harus ada pertanggungjawaban yang jelas.
b. Enforcement (penegakan), fungsi ini dimaksudkan agar penerapan GCG
ditegakkan berdarkan prinsip-prinsip dasar.
c. Advisory (pemberian saran), fungsi ini dimaksudkan agar penerapan GCG
dilakukan berdasarkan pertimbangan yang hati-hati, terutama melalui
keterlibatan pihak eksternal yang independen.
d. Assurance (penjaminan), fungsi ini dimaksudkan agar penerapan GCG
dievaluasi dan diuji berdasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
e. Monitoring (pemantauan), fungsi ini dimaksudkan agar penerapan GCG
dipantau oleh pihak-pihak terkait yang secara langsung atau tidak langsung
terlibat dalam operasi perusahaan.
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu peran auditor internal, mendeteksi
fraud dan meningkatkan good corporate governance. Menurut Tunggal (2012:65),
audit internal memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk
memastikan bahwa program dan pengendalian anti fraud telah berjalan efektif.
menurut Kumat (2011:35) audit internal merupakan agen yang paling “pas” untuk
mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance
yang pastinya akan memberi nilai tambah bagi sumber daya dan perusahaan.
Auditor internal dibutuhkan dalam aktivitas suatu perusahaan. Selain untuk
mendeteksi fraud, auditor internal dibutuhkan untuk mendorong manajemen
mencapai dan meningkatkan good corporate governance. Penelitian terkait peran
auditor internal dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate
governance telah banyak dilakukan di perusahaan-perusahaan dagang dan
manufaktur, akan tetapi penelitian terhadap hotel bintang empat masih jarang. Oleh
karena itu, penelitian ini ingin mencoba menelusuri bagaimana peran auditor internal
dalam mendeteksi fraud dan meningkatkan good corporate governance.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat diihat pada Gambar 2.2. di bawah ini.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Meningkatkan
Good Corporate Governance
Peran Auditor Internal
Mendeteksi
28
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu sebuah metode penelitian yang
secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks
kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan
konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Kasus yang
bersifat kontemporer, yaitu yang sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi
menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat, atau khusus pada saat penelitian
dilakukan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan atau individu) yang
karakteristiknya hendak diduga, yang mana satuan-satuan individu ini disebut dengan
unit analisis. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang
terlibat secara langsung dengan aktivitas di Lion Hotel and Plaza Manado, antara lain
top manager, auditor internal, manajer di tiap departemen, dan karyawan tiap
departemen. Adapun profil responden penelitian ini meliputi nama, jenis kelamin,
usia, pendidikan, jabatan/posisi, lama bekerja dan gaji bruto.
Sampel dari penelitian yang dilakukan ini berjumlah 70 orang. Adapun teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel dengan memilih anggota sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
auditor internal di dalam aktivitas hotel, khususnya dalam mendeteksi fraud dan
meningkatkan good corporate governance. Berdasarkan kriteria tersebut, maka
berikut ini merupakan pihak-pihak yang dijadikan sampel penelitian:
1. Auditor internal di dalam hotel, yang berjumlah 3 orang.
2. Manajer di setiap departemen, yang berjumlah 9 orang.
3. Seluruh karyawan yang terdapat di Accounting Department (15 orang),
Purchasing Department (12 orang), dan Sales and Marketing Department (10
orang).
4. Beberapa karyawan departemen lainnya (selain yang disebutkan pada poin 3)
yang diyakini memahami peran auditor internal di dalam aktivitas hotel, yaitu
yang terdapat pada Human Resource Department (5 orang), Room and Service
Department (4 orang), Front Office Department (4 orang), Food Beverage
Department (4 orang), Security Department (2 orang), dan Maintenance &
Engineering Department (2 orang).
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Ada dua jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data yang dihimpun secara langsung dari
narasumber berupa wawancara dan pengisian kuesioner mengenai bagaimana
meningkatkan good corporate governance. Data sekunder dalam penelitian ini
berupa informasi tentang pengaruh auditor internal dalam mendeteksi fraud dan
meningkatkan good corporate governance yang diperoleh dari beberapa
buku/literatur, jurnal, skripsi atau penelitian-penelitian terdahulu.
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan narasumber
mengenai pernyataan-pernyataan yang diberikan terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Selain itu data bentuk kualitatif ini juga diperoleh dari beberapa buku
atau literatur yang dapat mendukung penelitian ini. Data kuantitatif merupakan
data yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada para responden. Dalam
kuesioner, responden diminta untuk menandai salah satu kolom poin yang
berkisar antara satu (1) sampai tujuh (7) untuk setiap pernyataan yang diajukan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan
data adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Field Research merupakan pengumpulan data secara langsung. Jenis penelitian
lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner, yaitu membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada auditor
internal, pimpinan perusahaan dan personil perusahaan (manajemen hotel),
Jawaban atas pertanyaan ini didesain menggunakan skala likert dengan
alternatif jawaban dari satu sampai dengan tujuh. Skor yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Kurang Setuju (KS)
4 = Netral (N)
5 = Agak Setuju (AS)
6 = Setuju (S)
7 = Sangat Setuju (SS)
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara
langsung kepada para pejabat yang berwenang atau bagian yang berhubungan
langsung dengan auditor internal, masalah pendeteksian fraud, dan
peningkatan good corporate governance. Wawancara dilakukan terhadap para
manajer dan beberapa karyawan perusahaan sebagai responden dalam
penelitian ini.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan pengumpulan data terkait dengan masalah yang
diteliti untuk mendapatkan bahan yang akan dijadikan landasan dalam penelitian,
E. Teknik Analisis Data
Metode utama untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah model
persamaan struktural. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.
1. Uji Validitas
Instrumen penelitian harus memenuhi persyaratan validitas. Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen (Arikunto, 1993). Instrumen survei yang baik memiliki tingkat
kevalidan tinggi sebaliknya instrumen survei yang buruk memiliki tingkat
kevalidan rendah.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2011:52). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur
validitas adalah melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor
konstruk atau variabel.
Cara yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner dapat dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n merupakan jumlah
sampel, dengan alpha = 0,05. Nilai r hitung dapat diperoleh dari hasil output
SPSS, lebih spesifik pada tampilan output Cronbach Alpha pada kolom
positif, maka butir atau pertanyaan atau indikator dalam kuesioner dinyatakan
valid (Ghozali, 2011:53).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator
sebuah variabel bentukan yang menunjukkan sampai dimana masing-masing
indikator itu mengidikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Reliabilitas
digunakan untuk mengukur apakah suatu instrumen merupakan indikator dari
variabel atau konstruk (Ghozali, 2011:47). Instrumen yang memenuhi persyaratan
reliabilitas, berarti instrumen menghasilkan ukuran yang konsisten dari waktu ke
waktu walaupun instrumen tersebut digunakan untuk mengukur berkali-kali.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu
cara yang umum digunakan adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) dari
hasil pengolahan data menggunakan program SPSS. Nunnally (1994) dalam
Ghozali (2011) menyatakan bahwa suatu konstruk atau varabel dikatakan reliabel,
jika memberikan nilai Cronbach Alpha(α) > 0,70.
3. Normalitas
Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah
normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel
metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal. Data dikatakan tidak
normal artinya distribusi data tidak membentuk distribusi normal, sebaliknya data
dikatakan normal apabila membentuk distribusi normal.
Normalitas tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji
tidak terdistribusi dengan normal maka hasil uji statistik akan terdegradasi.
Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik
sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik (Ghozali,
2011: 30). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas
suatu data adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov melalui
program SPSS. Suatu data dikatakan berdistribusi normal, jika nilai α ≥ 0,05
(Ghozali, 2011:34).
4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digambarkan melalui output statistic descriptive
sebagai hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan program SPSS.
Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif merupakan sebuah proses
menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami.
Data yang akan dianalisis merupakan data hasil jawaban responden terhadap
kuesioner penelitian.
Adapun data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana peran auditor internal secara umum dalam aktivitas Lion Hotel
and Plaza Manado.
b. Bagaimana peran auditor internal dalam mendeteksi fraud di Lion Hotel and
Plaza Manado.
c. Bagaimana peran auditor internal dalam meningkatkan good corporate
Berdasarkan penilaian yang ada di dalam kuesioner, maka untuk
keperluan analisis kuantitatif dibutuhkan kriteria khusus untuk memutuskan peran
auditor internal tergolong baik atau tidak. Kriteria yang akan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan terhadap peran auditor internal dibuat berdasarkan
personal judgement peneliti. Personal judgement dalam penelitian ini didasarkan
atas rentang penilaian yang terdapat dalam kuesioner penelitian. Tabel 3.1.
berikut ini merupakan personal judgement yang digunakan untuk menilai peran
auditor internal:
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian
Rentang Nilai Kriteria 1,00-1,99 Sangat Tidak Baik 2,00-2,99 Tidak Baik 3,00-3,99 Kurang Baik
4,00-4,99 Cukup
5,00-5,99 Baik
6,00-7,00 Sangat Baik Sumber: Data diolah
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
dan sum. Dari hasil-hasil output statistik deskriptif yang telah disebutkan
sebelumnya, nilai mean setiap indikator pernyataan maupun secara total akan
dijadikan dasar analisis deskriptif. Nilai mean memiliki rentang nilai 1 (satu)
sampai 7 (tujuh) sesuai dengan rentang nilai yang ada di dalam kuesioner
penilaian terhadap peran auditor internal akan dikategorikan berdasarkan personal
judgement yang telah dibuat.
Analisis deskriptif yang dibuat akan semakin diperjelas dengan
memadukan setiap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner penelitian dengan
kesesuaian teori yang digunakan sebagai indikator penyusun kuesioner tersebut.
Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian terbagi dalam 3 (tiga) bagian
besar, yaitu peran auditor internal secara umum, peran auditor internal secara
khusus dalam mendeteksi fraud, dan peran auditor internal dalam meningkatkan
good corporate governance. Berikut ini beberapa teori yang digunakan sebagai
indikator-indikator atau dasar penyusunan pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner penelitian.
a. Peran Auditor Internal
Indikator yang digunakan untuk mengukur peran auditor internal adalah:
1) Fungsi Auditor Internal (Sawyer’s:2003)
a) Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh
manajemen puncak.
b) Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
c) Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
d) Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
e) Membantu proses pengambilan keputusan.
f) Menganalisis masa depan, bukan hanya untuk masa lalu.
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal (Tugiman: 1997)
a) Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi
serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi semacam itu.
b) Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap
kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat
memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta
menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.
c) Menelaah perangkat perlindungan aktiva, dan secara tepat,
memverifikasi keberadaan aktiva tersebut.
d) Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.
e) Menelaah operasi atau program untuk memastikan apakah hasil
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta
apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan.
b. Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi Fraud
Hal-hal yang digunakan untuk mengukur indikator peran auditor internal
dalam mendeteksi fraud, yaitu terkait kompetensi untuk mengenali dan
memerangi fraud (Albrecht, dkk.:2009).
1) Kemampuan analitis.
2) Kemampuan komunikasi.