• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR AKTIVITAS SENAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR AKTIVITAS SENAM."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

DITO DWI CAHYO 1006277

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

AKTIVITAS SENAM

Oleh Dito Dwi Cahyo

1006277

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Dito Dwi Cahyo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

AKTIVITAS SENAM

DITO DWI CAHYO 1006277

Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan seseorang yang secara formal dilaksanakan disekolah, pada pelaksanaannya pendidikan berkaitan dengan proses pembelajaran yang bepusat pada guru maupun berpusat pada siswa, dalam pelaksanaannya pembelajaran aktivitas senam di sekolah terdapat berbagai permasalahan, untuk itu penelitian ini memaparkan perbandingan model pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa dengan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru, yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran aktivitas senam serta mengetahui pengaruh dari model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung yang berjumlah 432 siswa, dengan teknik simple random sampling ditentukan 66 siswa sebagai sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengukuran kognitif, instrumen pengukuran afektif dan instrumen pengukuran psikomotor. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran inkuiri adalah 20,403 dan tes akhir 23,970. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran konvensional 16,923 dan tes akhir 19,948. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,4884

> ttabel 2,000, model pembelajaran konvensional berpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,7659 > ttabel 2,000, dan tidak terdapat

perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 1,9386 < ttabel 2,000.

(5)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

COMPARISON OF INQUIRY LEARNING MODELS WITH

CONVENTIONAL LEARNING MODELS OF LEARNING OUTCOMES OF GYMNASTIC ACTIVITIES

DITO DWI CAHYO 1006277

Abstract

Education is an integral part in the life of a person who is formally implemented in school. The implementation of education is related to the learning process that is based proxies centered on teachers and students. Thus, there tendency that many problems can emerge in school gymnastics learning activities. For comparison, this study describes the inquiry learning model student-centered with conventional learning model teacher-centered, aiming to solve the problems in learning exercises and activities determine the effect of inquiry learning model with the conventional learning model of learning outcomes of gymnastic activities. The method used is an experimental method with a quantitative approach. The study population was all students of class X of SMK Negeri 1 Bandung, amounting to 432 students, with a simple random sampling technique specified 66 students as the sample. The instrument used in this study is the measurement of cognitive instruments, psychomotor instruments and affective instruments. The results of the initial test average inquiry learning model is 20,403 and 23,970 for the final test. The average yield of initial tests of conventional learning models is16,923 and 19,948for the final test. From these data it can be seen that the inquiry learning model significant effect on learning outcomes gymnastic activity with tcount 3.4884 > t table 2.000, conventional learning models

have a significant effect on learning outcomes of exercise activity with tcount

3.7659 > t table 2.000, and there was no significant difference between of inquiry

learning model with conventional learning model the learning outcomes of the activity of gymnastics with tcount 1.9386 <t table 2.000.

(6)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Batasan Masalah ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Hakikat Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 14

3. Model Pembelajaran ... 16

4. Senam ... 21

5. Teori Model Proses Informasi ... 27

6. Keterkaitan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 29

7. Keterkaitan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 32

B. Kerangka Berfikir ... 34

C. Hipotesis ... 36

(7)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Populasi ... 37

3. Sampel ... 38

B. Desain Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45

2. Instrumen Pengukuran Afektif ... 47

3. Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

H. Teknik Analisis Data... 58

I. Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Pelaksanaan Tes Awal ... 60

2. Pemberian Perlakuan ... 61

3. Pelaksanaan Tes Akhir ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 65

1. Deskripsi Data ... 65

2. Analisis data ... 66

B. Diskusi Penemuan ... 69

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

(8)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Pengukuran hasil Belajar ... 14

2.2 Proses Model Pembelajaran Inkuiri ... 30

2.3 Proses Model Pembelajaran Konvensional ... 33

3.1 Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung ... 37

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif ... 47

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif ... 55

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif ... 56

3.7 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri ... 61

3.8 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional... 63

4.1 Hasil Penghitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Liliefors ... 66

4.3 Hasil Uji Homogenitas ... 67

4.4 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata (µ) : Uji Dua Pihak Skor Kelompok ... 68

(9)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1 Langkah-Langkah Guling Depan ... 23

2.2 Langkah-Langkah Guling Belakang ... 24

2.3 Langkah-Langkah Baling-Baling ... 25

2.4 Information-Processing Model... 28

2.5 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri ... 30

2.6 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Konvensional ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 39

(10)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Berita Acara Penelitian

LAMPIRAN 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

LAMPIRAN 3 Daftar Hadir Siswa

LAMPIRAN 4 Instrumen Pengukuran Kognitif

LAMPIRAN 5 Instrumen Pengukuran Afektif

LAMPIRAN 6 Instrumen Pengukuran Psikomotor

LAMPIRAN 7 Uji Validitas Tes Kognitif

LAMPIRAN 8 Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif

LAMPIRAN 9 Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku

LAMPIRAN 10 Uji Normalitas

LAMPIRAN 11 Uji Homogenitas

LAMPIRAN 12 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-rata Skor Kelompok

LAMPIRAN 13 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Selisih

LAMPIRAN 14 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t

LAMPIRAN 15 Nilai-Nilai Untuk Distribusi F

LAMPIRAN 16 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors

LAMPIRAN 17 Surat Permohonan Izin Penelitian

LAMPIRAN 18 Surat Balasan Permohonan Izin Penelitian

LAMPIRAN 19 Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing

Skripsi

LAMPIRAN 20 RPP Model Pembelajaran Inkuiri

LAMPIRAN 21 RPP Model Pembelajaran Konvensional

(11)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah wahana untuk mendapat pengetahuan serta

keterampilan baru, yang di dapat dari lingkungan maupun hasil belajar sendiri.

Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam

diri sehingga mampu berkembang secara optimal. Dengan proses pendidikan yang

telah dijalani, seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu

diaplikasikan dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Adapun Menurut

UU No. 20 tahun 2003:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan yang didapat melalui pembelajaran, pelatihan ataupun

penelitian memiliki berbagai tujuan, tujuan tersebut terbagi kedalam domain yang

perlu dikembangkan, menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria

(dalam Rusman, 2012: 171): „Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga

skemata, yaitu : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain

Psikomotorik‟.

Domain kognitif adalah kemampuan siswa untuk memperoleh

pengetahuan baru, mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan

tersebut, domain afektif adalah kemampuan siswa untuk mampu menerima

keadaan dirinya dan lingkungan, serta mampu menampilkan sambutan dan

penghargaan yang baik kepada dirinya dan lingkungan, lalu domain psikomotor

adalah kemampuan siswa untuk menerima, menganalisis sebuah aktivitas gerak

(12)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di

setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk

mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan

jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan

peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk

beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat.

James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7)

mengemukakan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan

fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya,

pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan

diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan

belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan.

Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika,

ia adalah Hetherington (dalam Abduljabar, 2010:vii) mendeklarasikan empat

tujuan pendidikan jasmani yaitu:

1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan,

kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.

2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh

pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.

3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif,

kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga,

(13)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter,

apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.

Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat

kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan

aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia

sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan

aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas

permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola

gerak dominan dalam aktivitas senam.

Menurut Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „Senam

dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang

dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan,

koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi

yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas

senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam

akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan

senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai

tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang

menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan

adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara

umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan

keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya

senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu

gerakan-gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama

musik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam

lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan

(14)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain

kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam

pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba

melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi

sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham

bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau

mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia

melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan

aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau

melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit.

Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu

menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada

pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor (dalam Makmun, 2007:26). Berikut adalah

contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa

tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam

aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat

sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah

dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu

dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi

dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat,

dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan

gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan

senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila

seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap

kegiatan yang dikerjakannya.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif

(15)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode,

strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses

pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat

pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil

(dalam Rusman, 2012: 133) :

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan

dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri

dan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang

dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap

pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran

yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh

masing-masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan

yang bersifat ilmiah.

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,

dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki

secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:93).

Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari

informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan

mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan

yang bersifat ilmiah.

Selanjutnya Juliantine (2013:93) menjelaskan bahwa:

(16)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan.

Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak

berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan

yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri.

Juliantine (2013:96) menjelaskan:

Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif.

Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain

yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah,

model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain

tersebut. Berikutnya Metzler (dalam Juliantine, 2013:97) mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada

siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan

siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada

guru menurut Juliantine (2013:93):

Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional”.

Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada

guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat

(17)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7

yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan

tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri

dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan

karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri

berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada

guru.

Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas

senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan

optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling

depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang

terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan

menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin,

dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut.

Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan

membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri

dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan

baling-baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan

dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan

salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki

lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak

diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran.

Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang

dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara

lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul,

serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain

memompa, mengayun dan lain-lain.

Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka

(18)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa

mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya

berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil

pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi

kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi

pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai

dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal

bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru,

belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri.

Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan

dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana (2009:3)

mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari

proses belajar mengajar (PBM) disekolah.

Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan

pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian

yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam.

Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan,

penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan,

yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar

psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah,

komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes

(19)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan

hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang

kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan

senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang

dialaminya.

Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat

diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

centered) serta yang berpusat pada guru (teacher centered).

Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada

siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan

mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Juliantine, 2013:93) menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

guru kepada siswa.

Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran

yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat

dominan. Djamarah dan Zein (2010:97) mengemukakan: “Metode ceramah adalah

metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini

telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik

dalam proses belajar mengajar”.

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru

diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik

selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang

terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang

ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran

(20)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran, lalu komponen afektif peserta

didik dapat dilihat dan dikenali oleh guru dengan melihat apa yang ditampilkan

oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan bagaimana

peserta didik bersikap, berbicara, menghargai dirinya dan menghargai

lingkungannya, selanjutnya komponen psikomotor dapat dilihat dan diukur

dengan memperhatikan apa yang peserta didik praktikan ketika sedang

mempelajari keterampilan baru dan melihat penampilan peserta didik dalam

mempraktikan hasil belajar keterampilan yang telah dipelajarinya di akhir masa

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, serta dengan

berbagai permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran saat ini, maka

rumusan masalah penelitiannya adalah :

1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil

belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

2. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

3. Bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri

dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas

senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju dalam sebuah

penelitian, yang harus selalu sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah.

(21)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri

terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X

SMK Negeri 1 Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh antara model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah mutlak diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus

pada tujuan yang ingin dicapai, Menurut Sugiyono (2013: 385):

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti, untuk itu maka peneliti memberi batasan.

Berdasarkan penjelasan diatas, selanjutnya penulis membatasi masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Permasalahan penelitian adalah mengenai perbandingan model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1

Bandung, yang berjumlah 432 siswa.

3. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung.

(22)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12

Penelitian tentang model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran

konvensional ini diharapkan menghasilkan manfaat yang baik dan berguna untuk

semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya:

1. Secara Teoritis

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

proses penyusunan rencana pengajaran dan memberi kontribusi dalam

pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan jasmani.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, semoga hasil penelitian ini memberikan pengalaman

dan manfaat yang dapat diaplikasikan oleh peneliti selanjutnya.

b. Bagi guru, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

maupun pembanding bagi proses pembelajaran, khususnya dalam

merencanakan proses perencanaan pengajaran, sehingga diharapkan

membuahkan perencanaan pembelajaran yang lebih baik sehingga

output yang dihasilkan lebih baik pula.

c. Bagi siswa, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajaran yang

lebih beragam dan efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan aktivitas senam.

d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi input

yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah

(23)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang ditentukan untuk melakukan

penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung yang

beralamat di Jalan Wastukancana No. 3 Kota Bandung.

2. Populasi

Sebuah penelitian harus didasarkan dengan adanya populasi yang akan

diteliti, menurut Sugiyono (2013:117): “Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti menetapkan

seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung sebagai populasi penelitian yang

berjumlah 432 siswa. Berikut rincian jumlah siswa di SMK Negeri 1 Bandung:

Tabel 3.1

Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung

No Kelas Jumlah Siswa

1 X AK 1 36

2 X AK 2 36

3 X AK 3 36

4 X AK 4 36

5 X AP 1 36

6 X AP 2 36

7 X AP 3 36

8 X PS 1 36

9 X PS 2 36

10 X PS 3 36

11 X UPW 1 36

(24)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38

(25)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya mampu

mewakili dari populasi. Sampel baik digunakan apabila populasi yang akan kita

teliti terlalu banyak atau terlalu luas, dan agar proses penelitian dapat lebih

mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:118) bahwa:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi itu.

Teknik pengambilan sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120): “Dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.

Adapun pengambilan sample menurut Suharsimi Arikunto (2010:112)

“jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%

atau lebih”.

Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung adalah 432 siswa yang

terdiri atas 12 kelas, serta terbagi 4 jurusan, yaitu jurusan Akuntansi,

Administrasi perkantoran, Pemasaran dan Usaha Perjalanan Wisata.

Berdasarkan teori diatas ditentukan sample sebesar 15% dari jumlah

populasi 432 siswa, yaitu 66 siswa yang selanjutnya akan dibentuk menjadi dua

kelompok, masing-masing kelompok tersebut akan mendapat treatment dengan

model pembelajaran inkuiri sebanyak 33 siswa dan dengan model pembelajaran

konvensional sebanyak 33 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan pedoman peneliti dalam melakukan

(26)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 39

“Terdapat macam-macam bentuk desain dalam penelitian eksperimen, desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai

ancer-ancer kegiatan, yang akan dilaksankan”.

Adapun desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan dua kelompok penerima

treatment.

Adapun bentuk desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

R : Sampel kelompok penelitian

O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran inkuiri

O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran inkuiri

O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran konvensional

O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran konvensional

X1: Treatment model pembelajaran inkuiri X : Treatment model pembelajaran konvensional

Desain ini menunjukan adanya dua kelompok yang dipilih secara acak,

kemudian diberikan tes awal atau pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap

kelompok, adakah perbedaan antara kelompok pembelajaran inkuiri dengan

kelompok pembelajaran konvensional. Pengaruh perlakuan dalam desain ini

adalah O2 – O1, O4 – O3.

Untuk mempermudah proses penelitian, berikut adalah langkah-langkah

penelitian yang harus ditempuh oleh peneltiti agar penelitian yang dilakukan

terstruktur dan mendapatkan data atau hasil yang baik. Adapun langkah–langkah

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

R O XO

(27)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 40

a. Menentukan populasi dan sampel.

b. Melakukan tes awal (pre-test) kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada sampel, kelompok A

diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri, kelompok B diberikan

perlakuan model pembelajaran konvensional.

d. Melakukan tes akhir (post-test) kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor.

e. Menghitung perbedaan perubahan hasil antara kelompok A dan kelompok

B.

f. Menggunakan pengujian hipotesis apakah hasil penelitian tersebut cukup

signifikan atau tidak.

Adapun langkah–langkah penelitian tersebut sebagai berikut:

Kelompok EksperimenModel Pembelajaran Inkuiri

Kelompok KontrolModel Pembelajaran Konvensional

Analisis Data

Kesimpulan Tes Akhir Kemampuan Afektif Tes Akhir Kemampuan

Kognitif

Tes Akhir Kemampuan Psikomotor Populasi

Sampel

Kelompok A Kelompok B

Tes Awal Kemampuan Afektif Tes Awal Kemampuan

Kognitif

(28)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian

Bagan 3.1 menjelaskan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Menentukan populasi dan sampel

b. Melakukan tes awal (pre-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap

kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model

pembelajaran inkuiri.

c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada kelompok model

pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran

inkuiri.

d. Melakukan tes akhir (post-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap

kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model

pembelajaran inkuiri.

e. Menghitung perbedaan pengaruh sebelum dan setelah diberikan

treatment.

f. Melakukan pengujian hipotesis apakah perbedaan tersebut cukup

signifikan terhadap hasil hasil belajar aktivitas senam.

Dari populasi tersebut dipilihlah sampel penelitian, sampel tersebut

kemudian diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran

inkuiri dan dengan model pembelajaran konvensional selama 12 kali pertemuan

(satu minggu tiga kali). Setelah masa treatment selesai diberikan dan seluruh data

yang diperoleh telah diperoleh, maka selanjutnya data tersebut akan di olah.

Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi yang akan diteliti,

selanjutnya dipilih sampel yang mewakili dengan sistem random, setelah itu

sampel dibagi kedalam ke dua kelompok, satu kelompok dengan model

pembelajaran inkuiri dan satu kelompok dengan model pembelajaran

konvensional, setelah itu dilakukan tes awal kepada ke dua kelompok,

selanjutnya perlakuan diberikan yaitu mempelajari materi aktivitas senam, setelah

(29)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42

diberikan oleh masing-masing model pembelajran terhadap hasil belajar aktivitas

senam.

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian mutlak diperlukan metode agar penelitian tersebut

dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Sugiyono (2013:3) dalam bukunya

Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan secara umum metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian eksperimen, Fathoni (2006:99) menjelaskan: “Metode

eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel

tertentu terhadap variabel lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang

sengaja diciptakan”. Pada penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel

dependen. Adapun pengertiannya sebagai berikut :

1. Variabel independen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel

bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat).

2. Variabel dependen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61).

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel independent yaitu model

pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional serta 1 variabel

dependen yaitu hasil belajar aktivitas senam.

Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penelitian

eksperimen ini adalah karena mengujicobakan suatu model pembelajaran untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar, dalam hal ini akibat dari

(30)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 43

yang selanjutnya akan dibandingkan dengan pengaplikasian model pembelajaran

konvensional, yang selama ini sering digunakan oleh guru-guru di sekolah.

D. Definisi Operasional

Dalam memandang sesuatu seseorang dapat menafsirkan secara berbeda.

Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian,

untuk itu akan dijelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini, diantaranya sebagai

berikut:

1. Perbandingan

Perbedaan (selisih) kesamaan (http://kbbi.web.id/banding).

2. Model Pembelajaran

Knirk dan Gustafon (dalam Juliantine, 2013:9) mengemukakan bahwa:

“Model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru

dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rencana, pelaksanaan,

dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar”.

3. Model pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,

dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa

menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur

(Juliantine, 2013:9).

4. Model Pembelajaran Konvensional

Konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(http:kbbi.web.id/konvensional) memiliki pengertian tradisional.

Selanjutnya Djamarah dan Zein (2010:97) menyebutkan bahwa: “metode

ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,...”.

(31)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44

Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „senam dapat

diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang

dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan,

kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh‟.

6. Senam lantai

Senam lantai adalah bagian dari senam artistik, sesuai dengan pendapat

Mahendra yang menyatakan bahwa senam artistik sebagai senam yang

menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan

efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan (Mahendra, 2001:5).

Salah satu alat yang terdapat dalam senam artistik adalah lantai, sehingga

dapat dikatakan senam lantai.

7. Senam umum

Senam umum adalah segala jenis senam, di luar kelima jenis senam di

atas, dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi,

SKJ, senam wanita, dsb., termasuk ke dalam senam umum (Mahendra,

2009: 11).

8. Hasil belajar

Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar

mengajar (PBM) disekolah.

E. Instrumen Penelitian

Sebuah instrumen dalam sebuah penelitian harus memenuhi syarat valid

dan reliabel, dan penggunaan instrumen harus sesuai dengan peruntukannya.

Arikunto (2010:203) mengemukakan :

(32)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 45

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah diolah.

Bentuk tes atau instrumen yang akan digunakan dalam mengukur

keterampilan guling depan, guling belakang dan baling-baling ini mengacu pada

Pedoman Penilaian Praktik Penjas dalam Modul Didaktik Metodik Pembelajaran

Senam oleh Uhamisastra, dkk. Suntoda (2013:1) menjelaskan bahwa “Tes adalah

suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data

tentang seseorang atau objek tertentu”.

Untuk penilaian psikomotor, dalam pedoman tersebutdijelaskan setiap satu

aspek dalam rangkaian gerak memiliki skor yang menjadi patokan penilaian,

penilaian dilihat dari hasil gerakan dengan aspek-aspek gerak yang terdapat dalam

rangkaian gerak tersebut. Untuk penilaian kognitif, penulis akan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam bentuk pertanyaan tertulis.

Selanjutnya untuk penilaian afektif penulis akan memperhatikan penilaian sikap

yang tertuang dalam standar kompetensi kurikulum 2013 (Permendikbud No

70/2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK).

Dalam hal ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan

kognitif, tes kemampuan afektifserta tes kemampuan psikomotor guling depan,

guling belakang, baling-baling, dan senam aerobik. Berikut adalah kisi-kisi

instrumen pengukuran kognitif, afektif dan psikomtor yang akan digunakan dalam

penelitian ini:

1. Instrumen Pengukuran Kognitif

Instrumen pengukuran kemampuan kognitif ini disusun untuk menguji

kemampuan siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru,

pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang disusun oleh guru. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran kognitif

dalam penelitian ini :

Tabel 3.2

(33)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 46

Variabel Sub Kognitif Indikator Kode

soal No soal Dalam konteks

pendidikan, Bloom dan kawan-kawan(dalam Makmun. 2007:26) telah merinci dan

sistematikanya secara meningkat. Secara garis besarThe Cognitive

Domain (Kawasan

Kognitif) adalah sebagai berikut: Knowledge

Pengetahuan Siswa mengetahui keterampilan

Pemahaman Siswa paham keterampilan

Penerapan Siswa mampu

menerapkan C 3

6, 7, 8, 12, 17,

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif (Lanjutan)

Evaluation (penilaian). keterampilan senam

lantai guling depan,

Penguraian Siswa mampu menguraikan

(34)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47

Evaluasi Siswa mampu menilai kemampuan

sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan kepada sampel penelitian.

Jenis kuesioner tertutup dengan empat alternatif jawaban adalah yang akan

diberikan. Arikunto (2006:152) menjelaskan: “kuesioner tertutup adalah

kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih”.

2. Instrumen Pengukuran Afektif

Instrumen pengukuran kemampuan afektif ini disusun untuk mengukur

perilaku yang ditampilkan siswa selama proses belajar mengajar. Berikut adalah

kisi-kisi instrumen pengukuran afektif dalam penelitian ini :

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif

Variabel Sub Afektif Indikator

Dalam konteks pendidikan, Bloom dan kawan-kawan (Makmun. 2007:27) telah merinci dan sistematikanya secara meningkat. Secara garis

Tekun 1. Menyukai tantangan

2. Giat dalam belajar dan bekerja 3. Tidak mudah menyerah

(35)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 48

besarThe Affective Domain

(Kawasan Afektif) adalah :

Receiving (penerimaan),

Responding (sambutan),

Valuing (penghargaan),

Organization

(pengorganisasian),

Characterization by Value or Value Complex (karakterisasi,

internalisasi, penjelmaan).

Kerjasama 1. Terlibat aktif dalam bekerja kelompok

2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

3. Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok yang

1. Melaksanakan tugas individu dengan baik

2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

3. Mengembalikan barang yang dipinjam

4. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Toleran 1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat

2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

4. Dapat mememaafkan

kesalahan/kekurangan orang lain

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan) Kreativitas 1. Dapat menyatakan

pendapat dengan jelas (ideational fluency) 2. Dapat menemukan ide

baru yang belum dijelaskan guru (originality)

3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan tahu bagaimana

memecahkannya (critical

(36)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 49

4. Senang terhadap materi pelajaran dan berusaha mempelajarinya (enjoyment)

5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan masalah (aesthetics) 6. Berani mengambil risiko

untuk menemukan hal-hal Kejujuran 1. Tidak menyontek dalam

mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)

4. Melaporkan barang yang ditemukan

5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau

kekurangan yang dimiliki Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)

Kecermatan 1. Mengerjakan tugas dengan teliti Santun 1. Baik budi bahasanya

(37)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 50 Responsif 1. acuh (tidak merespon)

2. ragu-ragu/bimbang dalam Proaktif 1. berinisiatif dalam

bertindak

2. mampu menggunakan kesempatan

3. memiliki prinsip dalam bertindak (tidak ikut-ikutan)

4. bertindak dengan penuh tanggung jawab

Taat

menjalankan agama

1. Disiplin (selalu tepat waktu) dalam menjalankan

3. Instrumen Pengukuran Psikomotor

Instrumen pengukuran kemampuan psikomotor ini disusun untuk

mengukur penampilan siswa saat mempraktikan keterampilan senam lantai, yaitu

gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik. Berikut

adalah kisi-kisi instrumen pengukuran psikomotor dalam penelitian ini :

Tabel 3.4

(38)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 51

Variabel Sub Psikomotor Indikator

Peter H. Werner (1994) (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan : senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau koordinasi, serta kontrol tubuh.

Guling depan 1. Kekuatan dorongan 2. Lurusnya tungkai 3. Kebulatan badan 4. Urutan berguling

5. Kaki rapat dan kedua lengan memeluk lutut

6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Guling belakang 1. Telapak tangan terbuka

2. Dagu ditarik ke arah dada 3. Kebulatan badan

4. Urutan berguling

5. Kaki rapat dan kedua lengan lurus ke depan

6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Baling-baling 1. Kekuatan tangan tumpuan

2. Posisi kedua tangan tumpuan 3. Kaki lurus dan membuka 4. Mendarat tangan dan kaki

secara berurutan

5. Berdiri seimbang saat berdiri Senam Aerobik 1. Digerakan dengan memberi

tenaga.

2. Digerakan sesuai dengan urutan.

3. Digerakan dengan memberi tenaga.

4. Digerakan sesuai dengan urutan.

5. Gerakan sesuai dengan urutan gerak.

6. Gerakan sesuai dengan irama musik.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum sebuah instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, instrumen

terlebih dahulu di uji dan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sugiyono (2013:173): “... instrumen yang

(39)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 52

yang valid dan reliabel”. Oleh sebab itu peneliti harus mampu menyusun instrumen penelitian dan mampu untuk menguji validitas dan reliabilitas

instrumen tersebut.

Valid sering diartikan dengan tepat guna atau sesuai dengan

peruntukannya, Sugiyono (2013:173) menjelaskan bahwa : “valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur”. Selanjutnya Suntoda (2013:9) menjelaskan: “sebuah instrumen dikatakan

valid apabila tes tersebut mampu mengukur secara tepat terhadap apa yang

semestinya diukur”.

Selanjutnya reliabilitas dapat dikatakan keajegan, yaitu hasil yang

diperoleh dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama atau dapat dikatakan

hasil yang diperoleh stabil, Sugiyono (2013:173) menjelaskan: “instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

a. Uji Coba Angket

Angket yang telah peneliti susun, selanjutnya diuji cobakan untuk

mengukur validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pertanyaannya. Dari

hasil pengujian tersebut akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan

dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian.

Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014 di SMK Negeri

1 Bandung, Kota bandung. Angket tersebut di uji cobakan kepada 29 siswa.

Berikut adalah langkah-langkah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian:

1. Analisis validitas instrumen

Sugiyono (2013:172) menjelaskan: “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Pengujian validitas sangat penting dilakukan, dengan hasil validitas yang tinggi dapat mengukur apa

(40)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 53

Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis validitas instrumen dalam

penelitian ini merujuk pada pendapat Arikunto (1992:136) yaitu sebagai berikut:

a. Memberi skor pada masing-masing pertanyaan sesuai jawaban.

b. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden.

c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang

tertinggi sampai yang terendah dari setiap responden.

d. Membagi dua responden kedalam kelompok yaitu 27% kelompok atas dan

27% kelompok bawah.

e. Mencari nilai rata-rata setiap butir pertanyaan, baik kelompok ganjil

maupun kelompok genap dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

x = rata-rata suatu kelompok

n = jumlah sampel

xі = nilai data

∑xі = jumlah sampel suatu kelompok

f. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas

maupun kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

n = banyaknya sampel

∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

(41)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54

Keterangan :

S² = varians yang dicari

N = jumlah sampel

x = skor yang diperoleh seseorang

h. Mencari t-hitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun

kelompok bawah dengan rumus :

√ ₁

Keterangan :

t = nilai hitung yang dicari

x₁ = rata-rata kelompok atas

x₂ = rata-rata kelompok bawah

S²₁ = varians kelompok atas

S²₂ = varians kelompok bawah

n = jumlah sampel

i. Menentukan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 atau 95% dan

derajat kebebasan (dk) = n-2

j. Mengkonsultasikan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih

besar dari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut valid, artinya butir

pertanyaan dapat digunakan sebagai pengumpul data. Jika sebaliknya nilai

t-hitung lebih kecildari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid

artinya pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul

data.

2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang

digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split

(42)

Dito Dwi Cahyo, 2014

Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 55

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan

jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai

variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y

b. Mengkorelasikan skor total variabel X dengan skor total variabel Y

dengan rumus teknik korelasi Product Moment, yaitu sebagai berikut:

( )

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara x dan y x² = nilai x yang dikuadratkan

y² = nilai y yang dikuadratkan

n = jumlah sampel

c. Menggunakan teknik belah dua Spearman Brown (Split Half)

₁₁

b. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Berdasarkan hasil uji coba angket kognitif di SMK Negeri 1 Bandung

dengan jumlah responden 29 siswa, dimana 16 siswa ditentukan sebagai

kelompok atas dan kelompok bawah, didapat nilai thitung dengan taraf nyata 0,05%

dan derajat kebebasan n1 + n2 -2 yaitu 8 + 8 - 2 = 14, didapat nilai ttabel 1,761.

Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan dari 60 butir soal, terdapat 35

butir soal yang valid dan 25 butir soal yang tidak valid. Yang akan dijelaskan

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung
Tabel 3.2  Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif (Lanjutan)
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

milik isterinya dan mereka tidak mendapafkan apa-apa. Tinjauan Hukum Terhadap Isteri Yang Hamil Zina, Sikap dan Tindakan Suami Terhadap Isterinya dan Anak Zinanya. 1.

(1) Berdasarkan studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3), Perusahaan yang bersangkutan mengajukan permohonan ijin lokasi dan penggunaan lahan

2 PROCESS FLOW DIAGRAM NPK LIQUID BASE PABRIK PHONSKA I.. Laporan Kerja Praktek PT

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DESA SIMACEM TERHADAP RELOKASI TEMPAT TINGGAL DI SIOSAR KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO.. Meletusnya Gunung Sinabung pada 2013 silam memberikan

Peran bahan organik dan tanah mineral sangat penting dalam meningkatkan kapasitas pegang air dan kadar air pada media tanam sehingga berpengaruh terhadap kandungan air

A NEEDS ANALYSIS FOR DESIGNING AN ESP-BASED SYLLABUS IN AN ISLAMIC STUDIES EDUCATION PROGRAM..

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk KCl.. Pengaruh Penambahan Arang

Mengembangkan silabus Bahasa Inggris untuk pengajaran Bahasa Inggris di sebuah Program Studi Pendidikan Agama Islam dianggap perlu berdasarkan fakta bahwa silabus Bahasa