SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh :
DITO DWI CAHYO 1006277
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
AKTIVITAS SENAM
Oleh Dito Dwi Cahyo
1006277
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Dito Dwi Cahyo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR
AKTIVITAS SENAM
DITO DWI CAHYO 1006277
Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan seseorang yang secara formal dilaksanakan disekolah, pada pelaksanaannya pendidikan berkaitan dengan proses pembelajaran yang bepusat pada guru maupun berpusat pada siswa, dalam pelaksanaannya pembelajaran aktivitas senam di sekolah terdapat berbagai permasalahan, untuk itu penelitian ini memaparkan perbandingan model pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa dengan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru, yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran aktivitas senam serta mengetahui pengaruh dari model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung yang berjumlah 432 siswa, dengan teknik simple random sampling ditentukan 66 siswa sebagai sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pengukuran kognitif, instrumen pengukuran afektif dan instrumen pengukuran psikomotor. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran inkuiri adalah 20,403 dan tes akhir 23,970. Hasil rata-rata tes awal model pembelajaran konvensional 16,923 dan tes akhir 19,948. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,4884
> ttabel 2,000, model pembelajaran konvensional berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 3,7659 > ttabel 2,000, dan tidak terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam dengan thitung 1,9386 < ttabel 2,000.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
COMPARISON OF INQUIRY LEARNING MODELS WITH
CONVENTIONAL LEARNING MODELS OF LEARNING OUTCOMES OF GYMNASTIC ACTIVITIES
DITO DWI CAHYO 1006277
Abstract
Education is an integral part in the life of a person who is formally implemented in school. The implementation of education is related to the learning process that is based proxies centered on teachers and students. Thus, there tendency that many problems can emerge in school gymnastics learning activities. For comparison, this study describes the inquiry learning model student-centered with conventional learning model teacher-centered, aiming to solve the problems in learning exercises and activities determine the effect of inquiry learning model with the conventional learning model of learning outcomes of gymnastic activities. The method used is an experimental method with a quantitative approach. The study population was all students of class X of SMK Negeri 1 Bandung, amounting to 432 students, with a simple random sampling technique specified 66 students as the sample. The instrument used in this study is the measurement of cognitive instruments, psychomotor instruments and affective instruments. The results of the initial test average inquiry learning model is 20,403 and 23,970 for the final test. The average yield of initial tests of conventional learning models is16,923 and 19,948for the final test. From these data it can be seen that the inquiry learning model significant effect on learning outcomes gymnastic activity with tcount 3.4884 > t table 2.000, conventional learning models
have a significant effect on learning outcomes of exercise activity with tcount
3.7659 > t table 2.000, and there was no significant difference between of inquiry
learning model with conventional learning model the learning outcomes of the activity of gymnastics with tcount 1.9386 <t table 2.000.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Batasan Masalah ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Hakikat Belajar ... 12
2. Hasil Belajar ... 14
3. Model Pembelajaran ... 16
4. Senam ... 21
5. Teori Model Proses Informasi ... 27
6. Keterkaitan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 29
7. Keterkaitan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam ... 32
B. Kerangka Berfikir ... 34
C. Hipotesis ... 36
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 37
1. Lokasi Penelitian ... 37
2. Populasi ... 37
3. Sampel ... 38
B. Desain Penelitian ... 38
C. Metode Penelitian ... 41
D. Definisi Operasional ... 42
E. Instrumen Penelitian ... 44
1. Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45
2. Instrumen Pengukuran Afektif ... 47
3. Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 51
G. Teknik Pengumpulan Data ... 56
H. Teknik Analisis Data... 58
I. Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Pelaksanaan Tes Awal ... 60
2. Pemberian Perlakuan ... 61
3. Pelaksanaan Tes Akhir ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 65
1. Deskripsi Data ... 65
2. Analisis data ... 66
B. Diskusi Penemuan ... 69
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
2.1 Indikator Pengukuran hasil Belajar ... 14
2.2 Proses Model Pembelajaran Inkuiri ... 30
2.3 Proses Model Pembelajaran Konvensional ... 33
3.1 Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung ... 37
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif ... 45
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif ... 47
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Psikomotor ... 50
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif ... 55
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif ... 56
3.7 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri ... 61
3.8 Rencana Pelaksaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional... 63
4.1 Hasil Penghitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 65
4.2 Hasil Uji Normalitas Liliefors ... 66
4.3 Hasil Uji Homogenitas ... 67
4.4 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata (µ) : Uji Dua Pihak Skor Kelompok ... 68
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
2.1 Langkah-Langkah Guling Depan ... 23
2.2 Langkah-Langkah Guling Belakang ... 24
2.3 Langkah-Langkah Baling-Baling ... 25
2.4 Information-Processing Model... 28
2.5 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri ... 30
2.6 Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Konvensional ... 32
3.1 Desain Penelitian ... 39
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Berita Acara Penelitian
LAMPIRAN 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
LAMPIRAN 3 Daftar Hadir Siswa
LAMPIRAN 4 Instrumen Pengukuran Kognitif
LAMPIRAN 5 Instrumen Pengukuran Afektif
LAMPIRAN 6 Instrumen Pengukuran Psikomotor
LAMPIRAN 7 Uji Validitas Tes Kognitif
LAMPIRAN 8 Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif
LAMPIRAN 9 Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku
LAMPIRAN 10 Uji Normalitas
LAMPIRAN 11 Uji Homogenitas
LAMPIRAN 12 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-rata Skor Kelompok
LAMPIRAN 13 Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Selisih
LAMPIRAN 14 Nilai-Nilai Dalam Distribusi t
LAMPIRAN 15 Nilai-Nilai Untuk Distribusi F
LAMPIRAN 16 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors
LAMPIRAN 17 Surat Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 18 Surat Balasan Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 19 Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing
Skripsi
LAMPIRAN 20 RPP Model Pembelajaran Inkuiri
LAMPIRAN 21 RPP Model Pembelajaran Konvensional
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah wahana untuk mendapat pengetahuan serta
keterampilan baru, yang di dapat dari lingkungan maupun hasil belajar sendiri.
Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam
diri sehingga mampu berkembang secara optimal. Dengan proses pendidikan yang
telah dijalani, seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu
diaplikasikan dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Adapun Menurut
UU No. 20 tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang didapat melalui pembelajaran, pelatihan ataupun
penelitian memiliki berbagai tujuan, tujuan tersebut terbagi kedalam domain yang
perlu dikembangkan, menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria
(dalam Rusman, 2012: 171): „Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga
skemata, yaitu : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain
Psikomotorik‟.
Domain kognitif adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuan baru, mampu memahami dan mampu menerapkan pengetahuan
tersebut, domain afektif adalah kemampuan siswa untuk mampu menerima
keadaan dirinya dan lingkungan, serta mampu menampilkan sambutan dan
penghargaan yang baik kepada dirinya dan lingkungan, lalu domain psikomotor
adalah kemampuan siswa untuk menerima, menganalisis sebuah aktivitas gerak
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak pernah absen di
setiap jenjang pendidikan, pendidikan jasmani hadir di dunia pendidikan untuk
mengembangkan seluruh domain atau skemata dalam diri seseorang, pendidikan
jasmani memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses perkembangan
peserta didik, disamping mendorong agar peserta didik lebih giat untuk
beraktivitas jasmani, berolahraga dan membudayakan hidup sehat.
James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7)
mengemukakan bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, danestetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memanfaatkan kegiatan
fisik, olahraga dan permainan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaranya,
pendidikan jasmani memfasilitasi siswa untuk belajar dan bergerak didalam dan
diluar kelas berbeda dengan mata pelajaran lain yang mayoritas kegiatan
belajarnya dilaksanakan di dalam ruangan.
Adapun seorang bapak pendidikan jasmani yang berkebangsaan Amerika,
ia adalah Hetherington (dalam Abduljabar, 2010:vii) mendeklarasikan empat
tujuan pendidikan jasmani yaitu:
1. Tujuan perkembangan organik : sebagai contoh kebugaran, kesehatan,
kekuatan, daya tahan, power, tahan terhadap derita, dan mudah bergerak.
2. Tujuan perkembangan kognitif yaitu tujuan pengetahuan, sebagai contoh
pemahaman kebebasan, kemerdekaan, wawasan, dan kenyataan.
3. Tujuan perkembangan psikomotor, yaitu : keterampilan, bergerak efektif,
kompetens, bebas mengekspresikan, partisipasi (dalam budaya olahraga,
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3
4. Tujuan perkembangan afektif : sebagai contoh perkembangan karakter,
apresiasi, makna, keriangan, dan kesenangan.
Dengan media serta alat pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat
kaya, pendidikan jasmani dapat dengan leluasa untuk memilih kegiatan dan
aktivitas fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Dalam usia
sekolah, siswa sangat aktif bergerak mulai dari berlari, melompat, memanjat dan
aktivitas lainnya yang termasuk dalam kegiatan bermain. Sebagian dari aktivitas
permainan yang dilakukan siswa tersebut, merupakan aktivitas yang menjadi pola
gerak dominan dalam aktivitas senam.
Menurut Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „Senam
dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang
dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan,
koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Aktivitas senam merupakan salah satu materi
yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah. Aktivitas
senam terdiri atas enam kelompok, yaitu senam artistik, senam ritmik, senam
akrobatik, senam aerobik, senam trampolin dan senam umum. Senam artistik dan
senam ritmik adalah kelompok senam yang sering dipilih menjadi alat mencapai
tujuan pendidikan oleh para guru disekolah, senam artistik adalah senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik, salah satu alat yang digunakan
adalah lantai atau dapat dikatakan senam lantai, yang memiliki gerakan secara
umum antara lain gerakan mengguling, melompat, berputar, gerakan
keseimbangan, gerakan bertumpu dan gerakan akrobatik lainnya, selanjutnya
senam ritmik adalah senam yang dikembangkan dari senam irama, yaitu
gerakan-gerakan senam yang menghasilkan gerak tubuh yang indah berpadu dengan irama
musik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran senam disekolah, khususnya senam
lantai dan senam ritmik yang memadukan gerakan tangan, kaki, tumbling dan
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4
dialami oleh guru maupun oleh siswa, beberapa permasalahannya antara lain
kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam
pembelajaran senam, siswa yang belum memiliki keberanian untuk mencoba
melakukan aktivitas senam lantai, dengan alasan khawatir badannya menjadi
sakit, siswa ragu mempraktikan aktivitas senam lantai karena ia belum paham
bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dipraktikan, siswa tidak mau
mempraktikan aktivitas senam karena ia pernah mendapat cedera ketika ia
melakukannya hingga membuat ia trauma, siswa tidak mau melaksanakan
aktivitas senam ritmik karena terlihat sangat melelahkan, serta siswa tidak mau
melaksanakan aktivitas senam ritmik karena variasi gerakannya yang sulit.
Aktivitas senam dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu
menghasilkan hasil belajar berupa kognitif, afektif dan psikomotor, mengacu pada
pendapat Bloom dan kawan-kawan tentang tiga kategori atau domain, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor (dalam Makmun, 2007:26). Berikut adalah
contoh belajar secara kognitif dalam menambah cakrawala pengetahuan siswa
tentang manfaat dari gerakan senam. Contohnya gerakan guling depan dalam
aktivitas senam lantai sesungguhnya berkorelasi dengan pentingnya membuat
sikap tubuh bulat ketika akan jatuh. Contoh hasil belajar secara afektif adalah
dalam pembelajaran senam secara umum diajarakan bagaimana saling membantu
dan bekerjasama dalam menguasai keterampilan baru, sehingga berkorelasi
dengan bagaimana cara bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat,
dalam contoh hasil belajar psikomotor dalam menambah kualitas keterampilan
gerak siswa, salah satu contohnya adalah bagaimana dalam setiap keterampilan
senam dibutuhkan kelentukan dan daya tahan yang baik, sehingga apabila
seseorang memiliki kelentukan dan daya tahan yang baik dapat mendukung setiap
kegiatan yang dikerjakannya.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, ada beberapa alternatif
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5
proses belajar mengajar disekolah terdapat berbagai macam pendekatan, metode,
strategi dan model yang dapat diaplikasikan untuk merekayasa proses
pembelajaran, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat
pada siswa. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil
(dalam Rusman, 2012: 133) :
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan
dalam pembelajaran senam lantai, antara lain adalah model pembelajaran inkuiri
dan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran inkuiri saat ini menjadi model pembelajaran yang
dianggap cocok dengan kurikulum 2013, yang sampai saat ini masih dalam tahap
pengenalan dan percobaan di beberapa sekolah dan daerah yang potensial.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengedepankan proses pembelajaran
yang bersifat ilmiah, sehingga didalamnya terdapat proses pemikiran oleh
masing-masing siswa, yang selanjutnya dianalisis hingga akhirnya mendapat kesimpulan
yang bersifat ilmiah.
Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,
dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki
secara independen, namun dalam satu cara yang teratur (Juliantine, 2013:93).
Model pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk selalu mencari
informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang sedang dipelajarinya, dan
mampu menyimpulkannya berdasarkan hasil-hasil temuan siswa dengan alasan
yang bersifat ilmiah.
Selanjutnya Juliantine (2013:93) menjelaskan bahwa:
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6
inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan.
Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berpikir dan bergerak
berdasarkan susunan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Susunan pertanyaan
yang dipersiapkan oleh guru merupakan karakteristik model pembelajaran inkuiri.
Juliantine (2013:96) menjelaskan:
Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri adalah guru bukannya menunjukan dan menceritakan pada siswa bagaimana untuk bergerak, tetapi guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan keterikatan siswa pada domain psikomotor dan kognitif.
Domain psikomotor, domain afektif dan domain kognitif adalah domain
yang perlu dikembangakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani disekolah,
model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu mengembangkan ketiga domain
tersebut. Berikutnya Metzler (dalam Juliantine, 2013:97) mengemukakan bahwa: „tujuan digunakannya model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi‟.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, fungsi guru adalah untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan
siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada
guru menurut Juliantine (2013:93):
Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan “model konvensional”.
Model konvensional merupakan model pembelajaran yang merujuk pada
guru, maksudnya fungsi guru dalam model pembelajaran konvensional sangat
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7
yang saat ini banyak digunakan oleh guru, yaitu dengan metode ceramah dan
tanya jawab. Hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri
dan model pembelajaran konvesional merupakan model pembelajaran dengan
karakteristik yang berbeda, dalam pelaksanannya model pembelajaran inkuiri
berpusat pada siswa sedangkan model pembelajaran konvensional berpusat pada
guru.
Dengan kedua model pembelajaran diatas, materi mengenai aktivitas
senam berikut diharapkan dapat tersampaikan kepada seluruh siswa dengan
optimal. Berikut adalah gerakan-gerakan dalam aktivitas senam lantai, Guling
depan, guling belakang dan baling-baling merupakan beberapa gerakan yang
terdapat pada pembelajaran senam lantai. Guling depan adalah gerakan
menggulingkan badan ke arah depan dengan membentuk badan sebulat mungkin,
dimulai dari sikap jongkok dan diakhiri dengan sikap jongkok memeluk lutut.
Guling belakang adalah gerakan menggulingkan badan ke arah belakang dengan
membentuk badan sebulat mungkin, dengan sikap awal jongkok dan diakhiri
dengan sikap jongkok menghadap ke arah posisi awal gerakan. Sedangkan
baling-baling adalah gerakan berputar ke arah depan dengan tangan sebagai tumpuan
dan kaki dibuka lebar, gerakan ini diawali dengan sikap berdiri tegap dengan
salah satu kaki di depan sebagai jari-jari lalu berputar dengan tangan serta kaki
lainnya dan diakhiri dengan sikap berdiri tegap kembali. Seluruh rangkaian gerak
diatas diberikan kepada siswa melalui beberapa tahap dalam proses pembelajaran.
Untuk pembelajaran senam dalam aktivitas ritmik terdapat beberapa gerakan yang
dapat dipadukan menjadi sebuah rangkaian dengan iringan irama musik, antara
lain gerakan kaki single step, double step, easy walk, mambo, knee up, memantul,
serta cha-cha yang dipadu padankan dengan gerakan lengan antara lain
memompa, mengayun dan lain-lain.
Berdasarkan pendahuluan yang telah penulis paparkan di atas, maka
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8
model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Proses belajar mengajar disekolah pada saat ini membuat siswa
mendapatkan pengetahuan tentang materi yang akan dipelajarinya hanya
berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari guru, belum berdasarkan hasil
pemikiran dan pengalamannya, sehingga terkadang ketika siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang sebuah materi
pembelajaran, belum mampu menjelaskan secara verbal dan praktek sesuai
dengan pemahaman dirinya masing-masing, karena ia hanya menghapal
bagaimana seharusnya gerakan itu dilakukan sesuai dengan informasi dari guru,
belum berdasarkan dengan hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri.
Dengan keadaan pembelajaran seperti diatas hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa tidak akan optimal. Selanjutnya Sudjana (2009:3)
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari
proses belajar mengajar (PBM) disekolah.
Belajar kognitif reflektif terdiri dari kemampuan dalam tingkatan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, memadukan serta penilaian
yang akan diukur melalui tes pengetahuan tertulis tentang materi aktivitas senam.
Sedangkan belajar afektif terdiri dari komponen penerimaan, sambutan,
penghargaan, pengorganisasian, serta karakterisasi, internalisasi, penjelmaan,
yang akan diukur melalui observasi atau justifikasi observer. Selanjutnya belajar
psikomotor terdiri dari komponen gerakan jasmaniah biasa, gerakan indah,
komunikasi nonverbal dan perilaku verbal yang akan diukur melalui tes
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan
hasil belajar senam lantai adalah perubahan tingkah laku siswa dalam bidang
kognitif, afektif dan psikomotor dalam pengusaan keterampilan senam lantai dan
senam aerobik sebagai hasil belajar melalui pemikiran dan pengalaman yang
dialaminya.
Dalam proses pembelajaran terdapat model pembelajaran yang dapat
diaplikasikan, terdapat model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) serta yang berpusat pada guru (teacher centered).
Model pembelajaran inkuiri adalah salah satu model yang berpusat pada
siswa, karena dalam pelaksanaannya, fungsi guru adalah untuk membimbing dan
mengawasi siswa dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Juliantine, 2013:93) menjelaskan bahwa: „inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi‟. Proses inkuiri dalam pembelajaran terjadi oleh adanya stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru kepada siswa.
Sedangkan model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran
yang berpusat pada guru, fungsi guru dalam model pembelajaran ini sangat
dominan. Djamarah dan Zein (2010:97) mengemukakan: “Metode ceramah adalah
metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar mengajar”.
Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru
diharapkan mampu untuk mengukur apa yang telah dicapai oleh peserta didik
selama proses pembelajaran, adapun yang harus di ukur yaitu hasil belajar yang
terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Komponen kognitif peserta didik dapat dilihat dengan apa yang
ditampilkan peserta didik ketika dihadapkan dengan permasalahan pembelajaran
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10
pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran, lalu komponen afektif peserta
didik dapat dilihat dan dikenali oleh guru dengan melihat apa yang ditampilkan
oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan bagaimana
peserta didik bersikap, berbicara, menghargai dirinya dan menghargai
lingkungannya, selanjutnya komponen psikomotor dapat dilihat dan diukur
dengan memperhatikan apa yang peserta didik praktikan ketika sedang
mempelajari keterampilan baru dan melihat penampilan peserta didik dalam
mempraktikan hasil belajar keterampilan yang telah dipelajarinya di akhir masa
pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, serta dengan
berbagai permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran saat ini, maka
rumusan masalah penelitiannya adalah :
1. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
2. Apakah ada pengaruh dari model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
3. Bagaimana perbandingan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri
dengan model pembelajaran konvesional terhadap hasil belajar aktivitas
senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dituju dalam sebuah
penelitian, yang harus selalu sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X
SMK Negeri 1 Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh antara model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvesional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah mutlak diperlukan agar proses penelitian lebih terfokus
pada tujuan yang ingin dicapai, Menurut Sugiyono (2013: 385):
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti, untuk itu maka peneliti memberi batasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, selanjutnya penulis membatasi masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Permasalahan penelitian adalah mengenai perbandingan model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar aktivitas senam pada siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1
Bandung, yang berjumlah 432 siswa.
3. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12
Penelitian tentang model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran
konvensional ini diharapkan menghasilkan manfaat yang baik dan berguna untuk
semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya:
1. Secara Teoritis
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
proses penyusunan rencana pengajaran dan memberi kontribusi dalam
pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan jasmani.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, semoga hasil penelitian ini memberikan pengalaman
dan manfaat yang dapat diaplikasikan oleh peneliti selanjutnya.
b. Bagi guru, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan
maupun pembanding bagi proses pembelajaran, khususnya dalam
merencanakan proses perencanaan pengajaran, sehingga diharapkan
membuahkan perencanaan pembelajaran yang lebih baik sehingga
output yang dihasilkan lebih baik pula.
c. Bagi siswa, diharapkan memperoleh pengalaman pembelajaran yang
lebih beragam dan efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan aktivitas senam.
d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi input
yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang ditentukan untuk melakukan
penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung yang
beralamat di Jalan Wastukancana No. 3 Kota Bandung.
2. Populasi
Sebuah penelitian harus didasarkan dengan adanya populasi yang akan
diteliti, menurut Sugiyono (2013:117): “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti menetapkan
seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung sebagai populasi penelitian yang
berjumlah 432 siswa. Berikut rincian jumlah siswa di SMK Negeri 1 Bandung:
Tabel 3.1
Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung
No Kelas Jumlah Siswa
1 X AK 1 36
2 X AK 2 36
3 X AK 3 36
4 X AK 4 36
5 X AP 1 36
6 X AP 2 36
7 X AP 3 36
8 X PS 1 36
9 X PS 2 36
10 X PS 3 36
11 X UPW 1 36
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya mampu
mewakili dari populasi. Sampel baik digunakan apabila populasi yang akan kita
teliti terlalu banyak atau terlalu luas, dan agar proses penelitian dapat lebih
mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:118) bahwa:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi itu.
Teknik pengambilan sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah
simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120): “Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.
Adapun pengambilan sample menurut Suharsimi Arikunto (2010:112)
“jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%
atau lebih”.
Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung adalah 432 siswa yang
terdiri atas 12 kelas, serta terbagi 4 jurusan, yaitu jurusan Akuntansi,
Administrasi perkantoran, Pemasaran dan Usaha Perjalanan Wisata.
Berdasarkan teori diatas ditentukan sample sebesar 15% dari jumlah
populasi 432 siswa, yaitu 66 siswa yang selanjutnya akan dibentuk menjadi dua
kelompok, masing-masing kelompok tersebut akan mendapat treatment dengan
model pembelajaran inkuiri sebanyak 33 siswa dan dengan model pembelajaran
konvensional sebanyak 33 siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan pedoman peneliti dalam melakukan
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 39
“Terdapat macam-macam bentuk desain dalam penelitian eksperimen, desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai
ancer-ancer kegiatan, yang akan dilaksankan”.
Adapun desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan dua kelompok penerima
treatment.
Adapun bentuk desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
R : Sampel kelompok penelitian
O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran inkuiri
O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran inkuiri
O : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran konvensional
O : Nilai post-test kelompok model pembelajaran konvensional
X1: Treatment model pembelajaran inkuiri X : Treatment model pembelajaran konvensional
Desain ini menunjukan adanya dua kelompok yang dipilih secara acak,
kemudian diberikan tes awal atau pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap
kelompok, adakah perbedaan antara kelompok pembelajaran inkuiri dengan
kelompok pembelajaran konvensional. Pengaruh perlakuan dalam desain ini
adalah O2 – O1, O4 – O3.
Untuk mempermudah proses penelitian, berikut adalah langkah-langkah
penelitian yang harus ditempuh oleh peneltiti agar penelitian yang dilakukan
terstruktur dan mendapatkan data atau hasil yang baik. Adapun langkah–langkah
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
R O X₁ O
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 40
a. Menentukan populasi dan sampel.
b. Melakukan tes awal (pre-test) kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada sampel, kelompok A
diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri, kelompok B diberikan
perlakuan model pembelajaran konvensional.
d. Melakukan tes akhir (post-test) kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor.
e. Menghitung perbedaan perubahan hasil antara kelompok A dan kelompok
B.
f. Menggunakan pengujian hipotesis apakah hasil penelitian tersebut cukup
signifikan atau tidak.
Adapun langkah–langkah penelitian tersebut sebagai berikut:
Kelompok EksperimenModel Pembelajaran Inkuiri
Kelompok KontrolModel Pembelajaran Konvensional
Analisis Data
Kesimpulan Tes Akhir Kemampuan Afektif Tes Akhir Kemampuan
Kognitif
Tes Akhir Kemampuan Psikomotor Populasi
Sampel
Kelompok A Kelompok B
Tes Awal Kemampuan Afektif Tes Awal Kemampuan
Kognitif
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Penelitian
Bagan 3.1 menjelaskan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a. Menentukan populasi dan sampel
b. Melakukan tes awal (pre-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap
kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model
pembelajaran inkuiri.
c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada kelompok model
pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran
inkuiri.
d. Melakukan tes akhir (post-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap
kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model
pembelajaran inkuiri.
e. Menghitung perbedaan pengaruh sebelum dan setelah diberikan
treatment.
f. Melakukan pengujian hipotesis apakah perbedaan tersebut cukup
signifikan terhadap hasil hasil belajar aktivitas senam.
Dari populasi tersebut dipilihlah sampel penelitian, sampel tersebut
kemudian diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran
inkuiri dan dengan model pembelajaran konvensional selama 12 kali pertemuan
(satu minggu tiga kali). Setelah masa treatment selesai diberikan dan seluruh data
yang diperoleh telah diperoleh, maka selanjutnya data tersebut akan di olah.
Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi yang akan diteliti,
selanjutnya dipilih sampel yang mewakili dengan sistem random, setelah itu
sampel dibagi kedalam ke dua kelompok, satu kelompok dengan model
pembelajaran inkuiri dan satu kelompok dengan model pembelajaran
konvensional, setelah itu dilakukan tes awal kepada ke dua kelompok,
selanjutnya perlakuan diberikan yaitu mempelajari materi aktivitas senam, setelah
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42
diberikan oleh masing-masing model pembelajran terhadap hasil belajar aktivitas
senam.
C. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian mutlak diperlukan metode agar penelitian tersebut
dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Sugiyono (2013:3) dalam bukunya
Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian eksperimen, Fathoni (2006:99) menjelaskan: “Metode
eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel
tertentu terhadap variabel lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang
sengaja diciptakan”. Pada penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel
dependen. Adapun pengertiannya sebagai berikut :
1. Variabel independen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
2. Variabel dependen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61).
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel independent yaitu model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional serta 1 variabel
dependen yaitu hasil belajar aktivitas senam.
Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penelitian
eksperimen ini adalah karena mengujicobakan suatu model pembelajaran untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar, dalam hal ini akibat dari
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 43
yang selanjutnya akan dibandingkan dengan pengaplikasian model pembelajaran
konvensional, yang selama ini sering digunakan oleh guru-guru di sekolah.
D. Definisi Operasional
Dalam memandang sesuatu seseorang dapat menafsirkan secara berbeda.
Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian,
untuk itu akan dijelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Perbandingan
Perbedaan (selisih) kesamaan (http://kbbi.web.id/banding).
2. Model Pembelajaran
Knirk dan Gustafon (dalam Juliantine, 2013:9) mengemukakan bahwa:
“Model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rencana, pelaksanaan,
dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar”.
3. Model pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,
dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa
menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur
(Juliantine, 2013:9).
4. Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(http:kbbi.web.id/konvensional) memiliki pengertian tradisional.
Selanjutnya Djamarah dan Zein (2010:97) menyebutkan bahwa: “metode
ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,...”.
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44
Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „senam dapat
diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang
dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan,
kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh‟.
6. Senam lantai
Senam lantai adalah bagian dari senam artistik, sesuai dengan pendapat
Mahendra yang menyatakan bahwa senam artistik sebagai senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan
efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan (Mahendra, 2001:5).
Salah satu alat yang terdapat dalam senam artistik adalah lantai, sehingga
dapat dikatakan senam lantai.
7. Senam umum
Senam umum adalah segala jenis senam, di luar kelima jenis senam di
atas, dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi,
SKJ, senam wanita, dsb., termasuk ke dalam senam umum (Mahendra,
2009: 11).
8. Hasil belajar
Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar
mengajar (PBM) disekolah.
E. Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen dalam sebuah penelitian harus memenuhi syarat valid
dan reliabel, dan penggunaan instrumen harus sesuai dengan peruntukannya.
Arikunto (2010:203) mengemukakan :
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 45
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah diolah.
Bentuk tes atau instrumen yang akan digunakan dalam mengukur
keterampilan guling depan, guling belakang dan baling-baling ini mengacu pada
Pedoman Penilaian Praktik Penjas dalam Modul Didaktik Metodik Pembelajaran
Senam oleh Uhamisastra, dkk. Suntoda (2013:1) menjelaskan bahwa “Tes adalah
suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data
tentang seseorang atau objek tertentu”.
Untuk penilaian psikomotor, dalam pedoman tersebutdijelaskan setiap satu
aspek dalam rangkaian gerak memiliki skor yang menjadi patokan penilaian,
penilaian dilihat dari hasil gerakan dengan aspek-aspek gerak yang terdapat dalam
rangkaian gerak tersebut. Untuk penilaian kognitif, penulis akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam bentuk pertanyaan tertulis.
Selanjutnya untuk penilaian afektif penulis akan memperhatikan penilaian sikap
yang tertuang dalam standar kompetensi kurikulum 2013 (Permendikbud No
70/2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK).
Dalam hal ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
kognitif, tes kemampuan afektifserta tes kemampuan psikomotor guling depan,
guling belakang, baling-baling, dan senam aerobik. Berikut adalah kisi-kisi
instrumen pengukuran kognitif, afektif dan psikomtor yang akan digunakan dalam
penelitian ini:
1. Instrumen Pengukuran Kognitif
Instrumen pengukuran kemampuan kognitif ini disusun untuk menguji
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru,
pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang disusun oleh guru. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran kognitif
dalam penelitian ini :
Tabel 3.2
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 46
Variabel Sub Kognitif Indikator Kode
soal No soal Dalam konteks
pendidikan, Bloom dan kawan-kawan(dalam Makmun. 2007:26) telah merinci dan
sistematikanya secara meningkat. Secara garis besarThe Cognitive
Domain (Kawasan
Kognitif) adalah sebagai berikut: Knowledge
Pengetahuan Siswa mengetahui keterampilan
Pemahaman Siswa paham keterampilan
Penerapan Siswa mampu
menerapkan C 3
6, 7, 8, 12, 17,
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif (Lanjutan)
Evaluation (penilaian). keterampilan senam
lantai guling depan,
Penguraian Siswa mampu menguraikan
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47
Evaluasi Siswa mampu menilai kemampuan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan kepada sampel penelitian.
Jenis kuesioner tertutup dengan empat alternatif jawaban adalah yang akan
diberikan. Arikunto (2006:152) menjelaskan: “kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih”.
2. Instrumen Pengukuran Afektif
Instrumen pengukuran kemampuan afektif ini disusun untuk mengukur
perilaku yang ditampilkan siswa selama proses belajar mengajar. Berikut adalah
kisi-kisi instrumen pengukuran afektif dalam penelitian ini :
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif
Variabel Sub Afektif Indikator
Dalam konteks pendidikan, Bloom dan kawan-kawan (Makmun. 2007:27) telah merinci dan sistematikanya secara meningkat. Secara garis
Tekun 1. Menyukai tantangan
2. Giat dalam belajar dan bekerja 3. Tidak mudah menyerah
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 48
besarThe Affective Domain
(Kawasan Afektif) adalah :
Receiving (penerimaan),
Responding (sambutan),
Valuing (penghargaan),
Organization
(pengorganisasian),
Characterization by Value or Value Complex (karakterisasi,
internalisasi, penjelmaan).
Kerjasama 1. Terlibat aktif dalam bekerja kelompok
2. Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
3. Bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok yang
1. Melaksanakan tugas individu dengan baik
2. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
3. Mengembalikan barang yang dipinjam
4. Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Toleran 1. Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
2. Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender
3. Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
4. Dapat mememaafkan
kesalahan/kekurangan orang lain
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan) Kreativitas 1. Dapat menyatakan
pendapat dengan jelas (ideational fluency) 2. Dapat menemukan ide
baru yang belum dijelaskan guru (originality)
3. Mengenali masalah yang perlu dipecahkan dan tahu bagaimana
memecahkannya (critical
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 49
4. Senang terhadap materi pelajaran dan berusaha mempelajarinya (enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni dalam memecahkan masalah (aesthetics) 6. Berani mengambil risiko
untuk menemukan hal-hal Kejujuran 1. Tidak menyontek dalam
mengerjakan ujian/ulangan 2. Tidak menjadi plagiat
(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)
4. Melaporkan barang yang ditemukan
5. Melaporkan data atau informasi apa adanya 6. Mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)
Kecermatan 1. Mengerjakan tugas dengan teliti Santun 1. Baik budi bahasanya
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 50 Responsif 1. acuh (tidak merespon)
2. ragu-ragu/bimbang dalam Proaktif 1. berinisiatif dalam
bertindak
2. mampu menggunakan kesempatan
3. memiliki prinsip dalam bertindak (tidak ikut-ikutan)
4. bertindak dengan penuh tanggung jawab
Taat
menjalankan agama
1. Disiplin (selalu tepat waktu) dalam menjalankan
3. Instrumen Pengukuran Psikomotor
Instrumen pengukuran kemampuan psikomotor ini disusun untuk
mengukur penampilan siswa saat mempraktikan keterampilan senam lantai, yaitu
gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen pengukuran psikomotor dalam penelitian ini :
Tabel 3.4
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 51
Variabel Sub Psikomotor Indikator
Peter H. Werner (1994) (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan : senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau koordinasi, serta kontrol tubuh.
Guling depan 1. Kekuatan dorongan 2. Lurusnya tungkai 3. Kebulatan badan 4. Urutan berguling
5. Kaki rapat dan kedua lengan memeluk lutut
6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Guling belakang 1. Telapak tangan terbuka
2. Dagu ditarik ke arah dada 3. Kebulatan badan
4. Urutan berguling
5. Kaki rapat dan kedua lengan lurus ke depan
6. Berdiri tanpa bantuan lengan dan seimbang saat berdiri Baling-baling 1. Kekuatan tangan tumpuan
2. Posisi kedua tangan tumpuan 3. Kaki lurus dan membuka 4. Mendarat tangan dan kaki
secara berurutan
5. Berdiri seimbang saat berdiri Senam Aerobik 1. Digerakan dengan memberi
tenaga.
2. Digerakan sesuai dengan urutan.
3. Digerakan dengan memberi tenaga.
4. Digerakan sesuai dengan urutan.
5. Gerakan sesuai dengan urutan gerak.
6. Gerakan sesuai dengan irama musik.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum sebuah instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, instrumen
terlebih dahulu di uji dan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sugiyono (2013:173): “... instrumen yang
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 52
yang valid dan reliabel”. Oleh sebab itu peneliti harus mampu menyusun instrumen penelitian dan mampu untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen tersebut.
Valid sering diartikan dengan tepat guna atau sesuai dengan
peruntukannya, Sugiyono (2013:173) menjelaskan bahwa : “valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur”. Selanjutnya Suntoda (2013:9) menjelaskan: “sebuah instrumen dikatakan
valid apabila tes tersebut mampu mengukur secara tepat terhadap apa yang
semestinya diukur”.
Selanjutnya reliabilitas dapat dikatakan keajegan, yaitu hasil yang
diperoleh dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama atau dapat dikatakan
hasil yang diperoleh stabil, Sugiyono (2013:173) menjelaskan: “instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.
a. Uji Coba Angket
Angket yang telah peneliti susun, selanjutnya diuji cobakan untuk
mengukur validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pertanyaannya. Dari
hasil pengujian tersebut akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan
dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian.
Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014 di SMK Negeri
1 Bandung, Kota bandung. Angket tersebut di uji cobakan kepada 29 siswa.
Berikut adalah langkah-langkah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian:
1. Analisis validitas instrumen
Sugiyono (2013:172) menjelaskan: “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Pengujian validitas sangat penting dilakukan, dengan hasil validitas yang tinggi dapat mengukur apa
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 53
Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis validitas instrumen dalam
penelitian ini merujuk pada pendapat Arikunto (1992:136) yaitu sebagai berikut:
a. Memberi skor pada masing-masing pertanyaan sesuai jawaban.
b. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden.
c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang
tertinggi sampai yang terendah dari setiap responden.
d. Membagi dua responden kedalam kelompok yaitu 27% kelompok atas dan
27% kelompok bawah.
e. Mencari nilai rata-rata setiap butir pertanyaan, baik kelompok ganjil
maupun kelompok genap dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
x = rata-rata suatu kelompok
n = jumlah sampel
xі = nilai data
∑xі = jumlah sampel suatu kelompok
f. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas
maupun kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
√
Keterangan :
S = simpangan baku yang dicari
n = banyaknya sampel
∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54
Keterangan :
S² = varians yang dicari
N = jumlah sampel
x = skor yang diperoleh seseorang
h. Mencari t-hitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun
kelompok bawah dengan rumus :
₁
√ ₁
Keterangan :
t = nilai hitung yang dicari
x₁ = rata-rata kelompok atas
x₂ = rata-rata kelompok bawah
S²₁ = varians kelompok atas
S²₂ = varians kelompok bawah
n = jumlah sampel
i. Menentukan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 atau 95% dan
derajat kebebasan (dk) = n-2
j. Mengkonsultasikan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih
besar dari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut valid, artinya butir
pertanyaan dapat digunakan sebagai pengumpul data. Jika sebaliknya nilai
t-hitung lebih kecildari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid
artinya pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul
data.
2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split
Dito Dwi Cahyo, 2014
Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 55
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan
jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai
variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y
b. Mengkorelasikan skor total variabel X dengan skor total variabel Y
dengan rumus teknik korelasi Product Moment, yaitu sebagai berikut:
( )
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara x dan y x² = nilai x yang dikuadratkan
y² = nilai y yang dikuadratkan
n = jumlah sampel
c. Menggunakan teknik belah dua Spearman Brown (Split Half)
₁₁
b. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Berdasarkan hasil uji coba angket kognitif di SMK Negeri 1 Bandung
dengan jumlah responden 29 siswa, dimana 16 siswa ditentukan sebagai
kelompok atas dan kelompok bawah, didapat nilai thitung dengan taraf nyata 0,05%
dan derajat kebebasan n1 + n2 -2 yaitu 8 + 8 - 2 = 14, didapat nilai ttabel 1,761.
Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan dari 60 butir soal, terdapat 35
butir soal yang valid dan 25 butir soal yang tidak valid. Yang akan dijelaskan