• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 KONSEP DESAIN. Dalam bukunya yang berjudul Layout Dasar dan Penerapannya, Surianto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 KONSEP DESAIN. Dalam bukunya yang berjudul Layout Dasar dan Penerapannya, Surianto"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KONS EP DES AIN

4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Layou t

Dalam bukunya yang berjudul Layout Dasar dan P enerapannya, S urianto Rustan, S .S n. (2008, p75-86) dikatakan bahwa prinsip das ar layout adalah juga prinsip das ar desain grafis . Prinsip-prins ip tersebut antara lain:

1. S equence/urutan.

Sering disebut juga dengan hierarki/flow /aliran. Gunanya untuk mengatur urutan yang mana dulu informasi yang harus dilihat pembaca, yang mana yang kedua, dan s eterusnya. Tanpaadanya prioritas urutan, pembaca akan kesulitan menangkap pesannya, apalagi bila informasi yang s ampaikan sama kuatnya. D engan adanya s equence akan membuat pembaca s ecara otomatis mengurutkan pandangan matanya s esuai dengan yang kit a inginkan.

2. Emph asis/penekanan.

Sering disebut juga sebagai pusat perhat ian/vocal point/point of interest. Emphas is dapat diciptakan dengan berbagai cara, ant ara lain:

1. M emberi ukuran yang jauh lebih bes ar dibandingkan elemen-elemen layout lainnya pada halaman ters ebut.

(2)

2. Warna yang kontras/berbeda sendiri dengan latar belakang dan elemen lainnya.

3. Letakkan di posisi yang strategis atau menarik perhatian. Bila pada umumnya kebias aan membaca dimulai dari atas ke baw ah, kiri ke kanan, maka posisi yang paling strategis dan pertama dilihat orang adalah kiri atas.

4. M enggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan s ekitarnya.

3. Balance/keseimbangan .

Pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Bukan berart i seluruh bidang harus dipenuhi dengan elemen, tapi lebih pada menghas ilkan kesan s eimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan melet akkannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya pengaturan letak tapi juga ukuran, arah, warna, dan atribut-atribut lainnya.

Ada dua macam kes eimbangan:

1. Keseimbangan yang s imetris (symetrical balance/formal balance)

2. Keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/informal balance)

4. Unity/kesatuan.

Supaya suatu layout memberi efek yang kuat bagi pembacanya, iaharus mempunyai kes an unity. Semua elemen harus s aling berkaitan dan disusun secara tepat. Unity tidak berart i hanya kesatuan dari elemen-elemen yang

(3)

secara fisik kelihatan, namun juga kesatuan antara fisik dan yang non-fisik yaitu pesan/komunikasi yang dibawa dalam konsep desain t ersebut.

4.1.2 Elemen Visual

M asih dalah buku yang sama, Surianto Rustan (2008, p53-62) juga memaparkan bahwa yang termasuk dalam elemen visual adalah s emua elemen bukan teks yang kelihatan dalam suatu layout.

Bisa s aja dalam suatu layout hanya terdapat elemen teks dan tidak ada elemen visualnya sama sekali, sepert i buku telepon, kamus, dll. Dan ada juga yang kebalikannya, hanya ada elemen visual tanpa elemen teks, mis alnya pada iklan yang menggunakan strategi visual driven.

Elemen Visual ini meliputi:

1. Foto 2. Artworks 3. Infographics 4. Garis 5. Kotak 6. Inzet 7. Poin

Penulis akan membatas i pembahasan pada elemen vis ual yang akan P enulis pakai, yaitu:

(4)

• Artworks

Untuk menyajikan info yang lebih akurat, kadang pada situas i tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih dapat diandalkan dibandingkan memakai teknik fotografi. A rtworks adalah s egala jenis karya s eni bukan fotografi baikitu berupa ilustrasi, kartun, sketsa, dan lain-lain yang dibuat secara manual maupun komputer.

• Infographics

M erupakan s ingkatan dari Informational Graphics, adalah fakt a-fakta dan data-data stat istik hasil dari survey dan penelit ian yang disajikan dalam bentuk grafik (chart), tabel, diagram, peta, bagan, dan lain-lain.

Faktanya, banyak desainer grafis pembuat grafik meras a angka-angka dan detail adalah suatu yang membos ankan, maka mereka menghias grafiknya supaya terlihat lebih indah.

4.1.3 In visible Elements

Rustan (2008, p63-72) menerangkan bahw a elemen-elemen yang tergolong sebagai invis ible elements ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungs i sebagai acuan penempatan semua elemen layout lainnya. Selayaknya fondasi atau kerangka sebuah bangunan, elemen inilah yang dirancang terlebih dahulu oleh desainer, baru kemudian menyusul elemen-elemen teks dan vis ual. Dan sesuai dengan namanya, invisible elemen-elements ini nantinya tidak akan terlihat pada hasil produksi (hasil cetak).

(5)

Walaupun demikian, elemen-elemen ini mempunyai fungs i yang s angat penting, apalagi bila layout akan menggunakan elemen teks yang banyak. Dalam kondisi seperti itu invisible elements akan bermanfaat sebagai salah satupembentuk unity kes eluruhan layout.

Invis ible elements ini terdiri dari;

1. Margin

M argin merupakan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen layout. M argin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal ters ebut secara estet ika kurang menguntungkan at au yang lebih parah lagi terpotong pada saat pencetakan. Namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh ke pinggir halaman bila memang kons ep desain tersebut mengharuskan demikian dan sudah melalui pertimbangan est etis sebelumnya.

Jarak margin yang tidak s ama di tiap sis i halaman akan memberi kesan asimetris dan tidak terlalu kaku. Ini adalah jenis margin yang paling umum digunakan.

2. Gri d

Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam proses layout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakkan elemen

(6)

layout dan mempertahankan kons istens i dan kes atuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman.

Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, ada juga yang horis ontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa kons ep dan style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya/informas i yang ingin dicantumkan, dan lain-lain. Dengan memanfaatkan grid, layout dapat lebih terstruktur dan kelihatan lebih rapi.

Dengan begitu banyak elemen layout, baik yang berupa teks, visual maupun invis ible elements pada akhirnya menuntut seorang des ainer untuk secara bijaks ana memilih elemen apa yang paling tepat, berapa banyak, dan di mana harus meletakkannya. Layout dengan pembedaan elemen yang cukup tentunya akan mendukung penyampaian pesan kepada pembaca. Contoh lainnya adalah pemakaian sistem grid. D alam melakukan layout tidak mutlak harus menggunakannya, namun melihat fungs inya s ebagai penjaga kons istens i dan unity, serta kemampuannya menciptakan layout yang terstruktur dan rapi harus kita akui. Semuanya ini berpulang kepada konsep dan pesan yang ingin dis ampaikan melalui karya desain yang kita buat.

(7)

Kepekaan estetis dan belajar menempatkan diri s ebagai target audiens adalah s edikit dari banyak skill yang perlu dias ah terus-menerus oleh seorang des ainer.

M engutip perkaataan Kristin Cullen dalam bukunya yang berjudul “Layout Workbook” (Page One, Singapre, 2005), grid adalah serangkaian dari titik-titik perpotongan yang menciptakan divisi-divisi horisontal dan vertikal dari ruang pada sebuah halaman.

Tingkat kerumitan grid pun bervariasi, dari yang sederhana hingga yang sifatnya “breaking the grids”. Untuk buk yang dibuat ini, digunakanlah sistem grid yang cukup sederhana karena targetnya adalah anak-anak. Kesederhanaan ini tentunya akan mempermudah anak-anak dalam membaca. Sederhana tidak berarti statis. Penerapannya akan dibahas di bab selanjutnya.

4.1.4 Teori Tipografi

M enurut kutipan dari buku “ Tipografi dalam D esain Grafis “, Danton Sihombing M FA, tipografi bukan lagi pelengkap suatu s tatem ent visual, t etapi sudah menjadi s ajian utama komunikasi grafis yang berbentuk buku, kat alog atau bros ur. Baik sebagai pelengkap suatu bentuk komunikas i visual, maupun sebagai unsur utama, huruf memainkan peranan sangat penting dalam keberhasilan suatu komunikasi grafis .

Tipografi bis a saja menjadi inti gagas an suatu komunikas i grafika dan huruf menjadi satu-s atunya visual yang efekt if. Kekeliruan atau

(8)

ketidakpekaan dalam tipografi bis a merusak has il komunikasi grafis , walaupun bentuk visualis asi lainnya telah dibuat dengan sangat prima.

Untuk pemilihan jenis huruf atau font yang tepat, beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain:

• Clearity (jelas) adalah bahwa suatu huruf mempunyai fungsi tertentu yang harus dapat dilihat secara jelas.

• Readibility (dapat dibaca) adalah keterbacaan dan jenis huruf t ersebut, kualitas dan jenis huruf yang tepat untuk teks, s ehingga kes atuannya menjadi tepat.

• Legibility (mudah dibaca) adalah menekankan apakah kita mudah membacanya atau tidak.

• Vi sibility (mudah dilihat) adalah menekankan pada keindahan jenis huruf tersebut s ehingga memperngaruhi mudah tidaknya t erlihat.

M engutip perkataan Eka S ofyan Rizal dalam M ajalah Concept (2005): tipografi merupakan lingkup dan wujud dari segala perlakuan terhadap huruf sehingga huruf bisa menampilkan fungsi keterbacaan dan fungsi kesan visual. Perlakuan itu bisa berupa kegiatan membentuk huruf atau berupa komposisi huruf.

Walau tidak mengambil porsi sebanyak ilustrasi, tipografi tetap memegang peranan cukup penting dalam buku ini. Untuk memaksimalkan fungsi

(9)

keterbacaannya bagi anak-anak, pemilihan jenis huruf haruslah yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik (baik legibility maupun readibility-nya). Tingkat keterbacaan ini sendiri, menurut Danton Sihombing dalam buku “Tipografi dalam Desain Grafis” (Gramedia, 2001), tergantung kepada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri, serta penataannya dalam sebuah naskah.

Karenanya, penataan tipografi dalam buku akan dibuat sederhana dan tidak terlalu rumit agar anak-anak tidak enggan untuk membacanya, khusunya bagi anak-anak yang lebih muda dimana mereka baru membiasakan diri membaca.

4.1.5 Teori Warna

Warna merupakan salah satu elemen desain yang berperan penting dalam menyampaikan pesan dalam media visual. Warna dapat memberi efek psikologis, emosional, dan perseptual dari orang yang melihatnya. Warna secara efektif dapat menyampaikan pesan/ide/gagasan tanpa menggunakan tulisan. Bagi Desainer, warna adalah:

1. Sarana komunikasi non verbal

2. M emiliki simbol/arti lebih dari sekedar tinta.

Khusus untuk anak-anak, warna memiliki tempat tersendiri bagi mereka. M enurut buku “Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya” (Penerbit ITB, 2002) dijelaskan bahwa berdasarkan eksperimen, anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampir selalu memilik objek yang berwarna. Karenanya dapat disimpulkan bahwa dalam mendesain untuk anak-anak, sebaiknya pemanfaatan kekuatan elemen warna dimaksimalkan.

(10)

M asih dalam buku yang sama, S ulasmi Darmaprawira W.A. menjabarkan kembali mengenai hasil eksperimen warna berkaitan dengan psikologis anak-anak: “M enurut penelitian secara umum, warna panas merangsang anak-anak...” Berdasarkan tulisan dalam bukunya, yang termasuk golongan warna panas adalah keluarga merah/jingga yang memiliki sifat pengaruh hangat, menyenangkan, merangsang, dan bergairah.

Di sisi lain, dalam bukunya berjudul “Pantone: Guide to Communication with Color” (OhioGrafix Press, 2000), Leatrice Eiseman menyatakan sebuah fakta warna: orang-orang yang tinggal lebih dekat dengan garis khatulistiwa cenderung digambarkan dalam warna-warna hangat atau cerah. Fakta ini sesuai dengan isi buku yang membahas Indonesia yang memang terletak dekat garis khatulistiwa. Karenanya dalam aplikasi visualnya, akan digunakan banyak warna-warna cerah. M erupakan sebuah kebetulan juga, seperti yang telah ditulis sebelumnya, bahwa warna-warna cerah disukai anak-anak.

Jadi, sebenarnya warna-warna apa yang dimaksud dengan warna-warna panas, hangat, dan cerah? Hideaki Chijiwa dalam bukunya Color Harmony mengklasifikasikan warna-warna dengan mengambil dasar dari karakteristiknya: • Warm Colors adalah warna merah, kuning, peralihan warna dari merah ke

kuning (oranye, coklat, burgundy, pink) Kesan: agresif, enerjik, bergairah.

Warna ini menarik perhatian mata lebih dari kelompok warna lainnya karena sifatnya yang membangkitkan adrenalin.

• Cool Colors adalah warna hijau, violet, peralihan hijau ke violet (biru, abu-abu)

(11)

Kesan: tenang, bersih.

Warna ini memberi efek mengurangi adrenalin.

• Light Colors adalah semua warna yang mendekati warna putih. Kesan: lembut, ringan, halus, fairy-tale

Warna ini sangat efektif untuk standout dari kelompok warna disekelilingnya yang terlalu mengumbar warna.

• Dark Colors adalah warna yang dicampur dengan hitam. Kesan: berat, kuat, solid, old-fashioned, hand-crafted look

• Dull Colors adalah semua warna yang ditambahkan dengan warna abu-abu. Kesan: mengurangi tekanan, meditatif, samar.

Tidak hanya kelompok warna yang memiliki makna, warna-warna itu sendiri juga memiliki maknanya masing-masing;

• Merah: semangat, keberanian, gairah, dinamis, kemarahan. • Kuning: gembira, lincah, cemerlang, optimis, segar.

• Hijau: kesuburan, hening, relaksasi, sehat, kepercayaan diri. • Biru: tenang, muda, sporty, loyalitas, kepercayaan, imajinasi. • Ungu: kematangan, canggih, misteri, kekayaan, impresif. • Coklat: asli, orisinil, alami, kaya, subur, rendah hati, setia. • Putih: kemurnian, suci, damai, steril, polos, kejujuran. • Hitam: kekuatan, kekuasaan, otoritas, kekayaan, dramatis.

(12)

4.1.6 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan sebuah elemen desain yang dominan dalam mendesain buku anak-anak. Dalam buku Illusive oleh Claudia Mareis (Die Gestalten Verlag GmbH and Co. KG, Berlin, 2005), dikatakan bahwa ilustrasi memiliki pengertian: sebuah representasi piktorial yang menyertai, menjelaskan, dan mengiluminasi teks. Dalam arti metaforiknya, ilustrasi juga berarti protes dari menjelaskan dan mengklarifikasikan sebuah pernyataan yang bersifat linguistik.

Fungsi-fungsi ilustrasi menurut Wikipedia yang dianggap Penulis berkaitan dengan fungsi ilustrasi dalam buku yang dibuatnya adalah:

• Memberi perwajahan pada karakter-karakter yang ada dalam sebuah cerita. M elalui ilustrasi, ‘penggambaran’ karakter dari tokoh dalam buku menjadi lebih nyata, khusunya bagi anak usia dini yang lebih tertarik pada sesuatu yang sifatnya visual.

• Mengkomunikasikan tema-tema yang sulit dijabarkan dalam kata-kata, melalui cara yang naratif. Tema objek wisata kurang menarik bila hanya dituangkan dalam kata-kata. Ilustrasi merupakan cara yang lebih tepat dalam mengkomunikasikan tema objek wisata yang sarat akan kekhasan visual.

4.1.7 Teori Desain Komunikasi Visual

Secara umum Desain Komunikasi Visual mempunyai 3 fungsi: • Untuk menyampaikan informasi (to inform)

(13)

• Untuk membujuk (to persuade)

Sebuah desain grafis yang berhasil adalah tersampaikannya pesan yang disampaikan melalui citra visual kepada sasaran yang dituju. Dengan menggabungkan berbagai prinsip-prinsip desain seperti keseimbangan, irama, kesatuan, nada, aksen, kontras, arah, harmoni, gerak dan proporsi; maka diharapkan akan menghasilkan sebuah karya desain grafis yang baik.

4.1.8 Teori Semiotik

Semiotika menurut Zoest (1992) adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda yang lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang

mempergunakannya.

Charles S anders Peirce (Zoest, 1992), ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal.

Semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Winfried Noth (1993,p13) menguraikan asal-usul kata semiotika; secara etimologi semiotika dihubungkan dengan kata Yunani sign = sign dan signal = signal, sign .

(14)

Untuk menghasilkan desain yang lebih komunikatif, kita dapat menerapkan teori semiotik yang diungkapkan oleh Charles Morris. Komunikasi yang efektif menurut teori semiotik dapat terjadi jika mempertimbangkan tiga aspek communicative visual sign, yaitu:

1. Semantik: adalah hubungan antara yang menandakan dengan yang ditandai, menerangkan suatu tanda yang merujuk dari yang ditandai. Hubungan sebuah visual sign dengan realitas atau ide yang diwakilinya; hubungan antara sebuah desain dengan maknanya.

2. Sintaktik: adalah menerangkan tanda-tanda yang tersusun berdasarkan aturan tertentu untuk menghasilkan atau membangun suatu struktur atau sistem yang seragam.

3. Pragmatik: adalah hungan antara tanda dengan si pengguna tanda. Bagaimana sebuah fungsi sebuah tanda diinterpretasikan oleh interpreter atau audience atau konsumennya. Pemahaman aspek ini bisa dilakukan lewat pemahaman atas kecenderungan persepsi visual, kepentingan dan konteks kultur.

4.1.9 Marketing Mix

Mendiola Wiryawan dalam bukunya yang berjudul Kamus Brand (2008, p90) menyebutkan mengenai M arketing M ix. Dicetuskan pertama kali oleh Neil H. Broden (1965). Terdiri dari 4P, antara lain:

1. Product (produk) 2. Price (harga)

(15)

4. Promotion (promosi)

Sering ditambahkan menjadi 7P; 5. People (masyarakat)

6. Physical Evidence (keadaan fisik) 7. Process (proses)

4.2 S trategi Kreatif

4.2.1 S trategi Komunikasi 4.2.1.1 Konsep Desain

Fakta Kunci

• Indonesia memilik 10 destinasi wisata yang sangat menarik di luar P. Jawa dan Bali yang masih kurang disosialisasi/dipromosikan

• Kemenbudpar sedang mengembangkan wisata budaya, wisata alam dan wisata museum dari ke-10 provinsi/destinasi tersebut.

• Dibutuhkan strategi promosi yang menarik dan kreatif untuk mendukung promosi 10 destinasi ini

• Kurangnya pengetahuan dan minat anak mengenai destinasi wisata di Indonesia, khususnya wisata budaya Indonesia.

• Kurangnya buku untuk anak yang mampu menolong orangtua memberi dorongan supaya anak lebih mengenal dan mencintai Indonesia

Judul Buku

(16)

Jelajah Budaya Nusantara Jelajah Alam Nusantara Jelajah Sejarah Nusantara

dalam proyek Tugas Akhir kali ini, Seri yang akan direalisasikan adalah seri pertama yaitu “JELAJAH BUDAYA NUSANTARA”

Masalah yang Dikomunikasikan

Perlu adanya publikasi budaya dari 10 Destinasi wisata di luar P. Jawa dan P. Bali dengan cara menarik untuk anak, yaitu dikemas dalam M agnetic Play Book yang sarat aktivitas dan permainan

Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi dengan metode AIDA yaitu: Attention

M emperkenalkan budaya Indonesia melalui buku yang dikemas dalam M agnetic Play Book yang sarat permainan dan aktivitas

Interest

Permainan, aktivitas, serta visual mampu menarik perhatian anak-anak. Desire

Ketertarikan lebih lanjut akan membuat target audiens akan tertarik lebih jauh lagi, mencari tahu mengenai buku ini.

(17)

Konsumen mencari buku ini, misalnya dengan mengunjungi tempat yang menyediakan sehingga mereka mendapatkan buku ini.

Unique Selling Propotition (US P)

Sebagai M agnetic Play Book pertama di Indonesia bertopik budaya tradisional Indonesia dengan multiple function yang memberikan pengalaman unik dalam belajar sambil bermain bagi anak-anak.dan mampu menumbuhkan keingintahuan dan mengakrabkan anak dengan budaya tradisional Indonesia.

Core Message

Bagaimana supaya anak-anak menikmati pengenalan Budaya tradisional Indonesia sehingga pada akhirnya mengundang mereka untuk mengunjungi 10 destinasi wisata tersebut.

Respon yang diharapkan Antusias

4.2.1.2 Konsep Ide

Big Idea

New Experience, mengapa New Experience? karena buku ini menyajikan informasi dengan cara yang baru yaitu M agnet.

Creative Approach

(18)

Dengan buku yang interaktif dan informatif ini, anak akan lebih mengenal budaya dari 10 destinasi wisata di luar P. Jawa dan Bali dengan cara yang informatif sekaligus edukatif dan interaktif.

Pendekatan Komunikasi Emosional:

M enawarkan pengalaman baru yang dikemas dalam M agnetic Play Book yang menarik, belajar sekaligus bermain dalam balutan budaya Indonesia,

dan mau memajang sebagai benda kebanggaan (hasil karyanya).

Keyword

M agnetic Fun Learning

4.2.2 S trategi Desain Tone & Manner Kiddies

Visual Approach Warna

Penggunan nuansa warna cerah namun tetap disesuaikan dengan adat kota bersangkutan.

Tipografi

(19)

Untuk Judul Buku ”Jelajah Budaya Nusantara”, Penulis tidak menggunakan typeface yang sudah ada melainkan Penulis membuatnya sendiri supaya berkesan unik dan punya ciri khas tersendiri.

Untuk bagian Pembuka dan Penutup, Penulis menggunakan typeface Delicious, sedangkan untuk bagian isi dan caption magnet objek budaya Penulis

(20)
(21)

Layout

Penggunaan layout yang lebih bermain-main

. Komposisi layout adalah 70:30, porsi ilustrasi lebih besar daripada teks.

Gaya ilustrasi

Ilustrasi vector dengan stilasi yang disesuaikan dengan anak usia SD, dengan teknik mix media, manual untuk sketsa kasar, vector untuk penggambaran dan digital painting untuk pewarnaan.

Style

Disesuaikan dengan gaya ilustrasi

S trategi Verbal

Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak-anak.

Estimasi Harga Buku

Rp. 80.000 setelah disubsidi oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Hal ini atas dasar keputusan mengenai anggaran yang disediakan untuk promosi 10 destinasi wisata. (lihat lampiran)

4.3 Pemilihan Media Item Utama: Buku

(22)

Boneka maskot Dio dan Dea Pensil Penghapus M emo Gantungan Tas Kipas Promosi: • Majalah • Poster • Flag Brochure

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah dianugerahkan-Nya sehingga penulisan hukum (skripsi) yang berjudul“ALASAN KASASI TERDAKWA TIDAK DAPAT

Akuntansi 1 atau disebut dengan Pengantar Akuntansi telah berkembang dengan cukup pesat selama lima belas tahun terakhir. Selain itu, dalam mata kuliah ini juga akan

Jika sebuah drawing punch menekan material blank ke dalam drawing die maka akan timbul tegangan-tegangan yang mengakibatkan terjadinya plastis flow yang sangat rumit di dalam

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa resep racikan mengandung haloperidol dan triheksifenidil hidroklorida memiliki potensi inkompatibilitas dan instabilitas terhadap

Input clock pada rangkaian multivibrator bistabil yang terhubung low sesaat membuat pulsa output Q berubah kondisi dari aktif high menjadi aktif low. Kondisi low-nya pulsa output

Untuk dapat menghasilkan pengukuran yang optimal maka harus dilakukan kalibrasi apabila tinggi yang diukur kurang dari 1,5 m sebaiknya alat dikalibrasi pada tinggi 1

Elemen teks merupakan tipografi berserta hierarkinya dan elemen visual pada layout sama dengan elemen desain yang ada pada desain grafis yaitu elemen gambar.. Prinsip pada

Saat ini sosis Bernardi memang bukan barang baru di dalam bidang daging olahan, tetapi walaupun sudah cukup berpengalaman dan sebagai barang yang dapat dengan mudah ditemui di