POLA PERILAKU REMAJA UNTUK MENANGANI KELUHAN DYSMENORRHOEA
DI SMK MUHAMMADIYAH 2 MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA
Kiki Sandra Novita Sari1, Sri Sumaryani2, Yanita Trisetyaningsih1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Dysmenorrhea is menstrual pain in the lower abdomen to the waist, which is perceived as
pain and prickling feeling. It causes disruption of daily activities and learning activities in students. The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia reached 64.25%, consisting of 54.89% of primary dysmenorrhea and 9.36% of secondary dysmenorrhea.
Objectives: This research was conducted in order to determine the behavioral patterns of adolescents in
dealing with health complaints related to dysmenorrhea.
Methods: This study was a quantitative research, with descriptive design. The population in this study was
second year students of SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, consisted of 93 students. The sample were 72 students with purposive sampling technique.
Results: Thirty-eight students (52.8%) chose herbal medicine/herbal drinks to reduce complaints of
dysmenorrhea. While 23 students (31.9%) chose to take rest at the school health clinic.
Conslusion: Most students in SMK Muhammadiyah 2 Moyudan used herbal medicine/herbal to reduce their
dysmenorrhea symptoms.
Keywords: Behavior, Adolescent, Dysmenorrhea
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas.(1)Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dan akan terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial.(2) Salah satu perubahan yang terjadi pada masa remaja adalah kematangan organ reproduksi dan bagi remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi.(3)
Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi.(4)
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenore juga sering disertai sakit kepala, dan sering berkemih. Kadang-kadang sampai terjadi muntah. Sementara diagnosisnya didasarkan pada gejala dan hasil pemeriksaan fisik.(5)
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar mencapai (50%). Studi longitudinal dari swedia yang dilakukan oleh Freed tahun 2005 melaporkan (90%) kejadian dismenore terjadi pada remaja yang berusia kurang dari 19 tahun dan (67%) pada wanita yang berusia 24 tahun. Sedangkan kejadian dismenore di Indonesia mencapai
(64,25%) yang terdiri atas (54,89%) dismenore primer dan (9,36%) dismenore sekunder.(6)
Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan oleh Klein dan Litt tahun 2006 pada populasi remaja usia 12-17 tahun di Amerika Serikat, diperoleh data bahwa dismenore menyebabkan 14 % remaja sering tidak masuk sekolah. Akibat yang ditimbulkan adalah kesan negatif untuk aktivitas mereka, ketinggalan mata pelajaran, prestasi belajar menurun, dan rasa tidak nyaman saat belajar dan beraktivitas.(7)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan terhadap 10 orang siswi yang mengalami dismenore, didapatkan 7 siswi tidak melakukan tindakan apapun untuk menangani dismenore, 2 siswi melakukan penanganan dismenore dengan minum jamu sebelum dan selama menstruasi, dan 1 siswi melakukan penanganan dismenore dengan berobat ke dokter. Banyak upaya penanganan yang dilakukan para remaja untuk meringankan nyeri yang diderita saat dismenore.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pola perilaku kesehatan remaja dalam mengatasi keluhan dismenore di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional dengan rancangan deskriptif non-analitik untuk mendiskripsikan
pola perilaku remaja dalam mengatasi keluhan dismenore pada siswi di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini telah dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta pada bulan Desember 2012.
Populasi dalam penelitian adalah siswi remaja putri kelas XI di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta dengan data sebanyak 93 siswi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive sampling, yaitu penentuan sampel yang dilakukan dengan sengaja.(8) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah siswi kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta berusia antara 15-19 tahun yang telah mengalami menstruasi. Siswi yang tidak pernah mengalami dismenore dan tidak masuk saat penelitian akan dikeluarkan dari sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 remaja kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Moyudan, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sifat sampel tersebut mewakili populasi.
Variabel penelitian ini adalah Pola perilaku remaja dalam mengatasi keluhan dismenore. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur berupa skala dikotomi yang terdiri atas dua bagian, pertama berisi tentang identitas dan karakteristik responden dan bagian kedua kuesioner perilaku penanganan keluhan dismenore pada remaja. Variabel ini diukur dengan pernyataan tertutup sebanyak 20.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariabel, menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi, prosentase dari karakteristik responden, serta untuk menganalisis rata-rata perilaku pada remaja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Siswa
Umur F (%) 15 5 6,9 16 39 54,2 17 24 33,3 18 3 4,2 19 1 1,4 Jumlah 72 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur responden adalah berkisar antara 15-19 tahun. Sebagian besar umur responden adalah 16 tahun yaitu sebanyak 39 responden (54,2%) dari keseluruhan responden.
Tabel 2. Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Dismenore
Dismenore F (%) Selalu 6 8,3 Sering 10 13,9 Kadang-kadang 51 70,8 Jarang 5 6,9 Jumlah 72 100
Tabel 2. menunjukkan sebagian besar frekuensi dismenore yang dialami responden adalah kadang-kadang yaitu 51 responden (70.8%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dalam Mengatasi
Keluhan Dismenore No Pernyataan Ya Tidak F % F % 1. Melakukan senam/olah raga teratur untuk mengurangi nyeri ketika menstruasi 8 11,1 64 88,9 2. Melakukan kompres hangat di perut bagian bawah untuk mengurangi nyeri menstruasi 12 16,7 60 83,3 3. Melakukan teknik akupunktur untuk mengurangi nyeri menstruasi 1 1,4 71 98,6 4. Minum jamu/minuman herbal kunyit untuk mengurangi nyeri ketika mengalami nyeri menstruasi 38 52,8 34 47,2 5. Melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri menstruasi
15 20,8 57 79,2
Tabel 3. menunjukkan bahwa perilaku pemeliharaan kesehatan yang paling banyak dilakukan responden adalah perilaku yang umum atau biasa dilakukan di masyarakat untuk mengatasi dismenore yaitu minum jamu/minuman herbal kunyit sebanyak 38 responden (52,8%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistim Layanan
Kesehatan Dalam Mengatasi Keluhan Dismenore
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
1. Mulai minum obat anti nyeri saat ada tanda-tanda akan menstruasi untuk mengurangi nyeri saat menstruasi
9 12,5 63 87,5
2. Minum obat anti nyeri kalau sudah mulai merasakan nyeri saat menstruasi
20 27,8 52 72,2
3. Memeriksakan diri ke dokter dan
mendapatkan obat anti nyeri
4 5,6 68 94,4
4. Mendapatkan obat anti nyeri setelah periksa ke puskesmas
15 20,8 57 79,2
5. Membeli langsung obat anti nyeri dari
apotik/warung/toko, walau tanpa resep dokter 20 27,8 52 72,2 6. Mengalami nyeri menstruasi saya beristirahat di UKS 23 31,9 49 68,1
Tabel 4. menunjukkan perilaku pencarian dan penggunaan sistem layanan kesehatan yang paling banyak dilakukan responden adalah dengan beristirahat di UKS ketika mengalami nyeri menstruasi sebanyak 23 responden (27,8%).
Perilaku pemeliharaan kesehatan dalam mengatasi keluhan dismenore
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 didapatkan hasil bahwa perilaku pemeliharaan kesehatan yang paling banyak dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi dismenore adalah minum jamu/minuman herbal kunyit sebanyak 38 siswi (52,8%). Minuman herbal semacam kunyit yang mengandung curcumine sangat baik untuk
kesehatan terutama dalam mengurangi rasa nyeri ketika menstruasi. Cucumenol sebagai analgetik akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan melalui jaringan epitel uterus dan akan menghambat kontraksi uterus sehingga akan mengurangi terjadinya dismenore. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan Marlina(9) dalam penelitiannya bahwa nyeri dismenore dapat dikurangi dengan minuman herbal, karena kunyit memiliki kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai analgetik, antipiretik, dan anti inflamasi. Banyaknya siswa yang mengonsumsi minuman herbal kunyit ini dapat disebabkan karena mudahnya siswa dalam mencari bahan jamu-jamuan, praktis dalam membeli jamu keliling, atau harga yang relatif murah. Selain itu kunyit mudah dibudidayakan baik di lingkungan tanah sempit ataupun luas. Sebanyak 15 siswi (20,8%) melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi keluhan dismenore. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ernawati(10) yang menyebutkan adanya perbedaan intensitas penurunan nyeri dismenore setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam. Sebanyak 12 siswi (16,7%)
melakukan kompres hangat untuk mengatasi keluhan dismenore. Potter & Perry terapi non farmakologik yang dapat dilakukan adalah dengan kompres hangat.(11) Pemberian kompres hangat selain biayanya murah juga mudah dilakukan oleh setiap wanita serta mempunyai sedikit efek samping jika dilakukan dengan benar. Efek dari pemberian kompres hangat akan terjadi pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah ke bagian yang nyeri, menurunkan ketegangan otot di mana meningkatkan relaksasi otot atau me-ngurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan,
sehingga meningkatkan proses
penyembuhan. Sebanyak 8 siswi (11,1%) melakukan senam atau olahraga untuk mengatasi keluhan dismenore. Latihan olah-raga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore.(12) Senam/olahraga merupakan teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan senam/olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin, yang dihasilkan di otak dan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang sehingga menimbulkan rasa nyaman. Tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan olahraga tidak berpengaruh terhadap dismenore. Sedangkan sebanyak 1 siswa (1,4%) melakukan teknik akupunktur dalam mengatasi keluhan dismenore. Sedikitnya jumlah siswa yang menggunakan teknik akupunktur dapat disebabkan sediktnya
informasi yang diketahui siswi mengenai teknik akupunktur, juga faktor kebiasaan dan kebudayaan. (13) Teknik akupuntur memang masih belum lazim digunakan oleh sebagian besar golongan masyarakat terutama di daerah pedesaan. Menurut Kim SS dalam Juniziar, penusukan akupunktur akan merangsang target organ melalui jalur refleks saraf humoral dan otonom, sehingga siklik AMP meningkat, akibatnya pelepasan mediator dari mast cell dihambat (salah satu
mediator tersebut adalah
PG/Prostaglandin).(14)
Perilaku pencarian dan penggunaan sistem layanan kesehatan dalam mengatasi keluhan dismenore
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 didapatkan hasil bahwa perilaku pencarian dan penggunaan sistem fasilitas kesehatan dalam mengatasi keluhan dismenore yang dilakukan oleh siswi adalah sebanyak 23 siswi (31,9%) memilih beristirahat di UKS, ini dikarenakan UKS adalah sistem pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah. Sebanyak 4 siswi (5,6%) memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan obat anti nyeri. Sebanyak 15 siswi (20,8%) mendapatkan obat anti nyeri setelah memeriksakan diri ke puskesmas. Lokasi puskesmas yang bersebelahan dengan sekolah memudahkan siswi dalam mendapatkan akses layanan kesehatan.
Ini sesuai dengan pernyataan Lawrence Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor salah
satunya adalah faktor pemungkin (Enabling
factor) yaitu tersedianya fasilitas dan sarana
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan sumber daya manusia.(6)
Sebanyak 20 siswi (27,8%) meminum obat anti nyeri bila mulai merasakan nyeri. Sebanyak 9 siswi (12,5%) mulai minum obat nyeri ketika ada tanda-tanda akan menstruasi. Sebanyak 20 siswi (27,8%) membeli obat anti nyeri dari apotik/warung/toko. Perilaku yang dilakukan siswi tersebut menurut Notoatmodjo terbentuk dari faktor predisposisi
(predisposing factor) dan faktor pendukung
(reinforcing factor).(6)
Perilaku kesehatan remaja dalam mengatasi keluhan dismenore
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa frekuensi perilaku pemeliharaan kesehatan yang mereka lakukan adalah perilaku yang biasa-biasa saja atau perilaku yang telah umum dilakukan di masyarakat yaitu meminum jamu kunyit, sedangkan perilaku kesehatan seperti kompres hangat, olahraga, akupunktur, dan relaksasi nafas dalam belum populer dilakukan oleh responden. Hal ini dapat dikarenakan responden kurang atau belum mengetahui sistem fisiologis yang ditimbulkan perilaku kesehatan tersebut dalam mengurangi nyeri dismenore. Sedangkan untuk perilaku pencarian dan pengunaan sistem layanan kesehatan, kebanyakan mereka rata-rata hanya sedikit yang
meng-gunakan sistem layanan kesehatan. Hal ini dimungkinkan penggunaan layanan kesehatan belum populer juga dilakukan sehingga responden kurang memanfaatkan layanan kesehatan untuk mengurangi nyeri dismenore. Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa perilaku yang paling banyak responden lakukan adalah dengan beristirahat di UKS. Responden berpersepsi hanya dengan istirahat dapat mengurangi nyeri dismenore sehingga kurangnya pencarian dan penggunaan sistem layanan kesehatan oleh responden.
KESIMPULAN
Perilaku pemeliharaan kesehatan yang mereka lakukan adalah perilaku yang biasa-biasa saja atau perilaku yang telah umum dilakukan di masyarakat yaitu meminum jamu kunyit, sedangkan untuk perilaku pencarian dan pengunaan sistem layanan kesehatan, kebanyakan mereka rata-rata hanya sedikit yang menggunakan sistem layanan
kesehatan. Belum populer dalam
memanfaatkan layanan kesehatan untuk mengurangi nyeri dismenore. Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa perilaku yang paling banyak responden lakukan adalah dengan beristiarahat di UKS. Hendaknya siswa lebih efektif dalam melakukan perilaku mengatasi dismenore. Siswi dapat mencoba melakukan kompres hangat, olahraga, relaksasi nafas dalam, dan akupunktur untuk mengatasi dismenore. Instansi kesehatan lebih mensosia- lisasikan penggunaan sistem
layanan kesehatan dalam mengatasi dismenore dan memberikan informasi atau penyuluhan tentang kesehatan reproduksi ke sekolah-sekolah melalui petugas-petugas kesehatan, sehingga siswa memiliki perilaku baik dalam mengatasi masalah dismenore.
KEPUSTAKAAN
1. Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
2. Notoatmodjo, S.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta: Jakarta Arikunto, S. (2010).
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka
Cipta.
3. Kasdu, D. (2005). Solusi Kesehatan Wanita Dewasa, Edisi 1. Jakarta : Puspa
Sasara.
4. Joseph, HK., Nugroho, M. S. (2010).
Ginekologi Dan Obstetri (OBSGYN). Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Saraswati, Sylvia. (2010). 52 penyakit
Perempuan: Mencegah & Mengobati 52
Penyakit yang sering Diderita
Perempuan. Yogyakarta: Katahati.
6. Depkes RI. 2007. Profil kesehatan indonesia 2005. Jakarta.
7. Liliwati, I., Verna. LKM., Khairani, O. (2007). Dysmenorrhoea and its Effects on
School Activities Among Adolescent Girls in a Rural School in Selangor Malaysia
8. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.
9. Marlina, Eli. (2012). Pengaruh Minuman
Kunyit terhadap Tingkat Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.
10. Ernawati., Hartati, T., Hadi, I. (2010).
Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri
Dismenore Pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang.
11. Perry & Potter. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
12. Istiqomah, PA. (2009). Efektifitas Senam
Dismenore Dalam Mengurangi Senam Dismenore Pada Remaja Puteri Di SMU N 5 Semarang
13. Fajaryati, N. (2010). Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Dismenore Primer Remaja Putri Di SMP N 2 Mirit kebumen.
14. Juniziar, G., Sulistyaningsih., Widya, DK. (2001). Pengobatan Dismenore Secara
Akupunktur. Jurnal Cermin Dunia